Professional Documents
Culture Documents
Womens Political Rights Fulfilment To Become Supervisor The 2020 Simultanous Regional Heads Election
Womens Political Rights Fulfilment To Become Supervisor The 2020 Simultanous Regional Heads Election
273-284
Tulisan Diterima: 03-02-2021; Direvisi: 18-03-2021; Disetujui Diterbitkan: 25-03-2021
Karya ini dipublikasikan di bawah lisensi
Creative Commons Attribution 4.0 International License
ABSTRACT
This study discusses women’s political rights as supervisors of regional head elections in the Bantul Regency
Election Supervisory Agency from the district to the hamlet level. The research uses a qualitative approach with
in-depth analysis that emphasizes on process and meaning. Primary data comes from the Election Supervisory
Board of Bantul Regency and secondary data comes from various documents, laws and regulations, books,
journals and research reports. This study found that some women’s political rights as election supervisors
have been fulfilled in accordance with the regulations governing the representation of women as election
supervisors. The fulfilment of women’s political rights as supervisors, especially in the 2020 Bantul Pilkada,
has been regulated in Law No. 7 of 2017 concerning General Elections. However, based on the 2020 Bantul
Pilkada, several elements of women’s representation cannot be fully fulfilled, such as the case of women’s
political rights as Village/Kelurahan Supervisors. Apart from gender issues, the risk burden as a supervisor is
also quite heavy. The duties and responsibilities as supervisors are very different from those of other election
organizers, for example, in the General Election Commission, District Election Committee, Voting Committee,
and Voting Organizer Group.
Keywords: womens political rights; election supervisors; regional head elections.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hak politik perempuan sebagai pengawas pemilihan kepala daerah di Badan
Pengawas Pemilu Kabupaten Bantul dari tingkat kabupaten sampai tingkat dusun. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif dengan analisis mendalam yang menonjolkan proses dan makna. Data primer berasal
dari Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bantul dan data sekunder yang bersumber dari berbagai dokumen,
regulasi peraturan perundang-undangan, buku, jurnal maupun laporan hasil penelitian. Penelitian ini
menemukan bahwa beberapa hak-hak politik perempuan sebagai pengawas Pemilu sudah terpenuhi sesuai
dengan regulasi yang mengatur tentang keterwakilan perempuan sebagai pengawas Pemilu. Pemenuhan hak
politik perempuan sebagai pengawas khususnya pada Pilkada Bantul 2020 sebetulnya secara regulasi sudah
diatur di dalam Undang Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. Namun berdasarkan Pilkada
Bantul 2020 beberapa faktor unsur keterwakilan perempuan tidak dapat terpenuhi secara utuh seperti kasus
hak-hak politik perempuan sebagai Pengawas Desa/Kelurahan. Selain karena masalah gender, adanya beban
resiko sebagai Pengawas juga cukup berat. Tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas sangat berbeda dengan
tugas penyelenggara Pemilu lainnya misalnya di Komisi Pemilihan Umum, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, maupun Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
Kata Kunci: hak politik perempuan; pengawas pemilu; pemilihan kepala daerah.
273
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021
274
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo
275
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021
276
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo
Bawaslu, dan DKPP melakukan rapat untuk kabupaten/kota terhadap pelanggaran Pemilu dan
membahas tentang pelaksanaan Pilkada serentak sengketa proses19. Masa jabatan sebagai anggota
tahun 2020. Kesepakatan tersebut pada akhirnya Bawaslu Kabupaten selama 5 tahun masa jabatan
menghasilkan bahwa Pilkada tahun 2020 tetap dan dapat dipilih kembali untuk satu kali periode.
dilanjutkan walaupun dalam kondisi pandemi Untuk tingkat Kabupetan Bantul sebagai anggota
Covid-19 yang sedang melanda di Indonesia Bawaslu tentunya termasuk jabatan politik dan
dengan tetap mempertimbangkan protokol tentunya persaingan untuk memperebutkan
kesehatan serta terdapat beberapa aturan yang kursi sebagai anggota Bawaslu Kabupaten
menyesuaikan untuk pelaksanaan Pilkada 2020 Bantul tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan
pada masa pandemi Covid-19 supaya tidak untuk menjadi komisioner Bawaslu Bantul ada
menimbulkan klaster penyebaran Covid-19 pada serangkaian tes seperti; tes administrasi, tes tulis,
Pilkada 2020. focus group discussion (FGD), tes kesehatan,
Sebagai legitimasi pelaksaan Pilkada Tahun fit and proper test, dan tes wawancara. selain
2020 pada masa pandemi Covid-19 diterbitkanlah itu proses rekrutmen dilakukan oleh Sekretariat
Undang-Undang No. 6 Tahun 202018 dengan Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa
harapan bahwa proses demokrasi di Indonesia jabatan periode 2018-2023 setidaknya ada 21
tetap berjalan serta adanya regulasi yang lebih jelas orang Anggota Bawaslu dari 5 Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan Pilkada serentak walaupun terdapat 7 orang perempuan.
dalam kondisi pandemi Covid-19 termasuk pada Anggota Bawaslu Kabupaten Bantul yang
pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati terpilih yang berjumlah 5 orang terdapat 2 orang
Kabupaten Bantul Tahun 2020. keterwakilan perempuan yang menduduki jabatan
penting sebagai Anggota Bawaslu Kabupaten
A. Keterlibatan Perempuan Sebagai
Bantul, untuk dapat memahaminya secara lebih
Pengawas Pilkada 2020 di Kabupaten
jelas, penulis sajikan tabel di bawah ini:
Bantul
Tabel 1
Untuk melihat penerapan pemenuhan
Jumlah Anggota Komisoner Bawaslu
hak politik perempuan ini seperti bagaimana
Kabupaten Bantul
implementasi hak politik perempuan khususnya No Nama Gender Jabatan Koordinator Devisi
dalam keterlibatnya sebagai penyelenggara
Pemilu di Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten 1 Harlina, S.H. Perempuan Ketua Divisi Penindakan
Bantul dapat dilihat sebagai berikut; Pelanggaran
2 Drs. Supardi Laki-Laki Anggota Divisi Pengawasan,
1. Pemenuhan Hak Politik Perempuan di Pencegahan, Humas
Bawaslu Bantul dan hubungan Antar
Lembaga
Sebagai pengawas Pemilu yang berada 3 Jumarno, S.H. Laki-Laki Anggota Divisi Penyelesaian
di tingkat kabupaten tentunya tanggung jawab Sengketa
4 NurilHanafi, Laki-Laki Anggota Divisi SDM dan
yang diemban sangat besar. Berdasarkan Pasal S.T. Organisasi
101 Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang
5 Dhenok Perempuan Anggota Divisi Hukum, Data,
pemilihan Umum tentang tugas Badan Pengawas Panuntun dan Informasi
Pemilu (Bawaslu) Kabupaten/Kota yaitu; Tri Suci
melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah Asmawati,
S.H., M.H
277
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021
278
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo
seperti; (1) melakukan pencegahan dan penindakan Bantul dari tanggal 10 Februari sampai dengan
di wilayah kecamatan terhadap pelanggaran 13 Maret 2020. Proses rekrutmen ini dilaksakan
Pemilu, (2) mengawasi pelaksanaan tahapan oleh Pengawas Pemilihan Kecamatan seluruh
Penyelanggaraan Pemilu di wilayah kecamatan, Kabupaten Bantul untuk terlaksananya Pemilihan
(3) mencegah terjadinya politik uang di wilayah Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati
kecamatan, (4) mengawasi netralitas semua pihak Kabupaten Bantul tahun 2020. Panwasdesa/
yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye kelurahan bertugas selama kurang lebih delapan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini di bulan sesuai dengan regulasi peraturan UU No 7
wilayah kecamatan, (5) mengawasi pelaksanaan Tahun 2017. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3 di
putusan/keputusan di wilayah kecamatan, (6) bawah ini:
mengelola, memelihara, dan merawat arsip Tabel 3
serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan Jumlah Persentase Pengawas Desa
jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan Diseluruh Kabupaten Bantul
peraturan peundang-undangan, (7) mengevaluasi Jenis Presentase
pengawasan Pemilu di wilayah kecamatan dan (8) No Kecamatan Kelamin
melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan L P L P
peraturan perundang-undangan20. 1 Srandakan 2 0 100% 0%
Tidak hanya itu saja dalam melakukan proses 2 Sanden 3 1 75% 25%
3 Kretek 4 1 80% 20%
penanganan pelanggaran perlu mengedepankan
4 Pundong 2 1 67% 33%
integritas selama proses tahapan Pilkada 2020
5 Bambanglipuro 1 2 33% 67%
berlangsung. Peneliti mengamati minat untuk
6 Pandak 3 1 75% 25%
menjadi Panwascam pada tingkat ini khususnya
7 Pajangan 0 3 0% 100%
perempuan untuk menjadi bagian pengawas
8 Bantul 2 3 40% 60%
pemilihan kurang mendapatkan tempat atau kurang 9 Jetis 3 1 75% 25%
minatnya perempuan untuk menjadi pengawas 10 Imogiri 5 3 62% 38%
pemilihan di tingkat kecamatan. Berdasarkan 11 Dlingo 3 3 50% 50%
pengamatan peneliti terdapat beberpa faktor yang 12 Banguntapan 7 1 87% 13%
mempengaruhi kurangnya minatnya perempuan 13 Pleret 5 0 100% 0%
yakni; 1) resiko untuk menjadi pengawas 14 Piyungan 1 2 33% 67%
pemilihan di tingkat kecamatan yang cukup besar, 15 Sewon 4 0 100% 0%
2) beban kerja serta tanggung jawab yang cukup 16 Kasihan 3 1 75% 25%
berat, 3) sosialisasi terkait adanya rekrutmen yang 17 Sedayu 2 2 50% 50%
kurang menyasar masyarakat. Total 50 25 67% 33%
279
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021
0%, Kasihan 25 %. Tentunya belum terpenuhinya Untuk melihat lebih jelasnya terkait jumlah
keterwakilan perempuan sebagai Pengawas desa serta kebutuhan PTPS dimasing-masing
Pemilu di beberapa kecamatan ini tentunya kecamatan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
terdapat beberapa faktor yakni; 1) Setiap desa/ Tabel 4
kelurahan hanya akan diwakili oleh satu orang Jumlah Kebutuhan Pengawas TPS
Pengawas Desa/Kelurahan, 2) Minat untuk Diseluruh Kabupaten Bantul
menjadi Pengawas Desa rendah, 3) Masalah No Kecamatan Jumlah Jumlah TPS
Desa
umur serta Pendidikan yang menjadi kendala
1 Srandakan 2 67
keterbatasan dalam persyaratan yang berlaku.
2 Sanden 4 73
Selain itu, pertimbangan lolosnya perempuan 3 Kretek 5 72
untuk menjadi Pengawas Desa/Kelurahan dilihat 4 Pundong 3 82
kemampuannya dalam menguasai wilayah serta 5 Bambanglipuro 3 91
resiko yang dihadapi untuk menjadi Pengawas 6 Pandak 4 111
Desa/Kelurahan serta berani untuk melakukan 7 Pajangan 3 83
proses pencegahan disetiap tahapan pemilihan 8 Bantul 5 129
kepala daerah Bantul 2020. 9 Jetis 4 130
4. Pemenuhan Hak Politik Perempuan 10 Imogiri 8 143
Sebagai Pengawas Tempat Pemungutan 11 Dlingo 6 93
Suara 12 Banguntapan 8 230
13 Pleret 5 103
Sebagai ujung tombak proses pengawasan
14 Piyungan 3 113
garda terdepan peran Pengawas Tempat
15 Sewon 4 223
Pemungutan Suara (PTPS) memiliki peran
16 Kasihan 4 233
penting. PTPS ini akan bertugas sebelum hari
17 Sedayu 4 109
pelaksanaan pemungutan suara berlangsung.
Total 75 2085
Proses rekrutmen PTPS dilaksanakan serentak
Sumber: Data Bawaslu Kabupaten Bantul
dimulai 30 September 2020 sampai 2 Oktober
Tahun 2020
2020. Selama proses sosialisasi rekrutmen
PTPS dilakukan secara terbuka oleh Pengawas Berdasarkan pada Tabel 4 di atas tentunya
Pemilihan Kecamatan (Panwascam) di masing- dapat dilihat bahwa kebutuhan PTPS di masing-
masing kecamatannya dengan pertimbangan masing kecamatan memiliki jumlah yang
dari Pengawas Desa/Keluruhan untuk memilih berbeda-beda. Kebutuhan ini berdasarkan dari
kandidat PTPS yang secara koordinasi berada di jumlah kepadatan penduduk serta jumlah DPT
bawah langsung oleh Pengawas Desa/Kelurahan. yang berada di masing-masing kecamatan yang
Dalam proses rekrutmen PTPS terdapat seleksi tidak sama walaupun komposisi terkait jumlah
administrasi dan seleksi wawancara. Setelah desa/kelurahan tidak terlalu berbeda jauh. Untuk
mengikuti proses keduanya kemudian Panwascam melihat persentasi keterwakilan perempuan
akan memasang pengumuman kemasing-masing sebagai Pengawas TPS di masing-masing
Desa, Dusun untuk menerima masukan atau kecamatan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
tanggapan dari masyarakat terkait rekam jejak
dari calon PTPS ini. Setelah tidak ada masukan
atau tanggapan masyarakat kemudian Panwascam
akan mengumumkan daftar PTPS terpilih disetiap
desa masing-masing se-Kabupaten Bantul.
280
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo
281
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021
30 persen keterwakilan perempuan. Jika dicermati Tak hanya itu saja, terkait penerapan HAM
terdapat beberapa faktor penghambat pemenuhan dalam peraturan perundang-undangan yang secara
hak politik perempuan sebagai berikut; eksklusif mengatur hak-hak perempuan terutama
1. Kesalahan Dalam Memahami Gender dalam pemenuhan dua hak demokratik yang
Dalam Politik mendasar bagi perempuan, yaitu hak memilih
Persepsi terkait dunia politik memang (right to vote) dan hak untuk mencalonkan diri
masih dipandang sebagai dunia para lelaki24 dalam pemilihan (right to stand for elections)29.
Masih adanya patriarki yang merupakan sistem
terstruktur menempatkan laki-laki sebagai pihak 2. Beban Resiko Sebagai Pengawas
yang dominasi dan pihak perempuan sebagai Menjadi pengawas pemilihan yang selalu
kaum tereksploitasi25. Selain itu untuk membahas bersinggungan dengan berbagai kepentingan
permasalahan perempuan perlu memahami politik tentunya memang menjadi salah satu
perbedaan antara konsep seks (jenis kelamin) faktor terpenuhinya keterwakilan perempuan
dan konsep gender26. Pemahaman inilah akan sebagai anggota pengawas pemilihan. Resiko
berpengaruh atau berkaitan erat untuk memahami pekerjaan yang dituntut perempuan harus mampu
perbedaan gender (gender differences) dan menyesuaikan dengan berbagai persoalan
ketidakadilan gender (gender inequalities) serta tantangan yang dihadapi saat melakukan
dengan struktur ketidakadilan masyarakat27. pengawasan dan bagaimana implementasi serta
Terhadap adanya pemahaman inilah masih pemenuhan hak-hak tersebut di lapangan30.
banyaknya pandangan bahwa dunia politik lebih Mengingat sebagai kodrat perempuan yang
cenderung atau dianggap sebagai dunia lelaki, melekat pada diri perempuan seperti ketika
pandangan inilah sebetulnya merupakan stereotip masa kehamilan, melahirkan, dan menyususi
yang dilakukan oleh individu28. Bahkan dalam anak menjadi bagian kendala yang dihadapi saat
pembuatan peraturan perundangan-undangan yang bertugas menjadi pengawas pemilihan31.
mengatur tentang hak-hak perempuan terutama
Untuk menjadi pengawas pemilihan
dalam keterwakilan perempuan 30 persen hanya
tentunya memerlukan tekad yang kuat, integritas
sebatas regulasi namun tidak ada sanksi yang
serta berani dan bertanggung jawab yang
mengatur jika sistem keterwakilan perempuan
harus diemban sebagai pengawas pemilihan.
ini tidak memenuhi 30 persen keterwakilan
Apalagi dalam Pilkada 2020 gesekan antara
perempuan. Baik itu sebagai anggota legislatif,
para peserta pemilihan, tim sukses, pendukung
eksekutif, anggota partai, pengurus partai bahkan
bahkan netralitas ASN menjadi salah satu subjek
sebagai penyelenggara Pemilu baik di KPU
pengawasan. Komitmen dalam menjalankan
maupun Bawaslu beserta jajarannya.
tugas ini memang sebagai pengawas pemilihan
tidak terikat oleh waktu dan tidak mengenal hari
24 Sri Warjiyati, “Partisipasi Politik Perempuan
libur. Selain harus wajib mengatur untuk jajaran
Perspektif Hukum Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum Bawaslu sampai Pengawas Kecamatan serta
dan Perundangan Islam 6, no. 1 (2016): 1–27. harus siap sewaktu-waktu menjalankan tugas
25 Indra Kusumawardhana and Rusdi Jarwo Abbas,
“Indonesia Di Persimpangan: Urgensi ‘Undang-
Undang Kesetaraan Dan Keadilan Gender’ Di
Indonesia Pasca Deklarasi Bersama Buenos Aires Pada 29 Sri Warjiyati, “Partisipasi Politik Perempuan
Tahun 2017,” Jurnal HAM 9, no. 2 (2018): 153. Perspektif Hukum Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum
26 Sri Warjiyati, “Partisipasi Politik Perempuan dan Perundangan Islam 6, no. 1 (2016): 1–27.
Perspektif Hukum Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum 30 Desia Rakhma Banjarani and Ricco Andreas,
dan Perundangan Islam 6, no. 1 (2016): 1–27. “Perlindungan Dan Akses Hak Pekerja Wanita Di
27 Ibid. Indonesia: Telaah Undang-Undang Nomor 13 Tahun
28 Zamroni, “Perempuan Dalam Kajian Komunikasi 2003 Tentang Ketenagakerjaan Atas Konvensi ILO,”
Politik Dan Gender.” Jurnal Dakwah 14, no 1 (2013): Jurnal HAM 10, no. 1 (2019): 115.
103-132. 31 Ibid.
282
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo
pengawasan baik itu pagi, siang, sore, maupun tanggung jawab sebagai pengawas sangat berbeda
malam hari menjadi salah satu integritas serta dengan tugas penyelenggara Pemilu lainnya
komitmen sebagai pengawas pemilihan. misalnya di Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Dengan adanya beban kerja serta Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia
resiko sebagai pengawas pemilihan tentunya Pemungutan Suara (PPS), maupun Kelompok
pertimbangan untuk memilih perempuan sebagai Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
pengawas pemilihan perlu pertimbangan yang
cukup matang. Bukan hanya sebagai pemenuhan SARAN
syarat regulasi yang diatur dalam peraturan Sebagai upaya pemenuhan hak politik
perundang-undangan melainkan bagaimana keterwakilan perempuan sebagai pengawas
tuntutan hak asasi manuasi mampu diterapkan di pemilihan kepala daerah pada tahun 2020, perlu
berbagai tingkatan, termasuk ruang politik32. adanya keseriusan dalam menjalankan regulasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku berdasarkan
KESIMPULAN Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang
Pada hakikatnya, pemenuhan tentang hak- Pemilihan Umum, dikarenakan tidak adanya
hak perempuan dalam politik sudah terdapat sanksi atau kewajiban dari penyelenggara Pemilu
beberapa regulasi yang sudah mengatur untuk memenuhi keterwakilan perempuan sebagai
keterwakilan perempuan dalam dunia politik. pengawas Pemilu dari tingkat Bawaslu RI sampai
Regulasi tersebut hanya sebatas aturan namun Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS).
tidak ada keharusan untuk dapat memenuhi aturan Regulasi yang mengatur terkait keterwakilan
tersebut. Seperti tidak adanya kewajiban bagi hanya sampai di tingkat Bawaslu kabupaten.
penyelenggara Pemilu untuk memenuhi kouta Walaupun sudah mencantumkan ke dalam pasal-
30 persen keterwakilan perempuan, serta tidak pasal yang mengatur keterwakilan perempuan di
adanya sanksi yang mengharuskan terpenuhinya dalam penyelenggara pemilihan, akan tetapi belum
hak-hak politik perempuan khususnya sebagai ada pasal-pasal yang berisi sanksi atau tindak
pengawas Pemilu. Harapannya perempuan turut lanjut apabila tidak terpenuhinya keterwakilan
andil dalam meramaikan panggung politik. perempuan 30% sebagai penyelenggara Pemilu.
Terkait pemenuhan hak politik perempuan sebagai Regulasi bukan hanya dijadikan pemanis atau
pengawas khususnya pada Pilkada Bantul 2020 hanya penggugur kewajiban semata sebagai
sebetulnya secara regulasi sudah diatur di dalam prasyarat hadirnya perempuan dalam dunia
UU No. 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. politik yang sudah diberikan tempat serta aturan.
Akan tetapi perlu adanya supervisi maupun
Namun dalam prakteknya terjadi beberapa
implementasi di lapangan.
faktor unsur keterwakilan perempuan tidak dapat
terpenuhi secara utuh jika melihat beberapa unsur
UCAPAN TERIMA KASIH
keterwakilan perempuan untuk menjadi Pengawas
Ucapan terima kasih kepada jajaran
Desa/Kelurahan khususnya pada Pilkada Bantul
Komisioner Anggota Bawaslu Kabupaten Bantul
2020. Tidak dapat terpenuhinya keterwakilan
yang bersedia untuk memberikan informasi serta
perempuan karena beberapa perempuan memilih
data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Serta
untuk tidak menggunakan hak asasi perempuan
jajaran pimpinan Sekolah Tinggi Pariwisata
sebagai pengawas Pemilu. Hal ini disebabkan
Ambarrukmo Yogyakarta khususnya tim MKWU
masalah gender dikarenakan adanya beban
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
resiko sebagai pengawas cukup berat. Tugas dan
yang selalu memberikan masukan, diskusi untuk
kelancaran dalam penulisan jurnal ini. Dengan
32 Sabrina Nadilla, “Pelokalan Hak Asasi Manusia rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih.
Melalui Partisipasi Publik Dalam Kebijakan Berbasis
Hak Asasi Manusia,” Jurnal HAM 10, no. 1 (2019): 85.
283
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021
284