Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2021.12.

273-284
Tulisan Diterima: 03-02-2021; Direvisi: 18-03-2021; Disetujui Diterbitkan: 25-03-2021
Karya ini dipublikasikan di bawah lisensi
Creative Commons Attribution 4.0 International License

PEMENUHAN HAK POLITIK PEREMPUAN SEBAGAI PENGAWAS


PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK TAHUN 2020
(Womens Political Rights Fulfilment to become Supervisor
The 2020 Simultanous Regional Heads Election)
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta
ricky@stipram.ac.id

ABSTRACT
This study discusses women’s political rights as supervisors of regional head elections in the Bantul Regency
Election Supervisory Agency from the district to the hamlet level. The research uses a qualitative approach with
in-depth analysis that emphasizes on process and meaning. Primary data comes from the Election Supervisory
Board of Bantul Regency and secondary data comes from various documents, laws and regulations, books,
journals and research reports. This study found that some women’s political rights as election supervisors
have been fulfilled in accordance with the regulations governing the representation of women as election
supervisors. The fulfilment of women’s political rights as supervisors, especially in the 2020 Bantul Pilkada,
has been regulated in Law No. 7 of 2017 concerning General Elections. However, based on the 2020 Bantul
Pilkada, several elements of women’s representation cannot be fully fulfilled, such as the case of women’s
political rights as Village/Kelurahan Supervisors. Apart from gender issues, the risk burden as a supervisor is
also quite heavy. The duties and responsibilities as supervisors are very different from those of other election
organizers, for example, in the General Election Commission, District Election Committee, Voting Committee,
and Voting Organizer Group.
Keywords: womens political rights; election supervisors; regional head elections.

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hak politik perempuan sebagai pengawas pemilihan kepala daerah di Badan
Pengawas Pemilu Kabupaten Bantul dari tingkat kabupaten sampai tingkat dusun. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif dengan analisis mendalam yang menonjolkan proses dan makna. Data primer berasal
dari Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bantul dan data sekunder yang bersumber dari berbagai dokumen,
regulasi peraturan perundang-undangan, buku, jurnal maupun laporan hasil penelitian. Penelitian ini
menemukan bahwa beberapa hak-hak politik perempuan sebagai pengawas Pemilu sudah terpenuhi sesuai
dengan regulasi yang mengatur tentang keterwakilan perempuan sebagai pengawas Pemilu. Pemenuhan hak
politik perempuan sebagai pengawas khususnya pada Pilkada Bantul 2020 sebetulnya secara regulasi sudah
diatur di dalam Undang Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. Namun berdasarkan Pilkada
Bantul 2020 beberapa faktor unsur keterwakilan perempuan tidak dapat terpenuhi secara utuh seperti kasus
hak-hak politik perempuan sebagai Pengawas Desa/Kelurahan. Selain karena masalah gender, adanya beban
resiko sebagai Pengawas juga cukup berat. Tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas sangat berbeda dengan
tugas penyelenggara Pemilu lainnya misalnya di Komisi Pemilihan Umum, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, maupun Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
Kata Kunci: hak politik perempuan; pengawas pemilu; pemilihan kepala daerah.

273
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021

PENDAHULUAN peraturan perundangan-undangan yang berlaku.


Indonesia merupakan salah satu negara yang Tentunya salah satu yang paling disoroti selama
menjunjung nilai-nilai demokrasi di mana adanya ini yakni terkait keterlibatan perempuan di dalam
partisipasi masyarakat yang terlibat secara aktif dunia politik kurang mendapatkan tempat, baik itu
untuk ikut serta dalam proses politik1. Pengalaman dari struktur kepartaian, keterwakilan perempuan
Indonesia dalam melakukan proses pemilihan di parlemen maupun sebagai penyelenggara
presiden (Pilpres) untuk pertama kalinya pada Pemilu. Bahkan World Economic Forum (WEF)
tahun 2004 sebagai gambaran kesiapan Indonesia dalam surveinya menempatkan Indonesia urutan
dalam meningkatkan sistem demokrasi di negeri ke-97 dari 150 negara terkait ketimpangan
ini. Selain itu, semangat untuk melaksanakan gender4. Selain itu Indonesia berada di peringkat
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) terlaksana tujuh untuk kawasan Asia Tenggara terkait
pada tahun 20152. Pilkada tahun 2015 menjadi angka keterwakilan perempuan atau berada di
salah satu tolak ukur kesuksesan pemilihan angka 16% terkait partisipasi politik5. Dengan
kepala daerah untuk memilih Gubernur dan Wakil demikian memang perlu adanya regulasi yang
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan memperkuat untuk keterlibatan perempuan
Wakil Walikota. Tentunya hal ini tidaklah mudah dalam dunia politik. Walaupun pada hakikatnya
dalam melaksanan Pilkada serentak mengingat Indonesia sudah berupaya mengatur keterwakilan
wilayah Indonesia yang kepulauan dan penduduk perempuan dalam dunia politik yakni di Pasal 2
Indonesia yang banyak membuat Pilkada serentak ayat 5 Undang Undang No. 2 Tahun 2011 Tentang
perlu ada persiapan yang matang. Partai Politik, kepengurusan partai politik tingkat
Terhitung sejak Pilkada serentak tahun 2015 pusat dengan menyertakan paling sedikit 30%
Indonesia sudah melaksanakan 4 kali Pilkada (tiga puluh per seratus) keterwakilan perempuan6.
serentak yakni tahun 2015, 2017, 2018 dan 20203. Selain itu Undang Undang No. 8 Tahun 2012
Kesuksesan dalam melaksanakan Pilkada serentak Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD
di Indonesia tentu saja melibatkan penyelenggara dan DPRD mengatur tentang kewajiban partai
Pemilu yang terdiri dari Komisi Pemilihan Umum politik untuk menyertakan calon perempuan
(KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), minimal 30% dalam pencalonan DPR dan DPRD7.
dan Dewan Kehomatan Penyelenggara Pemilu Indonesia pada hakikatnya sudah melaksanakan
(DKPP) secara serius untuk mewujudkan proses kebijakan kuota perempuan sejak Pemilu 2004 dan
demokrasi di Indonesia. menerapkan zipper system sejak Pemilu 20098.
Keterlibatan untuk menjadi penyelenggara
Pemilu tentunya menjadi hal yang penting untuk 4 Yon Daryono, Soni Akhmad Nulhakim, and
Muhammad Fedryansyah, “Konflik Gender Dan
terlaksananya sistem demokrasi yang lebih baik.
Partisipasi Perempuan Sebagai Pengawas Pemilu
Dimana KPU, Bawaslu, dan DKPP menjalankan 2019,” Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik 2, no. 1
fungsi lembaganya sesuai dengan regulas (2020): 47–57.
5 Ibid.
6 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
1 Supriyadi, “Menakar Nilai Keadilan Penyelenggaraan Perppu No 2 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga
Pilkada 2020 Di Tengah Pandemi Covid-19,” Kanun: Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Jurnal Ilmu Hukum 22, no. 3 (2020): 493–514. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
2 Asita Widyasari, “Pilkada Serentak Pertama Di Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Indonesia,” KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, last Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-
modified 2016, accessed January 1, 2021, https:// Undang (Jakarta: Rep, 2020).
diy.kpu.go.id/web/Pilkada-serentak-pertama-di- 7 Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik
indonesia/. Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
3 Munandar Nugraha, “Sejarah Dan Perkembangan Umum Anggota Perwakilan Rakyat, Dewan
Pilkada Di Indonesia,” Republik Merdeka Online Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Banten, last modified 2020, accessed February 1, 2021, Daerah” (Jakarta: Republik Indonesia, 2012).
https://www.rmolbanten.com/read/2020/09/24/19373/ 8 Juwita Hayyuning Prastiwi, “Menakar Kontribusi
Sejarah-Dan-Perkembangan-Pilkada-Di-Indonesia-. Undang-Undang Pemilu Tahun 2017 Terhadap

274
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo

Proses mewujudkan sistem demokrasi yang Berdasarkan hasil kajiannya menyimpulkan


lebih baik di Indonesia kemudian dikeluarkan bahwa UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu baik
regulasi Undang Undang No. 7 Tahun 2017 dalam sistem proposal terbuka maupun lainnya
Tentang Pemilihan Umum (Pemilu) terdapat pasal tidak signifikan sebagai upaya peningkatan
yang mengatur tentang keterwakilan perempuan keterwakilan perempuan serta elektabilitas
30 persen di jajaran penyelenggara pemilihan perempuan untuk masuk di parlemen masih
umum baik di KPU yakni di dalam Pasal 10 ayat lemah11 Penelitian selanjutkan berkaitan tentang
7 maupun di Bawaslu yakni di Pasal 92 ayat Pendidikan Politik Perempuan yang ditulis oleh
11, sedangkan untuk DKPP tidak ada regulasi Amirullah12 lebih banyak menyoroti Pendidikan
yang mengatur keterwakilan perempuan sebagai politik yang dilakukan oleh partai politik. Dari
anggota DKPP9. Tentunya dengan adanya regulasi hasil kajiannya menyimpulkan bahwa pendidikan
yang mengatur tentang keterwakilan perempuan politik yang dilakukan oleh partai politik terhadap
dalam proses penyelenggara Pemilu menjadikan perempuan untuk memenuhi fungsi, kewajiban
angin segar dalam proses demokrasi serta serta tanggung jawabnya berdasarkan regulasi
pemenuhan hak perempuan dalam dunia politik. peraturan perundang-undangan yang telah
Upaya ini tentunya menunjukkan adanya political ditetapkan. Selanjutnya penelitian tentang hak
will dari pemerintah terhadap adanya kesetaraan politik perempuan khususnya sebagai pengawas
gender dalam dunia politik nasional10. Pemilu pernah dibahas oleh Yon Daryono dalam
Selama ini, fokus hak perempuan dalam tulisannya berjudul Konflik Gender dan Partisipasi
dunia politik selalu melihat dari keterwakilan Perempuan sebagai Pengawas Pemilu 2019 yang
perempuan sebagai calon anggota legislatif, menyimpulkan bahwa gagalnya melibatkan
eksekutif, dan bahkan kepengurusan dalam perempuan sesuai regulasi 30 persen sebagai
partai politik dan jarang menyoroti keterwakilan pengawas Pemilu sangat dipengaruhi berbagai
perempuan sebagai penyelenggara Pemilu baik faktor seperti; faktor karakteristik individu, faktor
itu KPU, Bawaslu, maupun DKPP tentu hal ini lingkungan sosial dan budaya masyarakat, faktor
menjadi perhatian serius karena untuk melihat hak regulasi dan kelembagaan13
politik perempuan pada hakikatnya tidak hanya Pemenuhan hak politik perempuan sebagai
menyoroti keberadaan perempuan di partai politik pengawas pemilihan di Pilkada 2020 masih
saja. Hak politik perempuan juga perlu disoroti mengalami beberapa kendala. Tidak terpenuhinya
dari segi keterlibatannya sebagai penyelenggara kouta 30 persen keterwakilan perempuan untuk
Pemilu maupun penyelenggara pemilihan kepala menjadi pengawas pemilahan Pilkada 2020 baik
daerah. di tingkat kabupaten sampai tingkat TPS dimana
Kajian mengenai keterlibatan perempuan terdapat beberapa persoalan belum terpenuhinya
di dalam dunia politik pernah diulas di beberapa kuota perempuan mencapai 30 persen, khususnya
jurnal ilmiah salah satunya oleh Juwita sebagai pengawas di tingkat kecamatan dan
Hayyuning Prastiwi yang berjudul Menakar pengawas di tingkat desa yang terdapat di
Kontribusi Undang Undang Pemilu Tahun 2017 Kabupaten Bantul. Beberapa kendala belum
Terhadap Peningkatan Keterwakilan Perempuan.
11 Prastiwi, “Menakar Kontribusi Undang-Undang Pemilu
Tahun 2017 Terhadap Peningkatan Keterwakilan
Peningkatan Keterwakilan Perempuan,” Jurnal Perempuan.” Jurnal Wacana Politik 3, no.1 (2018):
Wacana Politik 3, no. 1 (2018): 1–13. 1-13
9 Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik 12 Amirullah, “Pendidikan Politik Perempuan,” Visipena
Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Journal 7, no. 1 (2015): 104–127.
Umum” (Jakarta: Republik Indonesia, 2017). 13 Daryono, Nulhakim, and Fedryansyah, “Konflik
10 Mohammad Zamroni, “Perempuan Dalam Kajian Gender Dan Partisipasi Perempuan Sebagai Pengawas
Komunikasi Politik Dan Gender,” Jurnal Dakwah 14, Pemilu 2019.” Jurnal Kolaborasi Resolusi 2, no.1
no. 1 (2013): 103–132. Tahun (2020):47-57

275
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021

terpenuhinya kouta keterwakilan perempuan dengan mengamati proses seleksi penerimaan


untuk menjadi pengawas pemilihan Pilkada 2020 calon pengawas pemilihan pada Pilkada 2020
seperti; tingkat pendidikan yang menjadi syarat dari Pengawas Pemilihan Kecamatan, Pengawas
pencalonan, ketidaksiapan perempuan sebagai Pemilihan Desa/Kelurahan, dan Pengawas Tempat
pengawas pemilihan karena berbagai resiko Pemungutan Suara yang dilakukan oleh Bawaslu
yang dihadapi, dan lebih memilih untuk menjadi Kabupaten Bantul berserta jajarannya.
penyelenggara pemilihan di jajaran KPU, PPK, Instrumen penelitian ini berupa alat yang
PPS dan KPPS yang resiko kerjanya tidak terlalu digunakan dalam pengambilan data dengan
banyak gesekan konflik dengan peserta Pemilu mengajukan surat permohonan data informasi
maupun pihak kepentingan, serta pelaksanaan ke Bawaslu Bantul dengan menggunakan teknik
regulasi yang belum dilaksanakan secara penuh pengumpulan data yakni berupa observasi dengan
dan tidak ada sanksi terkait belum terpenuhinya melakukan pengamatan penelitian langsung di
kouta 30 persen perempuan dalam politik. lapangan seperti proses pendaftaran, seleksi serta
Dari berbagai persoalan di atas maka penetapan calon pengawas pemilihan Kepala
penelitian ini sangat berbeda dari penelitian yang Daerah Kabupaten Bantul 2020.
sebelumnya, khususnya terkait persoalan tentang Teknik analisis data yang digunakan adalah
keterwakilan perempuan sebagai pengawas teknik analisis induktif, yaitu analisis berdasarkan
pemilihan khusunya di Pilkada Bantul tahun 2020, data yang diperoleh. Adapun langkah-langkah
hal ini perlu dikaji lebih mendalam dikarenakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu
terdapat beberapa hak politik perempuan sebagai reduksi data, unitisasi dan kategorisasi, display
pengawas pemilihan di jajaran Bawaslu Bantul data, kemudian pengambilan simpulan15
tahun 2020 masih belum terpenuhi. Sehingga
perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih dalam PEMBAHASAN
terkait faktor penyebab belum terpenuhinya hak Pemilihan kepala daerah dilaksanakan
politik perempuan sebagai pengawas pemilihan. serentak se-Indonesia pada tanggal 9 Desember
2020. Pemilihan kepala daerah pada tahun 2020
METODE PENELITIAN ini tentunya memang sangat berbeda dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan pemilihan kepala daerah sebelumnya yakni tahun
kualitatif dengan analisis terhadap dengan 2015, 2017, dan 2018. Tercatat bahwa pada
menonjolkan proses dan makna (perspektif tahun 2020 setidaknya terdapat 270 terdiri dari 9
subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Pelaksanaan
kualitatif14. Data yang diperoleh dalam penelitian Pilkada ini hampir 60% daerah di Indonesia yang
yakni berupa data primer dan data sekunder. Data melaksanakan Pilkada serentak16
primer dengan mengumpulkan data langsung
Pada proses pelaksanaan Pilkada 2020
yakni bersumber dari lapangan yang diperoleh dari
sebagai upaya pesta demokrasi di tingkat lokal
data Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bantul
ini dihadapi dengan penyebaran Corona Virus
dan data sekunder yang bersumber dari berbagai
Disease 2019 (Covid-19) yang pada akhirnya
data dokumen, regulasi peraturan perundang-
tahapan proses pemilihan kepala daerah dihentikan
undangan, buku, jurnal maupun laporan hasil
sementara waktu dengan berdasarkan Surat
penelitian.
Keputusan No. 179/Pl.02/Kpt/KPU/III/202017.
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Kemudian Komisi II DPR RI, Mendagri, KPU,
November 2019 sampai dengan Februari 2021
15 Ibid.
16 Supriyadi, “Menakar Nilai Keadilan Penyelenggaraan
14 Kaharuddin, “Kualitatif : Ciri Dan Karakter Sebagai Pilkada 2020 Di Tengah Pandemi Covid-19.” Kanun:
Metodologi,” Equilibrium : Jurnal Pendidikan IX, no. Jurnal Ilmu Hukum 22, no. 3 (2020): 493–514.
April (2021): 1–8. 17 Ibid.

276
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo

Bawaslu, dan DKPP melakukan rapat untuk kabupaten/kota terhadap pelanggaran Pemilu dan
membahas tentang pelaksanaan Pilkada serentak sengketa proses19. Masa jabatan sebagai anggota
tahun 2020. Kesepakatan tersebut pada akhirnya Bawaslu Kabupaten selama 5 tahun masa jabatan
menghasilkan bahwa Pilkada tahun 2020 tetap dan dapat dipilih kembali untuk satu kali periode.
dilanjutkan walaupun dalam kondisi pandemi Untuk tingkat Kabupetan Bantul sebagai anggota
Covid-19 yang sedang melanda di Indonesia Bawaslu tentunya termasuk jabatan politik dan
dengan tetap mempertimbangkan protokol tentunya persaingan untuk memperebutkan
kesehatan serta terdapat beberapa aturan yang kursi sebagai anggota Bawaslu Kabupaten
menyesuaikan untuk pelaksanaan Pilkada 2020 Bantul tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan
pada masa pandemi Covid-19 supaya tidak untuk menjadi komisioner Bawaslu Bantul ada
menimbulkan klaster penyebaran Covid-19 pada serangkaian tes seperti; tes administrasi, tes tulis,
Pilkada 2020. focus group discussion (FGD), tes kesehatan,
Sebagai legitimasi pelaksaan Pilkada Tahun fit and proper test, dan tes wawancara. selain
2020 pada masa pandemi Covid-19 diterbitkanlah itu proses rekrutmen dilakukan oleh Sekretariat
Undang-Undang No. 6 Tahun 202018 dengan Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa
harapan bahwa proses demokrasi di Indonesia jabatan periode 2018-2023 setidaknya ada 21
tetap berjalan serta adanya regulasi yang lebih jelas orang Anggota Bawaslu dari 5 Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan Pilkada serentak walaupun terdapat 7 orang perempuan.
dalam kondisi pandemi Covid-19 termasuk pada Anggota Bawaslu Kabupaten Bantul yang
pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati terpilih yang berjumlah 5 orang terdapat 2 orang
Kabupaten Bantul Tahun 2020. keterwakilan perempuan yang menduduki jabatan
penting sebagai Anggota Bawaslu Kabupaten
A. Keterlibatan Perempuan Sebagai
Bantul, untuk dapat memahaminya secara lebih
Pengawas Pilkada 2020 di Kabupaten
jelas, penulis sajikan tabel di bawah ini:
Bantul
Tabel 1
Untuk melihat penerapan pemenuhan
Jumlah Anggota Komisoner Bawaslu
hak politik perempuan ini seperti bagaimana
Kabupaten Bantul
implementasi hak politik perempuan khususnya No Nama Gender Jabatan Koordinator Devisi
dalam keterlibatnya sebagai penyelenggara
Pemilu di Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten 1 Harlina, S.H. Perempuan Ketua Divisi Penindakan
Bantul dapat dilihat sebagai berikut; Pelanggaran
2 Drs. Supardi Laki-Laki Anggota Divisi Pengawasan,
1. Pemenuhan Hak Politik Perempuan di Pencegahan, Humas
Bawaslu Bantul dan hubungan Antar
Lembaga
Sebagai pengawas Pemilu yang berada 3 Jumarno, S.H. Laki-Laki Anggota Divisi Penyelesaian
di tingkat kabupaten tentunya tanggung jawab Sengketa
4 NurilHanafi, Laki-Laki Anggota Divisi SDM dan
yang diemban sangat besar. Berdasarkan Pasal S.T. Organisasi
101 Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang
5 Dhenok Perempuan Anggota Divisi Hukum, Data,
pemilihan Umum tentang tugas Badan Pengawas Panuntun dan Informasi
Pemilu (Bawaslu) Kabupaten/Kota yaitu; Tri Suci
melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah Asmawati,
S.H., M.H

18 Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Sumber: Data Bawaslu Kabupaten Bantul


Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tahun 2020
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang 19 Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Un” (Jakarta: Republik Indonesia, 2020). Umum.”

277
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021

Berdasarkan pada Tabel 1 di atas terlihat Tabel 2


dari lima orang Anggota Komisioner Bawaslu Jumlah Anggota Pengawas Kecamatan
Bantul berdasarkan regulasi tentang keterwakilan Diseluruh Kabupaten Bantul
perempun diatur di dalam Pasal 92 ayat 11 UU No Pengawas Pemilihan
No Kecamatan Kecamatan
7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum (Pemilu)
Laki-Laki Perempuan
terdapat pasal yang mengatur tentang keterwakilan
1 Srandakan 3 0
perempuan 30 persen di Bawaslu. Berdasarkan 2 Sanden 3 0
regulasi tersebut untuk keterwakilan perempuan 3 Kretek 3 0
di jajaran Bawaslu Kabupaten Bantul sudai sesuai 4 Pundong 3 0
dengan regulasi. Terlihat persentasi laki-laki 60% 5 Bambanglipuro 3 0
dan perempuan 40%. Pada tingkat kabupaten 6 Pandak 2 1
sebagai pengawas Pemilu sudah terpenuhinya 7 Pajangan 2 1
kouta perempuan, dengan kata lain hak politik 8 Bantul 2 1
perempuan sudah terpenuhi dan menjalankan 9 Jetis 2 1
amanat peraturan perundang-undangan yang 10 Imogiri 3 0
berlaku. 11 Dlingo 3 0
12 Banguntapan 2 1
2. Pemenuhan Hak Politik Perempuan
13 Pleret 2 1
Sebagai Pengawas Pemilihan Kecamatan
14 Piyungan 2 1
Dalam rangka mengawasi tahapan
15 Sewon 2 1
penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil
16 Kasihan 1 2
Bupati Kabupaten Bantul tentunya diperlukan 17 Sedayu 3 0
Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan Total 41 10
(Panwascam) pada Pemilihan Bupati dan Wakil Presentasi 80% 20%
Bupati Kabupaten Bantul 2020.
Sumber: Data Bawaslu Kabupaten Bantul
Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan Tahun 2020
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Berdasarkan data Tabel 2 di atas terkait
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten jumlah Anggota Panitia Pengawas Pemilihan
Bantul Nomor P.033/KPTS/BAWASLU-BTL/ Kecamatan se-Kabupaten Bantul berdasarkan
KP/12/2019 tertanggal 23 Desember 2019 tentang regulasi tentang keterwakilan perempun untuk
Penetapan Anggota Panitia Pengawas Pemilihan Pengawas tingkat kecamatan secara spesifik tidak
Kecamatan se-Kabupaten Bantul pada pemilihan ada aturan tentang keterwakilan perempuan.
Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2020 yang Namun tetap mengacu kepada Pasal 92 ayat 11
pelantikan serta bimbingan teknis dilaksanakan UU No. 7 Tahun 2017 Tentang pemilihan Umum
di Hotel Rose In. terdapat 51 orang anggota (Pemilu) terdapat pasal yang mengatur tentang
pengawas pemilihan kecamatan (Panwascam). keterwakilan perempuan 30 persen. Berdasarkan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 di data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
bawah ini: 41 orang laki-laki dengan persentasi 80% dan
10 orang perempuan dengan persentasi 20%.
Tentunya dengan adanya keterwakilan perempuan
pada jajaran Anggota Panitia Pengawas Pemilihan
Kecamatan se-Kabupaten Bantul ini tidak
mencapai 30% keterwakilan perempuan. Sebagai
anggota Panwascam tentunya tanggung jawab
pengawasan memang cukup berat. Sebagai
pengawas Pemilu kecamatan memiliki tugas

278
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo

seperti; (1) melakukan pencegahan dan penindakan Bantul dari tanggal 10 Februari sampai dengan
di wilayah kecamatan terhadap pelanggaran 13 Maret 2020. Proses rekrutmen ini dilaksakan
Pemilu, (2) mengawasi pelaksanaan tahapan oleh Pengawas Pemilihan Kecamatan seluruh
Penyelanggaraan Pemilu di wilayah kecamatan, Kabupaten Bantul untuk terlaksananya Pemilihan
(3) mencegah terjadinya politik uang di wilayah Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati
kecamatan, (4) mengawasi netralitas semua pihak Kabupaten Bantul tahun 2020. Panwasdesa/
yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye kelurahan bertugas selama kurang lebih delapan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini di bulan sesuai dengan regulasi peraturan UU No 7
wilayah kecamatan, (5) mengawasi pelaksanaan Tahun 2017. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3 di
putusan/keputusan di wilayah kecamatan, (6) bawah ini:
mengelola, memelihara, dan merawat arsip Tabel 3
serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan Jumlah Persentase Pengawas Desa
jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan Diseluruh Kabupaten Bantul
peraturan peundang-undangan, (7) mengevaluasi Jenis Presentase
pengawasan Pemilu di wilayah kecamatan dan (8) No Kecamatan Kelamin
melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan L P L P
peraturan perundang-undangan20. 1 Srandakan 2 0 100% 0%

Tidak hanya itu saja dalam melakukan proses 2 Sanden 3 1 75% 25%
3 Kretek 4 1 80% 20%
penanganan pelanggaran perlu mengedepankan
4 Pundong 2 1 67% 33%
integritas selama proses tahapan Pilkada 2020
5 Bambanglipuro 1 2 33% 67%
berlangsung. Peneliti mengamati minat untuk
6 Pandak 3 1 75% 25%
menjadi Panwascam pada tingkat ini khususnya
7 Pajangan 0 3 0% 100%
perempuan untuk menjadi bagian pengawas
8 Bantul 2 3 40% 60%
pemilihan kurang mendapatkan tempat atau kurang 9 Jetis 3 1 75% 25%
minatnya perempuan untuk menjadi pengawas 10 Imogiri 5 3 62% 38%
pemilihan di tingkat kecamatan. Berdasarkan 11 Dlingo 3 3 50% 50%
pengamatan peneliti terdapat beberpa faktor yang 12 Banguntapan 7 1 87% 13%
mempengaruhi kurangnya minatnya perempuan 13 Pleret 5 0 100% 0%
yakni; 1) resiko untuk menjadi pengawas 14 Piyungan 1 2 33% 67%
pemilihan di tingkat kecamatan yang cukup besar, 15 Sewon 4 0 100% 0%
2) beban kerja serta tanggung jawab yang cukup 16 Kasihan 3 1 75% 25%
berat, 3) sosialisasi terkait adanya rekrutmen yang 17 Sedayu 2 2 50% 50%
kurang menyasar masyarakat. Total 50 25 67% 33%

3. Pemenuhan Hak Politik Perempuan Sumber: Data Bawaslu Kabupaten Bantul


Sebagai Pengawas Desa/kelurahan Tahun 2020
Proses Pembentukan Pengawas Desa/ Berdasarkan pada Tabel 3 diatas terkait
Kelurahan berdasarkan pedoman pelaksanaan keterwakilan perempuan sebagai penyelenggara
pembentukan Pantia Pengawas Pemilihan Pemilu yakni Pengawas Desa/Kelurahan secara
Desa/Kelurahan tahun 2020 berdasarkan Surat keseluruhan dari 17 Kecamatan yang berada di
Keputusan Bawaslu RI No:0215/K.BAWASLU/ Kabupaten Bantul terdapat 33% keterwakilan
KP.01.00/II/2020 dalam rangka melaksanakan perempuan. Namun jika dilihat per kecamatan
undang-undang maka dibuka rekrutmen calon 9 kecamatan yang tidak memenuhi 30%
anggota Pengawas Desa/Kelurahan se-Kabupaten keterwakilan perempuan. Seperti di Srandakan
0%, Sanden 25%, Kretek 20%, Pandak 25%,
Jetis 25%, Baguntapan 13%, Pleret 0%, Sewon
20 Ibid.

279
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021

0%, Kasihan 25 %. Tentunya belum terpenuhinya Untuk melihat lebih jelasnya terkait jumlah
keterwakilan perempuan sebagai Pengawas desa serta kebutuhan PTPS dimasing-masing
Pemilu di beberapa kecamatan ini tentunya kecamatan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
terdapat beberapa faktor yakni; 1) Setiap desa/ Tabel 4
kelurahan hanya akan diwakili oleh satu orang Jumlah Kebutuhan Pengawas TPS
Pengawas Desa/Kelurahan, 2) Minat untuk Diseluruh Kabupaten Bantul
menjadi Pengawas Desa rendah, 3) Masalah No Kecamatan Jumlah Jumlah TPS
Desa
umur serta Pendidikan yang menjadi kendala
1 Srandakan 2 67
keterbatasan dalam persyaratan yang berlaku.
2 Sanden 4 73
Selain itu, pertimbangan lolosnya perempuan 3 Kretek 5 72
untuk menjadi Pengawas Desa/Kelurahan dilihat 4 Pundong 3 82
kemampuannya dalam menguasai wilayah serta 5 Bambanglipuro 3 91
resiko yang dihadapi untuk menjadi Pengawas 6 Pandak 4 111
Desa/Kelurahan serta berani untuk melakukan 7 Pajangan 3 83
proses pencegahan disetiap tahapan pemilihan 8 Bantul 5 129
kepala daerah Bantul 2020. 9 Jetis 4 130
4. Pemenuhan Hak Politik Perempuan 10 Imogiri 8 143
Sebagai Pengawas Tempat Pemungutan 11 Dlingo 6 93
Suara 12 Banguntapan 8 230
13 Pleret 5 103
Sebagai ujung tombak proses pengawasan
14 Piyungan 3 113
garda terdepan peran Pengawas Tempat
15 Sewon 4 223
Pemungutan Suara (PTPS) memiliki peran
16 Kasihan 4 233
penting. PTPS ini akan bertugas sebelum hari
17 Sedayu 4 109
pelaksanaan pemungutan suara berlangsung.
Total 75 2085
Proses rekrutmen PTPS dilaksanakan serentak
Sumber: Data Bawaslu Kabupaten Bantul
dimulai 30 September 2020 sampai 2 Oktober
Tahun 2020
2020. Selama proses sosialisasi rekrutmen
PTPS dilakukan secara terbuka oleh Pengawas Berdasarkan pada Tabel 4 di atas tentunya
Pemilihan Kecamatan (Panwascam) di masing- dapat dilihat bahwa kebutuhan PTPS di masing-
masing kecamatannya dengan pertimbangan masing kecamatan memiliki jumlah yang
dari Pengawas Desa/Keluruhan untuk memilih berbeda-beda. Kebutuhan ini berdasarkan dari
kandidat PTPS yang secara koordinasi berada di jumlah kepadatan penduduk serta jumlah DPT
bawah langsung oleh Pengawas Desa/Kelurahan. yang berada di masing-masing kecamatan yang
Dalam proses rekrutmen PTPS terdapat seleksi tidak sama walaupun komposisi terkait jumlah
administrasi dan seleksi wawancara. Setelah desa/kelurahan tidak terlalu berbeda jauh. Untuk
mengikuti proses keduanya kemudian Panwascam melihat persentasi keterwakilan perempuan
akan memasang pengumuman kemasing-masing sebagai Pengawas TPS di masing-masing
Desa, Dusun untuk menerima masukan atau kecamatan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
tanggapan dari masyarakat terkait rekam jejak
dari calon PTPS ini. Setelah tidak ada masukan
atau tanggapan masyarakat kemudian Panwascam
akan mengumumkan daftar PTPS terpilih disetiap
desa masing-masing se-Kabupaten Bantul.

280
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo

Tabel 5 B. Faktor Penghambat Pemenuhan Hak


Jumlah Persentase Pengawas TPS Politik Perempuan
Diseluruh Kabupaten Bantul Dalam sistem demokrasi di Indonesia
Jenis Presentase tentunya keterlibatan perempuan untuk terjun
No Kecamatan Kelamin
kedalam dunia politik memang belum begitu dapat
L P L P
dirasakan dengan baik. Walaupun berdasarkan
1 Srandakan 33 34 49% 51%
sensus penduduk tahun 2020 (SP2020) mencatat
2 Sanden 48 25 66% 34%
jumlah penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak
3 Kretek 34 38 47% 53%
4 Pundong 45 37 55% 45%
136,66 juta orang, atau 50,58 persen dari
5 Bambanglipuro 59 32 65% 35% penduduk Indonesia. Sementara, jumlah penduduk
6 Pandak 49 62 44% 56% perempuan di Indonesia sebanyak 133,54 juta
7 Pajangan 45 38 54% 46% orang, atau 49,42 persen dari penduduk Indonesia.
8 Bantul 88 41 68% 32% Dari kedua informasi tersebut, rasio jenis kelamin
9 Jetis 74 56 57% 43% penduduk Indonesia sebesar 102, yang artinya
10 Imogiri 64 79 45% 55% terdapat 102 laki-laki untuk setiap 100 perempuan
11 Dlingo 55 38 59% 41% di Indonesia pada 202021. Bahkan untuk Provinsi
12 Banguntapan 139 91 60% 40% Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah penduduk
13 Pleret 28 75 27% 73% laki-laki sebanyak 1.817.927 orang sedangkan
14 Piyungan 65 48 58% 42% untuk perempuan sebanyak 1.850.792 orang.
15 Sewon 144 79 65% 35% Selain itu, berdasarkan data sensus penduduk
16 Kasihan 150 83 64% 36% Kabupaten Bantul jumlah penduduk laki-laki
17 Sedayu 59 50 54% 46%
sebanyak 491.033 orang sedangkan untuk
Total 1179 906 57% 43%
penduduk perempuan 494.737 orang22. Jika dilihat
Sumber: Data Bawaslu Kabupaten Bantul dari data Pilkada Bantul 2020 tercatat sekitar
Tahun 2020 567.557 dengan jumlah laki-laki 269.511 (47%)
Berdasarkan pada Tabel 5 di atas terkait dan perempuan 298.046 (53%) yang memiliki hak
keterwakilan perempuan secara keseluruhan pilihnya23. Jika melihat antara jumlah penduduk
dari kebutuhan Perempuan terdapat 1176 laki-laki yang menggunakan hak pilihnya yakni
(57%) PTPS berjenis kelamin laki-laki dan sekitar 55% sedangkan perbandingan antara
906 (43%) PTPS berjenis kelamin perempuan. jumlah penduduk perempuan yang menggunakan
Selain itu berdasarkan pada tabel 5 diatas semua hak pilihnya sebanyak 60%.
keterwakilan perempuan di setiap kecamatan Berdasarkan dari data di atas seharusnya
sudah melebihi 30% keterwakilan perempuan. minat perempuan untuk terlibat sebagai pengawas
Dengan demikian dapat dilihat bahwa minat pemilihan cukup banyak namun jika kita melihat
untuk menjadi PTPS khususnya bagi perempuan Tabel 2 dan 3 untuk keterwakilan perempuan
memiliki antusias untuk terlibat dan bersedia dijajaran Pengawas Kecamatan dan Pengawan
menjadi bagian pengawas pemilihan pada Pilkada Desa/Kelurahan belum banyak memenuhi kouta
2020. Jika dicermati bahwa untuk menjadi
PTPS tidak menjadi kendala atau kekhawatiran
21 Badan Pusat Statistik, “Hasil Sensus Penduduk
bagi perempuan untuk bersedia maju menjadi 2020 Berita Resmi Statistik No.7/01/Th.XXIV,”
PTPS dengan asumsi resiko yang dihadapi tidak Bps.Go.Id (Jakarta, 2020), last modified 2020,
terlalu besar dibanding menjadi Panwascam atau accessed January 1, 2021, https://www.bps.go.id/
pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-
Panwasdesa/kelurahan yang memiliki masa tugas penduduk-2020.html.
yang cukup lama. 22 Ibid.
23 KPU Kabupaten Bantul, SK KPU BANTUL 668
Tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan
Suara (Bantul: KPU Kabupaten Bantul, 2021).

281
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021

30 persen keterwakilan perempuan. Jika dicermati Tak hanya itu saja, terkait penerapan HAM
terdapat beberapa faktor penghambat pemenuhan dalam peraturan perundang-undangan yang secara
hak politik perempuan sebagai berikut; eksklusif mengatur hak-hak perempuan terutama
1. Kesalahan Dalam Memahami Gender dalam pemenuhan dua hak demokratik yang
Dalam Politik mendasar bagi perempuan, yaitu hak memilih
Persepsi terkait dunia politik memang (right to vote) dan hak untuk mencalonkan diri
masih dipandang sebagai dunia para lelaki24 dalam pemilihan (right to stand for elections)29.
Masih adanya patriarki yang merupakan sistem
terstruktur menempatkan laki-laki sebagai pihak 2. Beban Resiko Sebagai Pengawas
yang dominasi dan pihak perempuan sebagai Menjadi pengawas pemilihan yang selalu
kaum tereksploitasi25. Selain itu untuk membahas bersinggungan dengan berbagai kepentingan
permasalahan perempuan perlu memahami politik tentunya memang menjadi salah satu
perbedaan antara konsep seks (jenis kelamin) faktor terpenuhinya keterwakilan perempuan
dan konsep gender26. Pemahaman inilah akan sebagai anggota pengawas pemilihan. Resiko
berpengaruh atau berkaitan erat untuk memahami pekerjaan yang dituntut perempuan harus mampu
perbedaan gender (gender differences) dan menyesuaikan dengan berbagai persoalan
ketidakadilan gender (gender inequalities) serta tantangan yang dihadapi saat melakukan
dengan struktur ketidakadilan masyarakat27. pengawasan dan bagaimana implementasi serta
Terhadap adanya pemahaman inilah masih pemenuhan hak-hak tersebut di lapangan30.
banyaknya pandangan bahwa dunia politik lebih Mengingat sebagai kodrat perempuan yang
cenderung atau dianggap sebagai dunia lelaki, melekat pada diri perempuan seperti ketika
pandangan inilah sebetulnya merupakan stereotip masa kehamilan, melahirkan, dan menyususi
yang dilakukan oleh individu28. Bahkan dalam anak menjadi bagian kendala yang dihadapi saat
pembuatan peraturan perundangan-undangan yang bertugas menjadi pengawas pemilihan31.
mengatur tentang hak-hak perempuan terutama
Untuk menjadi pengawas pemilihan
dalam keterwakilan perempuan 30 persen hanya
tentunya memerlukan tekad yang kuat, integritas
sebatas regulasi namun tidak ada sanksi yang
serta berani dan bertanggung jawab yang
mengatur jika sistem keterwakilan perempuan
harus diemban sebagai pengawas pemilihan.
ini tidak memenuhi 30 persen keterwakilan
Apalagi dalam Pilkada 2020 gesekan antara
perempuan. Baik itu sebagai anggota legislatif,
para peserta pemilihan, tim sukses, pendukung
eksekutif, anggota partai, pengurus partai bahkan
bahkan netralitas ASN menjadi salah satu subjek
sebagai penyelenggara Pemilu baik di KPU
pengawasan. Komitmen dalam menjalankan
maupun Bawaslu beserta jajarannya.
tugas ini memang sebagai pengawas pemilihan
tidak terikat oleh waktu dan tidak mengenal hari
24 Sri Warjiyati, “Partisipasi Politik Perempuan
libur. Selain harus wajib mengatur untuk jajaran
Perspektif Hukum Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum Bawaslu sampai Pengawas Kecamatan serta
dan Perundangan Islam 6, no. 1 (2016): 1–27. harus siap sewaktu-waktu menjalankan tugas
25 Indra Kusumawardhana and Rusdi Jarwo Abbas,
“Indonesia Di Persimpangan: Urgensi ‘Undang-
Undang Kesetaraan Dan Keadilan Gender’ Di
Indonesia Pasca Deklarasi Bersama Buenos Aires Pada 29 Sri Warjiyati, “Partisipasi Politik Perempuan
Tahun 2017,” Jurnal HAM 9, no. 2 (2018): 153. Perspektif Hukum Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum
26 Sri Warjiyati, “Partisipasi Politik Perempuan dan Perundangan Islam 6, no. 1 (2016): 1–27.
Perspektif Hukum Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum 30 Desia Rakhma Banjarani and Ricco Andreas,
dan Perundangan Islam 6, no. 1 (2016): 1–27. “Perlindungan Dan Akses Hak Pekerja Wanita Di
27 Ibid. Indonesia: Telaah Undang-Undang Nomor 13 Tahun
28 Zamroni, “Perempuan Dalam Kajian Komunikasi 2003 Tentang Ketenagakerjaan Atas Konvensi ILO,”
Politik Dan Gender.” Jurnal Dakwah 14, no 1 (2013): Jurnal HAM 10, no. 1 (2019): 115.
103-132. 31 Ibid.

282
Pemenuhan Hak Politik Perempuan sebagai Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020
Ricky Santoso Muharam, Danang Prasetyo

pengawasan baik itu pagi, siang, sore, maupun tanggung jawab sebagai pengawas sangat berbeda
malam hari menjadi salah satu integritas serta dengan tugas penyelenggara Pemilu lainnya
komitmen sebagai pengawas pemilihan. misalnya di Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Dengan adanya beban kerja serta Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia
resiko sebagai pengawas pemilihan tentunya Pemungutan Suara (PPS), maupun Kelompok
pertimbangan untuk memilih perempuan sebagai Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
pengawas pemilihan perlu pertimbangan yang
cukup matang. Bukan hanya sebagai pemenuhan SARAN
syarat regulasi yang diatur dalam peraturan Sebagai upaya pemenuhan hak politik
perundang-undangan melainkan bagaimana keterwakilan perempuan sebagai pengawas
tuntutan hak asasi manuasi mampu diterapkan di pemilihan kepala daerah pada tahun 2020, perlu
berbagai tingkatan, termasuk ruang politik32. adanya keseriusan dalam menjalankan regulasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku berdasarkan
KESIMPULAN Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang
Pada hakikatnya, pemenuhan tentang hak- Pemilihan Umum, dikarenakan tidak adanya
hak perempuan dalam politik sudah terdapat sanksi atau kewajiban dari penyelenggara Pemilu
beberapa regulasi yang sudah mengatur untuk memenuhi keterwakilan perempuan sebagai
keterwakilan perempuan dalam dunia politik. pengawas Pemilu dari tingkat Bawaslu RI sampai
Regulasi tersebut hanya sebatas aturan namun Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS).
tidak ada keharusan untuk dapat memenuhi aturan Regulasi yang mengatur terkait keterwakilan
tersebut. Seperti tidak adanya kewajiban bagi hanya sampai di tingkat Bawaslu kabupaten.
penyelenggara Pemilu untuk memenuhi kouta Walaupun sudah mencantumkan ke dalam pasal-
30 persen keterwakilan perempuan, serta tidak pasal yang mengatur keterwakilan perempuan di
adanya sanksi yang mengharuskan terpenuhinya dalam penyelenggara pemilihan, akan tetapi belum
hak-hak politik perempuan khususnya sebagai ada pasal-pasal yang berisi sanksi atau tindak
pengawas Pemilu. Harapannya perempuan turut lanjut apabila tidak terpenuhinya keterwakilan
andil dalam meramaikan panggung politik. perempuan 30% sebagai penyelenggara Pemilu.
Terkait pemenuhan hak politik perempuan sebagai Regulasi bukan hanya dijadikan pemanis atau
pengawas khususnya pada Pilkada Bantul 2020 hanya penggugur kewajiban semata sebagai
sebetulnya secara regulasi sudah diatur di dalam prasyarat hadirnya perempuan dalam dunia
UU No. 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. politik yang sudah diberikan tempat serta aturan.
Akan tetapi perlu adanya supervisi maupun
Namun dalam prakteknya terjadi beberapa
implementasi di lapangan.
faktor unsur keterwakilan perempuan tidak dapat
terpenuhi secara utuh jika melihat beberapa unsur
UCAPAN TERIMA KASIH
keterwakilan perempuan untuk menjadi Pengawas
Ucapan terima kasih kepada jajaran
Desa/Kelurahan khususnya pada Pilkada Bantul
Komisioner Anggota Bawaslu Kabupaten Bantul
2020. Tidak dapat terpenuhinya keterwakilan
yang bersedia untuk memberikan informasi serta
perempuan karena beberapa perempuan memilih
data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Serta
untuk tidak menggunakan hak asasi perempuan
jajaran pimpinan Sekolah Tinggi Pariwisata
sebagai pengawas Pemilu. Hal ini disebabkan
Ambarrukmo Yogyakarta khususnya tim MKWU
masalah gender dikarenakan adanya beban
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
resiko sebagai pengawas cukup berat. Tugas dan
yang selalu memberikan masukan, diskusi untuk
kelancaran dalam penulisan jurnal ini. Dengan
32 Sabrina Nadilla, “Pelokalan Hak Asasi Manusia rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih.
Melalui Partisipasi Publik Dalam Kebijakan Berbasis
Hak Asasi Manusia,” Jurnal HAM 10, no. 1 (2019): 85.

283
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 2, Agustus 2021

DAFTAR PUSTAKA Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah.


Asita Widyasari. “Pilkada Serentak Pertama Perppu No 2 Tahun 2020 Tentang Perubahan
Di Indonesia.” KPU Daerah Istimewa Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 1
Yogyakarta. Last modified 2016. Accessed Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
January 1, 2021. https://diy.kpu.go.id/web/ Pemerintah Pengganti Undang-Undang
pilkada-serentak-pertama-di-indonesia/. Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Badan Pusat Statistik. “Hasil Sensus Penduduk 2020 Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi
Berita Resmi Statistik No.7/01/Th.XXIV.” Undang-Undang. Jakarta: Rep, 2020.
Bps.Go.Id. Jakarta, 2020. Last modified 2020. Prastiwi, Juwita Hayyuning. “Menakar
Accessed January 1, 2021. https://www.bps. Kontribusi Undang-Undang Pemilu Tahun
go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil- 2017 Terhadap Peningkatan Keterwakilan
sensus-penduduk-2020.html. Perempuan.” Jurnal Wacana Politik 3, no. 1
Banjarani, Desia Rakhma, and Ricco Andreas. (2018): 1–13.
“Perlindungan Dan Akses Hak Pekerja Wanita Republik Indonesia. “Undang-Undang Republik
di Indonesia: Telaah Undang-Undang Nomor Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Atas Konvensi ILO.” Jurnal HAM 10, no. 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
(2019): 115. Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Daryono, Yon, Soni Akhmad Nulhakim, and Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Muhammad Fedryansyah. “Konflik Gender Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Dan Partisipasi Perempuan Sebagai Undang-Un.” Jakarta: Republik Indonesia,
Pengawas Pemilu 2019.” Jurnal Kolaborasi 2020.
Resolusi Konflik 2, no. 1 (2020): 47–57. ———. “Undang-Undang Republik Indonesia
Kaharuddin. “Kualitatif : Ciri Dan Karakter Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Sebagai Metodologi.” Equilibrium : Jurnal Umum.” Jakarta: Republik Indonesia, 2017.
Pendidikan IX, no. April (2021): 1–8. ———. “Undang-Undang Republik Indonesia
KPU Kabupaten Bantul. SK KPU BANTUL 668 Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Umum Anggota Perwakilan Rakyat, Dewan
Perhitungan Suara. Bantul: KPU Kabupaten Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan
Bantul, 2021. Rakyat Daerah.” Jakarta: Republik Indonesia,
2012.
Kusumawardhana, Indra, and Rusdi Jarwo Abbas.
“Indonesia di Persimpangan: Urgensi Supriyadi. “Menakar Nilai Keadilan
‘Undang-Undang Kesetaraan Dan Keadilan Penyelenggaraan Pilkada 2020 Di Tengah
Gender’ Di Indonesia Pasca Deklarasi Pandemi Covid-19.” Kanun: Jurnal Ilmu
Bersama Buenos Aires Pada Tahun 2017.” Hukum 22, no. 3 (2020): 493–514.
Jurnal HAM 9, no. 2 (2018): 153. Warjiyati, Sri. “Partisipasi Politik Perempuan
Munandar Nugraha. “Sejarah Dan Perkembangan Perspektif Hukum Islam.” Al-Daulah:
Pilkada Di Indonesia.” Republik Merdeka Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 6, no.
Online Banten. Last modified 2020. Accessed 1 (2016): 1–27.
February 1, 2021. https://www.rmolbanten. Zamroni, Mohammad. “Perempuan Dalam Kajian
com/read/2020/09/24/19373/Sejarah-Dan- Komunikasi Politik Dan Gender.” Jurnal
Perkembangan-Pilkada-Di-Indonesia-. Dakwah 14, no. 1 (2013): 103–132.
Nadilla, Sabrina. “Pelokalan Hak Asasi Manusia
Melalui Partisipasi Publik Dalam Kebijakan
Berbasis Hak Asasi Manusia.” Jurnal HAM
10, no. 1 (2019): 85.

284

You might also like