BB 1&2

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 19
BAB Sistem pernapasan berdasarkan fungsinya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu zona konduksi (jalur hantaran udara) dan zona respirasi (area tempat pertukaran gas terjadi), sedangkan secara anatomi terbagi menjadi sistem pernapasan atas dan Dawah. Zona konduksi dimulai dari hidung sampai bronkiolus sedangkan zona respirasi dimulai dari ductus alveolaris sampai alveoli Selain sebagai zona konduksi, hidung, mulut dan faring memilki fungsi penting lainnya seperti bicara, menelan dan proteksi jalan napas. Jalan atas dan bawah dibatasi oleh laring? Jalan napas bawah, mulai dari trakea, bercabang sekitar 23 kali dan berakhir pada sekitar 30.000 pulmonary acini yang masing-masing berisi 210,000 alveoli? Hidung merupakan organ Khusus sebagai pintumasuk ke sistem pernapasan. Hidungbagian internal internal nose) yang terdapat di dalam tulang tengkorak disebut cavum nasi (nasal cavity) sedangkan bagian ceksternal (external nose) merupakan bagian hidung yang tampak di wajah, Hidung eksternal teri dari kerangka tulang berupa tulang frontal, tulang nasal, dan tulang maksila. Kartilago yang menopang hidung ‘eksternal terdiri dari beberapa kartiago hialin yang saling terhubung dengan tulang tengkorak oleh jaringan ikat fibrosa. Komponen kerangka kartilago terdiri dari kartilago septum nasal yang merupakan bagian anterior septum nasi, kartilago nasal lateral pada bagian inferior tulang nasal, dan kartilago alar (cuping hidung) yang berfungsi untuk membentuk dinding lubang hidung. Kerangka kartilago hidung eksternal terdiri dari kartilago hialin bersfatfleksibel Dari dua lubang hidung external nares) akan berlanjut ke dalam dua ruangan yang disebut vestibulum nasi Vestibulum nasi dikelilingi oleh kartilago sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari susunan tulang. Cavum nasi adalah sebuah ruangan pada bagian internal hidung yang luas pada bagian anterior ‘tengkorak, yang terletak inferior dari tulang nasal, dan superior dari rongga mulut. Bagian int dilapisi dengan ‘tot dan membran mukosa. Cavum nasi terbagi menjadi kanan dan kiri karena adanya septum nasal Bagian anterior dari septum nasal terdiri dari kartilago hialin dan vomer serta posisinya tegak lurus terhadap ‘tulang ethmoid, maksila, dan palatum. Bagian anterior dari cavum nasi adalah hidung eksternal sedangkan bagian posterior berlanjut menuju faring melalui dua nares interna atau choana. Duktus dari sinus paranasal (mucus) dan duktus nasolakrimalis (air mata) akan bermuaran menuju cavum nasi. Dinding lateral hidung internal dibentuk oleh tulang-tulang. ethmoid, maksila, lakrimal, palatum, dan tulang concha nasiinferior. Bagian atap dibentuk oleh tulang, ethmoid sedangkan bagian lantaidibentuk oleh tulang palatum dan prosesus palatinum dari tulang maksila ‘yang membentuk palatum durum, Susunan tulang kompak Tulang foal Tatang nase! Matsa Susunan Kartilago: Kartiago nasal ater ‘eartlago septum nasal Kerilago ola méxor Katiage ala mayor (Gerber 2.1 Tampakantereatrat hang yon, merojulan range tlang dan karti CGeraediasapas av Tortora of a, 20172 ‘Gamoar 2.2 Fotonganpaatagta sis Ki region kepata dan (eher yore manurjukkan strut saluran napa ‘Gamber siacaotas| dr Trtre, eat, 2017 ‘Gambar 2.3 Tampak medial dari potongan sagittal tenghorak [Gambar diadaptsl dri Tortora, eto, 2017,” Cavum nasi terbagi menjadi bagian besar (inferior, regio respirasi) dan bagian kecil (superior; regio olfactorius). Bentuk cavum nasi beserta vestibule tersusun oleh kerangka tulang dan kartlago sehingga selalu berada dalam kondisi terbuka dan tidak ter- sumbat. ‘Terdapat tiga concha nasalis, yaitu superior, medial, dan inferior. Bentuknya menonjol dari dlinding lateral cavum nasi ke arah septum, membagi cavum nast menjadi meatus nasal superior, medial, dan inferior. Bila udara melalui lubang hidung, partikel kotor atau debu akan didorong keluar oleh bulu rambut yang terdapat dalam vestibulum, Selanjutnya, udara akan berputar-putar di sekitar concha dan meatus yang kemudian dihangatkan oleh darah kapiler, dilembapkan oleh mukosa yang. dihasilkan sel Goblet, sedangkan partikel debu akan ditangkap. Drainase dari duktus lakrimalis, dan sekresi dari sinus paranasal juga membantu melembabkan udara. Selain hidung, pernapasan normal dapat terjadi melalui mulut. Pernapasan hidung memiliki keunggulan dibandingkan pernapasan mulut dalam. hal filtrasi atau penyaringan partikel-partikel dan pelembapan gas yang diinspirasi, Meskipun demikian, pernapasan hidung memungkinkan terjadinya resistensi yang lebih besar dibandingkan mulut terutama jika terdapat obstruksi seperti polip, adenoid, atau kongesti mukosa hidung. Ketika ‘lahraga di mana volume ventilasi semenit meningkat, pernapasan mulut dapat membantu.? FARING Faring merupakan pipa panjang berkisar 12-15 cm.‘ Faring dimulai dari internal nares, berlanjut sampai ke kartilago krikoid, lalu bagian paling inferior kartilago (bagian laring), Faring terietak di posterior dari cavum. ‘nasi dan cavum oral, superior darilaring dan di bagian anterior dari vertebra servikal. Dinding faring terdiri dari kumpulan otot lurik yang dilapisi membran ‘mukosa, Relaksasi otot akan mempertahankan faring tetap utuh sedangkan kontraksi otot membantu. fungsi menelan. Faring berfungsi sebagai jalan udara, ‘makanan dan minuman, serta resonansi suara. Tonsil berperan dalam proses imunologi. Faring dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring (terletak di posterior laring)* Otot faring terdiri dari dua lapisan, agian luar yang berupa lapisan sirkular dan bagian dalam yang berupa lapisan longitudinal. Bagian superior faring disebut nasofaring, terletak pada posterior cavum nasi sampai palatum mole. ‘Gambar 2.4 Potongan frontal yng weanuniban tak conch Gambarciadopas dar Tortora, et al, 20172 Palatum mole yang membentuk bagian posterior bagian atap mulut merupakan bagian otot melengkung antara nasofaring dan orofaring yang dilapisi membran mukosa. Terdapat lima lubang, pada dindingnya, yaitu dua lubang ke dalam telinga (auditory pharyngotympanic tubes) yanglazim disebut sebagai tuba Eustachius, dan lubang ke orofaring. Pada dinding posterior juga terdapat tonsil faringeal atau adenoid. Bagian tengah faring, orofaring terletak posterior dari cavum oral, dari palatum mole ke bawah sampai setinggi tulang hyoid. Hanya ada satu lubang dari rmulut yaitu fauces (throat atau tenggorok). Faring bagian ini mempunyai fungsi respirasi dan digestif, sebagai jalan masuk udara, makanan dan minuman. Dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis non-keratin arena orofaring mudah abrasioleh partikel makanan. Dua pasang tonsil, palatum, dan lingual terdapat di orofaring. LARING Membran mukosa laring tersusun atas sepasang bagian superior yang disebut plica vestibularis (false vocal cords) dan sepasang inferior yang disebut plica vocalis (true vocal cords), Ruang antara plica vestibular disebut sebagai rima vestibult. Ventriculus laryngis merupakan ekspansi bagian tengah dari cavitas laryngis, terletak inferior terhadap plica vestibularis dan superior terhadap plica vocalis Laring bertugas sebagai katup yang men- ‘transmisikan udara melalui orofaring dan nasofaring ‘menuju trakea’ Laring merupakan struktur yang -kompleks dan terletak anterior dari esofagus, setinggti vertebra servikal-4 hingga servikal-6.‘Dinding laring terdiri dari sembilan kartilago, yaitu tiga kartilago ‘tunggal (tiroid, epiglotis, dan krikoid) dan tiga kartilago berpasangan (arytenoid, cuneiform, dan corniculate). Dari kartilago berpasangan tersebut, kartilago arytenoid adalah yang paling penting ‘arena memengaruhi perubahan posisi dan tegangan (tension) dari plica vocalis (true vocal cords untuk bicara, Kets emia vse wo hess et rtp ayeroa = ware ones sceunp tanen ‘Gamba 2.5 Temple antrar dan posterior der arng CGembsedissapaa av Tortora ata, 2017 Epigots — Merron tokyo — Karigo arate Kontoge conus Keniage seers tig ecoit args vate CGambae 2.6 Temps potongtn sata dr ang ‘Sambar cincapas dar Tortora, 21, 2017" Tung hye entean tronic J] beret Lipman vette Keriugo ois Lipsan ya Lapren cartes ean oie (Gambar 2.7 Tempak potongan frontal darling ‘Gambordiadaptsi dri Tectra, eta, 2017 Rongga laring merupakan ruangan awal lubang laring masuk ke dalam laring sampai batas inferior kartilago krikoid. Bagian ruangan laring di atas plica vestibularis (false vocal cords) disebut sebagai vestibulum laryngis sedangkan bagian ruang laring i bawah plica vocalis disebut cavitas infraglottica. Kartilago tiroid (Adam's apple) tersusun atas dua Jempengan kartilago hialin yang bergabung menjadi satu sehingga membentuk dinding anterior yang berbentuk segitiga. Ligamen yang menghubungkan, kartilago tiroid dengan tulang hyo‘d disebut membran tirohioid. Epiglotis adalah susunan kartilago elastin yang berbentuk selembar daun lebar dengan lapisan epitelium. Badan epiglotis bagian inferior menyempit dan melekat ke bagian anterior pinggiran kartilago tiroid sedangkan bagian superior epiglotis bentuknya lebar dan tidak melekat, bisa bebas bergerak ke atas dan ke bawah, Glotis terdiri dari sepasang lipatan membran mukosa, plica vocalis (true vocal cords) dalam laring, dan ruang antar keduanya disebut rima, lottides. Kartilago krikoid merupakan susunan cincin kartilago hialin dengan dinding inferior laring yang melekat pada cincin pertama kartilago trakea oleh ligamen krikotrakeal. Melalui ligament krikotiroid, kartilago tiroid dapat terhubung dengan kartilago Ixikoid. Kartilago arytenoid yang memiliki bentuk corto xa start ct cctyot ear d elena segitiga tersusun atas kartilago hialin. Posisinya terletak pada bagian posterior dengan batas su- periornya berupa kartilago krikoid. Pada bagian apex masing-masing kartilago arytenoid, terdapat sepasang kartilago corniculate ‘yang merupakan kartilago elastin berbentuk tanduk. Di depan kartilago corniculate, terdapat sepasang kartilago cuneiform yang membentuk bagian lateral epiglotis. TRAKEA Windpipe atau trakea merupakan jalur masuk utama ‘udara yang berbentuk pipa panjang, Trakea memiliki panjang 10-13 cm dengan diameter 2.5 em. Lokasi trakea terdapat pada anterior esofagus mulai dari laring sampai vertebra torakal-5. Percabangan jalan napas terbagi dalam zona konduksi dan zona respirasi. Zona konduksi dimulai dari trakea (cabang-0) sampai dengan cabang-16. Trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri (cabang-1) Selanjutnya, bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis (cabang-2 sampai 10), Bronkiolus dan bronkiolus terminalis (cabang-I1 sampai 16). Zona respirasi dimulai dari cabang-17 hhingga cabang-23, Bronkiolus respirasi (cabang-17 ‘sampai 19), duktus alveolaris (cabang-20 sampai 22), ddan saccusalveolaris (cabang-23). Pada carina, trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiris ramaspieve Se seer (Gambar 2.6 Tempak anterior dri bronchi ree ‘Gamborcladaptas! dari Tortora, ea, 2017 Jarak antara karina dari gigi bervariasi dan sangat dipengaruhi perubahan posisi leher ketika dari fleksi ‘menjadi ekstensi (variasi panjang trakea ialah sekitar 2 cm), posisi tubuh dan posisi diafragma.* Oleh arena itu, perubahan posisi atau gerakan fleksi- cekstensi leher dapat menyebabkan perubahan posisi ETT, Dinding trakea terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, kartilago hyalin dan adventitia. Cincin trakea berbentuk huruf C atau seperti tapal kuda dengan susunan jaringan ikat padat yang menyambungkan sejumlah kartilago sehingga terhubung satu sama lain. Bagian terbuka dari cincin trakea tersusun oleh membran fibromuskular dan menghadap ke arah esofagus. BRONKUS Terletak pada batas atas vertebra torakal-5. Merupakan perpanjangan trakea yang bercabang menjadi bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri sesuai masing-masing paru. Bagian dalam dari percabangan tersebut dikenal sebagai carina, dibentuk oleh bagian posterior yang merupakan projeksi inferior kartlago trakea terakhir. rer ring Bronkus utama kanan berjalan lebih linear terhadap trakea dan berukuran lebih pendek dibandingkan kkiri sedangkan bronkus utama kiri lebih menyudut (angular)? Oleh karena itu, peluang terjadinya intubasi ‘endobronkial kanan lebih besar’ Pada saat masuk ke dalam paru-paru, bronkus utama terbagi lagi menjadi bronkus lobaris (sekunder) sesuai dengan masing- ‘masing lobus paru (paru kanan tiga lobus, paru kiri ‘dua lobus). Bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus segmentalis (tersier), dan bercabang secara Khusus menjadi segmen-segmen bronkopulmoner di dalam setiap lobus tersebut. Bronkus segmentalis, bercabang menjadi sejumlah bronkiolus. Selanjutnya, bronkiolus terbagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi (bronkiolus terminalis). Bronkiolus terminalis ‘merupakan akhir zona konduksi sistem respirasi. Percabangan yang luas melalui bronkiolus terminalis ini akan tampak seperti pohon terbalik sehingga disebut juga sebagai bronchial tree. Diluar bronkiolus ‘terminalis, cabang-cabang hanya dapat dilihat secara mikroskopik. Cabang-cabang ini disebut sebagai bronkiolus respirasi dan duktus alveolar. PARU-PARU Paru-paru merupakan sepasang organ berbentuk kubah (cone-shape) di dalam rongga toraks. * Paru- paru terpisah satu sama lain dengan struktur ‘mediastinum yang berada pada bagian tengah rongga toraks, Seta paru dilindungi oleh dua lapis membran serosa yang disebut sebagai pleura, Pleura parietalis, adalah bagian yang melekat dengan dinding toraks sedangkan pleura visceralis yang menutupi paru. Ruang di antara keduanya disebut cavum pleural atau. rongga pleura yang berisi sedikt cairan yang disekresi oleh membran tersebut. Paru-paru berbatasan dengan diafragma pada agian inferior dan dengan Klavikula pada bagian superior, sedangkan pada bagian anterior dan posterior berbatasan dengan rusuk. Bagian inferior paru yang berbentuk lebar disebut basal paru dan bagian superior paru yang berbentuk sempit disebut apex paru, Bagian permukaan paru melengkung ‘mengikuti permukaan rusuk. Pada permukaan medial yang berbatasan dengan mediastinum disebut sebagai hilum, Hilum merupakan susunan area masuk dan keluarnya bronkus, pembuluh darah paru, pembulh, limfe, dan saraf. Kumpulan struktur ini bergabung, dengan pleura dan jaringan ikat lainnya sehingga ‘membentuk root of the lung. Selain itu, paru kiri bagian medial membentuk konkaf yang disebut, ‘incissura cardiac pulmany, cardiac notch, di bagian yang bersentuhan dengan apex jantung. LOBUS, FISURA, DAN LOBULUS ‘Satu atau dua fisura membagitiap paru menjadilobus.. Kedua paru mempunyai fisura yang oblique, berjalan secara inferior dan anterior, namun pada paru kanan. terdapat fisura horizontal karena terdapat tiga lobus aru! Fisura oblique pada paru kiri memisahkan lobus superior dari lobus inferior. Pada paru kanan, ‘agian superior dari fisura oblique memisahkan lobus —- h ANTERIOR ‘Gambar 2.9 Tema paru dari berbaga! sis) CGambarcladaptas dar Tortora eto, 2017. ote osrenion Tempe tara part Lotus Superor— Nie oy Tampak Mei part ‘Gambar 2.10 Tampak iobulus (Gambarcladaptas! dari Tortora, eta, 2017" superior dengan lobus inferior; bagian inferior dari fisura oblique memisahkan lobus inferior dari lobus tengah (lobus medialis) yang dipisahkan dari lobus superior oleh fisura horizontal. Setiap lobus memiliki bronkus lobaris. Pada bagian kanan, terdapat bronkus lobaris superior, medial, dan inferior sedangkan pada bagian kiri terdapat bronkus, lobaris superior dan inferior. Di dalam paru, bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentalis, ada 10 bronkus segmentalis dalam setiap paru. Bagian dar jaringan paru yang mendapat suplai dari bronkus segmentalis disebut segmen bronkopulmonar. Setiap segmen bronkopulmonar memiliki banyak kompartemen kecil yang disebut lobulus. Setiap Jobulus dibungkus jaringan ikat elastin dan berisi pembuluh limfe, satu arteriole, satu venule, dan satu cabang dari bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis dan lobules bercabang (secara mikroskopik) menjadi bronkioulus respiratorius. Bronkiolus respiratorius ini selanjutnya bercabang menjadi dua hingga sebelas ductus alveolaris. Bronkiolus ini ‘memiliki lapisan dinding otot yang mampu mengalami perubahan ukuran sehingga aliran udara yang melalui saluran ini dapat meningkat atau menurun. Selain itu, pada bronkiolus tidak terdapat silia atau pun ssel penghasil, dan sel otot polos jumlahnya semakin banyak saat jalur semakin mengecil.® SACCUS ALVEOLARIS DAN ALVEOLI Ductus alveolaris akan berdilatasi menyerupai ‘kelompok buah anggur pada bagian terminal sehingga, disebut saccus alveolaris. Setiap saccus alveolaris, terdiri dari kantong yang menyerupai buah anggur dan disebut sebagai alveolus. Secara histologi, tiap alveolus memiliki dua jenis sel epitel alveolus, sel alveolus tipe-1 (sel epitel squamosa pulmoner) dan sel alveolus tipe-2 (septal cells). Jumlah sel alveolus tipe-1 dapat mencapai 97% luas permukaan alveolar sedangkan sel alveolus tipe-2 hanya ditemukan di antara sel-sel alveolus tipe-1? Tempat pertukaran gas terjadi pada bagian tipis (berukuran Ppv > PpA Ppa > Pisf > Ppv > PpA adalah setara kira-kira rusuk ketiga etka PA besar Ppa rendan ‘Airan daran sepert airtenun ‘estnast berat aay adanya epotit aurmoary oa ‘Gamber 3.4 Perfus par dl berbagal zone paru dan hubungannya dengan ventas \V/0 ratio, PA = abeotar pressure, Ppa = puimonary artery pressure, Pv = pulmonary ve pressure, Pist = pulmonar inerstil pressure, PE = pulmonary embo, MS = mal stenesis Besarnya resistensi pembuluh darah paru dapat dihitung dengan rumus berikut: Pulmonary vascular resistance (PVR) = (PAP ~ PCWP)/CO x 80 PAP = pulmonary artery pressure PCWP = pulmonary capillary wedge pressure CO = cardiac output 80 adalah faktor konversi dari mmHg/L/min menjadi ddynes.second.cm* Nilai normal <250dyn sec.cm* Bila pulmonary artery pressure atau CO meningkat, sirkulasi paru mempunyai kemampuan mekanisme fisiologis untuk menjaga agar resistensitetap rendah ‘dengan cara menarik kapiler-kapiler yang awalnya masih kurang terisi darah atau dengan melebarkan kapiler yang sudah ada. Karakteristik lain sirkulasi paru adalah respons terhadap perubahan PO, dan PCO, yang berlawanan. ‘dengan respons pada sirkulasisistemik. Pada kondisi PaO, rendah, terjadi vasokonstriksi pulmonal yang. dikenal sebagai hypoxic pulmonary vasoconstriction Kondisi tersebut menyebabkan darah akan dialirkan ke tempat yang memiliki PaO, optimal sehingga pertukaran gas dapat terjaga dengan baik. ANESTESIOLOGI DASAR Tabel 3.3 Faktor-faktor yang berpengaruh pada resistensi pembuluh darah paru Tos Meningkatkan (konstril PaO, rendah Hiperkapnia Asidosis Hipotermia Stimulasi simpatetik ‘Agonis adrenergic-atfa Norepinefrin Aliran darah paru meningkat Tekanan jalan napas meningkat Emboli paru Angiotensin Il DIFUSI Difusi adalah proses perpindahan molekul dari area yang relatif bertekanan tinggi menuju tempat tekanan rendah. Dalam hal ini, ada perbedaan tekanan gas yang menyeberang “menembus” alveolar-capillary membrane (A-C). Oksigen akan berdifusi dari alveolus ke dalam kapiler dan CO, akan berdifusi dari darah kapiler ke dalam alveolus. Reals ee Oksigen Hipokapnia Alkalosis Agonis adrenergic-beta Isoproterenol Dobutamin Sodium nitroprusid Nitrogliserin Prostaglandin Et Theophylline Selain perbedaan tekanan parsial, luas area A-C ‘membrane, ketebalan jaringan yang dilewati, dan koefisien difusi gas merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi difusi.! ‘Oksigen dan CO, mudah berdifusi, tapi CO, ‘mempunyai kemampuan difusi 20x lebih besar. Pada kondisistirahat, darah melalui kapiler membutuhkan ‘waktu 1 detik dan pertukaran gas sudah terjadi hanya dalam 0,3-0.4 detik. Pada kondisi sakit, beban latihan, dan curah jantung sangat besar dapat memengaruhi dlfusi Tabel 3.4 Nilai tekanan parsial gas napas dengan udara atmosfer mt 0, (4) Udara (dry) 189,0 (20,9) 0,310,03) Trakea (humid) 160,0 03 Alveolus 100 40 Vena 40,0 46,0 Arteri 95,0 40.0 PN, ere) pH 600(79,0) 4-5,7 (0,5) 563,0 47,0 573 47 78% 7.36 2A > 95% 7A ‘Terlihat bahwa PO, alveolus lebih tinggi dari PO, arteri, Hal tersebut terjadi karena ada shunting fisiologis dar sirkulasi bronkial sehingga darah vena langsung masuk ke jantung kiri tanpa melalui paru- paru. Besar shunting fisiologis secara kasar dapat dinilai dengan beberapa rumus sebagai berikut: 1. Arterial/Alveolar ratio (a/A ratio): PaO,/PAO2 AO, dihitung dengan rumus PAO, = FiO, (PB ~ PH,O) - PaC02/0,8 Nilai normal a/A 08, berarti 80% oksigen alveolus rmencapai arteri Moderate shunt = 0,50-0,80 Significant shunt = 0,25-0,50 Critical stunt = <0,25, 2. PaO,/FiO, ratio Rasio normal 550, selanjutnya 550 dikurangt nilai ‘yang didapat. Setiap perbedaan 100 sesuai dengan ‘shunt 5% Contoh: PaO, 68 dengan FiO, 0.4 Pa0,/FIO, = 68/0.4 = 170 Perbedaan 550 ~ 170 = 380, maka besar shunting = 380/100 x5 = 19% 500 sesuai dengan shunt 5% 300 sesuai dengan shunt 15% 200 sesuai dengan shunt 20% 3. Gradien A-a (PAO, - PaO,) dengan Oksigen 100% PAO, dihitung dengan rumus PAO, = FiO, (PB~ PH,O) - PaCO,/0,8 Pasien menghirup oksigen 100% sedikitnya 15 ‘menit. Idealnya PAO, 670 dan PO, mendekati 550 Setiap perbedaan 20 mmHg sesuai dengan shunt 1%, Jadi normal dengan 100% oksigen tersebut: Shunt = 120/20 x 1% = 696 Dead Space/Tidal Volume ratio (VD/VT) VD/VT = PaCO, ~ PECO,/PaCO, aCO, = tekanan parsial CO, dalam darah arteri ECO, = tekanan parsial CO, udara ekspirasi Udara ekspirasi dikumpulkan selama 5 menit dalam. balon besar (pola respirasi harus konstan) Nilai normal = 0,25-0,40 (25%-40%) Oksigen dalam darah sebagian besar terikat pada hemoglobin (1b) dan sebagian kecilterlarutdalam plasma, Satu gram Hb dapat membawa 14 mL oksigen,bilamana saturasi Hb (SaO,) 100%’ Oksigen yang terlarut dalam plasma berkisar 0,3 ml setiap 100 mL darah pada PaO, 100mmig. Oksigen dalam darah arter‘iniakan diedarkan, ke seluruh tubuh yang dikenal sebagai oxygen detivery (00,) dengan jumlah oksigen yang diedarkan dalam 1 rmenit Secara kuantitatif dapat dihitung sebagai berikut: DO, = (CO x Hb x Sa0,) + O, terlarut dalam plasma Contoh: Bila CO 5000 mL/menit, Hb 15g% (5gram/100mL), $20, 100% (1,0), PaO, 200 mmHg DO2 = {(5000/100 x 15 x 1,34 x 10) + (0,3 x 500/100 x 200/100)} per menit = {(50 x 15 x 1,34 x 10) + (0,3 x 50 x 2}} per menit = 1005 + 30 = 1035 mL/menit (Oksigen ini akan masuk ke sel jaringan sebagai bahan bbakar untuk metabolisme substrat. Hubungan antara oxygen saturation (Sa02) dengan tekanan parsial oksigen (PaO2) dapat digambarkan sebagai sebuah kurva yang disebut kurva disosiasi ‘oksihemoglobin (Gambar 3.5), Keterangan: pada PO, 26-27 mmHg didapat Sa0, 50% disebut P50 dan pada PO, 60 mmHg akan didapat Sa0, kira-kira 90%. Kurva di atas Sa0, 90% landai, kurva di bawah 90% turun sangat cepat m $aO, pada monitor diatur pada ianosis didapat pada kira kira PaO, 40 mmHg, di mana SaO, 75%. Kurva dapat bergeser ke kanan bila terjadi peningkatan sun, peningkatan PaCO,, kondisi asidosis, dan peningkatan 2,3 DPG (diphosphoglycerate). Dalam kondisi kurva bergeser ke kanan, O, mudah dilepaskan dari ikatannya dengan, Hb, Sebaliknya penurunan suhu, penurunan PaCO,, alkalosis, penurunan 2,3 DPG, maka kurva bergeser ke kirikarena afinitas O, lebih kuat sehingga O, sukar dilepaskan ikatannya dari Hb.' ‘Gambar 3.5 Kurva csosis okshemoglotin Metabolisme substrat di sel jaringan (substrat + ©) menghasilkan CO, + H,O + energi. Selanjutnya CO, masuk ke dalam sirkulasi darah balik, kembali ke jantung kanan dan melalui arteri pulmonal dan dikeluarkan melalui paru, Pemantauan CO, dilakukan dengan pemeriksaan PaCO, atau secara noninvasif dengan end tidal CO, (ETCO2) Produksi CO, sebanyak 12.000-15.000 mEq/hari atau 200-220 mL/menit sebagai volatile acid = carbonic acid = respiratory acid. Eliminasi CO, melalui venous return, curah jantung kanan, minute ventilation (VT x RR). CO, di dalam darah ditransportasikan datam bentuk 5% terlarut dalam plasma, 95% dibawa oleh eritrosit, sebagai Carbamino-CO, (Hb-CO,) 30%, sebagai HCO, 65% (melalui reaksi CO, + H,0 + carbonic anhydrase > H+ HCO3), HCO,” masuk ke sel darah merah diimbangi oleh chlor (Cr) yang keluar dari sel darah merah (chloride shift)! Sejauh mana oksigen yang dihantarkan ke jaringan, akan digunakan dengan optimal oleh sel jaringan? Secara global, dapat dinilai dari selisth kandungan oksigen darah arteri dengan kandungan oksigen darah vena sentral (CaO, - CvO,). Secara tidak langsung, dapat dinilai dari selisih saturast darah arteri dengan saturasi darah vena sentral. Hasil selisih berkisar antara 22-28% dianggap normal, berarti bila SO, 100% maka ScvO, bernilai 72-78%. Bilamana oksigen tidak dapat digunakan dengan baik oleh sel, maka ‘SevO, akan meningkat. Selain SevO, kadar laktat dapat digunakan sebagai penanda, Kadar laktat hendaknya dipertahankan <2 mMol/L. Pada kondisi ‘dimana terjadt hipoperfusi, jaringan kadar laktat akan, ‘meningkat sebagai hasil metabolime anaerobik. Selain itu, evaCO,-gap <6 dapat merupakan indikator adanya _gangguan ekstraksi oksigen oleh sel yang disebabkan, hipovolemia. 1 Davies A, Moores C. The Respiratory System Basic Science and Clinical Conditions. 2nd ed. 2010, Edinburgh: Churchill Lvinstone Elsevier 2 Butterworth J, Mackey D, Wasnick J, Morgan G, Mikhail 4, Morgan G. Morgan & Mihail clinical anesthesiology. McGraw wi. 20% 3. Respiratory system. In: Marin FH, Nath ZL, Bartholomew EF. Fundamentals of anatomy and physiology 10" ed, New Jersey: Pearson; 204 p. 83-75 44 CattinoniL, Marin, Colino F, MaioloG, Rapett F, TonetsT, ‘etal, The fature of mechanical venation lessons from the Present ad the past. Crit Care. 2097; 21 (18) 1-1, Slinger P. Gas Exchange. Dalam: Stoelting’ Pharmacology {& Physiology in Anesthetic Practice. Flood P, Rathmell 1P, Shafer S, editors, Sth ed, 2015. Philadelphia: Wolters lower 6 AmatoMBE, Meade MO, Shtsky AS, Brochard L Driving Pressure In the Acute Respiratory Distress Syndrome. NEIM. 2015; 372: M058 7 Marino PL, Galvagno SM. Marino§ the Litde ICU Book 2! ed. 2017. Philadelphia: Wolters Kuwer, 4 Pere LNB. Guide to Mechanical Ventlation and Intensive Respiratory Care. ed, Philadelphia: Saunders; 195 9. Raymondos K, Molitoris U, Capewell M, Sander B,Dieck T, ‘Ahrens Je al. Negative versus postive-pressure ventilation ininubated patents with cute respiratory distress syndrome. (Crit Care. 201; 1672) R57

You might also like