Stress Akibat Kerja

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stress Kerja Pada Karyawan

Factors Associated With Job Stress In Employees

Ahmad Jubaedi1, Rani Indriyani1, Almasatul Jannah1, Alya Rohayati1, Farhatul Abawiyyah1,
Tira Nurlita1
1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat
2)
Fakultas Kesehatan
3)
Universitas Faletehan

E-mail: ahmadjoe@gmail.com, PhoneFax +62-82-259481691

ABSTRACT
Work stress is a condition of tension that affects a person's emotions, thought processes, and
conditions. The cause of work stress that occurs due to excessive workload, high pressure from the
company, continuous directionlessness, lack of concentration in carrying out work, so that it will
have an impact on health problems. The purpose of this study was to determine what factors are
associated with work stress in employees at PT Bumimulia Indah Lestari Plant Merak in 2022. This
study was conducted to determine whether there is a relationship between gender, age, tenure and
workload on work stress. Because there are still many employees who do not know the impact of work
stress even though work stress will have an impact on the performance of their workers. The research
design used is cross-sectional. The population of this study were employees of PT Bumimulia Indah
Lestari Plant Merak. The sample in this study amounted to 59 employees, taken by total sampling
method. The results showed no relationship between age (Pv=1.000), gender (Pv=1.000), tenure
(Pv=0.699), workload (Pv=0.670) with work stress. Suggestions for employees should utilize rest
time as optimally as possible to reduce work stress. And the company should provide treatment to
workers in collaboration with psychologists.
Keywords: Work Stress, Workload, Working Period

ABSTRAK
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi
seseorang. Penyebab stres kerja yang terjadi karena beban kerja yang berlebihan, tekanan yang tinggi
dari perusahaan, tidak terarah secara terus menerus, kurang berkonsentrasi dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga akan berdampak pada gangguan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor apasaja yang berhubungan dengan stres kerja pada karyawan di PT.
Bumimulia Indah Lestari Plant Merak tahun 2022. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ada hubungan Jenis Kelamin, Umur, Masa Kerja dan Beban Kerja terhadap stres kerja. Karena masih
banyaknya karyawan yang tidak mengetahui dampak dari stres kerja padahal stres kerja akan
berdampak pada kinerja pekerjanya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional.
Populasi penelitian ini adalah karyawan PT. Bumimulia Indah Lestari Plant Merak. Sampel dalam
penelitian ini sejumlah 59 karyawan, diambil dengan metode total sampling. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan antara umur (Pv=1,000), jenis kelamin (Pv=1,000), masa kerja
(Pv=0,699), beban kerja (Pv=0,670) dengan stres kerja. Saran untuk para karyawan sebaiknya
memanfaatkan waktu istirahat seoptimal mungkin untuk mengurangi stres kerja. Dan sebaiknya
perusahaan memberikan treatment kepada pekerja dengan bekerjasama dengan psikolog.
Kata kunci: Stres Kerja, Beban Kerja, Masa Kerja
PENDAHULUAN

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2014, stres terkait pekerjaan adalah
masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan, sebanyak 50-60% dari seluruh hari kerja
yang hilang dikaitkan dengan stres akibat pekerjaan. Jumlah orang yang menderita kondisi
stres yang disebabkan oleh pekerjaan cenderung meningkat (Dimkatni et al., 2020).
Persaingan yang sangat tinggi dan tuntutan professional telah menciptakan banyak tekanan
yang dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan
kerja, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial juga sangat berpotensi menimbulkan
kecemasan. Dampak yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering
dialami oleh masyarakat atau karyawan khususnya disebut stres (Ibrahim Asbi et al., 2016).
Stres adalah reaksi negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan berlebihan yang
dibebankan kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau banyak,
(Robbins dan Coulter, 2010:16). Handoko (2001:200) mengungkapkan stres adalah suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Gusti
Yuli Asih, 2018).
Survey yang dilakukan oleh Northwestern National Life terhadap pekerja di Amerika
menunjukkan bahwa 40% pekerja dilaporkan mengalami stres di tempat kerja dan pekerja
menganggap pekerjaan mereka sebagai penyebab stres dalam hidup mereka. Sedangkan
menurut survey yang dilakukan Yale University menunjukkan bahwa sebanyak 29% pekerja
di Amerika mengalami stres di tempat kerja. (Abdillah, 2013) Penyebab stres kerja yang
terjadi karena beban kerja yang berlebihan, tekanan yang tinggi dari perusahaan, tidak terarah
secara terus menerus, kurang berkonsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga akan
berdampak pada gangguan kesehatan, kepala pusing dan mual sehingga akan memicu
ketidakpuasan kerja.
Selain itu, pada penelitian serupa oleh (Nurini et al., 2017) dengan judul Faktor yang
Berhubungan dengan Stres Kerja Pada Karyawan di PT. PLN (Persero) TJBT APP Cirebon
diperoleh dari 60 responden sebanyak 32 karyawan mengalami stres berat, hal ini
menunjukan bahwa pekerja mengalami stres kerja sebesar 53,3%, sedangkan 28 karyawan
mengalami stres kerja ringan sebesar 46,7%. Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti Beban Kerja, Masa Kerja dan Lama Kerja. Selain itu ada faktor karakteristik
individu pekerja seperti umur dan jenis kelamin juga dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi timbulnya stres kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor apasaja yang berhubungan dengan stres kerja pada karyawan di PT. Bumimulia
Indah Lestari Plant Merak tahun 2022.
SUBYEK DAN METODE

Desain Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di PT. Bumimulia Indah Lestari Plant Merak pada bulan April-Juni
Tahun 2022. Variabel bebas penelitian ini adalah Jenis Kelamin, Umur, Masa Kerja dan Beban Kerja,
sedangkan variabel terikatnya adalah Stres Kerja pada Karyawan di PT. Bumimulia Indah Lestari
Plant Merak.
Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan sebanyak 59 pekerja dengan teknik pengambilan
total sampling. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dilakukan dengan
cara kuesioner dengan metode wawancara, sedangkan data sekunder dilakukan dengan penelusuran
kepustakaan dan data jurnal internasional. Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% dan dikatakan ada hubungan yang signifikan jika nilai 0,05. Penelitian ini sudah
mendapatkan izin etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Faletehan dengan
nomor laik etik 145/KEPK.UF/VII/2022.

HASIL

Tabel 1: Gambaran stress kerja, umur, jenis kelamin, masa kerja, dan beban kerja pada
karyawan.

Varibel Kategori n %

Berat 8 14,3

Stres Kerja Sedang 38 63,7

Ringan 13 22,0

 40 Tahun 56 94,9
Umur
>40 Tahun 3 5,1

Laki-laki 31 52,5
Jenis Kelamin
Perempuan 28 47,5

Baru 21 35,6
Masa Kerja
Lama 38 64,4

Beban Kerja Berat 16 27,1

Sedang 41 69,5

Ringan 2 3,4

Total 59 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui 38 (63,7%) pekerja mengalami stres kerja sedang. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ibrahim Asbi et al., 2016) bahwa dari 32
responden, presentasi stres kerja didominasi oleh karyawan yang mengalami stres kerja
sedang. Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir, dan kondisi seseorang.
Pada variabel umur dapat diketahui mayoritas pekerja dengan umur  40 tahun sebanyak 56
(94,9%) responden. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh (Awalia et al., 2021)
menunjukan bahwa lebih banyak pekerja yang berumur muda yaitu 26-35 tahun sebanyak 48
(90,6%) responden. Karyawan dengan usia muda lebih beresiko mengalami stres kerja
dibanding dengan karyawan usia tua. karyawan dengan usia lebih tua mampu menunjukan
kematangan jiwa dibandingkan dengan karyawan usia muda.
Pada variabel jenis kelamin perempuan sebanyak 31 (52,5%) responden. Hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya oleh (Nurini et al., 2017) dari 53 responden dengan kategori
jenis kelamin perempuan sebanyak (61,9%) sedangkan kategori jenis kelamin laki-laki
sebanyak (30,0%). Jenis kelamin merupakan penentu perbedaan pengaruh sumber stres
terhadap emosi dan kelangsungan fisik. Ada beberapa alasan mengapa sumber stres yang
sama dapat mempengaruhi wanita dan laki-laki secara berbeda. Ini dapat dilihat bahwa jenis
kelamin mempengaruhi hubungan stres dan variabel yang mempengaruhinya seperti
kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, depresi secara signifikan yang lebih besar
pada wanita dibandingkan dengan pria, dan juga wanita dinyatakan lebih cepat menderita
kelelahan, kecemasan dibandingkan laki-laki (Triaryati, 2017).
Pada variabel penelitian masa kerja, hasilnya didominasi oleh karyawan masa kerja lama
sebanyak 38 (64,4%) responden. Hal ini sejalan dengan penelitian (Kusgiyanto et al., 2017)
responden masa kerja baru sebanyak 8 (25,8%) sedangkan masa kerja lama sebanyak 23
(74,2%) responden. Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan
tenaganya pada perusahaan tertentu. Masa kerja yang biasanya diiringi dengan pengalaman
kerja yang meningkat juga dapat mempengaruhi stres yang dirasakan pekerja terhadap
pekerjaannya (Mualim & Adeko, 2020).
Dan pada variabel beban kerja hasilnya didominasi oleh karyawan beban kerja sedang
sebanyak 41 (69,5%) pekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ibrahim Asbi et al., 2016)
dari 32 responden sebanyak 11 (34,4%) responden mengalami beban kerja berat dan
sebanyak 21 (65,6%) responden mengalami beban kerja sedang. Psychological Stress Load
adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan, frustasi yang dihubungkan dengan
performansi atau penampilan tugas. (Beban tekanan psikologis rendah, beban tekanan
psikologis sedang, beban tekanan psikologis tinggi).
Analisis Bivariat
Tabel 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada karyawan
Stress Kerja Total P Value OR
Variabel Berat Ringan
N % N % N %
Umur
 40 Tahun 8 14,3 48 85,7 56 100 1,000
> 40 Tahun 0 0,0 3 100 3 100
Jenis Kelamin
Perempuan 4 12,9 27 87,1 31 100 1,000 0,889
Laki-laki 4 14,3 24 85,7 28 100
Masa Kerja
Baru 2 9,5 19 90,5 21 100 0,699 0,561
Lama 6 15,8 32 84,2 38 100
Beban Kerja
Berat 3 18,8 13 81,2 16 100 0,670 1,574
Ringan 5 11,6 38 88,4 43 100

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden dengan kategori umur  40 tahun


sebanyak 8 (14,3%) responden mengalami stres kerja berat dan sebanyak 48 (85,7%)
responden mengalami stres kerja ringan. Sedangkan dari 3 responden dengan kategori umur >
40 tahun sebanyak 0 (0,0%) responden mengalami stres kerja berat dan sebanyak 3 (100%)
responden mengalami stres kerja ringan. Hasil analisis menunjukkan nilai Pvalue=1,000
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan
stres kerja pada karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa responden dengan kategori jenis kelamin
perempuan sebanyak 4 (12,9%) responden mengalami stres kerja berat dan sebanyak 27
(87,1%) responden mengalami stres kerja ringan. Sedangkan responden dengan kategori jenis
kelamin laki-laki sebanyak 4 (14,3%) responden mengalami stres kerja berat dan sebanyak 24
(85,7%) responden mengalami stres kerja ringan. Hasil analisis menunjukkan Pvalue=1,000
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan stres
kerja pada karyawan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Awalia et
al., 2021) bahwa jenis kelamin perempuan 27 (50,9%) mengalami stres berat dan sebanyak
10 (18,9%) mengalami stres kerja ringan sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6
(11,3%) mengalami stres kerja berat dan sebanyak 10 (18,9%) mengalami stres kerja ringan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden dengan masa kerja baru sebanyak 2
(9,5%) mengalami stres kerja berat dan sebanyak 19 (90,5%) responden mengalami stres
kerja ringan. Sedangkan dengan masa kerja lama sebanyak 6 (15,8%) responden mengalami
stres kerja berat dan sebanyak 32 (84,2%) responden mengalami stres kerja ringan. Hasil
analisis menunjukkan Pvalue=0,699 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja. Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Nurini et al., 2017) masa kerja 5 tahun yang mengalami
stres kerja ringan sebanyak (31,7%) dan stres kerja berat sebanyak (1,7%), sedangkan masa
kerja 5 tahun yang mengalami stres kerja ringan sebanyak (15,0%) dan stres kerja berat
sebanyak (51,7%).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa beban kerja berat sebanyak 3 (18,8%)
responden mengalami stres kerja berat dan sebanyak 13 (81,2%) responden mengalami stres
kerja ringan. Sedangkan responden dengan beban kerja ringan sebanyak 5 (11,6%) responden
mengalami stres kerja berat dan sebanyak 38 (88,4%) responden mengalami stres kerja
ringan. Hasil analisis menunjukkan Pvalue=0,670 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja pada karyawan di PT.
Bumimulia Indah Lestari Plant Merak Tahun 2022.
DISKUSI
Hubungan Umur dengan Stres Kerja Karyawan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya diketahui bahwa dari 48 reponden berusia
26-35 tahun terdapat (56,65%) responden yang mengalami stres kerja berat dan (34%) responden
yang mengalami stres kerja ringan. Sedangkan dari 5 responden yang berusia 35-45 tahun terdapat
(7%) reponden yang mengalami stres kerja berat dan (3,8%) responden yang mengalami stres kerja
ringan (Badriyah, 2015).
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja di PT. Bumimulia
Indah Lestari rata-rata berusia 19-20 tahun. Sebagian besar pekerja belum memiliki tanggung jawab
dilihat dari pekerjaan mereka, sehingga mereka tidak memiliki stres yang berat dalam melakukan
pekerjaannya. Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stres yang paling mengganggu.
Pada usia tua biasanya lebih mampu mengontrol stres dibanding dengan usia muda .

Karyawan dengan usia muda lebih beresiko mengalami stres kerja dibanding dengan
karyawan usia tua. karyawan dengan usia lebih tua mampu menunjukan kematangan jiwa
dibandingkan dengan karyawan usia muda. Dengan kata lain usia tua biasanya mempunyai
toleransi stres yang lebih baik (Dewi Mochtar et al., 2013). Faktor umur memang sulit untuk
di analisis tersendiri karena masih banyak faktor dalam individu lainnya yang ikut
berpengaruh terhadap stres kerja. Selain itu dengan bertambahnya umur, pengalaman dan
pengetahuan akan bertambah baik serta rasa tanggungjawab yang lebih besar dimana
semuanya akan dapat menutupi kekurangan untuk beradaptasi (Awalia et al., 2021).
Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Karyawan
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurini et al., 2017) masa
kerja 5 tahun yang mengalami stres kerja ringan sebanyak (31,7%) dan stres kerja berat sebanyak
(1,7%), sedangkan masa kerja 5 tahun yang mengalami stres kerja ringan sebanyak (15,0%) dan
stres kerja berat sebanyak (51,7%).
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pekerja dengan masa kerja baru telah
diberikan pelatihan oleh perusahaan sebelum ditempatkan pada pekerjannya. Oleh karena itu pekerja
yang memiliki masa kerja baru masih memiliki motivasi semangat kerja yang tinggi.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan penentu perbedaaan pengaruh
sumber stres terhadap emosi dan kelangsungan fisik serta iingkat kehadiran seseorang. Ada beberapa
alasan mengapa sumber stres yang sama dapat mempengaruhi wanita dan laki-laki secara berbeda.
Pertama, jenis kelamin memoderasi hubungan stres dan variabel yang mempengaruhinya seperti
kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Kedua, depresiasi secara signifikan lebih besar pada
wanita dibandingkan pria. Ketiga, wanita dinyatakan lebih cepat menderita kelelahan, kecemasan, dan
somatic symptoms dan mild. physiological disorder dibandingkan laki-laki. Meskipun demikian, laki-
laki umumnya tidak menampakkan gejala-gejala tersebut dalam waktu dekat, sehingga mereka
mungkin akan menderita penyakit yang lebih serius dalam jangka waktu yang lebih panjang
(Triaryati, 2017).
Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja Pada Karyawan
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurini et al., 2017) masa
kerja 5 tahun yang mengalami stres kerja ringan sebanyak (31,7%) dan stres kerja berat sebanyak
(1,7%), sedangkan masa kerja 5 tahun yang mengalami stres kerja ringan sebanyak (15,0%) dan
stres kerja berat sebanyak (51,7%).
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pekerja dengan masa kerja baru telah
diberikan pelatihan oleh perusahaan sebelum ditempatkan pada pekerjannya. Oleh karena itu pekerja
yang memiliki masa kerja baru masih memiliki motivasi semangat kerja yang tinggi.
Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan
tertentu. Masa kerja yang biasanya diiringi dengan pengalaman kerja yang meningkat juga dapat
mempengaruhi stres yang dirasakan pekerja terhadap pekerjaannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa
masa kerja lama dapat menimbulkan kondisi stres kerja ketegori sedang yang berdampak terhadap
pekerjaannya misalnya mengalami penurunan produktivitas kerja (Mualim & Adeko, 2020).
Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Pada Karyawan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ibrahim Asbi et al., 2016)
bahwa responden dengan beban kerja berat sebanyak (45,0%) yang mengalami stres kerja berat dan
sebanyak (55,0%) yang mengalami stres ringan, sedangkan dengan beban kerja ringan sebanyak
(16,7%) responden mengalami stres kerja berat dan sebanyak (83,3%) responden mengalami stres
kerja ringan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beban kerja tidak ada hubungan dengan stres
kerja. Pekerja hanya fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab mereka. Sehingga kebanyakan dari
pekerja memiliki beban kerja yang ringan dengan intensitas stres kerja ringan.
Beban kerja merupakan banyaknya tugas dengan tanggung jawab yang harus dilakukan
organisasi unit dalam satu waktu dan jumlah tenaga kerja tertentu. Beban kerja berfokus pada tuntutan
pekerjaan di tempat kerja yang dialami oleh pekerja (Apriani et al., 2013).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 59 responden mengenai faktor-faktor stres kerja
pada karyawan sebanyak (14,3%) responden mengalami stres kerja berat, (94,9%) responden dengan
kategori umur ≤ 40 tahun, (52,5%) respoden dengan kategori jenis kelamin perempuan, (35,6%)
responden dengan masa kerja baru, (27,1%) responden dengan beban kerja berat. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan umur, jenis
kelamin, masa kerja, dan beban kerja.
SARAN

1. Bagi perusahaan
a. Perusahaan memberikan treatmen kepada pekerja dengan bekerjasama dengan
psikolog.
b. Perusahaan sebaiknya melakukan observasi secara berulang setiap 3 bulan sekali
untuk melihat perkembangan selanjutnya tentang stres kerja tersebut sehingga
tidak berdampak pada kinerja pekerja.
2. Bagi Karyawan
a. Diharapkan karyawan untuk dapat mengenali timbulnya stres dan menghentikan
pekerjaan sesaat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan ketika bekerja.
b. Diharapkan para karyawan memanfaatkan waktu istirahat seoptimal mungkin
untuk mengurangi stres kerja.
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan jurnal penelitian ini. Penulisan jurnal ilmiah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulisan ilmiah.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, cukup sulit bagi kami
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh sabab itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dini Daningrum S.KM., MKM selaku dosen pengampu mata kuliah penulisan ilmiah.
2. Bapak Ahmad Jubaedi S.KM., MKM selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dukungan serta masukan kepada penulis.
3. Kakak Rani Indriyani S.KM selaku penulis karya skripsi.
4. Terimakasih kepada teman-teman yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya di
sela-sela kesibukan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, F. (2013). Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Pada Pekerja
Kuli Angkut Buah Di “Agen Ridho Illahi” Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
2.
Apriani, D., Nurani, R., & Praningrum. (2013). Analisis Karakteristik Individu, Komitmen, Organisasi Beban
Kerja dan Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Bengkulu. The Manager Review
Jurnal Ilmiah Manajemen, 272.
Awalia, M. J., Medyati, N., & Giay, Z. (2021). Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Dengan Stress Kerja Pada
Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Kwaingga Kabupaten Keerom. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan, 5(2), 480.
Badriyah. M. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Gusti Yuli Asih, H. W. (2018). STRESS KERJA. Semarang: Semarang University Press.
Ibrahim Asbi, Amansyah Munawir, & Nurfaridha Yahya Githa. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Stress Kerja Pada Pekerja Factory PT. Maruki Internasional Indonesia Makasaar Tahun 2016. Al-
Sihah: Public Healt Since Journal.
Mualim, M., & Adeko, R. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pekerja bagian dryer
PT. bukit angkasa makmur (BAM) di kabupaten bengkulu tengah. Jurnal Of Nursing And Public
Health, 8.
Nurini, Rahmawati, A., & Nuraeni, T. (2017). Faktor Yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada Karyawan di
PT. PLN (Persero) TJBT APP Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2), 62.
Triaryati, N. (2017). Pengaruh Adaptasi Kebijakan Work Family Issue Terhadap Absence dan Turnover.
Jurnal Widya Manajemen & Akuntansi.
Wayan Dimkatni, N., Jufri Sumampouw, O., & Ellen Manampiring, A. (2020). Apakah Beban Kerja, Stres
Kerja dan Kualitas Tidur Mempengaruhi Kelelahan Kerja pada Perawat di Rumah Sakit. Sam
Ratulangi Journal of Public Health, 1(1), 10.

You might also like