JURNAL Bebek Hibrida

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PRODUCTIVE PERFORMANCE OF HYBRID DUCK

ON VARIOUS FEATHER COLOR

Basthomi Izza Ashshofi1, Woro Busono2 and Sucik Maylinda2


1
)Student of Animal Husbandry Faculty,University of Brawijaya, Malang.
2
)Lecturer of Animal Husbandry Faculty,University of Brawijaya, Malang
email: bizza.ashofi@gmail.com

ABSTRACT

The aim of research was to evaluate the production performance of hybrid duck in various feather
color. The research materials were 54 male hybrid ducks which divided into 3 group based on feather
color, that were white feather color (P1), combination feather color (P2), and brown feather color (P3)
with traditional similar management. Research method was experiment with 3 treatments (P1, P2, and
P3). Every treatment was replicated 6 times, with 3 ducks each. Variables measured were weight gain,
feed consumption, and feed conversion. Data were analyzed with Completely Randomized Design
(CRD). If there was a significant effect, then it will be analyzed by Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT). The result showed that production performance of hybrid duck on various feather color
were not significant in weight gain, feed consumption and feed conversion. In conclusion, there is no
relationship between meat production capacity with feather color.
Keywords: Hybrid duck, feather color, Performance production.

PERFORMANS PRODUKSI ITIK HIBRIDA PADA BERBAGAI WARNA BULU

Basthomi Izza Ashshofi1, Woro Busono2 dan Sucik Maylinda2


1
)Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.
2
)Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan berbagai warna bulu itik Hibrida
terhadap performans produksi yang meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan
konversi pakan. Materi penelitian yang digunakan adalah itik Hibrida jantansebanyak 54 ekor.
Perlakuan diberikan berdasarkan warna bulu itik yang terbagi menjadi tiga yaitu warna putih
(P1), warna campur (P2), dan warna coklat (P3). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3
perlakuan dan 6 ulangan masing-masing ulangan terdapat 3 ekor. Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa perbedaan warna bulu pada itik Hibrida P1, P2, dan P3 memberikan pengaruh
yang sama terhadap performans produksi. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa performans
produksi yang meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan pada
itik Hibrida jantan dengan warna bulu yang berbeda adalah sama, disarankan dalam
pemeliharaan itik Hibrida jantan untuk keperluan produksi daging tidak perlu membedakan
warna bulunya.
Kata kunci: Itik Hibrida, Warna bulu, Performans produksi

1
PENDAHULUAN campur, dan coklat. Sebagian besar masya-
Budi daya itik pedaging dapat rakat meyakini bahwa itik Hibrida warna
dikembangkan oleh masyarakat menjadi putih memiliki pertambahan bobot badan
lebih baik dengan menyediakan bibit yang paling cepat dan tinggi karena memiliki
berkualitas, mudah diproduksi, dan warna yang sama dengan itik Peking,
jumlahnya tersedia secara kontinu. sedangkan itik Hibrida warna merah
Beberapa jenis itik pedaging yang sudah kecoklatan memiliki keunggulan produksi
dikenal di Indonesia seperti itik Peking, telur yang tinggi karena mewarisi sifat itik
itik Manila. Pengoptimalan produktivitas Khaki Campbell. Hasil penelitian yang
itik pedaging dapat dilakukan menyi- menjelaskan tentang perbedaan warna bulu
langkan kedua jenis bangsa itik yang terhadap performans produksi itik Hibrida
berbeda sehingga dihasilkan final stock masih terbatas, sehingga peneliti tertarik
yang memiliki tingkat produksi daging untuk meneliti performans produksi itik
tinggi dan cepat. Hibrida pada warna bulu yang berbeda.
Peternak itik di Indonesia telah Karakter bulu itik Hibrida berbeda-
mengembangkan itik pedaging yang beda, DOD yang dihasilkan gen warna
memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, bulu ada yang berwarna putih, campur, dan
yaitu itik Hibrida (Mule duck) dengan coklat. Berdasarkan perbedaan karakter
masa pemeliharaan yang singkat yaitu 45 fisik yang diturunkan oleh tetua itik
hari. Itik Hibrida merupakan hasil tersebut menandakan perbedaan gen yang
persilangan antara itik Peking dan itik diturunkan, permasalahan yang terjadi
Khaki Campbell. Itik Khaki Campbell adalah bagaimana performans produksi itik
memiliki bobot badan tinggi dan jumlah Hibrida pada berbagai warna bulu yang
produksi telur yang lebih banyak berbeda dari sifat yang diturunkan oleh dua
dibandingkan jenis itik petelur Lokal. Itik jenis individu yang berbeda karakter.
Khaki Campbell betina memiliki bobot Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
badan 2,0 – 2,2 kg, jumlah telur 300 butir membandingkan performans produksi itik
pertahun dengan berat setiap butir antara Hibrida pada warna bulu yang berbeda.
60-75 g. Itik Lokal memiliki bobot badan
rendah yaitu 1,4 – 1,6 kg, jumlah telur 253 MATERI DAN METODE
butir pertahun dengan berat perbutir rata- Lokasi dan Waktu Penelitian
rata 65 g. Kekurangan itik Khaki Campbell Penelitian ini dilaksanakan di
memiliki pertambahan bobot badan lama peternakan itik milik bapak Sjahid yang
sehingga tidak sesuai digunakan sebagai berada di dusun Prayungan, desa Kuwik,
itik pedaging. Itik Peking merupakan itik kecamatan Kunjang, kabupaten Kediri,
pedaging yang memiliki pertambahan Jawa Timur. Mulai tanggal 28 April - 2
bobot badan cepat, namun produksi telur Juni 2014.
dan daya tetasnya rendah sehingga sulit Materi Penelitian
dikembangkan. Bibit itik pedaging final
Materi yang digunakan dalam
stock berkualitas dapat dilakukan dengan
penelitian ini adalah DOD itik Hibrida
menyilangkan itik Peking dengan itik
jantan dari persilangan itik Peking dengan
Khaki Campbell.
itik Khaki Campbell sebanyak 54 ekor.
Day Old Duck (DOD) itik Hibrida
Kandang yang digunakan menggu-
menunjukkan karakteristik warna bulu
nakan alas sekam padi yang dibagi menjadi
yang bervariasi, mulai warna putih,

2
18 petak dengan ukuran setiap petak 70 X bulu itik Hibrida dan jenis kelamin jantan
70 X 70 cm. Bahan kandang yang diguna- dengan enam ulangan, setiap ulangan
kan adalah kayu dan papan, lantai kandang menggunakan tiga ekor itik. Warna bulu
menggunakan sekam padi dengan keteba- itik dibagi menjadi tiga yaitu:
lan 5 cm. Setiap dua petak kandang dileng- P1: Warna putih, itik memiliki warna putih
kapi dengan wadah pakan berbentuk pada keseluruhan tubuhnya
silinder dari pabrik kemudian disekat P2: Warna campur, itik memiliki campuran
menjadi dua bagian dengan plastik sebagai warna coklat dan putih
pembatas antara pakan yang diberikan P3: Warna coklat, itik memiliki warna cok-
pada petak pertama dengan petak kedua, lat pada keseluruhan tubuhnya
wadah minum yang digunakan adalah Penentuan bobot badan awal itik
wadah minum gantung volume 3 Liter. dimulai sejak DOD, penghitungan pertam-
Setiap petak diisi 3 ekor itik. bahan bobot badan, konsumsi pakan, dan
Pakan yang digunakan adalah konversi pakan dilakukan setiap minggu
pakan CP 511 B produksi PT Charoen selama 35 hari. Itik fase starter umur 0 - 7
Pokphand dengan kandungan protein kasar hari diletakkan pada kandang yang
21-23 %, lemak kasar 5 %, serat kasar 5 %, dilengkapi brooder sebagai penghangat.
Calcium 0,9 %, Phosfor 0,6 %, dedak Pelabelan diberikan pada setiap petak
jagung dan bekatul. Pakan CP 511 B kandang agar memudahkan pencatatan
diberikan pada itik umur 0 – 14 hari. sesuai dengan perlakuan dan pengulangan.
Pemberian pakan CP 511 B, dedak jagung Pencampuran bahan pakan dilakukan di
dan bekatul dengan persentase masing- atas lantai. Caranya adalah dengan
masing 34%: 33%: 33% diberikan pada menimbang bahan pakan kemudian
itik setelah umur 14 hari sampai akhir mencampurnya. Campuran tersebut
penelitian. Pemberian pakan dilakukan 3 diletakkan pada karung plastik. Pakan
kali sehari. Pemberian minum dilakukan diberikan secara ad-libittum dengan
ad-libittum dan diganti setiap hari bersama frekuensi pemberian 3 kali sehari pada
pemberian pakan. pagi, sore dan malam hari. Minum
Alat yang digunakan dalam diberikan sehari sekali, sebelum dilakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). pengisian air minum, tempat air minum
Timbangan kapasitas 3.000 gram dengan dibersihkan terlebih dahulu, sebelum
akurasi 5 gram(2). Kertas label dan isolasi pemberian pakan, pakan ditimbang, dan
perekat untuk menandai perlakuan dan sebelum pemberian pakan selanjutnya
pengulangan selama penelitian (3). pakan yang tersisa ditimbang. Pergantian
Gayung untuk pengambilan pakan (4). sekam dilakukan setiap 2 - 4 hari. Penim-
Timba dan kardus penutup sebagai alat bangan dilakukan pada jam 14.00 WIB
bantu selama proses penimbangan (5). sebelum itik diberi makan.
Gunting, kamera, tali raffia, dan alat tulis Variabel yang diamati dalam
yang digunakan dalam operasional dan penelitian ini adalah performans produksi
pengumpulan data. itik Hibrida meliputi:
Metode penelitian yang digunakan 1. Pertambahan bobot badan : Selisih an-
dalam penelitian ini adalah percobaan. tara bobot badan akhir dikurangi bobot
Penentuan sampel yang digunakan badan awal selama penelitian dengan
dilakukan secara purposive sampling satuan g/ekor/hari.
dengan pengelompokan berdasarkan warna

3
2. Konsumsi pakan : Jumlah pa- digunakan selama penelitian adalah itik
kan yang diberikan dikurangi dengan Hibrida jantan yang dipelihara dengan
pakan tersisa dalam satuan g/hari. membedakan warna bulu.Bobot badan
3. Konversi pakan : Perbandi- awal rata-rata itik warna putih, itik warna
ngan jumlah pakan yang dikonsumsi campur, dan itik warna coklat berturut-
dengan pertambahan bobot badan yang turut adalah 46,67 ± 4,41; 46,11 ± 4,58;
dicapai selama penelitian. dan 46,39 ± 2,79 g. Hasil koefisien kera-
Data yang diperoleh dari penelitian gaman itik warna putih, itik warna campur,
ini dianalisis dengan analisis ragam dalam dan itik warna coklat berturut-turut adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). 9,45; 9,94; dan 6,025%, sampel yang digu-
nakan dapat dikategorikan homogen. Nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN koefisien keragaman dapat dikategorikan
Keadaan Lokasi Penelitian homogen ketika berada di bawah 10%
Lokasi penelitian bertempat di Desa (Budiarto, 2002).
Kuwik, Kecamatan Kunjang Kabupaten
Kediri pada geografis 111o 47' 05" - 112o Pertambahan Bobot Badan Itik
18'20" Bujur Timur dan 7o 36' 12" - 8o 0' Penghitungan pertambahan bobot
32 Lintang Selatan dengan tingkat curah badan dilakukan dengan mengurangi hasil
hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari pengamatan penimbangan bobot badan
dan ketinggian rata-rata 67 m di atas akhir dengan bobot badan awal. Rataan
permukaan laut (Data Komando Distrik pertambahan bobot badan diperlihatkan
Militer Rayon 23, 2014). Itik yang pada Tabel 1.

Tabel 1. Performans produksi itik Hibrida jantan umur 1 - 5 minggu


Pertambahan Bobot Konsumsi Pakan
Perlakuan Konversi Pakan
Badan (g/ekor/4 minggu) (g/ekor/4 minggu)
P1 900,00 ± 19,32 2838,61 ± 5,89 3,16 ± 0,07
P2 904,17 ± 23,76 2840,00 ± 8,16 3,14 ± 0,08
P3 913,33 ± 19,12 2843,33 ± 10,54 3,11 ± 0,05
Hasil analisis ragam menunjukkan (1992) memperoleh pertambahan bobot
bahwa itik Hibrida jantan yang berbeda badan itik Khaki Campbell yang dipelihara
warna bulu meliputi warna putih, warna secara intensif dengan umur yang sama
campur, dan warna coklat memiliki sebesar 418 g/ekor. Itik Peking yang
pertambahan bobot badan yang sama. dipelihara intensif pada umur yang sama
Hasil penelitian ini berbeda dengan tingkat memiliki pertambahan bobot badan sebesar
pertambahan bobot badan tetua. Itik 1.556 g/ekor (Hessarghatta, 2014). Perbe-
Hibrida warna putih, warna campur, dan daan tersebut disebabkan ekspresi potensi
warna cokelat pada minggu ke 1 – 5 memi- genetik itik Hibrida jantan, gen pada bulu
liki pertambahan bobot badan masing- itik Hibrida tidak berperan dalam mengatur
masing 900,00 ± 19,32, 904,17 ± 23,76, pertambahan bobot badan karena genetik
dan 913,33 ± 19,12 g/ekor relatif lebih be- yang mengatur pola pewarnaan bulu
sar dibandingkan itik Khaki Campbell dan berbeda dengan genetik yang mengatur
lebih rendah dibandingkan pertambahan pertambahan bobot badan begitu pula
bobot badan itik Peking. Thongwittaya, sebaliknya. Berbagai warna bulu pada itik
Pleusarman, Choktaworn, dan Tasaki disebabkan oleh gen melanin yang

4
mengandung pigmen, melanin berdasarkan pasang gen pada beberapa pasang
kandungan warnanya terdiri dari dua tipe kromosom yang berbeda, beberapa
yaitu eumelanin dan pheomelanin (Li, pasangan gen ada yang berisi gen aditif
Wang, Wenhua, Zhao, dan Gong, 2012), dan gen non aditif. Fenotif sifat kuantitatif
sedangkan pewarisan sifat kuantitatif tidak dapat diklasifikasikan pada kategori
merupakan interaksi gen yang bersifat yang berbeda karena mereka biasanya akan
kumulatif (saling menambah), semakin mengikuti distribusi kontinu, seperti
banyak gen dominan pada sifat tertentu pertambahan bobot badan rata-rata dan
maka pada fenotifnya akan semakin jumlah konsumsi pakan. Sifat kuantitatif
tampak tinggi, pewarisan sifat ini banyak tidak hanya dipengaruhi tingginya jumlah
terdapat pada sifat penting seperti lokus tapi juga faktor lingkungan seperti
pertambahan bobot badan, sifat keturunan iklim, gizi, peternakan, dan kesehatan
tidak dapat dibedakan diantara kelas (Anonimous, 2013; Maylinda, dkk., 1991;
fenotif dengan mudah, karena variasi Park, 2004).
dalam sifat keturunan tertentu disebabkan
oleh polygene (Maylinda, Ciptadi, dan Konsumsi Pakan
Wahyuningsih, 1991). Konsumsi pakan adalah jumlah
Warna bulu putih, campur, dan pakan yang diberikan dikurangi pakan
coklat pada itik Hibrida tidak dapat yang tersisa. Rataan konsumsi pakan
menjadi dasar keunggulan pertambahan diperlihatkan pada Tabel 1. Hasil analisis
bobot badan karena induk itik Hibrida ragam menunjukkan perbedaan warna bulu
berasal dari jenis tetua yang sama dengan itik Hibrida jantan tidak berpengaruh
warna yang berbeda. Itik Peking yang terhadap jumlah konsumsi pakan.
berasal dari Australia dan tersebar di dunia Perbedaan Warna bulu dapat mempenga-
berasal dari persilangan itik Indian Runner ruhi tingkat penyerapan energi cahaya
dengan itik Khaki Campbell putih sedang- dalam menghasilkan hormon Follicle Sti-
kan itik Khaki Campbell berasal dari mulating Hormone (FSH) untuk mening-
persilangan itik Rouen, White Indian katkan sifat kuantitatif, namun hormon
Runner dan Mallard (Sexton, 2013). Bibit tersebut tidak berpengaruh terhadap
itik Peking di Indonesia didatangkan dari pertambahan bobot badan dan konsumsi
Australia (Sidharta, 2012). pakan itik Hibrida karena FSH tidak
Sifat kualitatif pada itik Hibrida berperan dalam pertumbuhan itik.
tidak mempengaruhi sifat kuantitatif. Adomako,Olympo, Hamidu, Akortsu,
Pernyataan ini didukung oleh Anonimous Aboagye, dan Djang(2013) menyatakan
(2013), Maylinda dkk (1991), dan Park bahwa perbedaan warna bulu pada ayam
(2004) bahwa sifat kualitatif memiliki ciri petelur coklat dengan ayam petelur putih
distribusi fenotif tersendiri, sifat tersebut memiliki pengaruh sangat nyata terhadap
diatur oleh gen tunggal atau beberapa berat telur, ayam petelur bulu coklat
pasangan gen, lingkungan tidak berpe- memiliki rataan berat telur lebih besar
ngaruh terhadap ekspresi gen tersebut, dibandingkan ayam petelur bulu putih, hal
fenotif sifat kualitatif dapat dibagi menjadi itu disebabkan sinar yang diterima oleh
kategori yang berbeda di mana setiap hypotalamic photo-receptor pada ayam
anggota terlihat sama. Sifat kuantitatif petelur bulu coklat memiliki korelasi
dikendalikan oleh ratusan sampai ribuan positif dengan jumlah energi sinar yang

5
diterima untuk menstimulasi gonado- fenotif bulu warna putih, coklat dan abu-
trophin dalam mengeluarkan FSH yang abu, kemudian Itik Peking sebagai itik
mempengaruhi produksi folikel-folikel pedaging dari persilangan Indian Runner
telur lebih baik dibandingkan ayam petelur dan Khaki Campbell putih (Sexton, 2013).
putih. Sedangkan hormon yang mengatur Munculnya berbagai warna bulu pada
pertumbuhan dan konsumsi pakan adalah keturunan tersebut akibat dari hetero-
growth hormone (hormon pertumbuhan), genetik antara berbagai gen yang
triiodothyronine (T3), thyroxine (T4), dan mengontrol karakter fenotif salah satunya
Somatomedins namun produksi hormon warna bulu (Cassady, Yung, dan
tersebut tidak dipengaruhi warna bulu. Leymaster, 2002). Hasil penelitian ini
Produksi Growth hormone, triiodothyro- sesuai dengan Sutiyono, Soedarsono, Seno
nine (T3), thyroxine (T4), dan Somatome- dan Johari (2011) bahwa tiktok (mule duck)
dins dipengaruhi oleh jumlah konsumsi dari persilangan itik dengan entok
asam amino dan sintesis protein oleh itik menghasilkan keturunan dengan berbagai
(El-Far, 2014; Scanes, Samuel, dan Bowe, warna bulu namun memiliki sifat
1984). Wahju (1997) menambahkan bahwa kuantitatif yang seragam pada jenis
konsumsi pakan dipengaruhi oleh suhu kelamin jantan dengan bobot badan
lingkungan, bangsa, kesehatan, ukuran maksimal dibawah entok dan bobot
tubuh, fase kehidupan dan imbangan zat- minimal di atas itik. Persamaan potensi
zat makanan yang ada didalamnya. genetik terjadi karena potensi genetik dari
perkawinan dua jenis individu yang
Konversi Pakan berbeda mewariskan 50% genetik induk
Konversi pakan merupakan jumlah dan 50% genetik pejantan (Bugiwati,
pakan yang dikonsumsi dibagi pertam- 2012).
bahan bobot badan.Rataan konversi pakan
diperlihatkan pada Tabel 1.Hasil analisis Kesimpulan
ragam menunjukkan bahwa perbedaan Performans produksi pertambahan
warna bulu itik Hibrida jantan memiliki bobot badan, konsumsi pakan dan konversi
konversi pakan yang sama. Menurut pakan pada itik Hibrida jantan dengan
Ensminger (1992) faktor yang mempenga- warna bulu yang berbeda adalah sama.
ruhi konversi pakan adalah pakan yang
digunakan, bangsa, dan manajemen Saran
penyakit. Itik Hibrida menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian bahwa
performans baru yang memiliki konversi dalam pemeliharaan itik Hibrida jantan
pakan lebih baik dari itik Khaki Campbell untuk keperluan produksi daging tidak
dan masih kalah dengan itik Peking. perlu membedakan warna bulunya.
Persilangan dari spesies itik yang berbeda
akan menghasilkan keturunan dengan DAFTAR PUSTAKA
performans baru yang memiliki potensi Adomako, K., O.S. Olympo., J.A. Hamidu.,
genetik seragam namun berbeda dari F.D. Akortsu., P.R. Aboagye., dan H.
potensi kedua induknya seperti itik petelur Djang. 2013. Effects Of Genotype
Khaki Campbell dari persilangan dari itik And Feather Colour on Egg Quality
pedaging Rouen, itik petelur Indian Traits Of Local-Exotic Crossbreds.
Proceedings GSAP 2013
Runner dan itik Mallard yang memiliki
Conference: 297-303.

6
Anonimous. 2013. Qualitative traits and Park, H-B. 2004. Genetic Analysis of
Quantitaive traits in animals. http:// Quantitative Traits Using Domestic
web2.mendelu.cz/af_291_projekty2/ Animals. A Candidate Gene and
vseo/stranka.php?kod=471. diakses Genome Scanning Approach. Acta
3 Desember 2014. Universitatis Upsaliensis.
Comprehensive Summaries of
Budiarto, E. 2002. Biostatistika Untuk Uppsala Dissertations From Faculty
Kedokteran dan Kesehatan Masya- of Medicine: 51-60.
rakat. Jakarta: Penerbit Buku Ke-
dokteran EGC. Scanes, C. G., J. Samuel., dan J. Bowe.
1984. The Role Of Growth Hormone
Bugiwati, S.R.A. 2012. Genetika Ternak. In the Domestic Fowl. Departement
Makasar: Fakultas Peternakan Of Animal Sciences Rutger. New
Universitas Hasanuddin. Brunswick: The State University.
Cassady, P.J., L.D. Yung., dan K.A. Sexton, M. 2013. Poultry Husbandry –
Leymaster. 2002. Heterosis And Ducks: Breeds and Breeding.
Rekombinant Effects On Pig Australia: Biosecurity Pirsa
Reproductive Traits. J. Anim. Sci. Goverment of South Australia.
20(9): 2303-2315.
Sidharta, A. 2012. Kementan: Masyarakat
El-Far, A.H. 2014. Effects of Quantitative Jangan Panik Soal Flu Burung.
Feed Restriction on Serum www. Portalkbr.com diakses pada 1
Triacylglycerol Cholesterol and Desember 2014.
Growth Related Hormones in White
Pekin Ducks. Global Journal of Sutiyono, B., Soedarsono., S. Johari., dan
Biotechnology & Biochemistry 9 Y.S. Ondho. 2011. Efek Heterosis
(3):94-98. Berbagai Penampilan Tiktok Jantan
Dan Betina. Buletin Peternakan Vol.
Ensminger, M. A. 1992. Poultry Science 35(3):153-160.
(Animal Agricultural Series). 3rd
edition. Instate Publisher, Inc. Thongwittaya, N., P. Pleusarman., N.
Danville, Illiones. Choktaworn., dan I. Tasaki. 1992.
Energy and Protein Requirements of
Hessarghatta. 2014. Duck Management Khaki Campbell Thai Native Duck.
Guide. Central Poultry Development AJAS 1992 Vol. 5 No. 2: 357-363.
Organisation. India.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak
Li, S., W, Cui., Yu, W., Zhao, S., dan Y. Unggas. UGM. Press, Yogyakarta.
Gong. 2012. Identification of Genes
Related to White and Black Plumage
Formation by RNA-Seq from White
and Black Feather Bulbs in Ducks.
Gene Expression in Duck Plumage
Feather Bulbs. May 2012, Volume 7,
Issue 5. www.plosone.org
Maylinda, S., G. Ciptadi., dan S.
Wahyuningsih. 1991. Pengantar
Genetika. Malang: Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya
Malang.

You might also like