Jurnal+asketik+vol 1+no 1-49-59

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PERAN KOPERASI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

TERPAPAR PADA KAWASAN RAWAN BENCANA


DI WILAYAH KABUPATEN TUBAN

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala


Universitas Dr. Soetomo Surabaya
ninis.fadillah@gmail.com

Abstract
As the one of populist economy institute in Indonesia, cooperatives have been grown and developed almost in
the most of territory in Indonesia. No exception, probability there are also many cooperatives within the disaster
prone territories or region. So that the existence of cooperatives in disaster prone area will be the pedestal
and hope of local society to come into play and help quickly to give stimulant recovery and society economy
empowerment, in the moment when the societies get disaster.
Cooperative is one of institute that can participate together with society in the disaster risk management. As the
institute that is established together and based on kinship, cooperatives are hoped be the nearest institute with
citizen so that can result best solutions to overcome disaster problem.
There are various manners that can be done cooperatives to help the society to decrease the disaster impact; one
of them is to prepare reserve stock for emergency needs. Because of still in the region that is prone of disaster,
the stocks should be stored in the save place. These reserve stocks can be taken from SHU (effort remaining
results) appropriated to the agreement, so that it can be given freely while wait the help from outsiders. So on
the other word cooperatives have the function as the provider of emergency needs after disaster so the needs of
victims (the societies around cooperative) can be fulfilled quickly.
Keywords: Cooperative, Economy Empowerment, Disaster Prone Region

I. PENDAHULUAN Ini berarti, dengan berbekal landasan, azas


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 dan tujuan tersebut, di manapun Koperasi
tentang Perkoperasian, pasal 1 ayat (1) berada dan beroperasi, keberadaannya akan
menyatakan bahwa; Koperasi adalah badan hukum menjadi tumpuan dan harapan dalam upaya
yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan peningkatan kehidupan sosial dan kehidupan
hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para ekonomi masyarakat yang berada di sekitar
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, wilayah kerja koperasi. Dengan demikian,
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di cukup beralasan jika di suatu daerah, di mana
bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan lembaga koperasi ada, masyarakat sebagai
nilai dan prinsip Koperasi. Sedang landasan, azas anggota dan atau masyarakat pada umumnya
dan tujuan di dalam pasal 2 dinyatakan bahwa; berharap kepada Koperasi untuk bisa
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang- membantu dan berperan di dalam menghadapi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun permasalahan ekonomi dan sosial, dalam upaya
1945, dan pada pasal 3 dinyatakan bahwa; untuk penanggulangan, pengentasan dan
Koperasi berdasar atas asas kekeluargaan, dengan upaya meminimalisir peningkatan kemiskinan.
tujuan yang dinyatakan pada pasal 4 bahwa; Seperti diketahui, penyebab timbulnya
Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh
Anggota pada khususnya dan masyarakat pada permasalahan ekonomi dan sosial semata,
umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak banyak faktor lain yang saling berpengaruh.
terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional Kemiskinan juga bisa diakibatkan oleh tingkat
yang demokratis dan berkeadilan. pendidikan yang rendah, kepemilikan lahan
yang sempit, dan akses informasi serta akses

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala, Peran Koperasi 45


pasar yang sulit1. Terlepas dari penyebab untuk peningkatan peranan dalam upaya
tersebut di atas, kemiskinan merupakan pemberdayaan kembali koperasi dan anggota
kondisi krisis sosial yang dampaknya dapat koperasi maupun masyarakat umum disekitar
menciptakan multiplier effect terhadap sendi- wilayah kerjanya, untuk berbenah dan bangkit
sendi kehidupan masyarakat. Krisis sosial dari keterpurukan perekonomian masyarakat
dan tata kehidupan yang tidak normal, yang akibat terpapar bencana.
berdampak kepada kemiskinan bisa juga Seperti diketahui, bahwa Bencana2: adalah
timbul di dalam suatu komunitas, ketika peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
bencana –bencana alam, non alam, bencana dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
social, dan atau kegagalan tehnologi- secara masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
tiba-tiba datang melanda di suatu daerah dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
dan kawasan tertentu dan secara mendadak sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
dapat membuat komunitas atau masyarakat di manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
kawasan terdampak bencana, menjadi miskin benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah
secara masal dalam waktu bersamaan. Bahkan, bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
ketika bencana melanda, seringkali sarana serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
prasarana publik yang tersedia menjadi tidak antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Begitu meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
juga kondisi dari lembaga-lembaga ekonomi longsor. Sedang yang dimaksud Bencana non alam
rakyat seperti pasar dan perkoperasian yang adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
berada di wilayah terpapar bencana, akan atau rangkaian peristiwa non alam yang antara
ikut menjadi korban, sehingga tidak berfungsi lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
sebagaimana layaknya. epidemi, dan wabah penyakit. Sementara itu yang
Koperasi sebagai salah satu lembaga dimaksud dengan Bencana sosial adalah bencana
ekonomi kerakyatan di Indonesia telah yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
tumbuh dan berkembang hampir disebagian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
besar daerah di Indonesia. Tidak terkecuali, meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
kemungkinan Koperasi juga ada dan banyak komunitas masyarakat, dan teror.
beroperasi di daerah-daerah dan atau di Pengertian bencana sebagaimana diuraikan
wilayah dan kawasan yang rawan bencana, di atas, khususnya untuk bencana alam, akhir-
sehingga keberadaan Koperasi di kawasan akhir ini sering terjadi dan melanda daerah-
rawan bencana akan menjadi tumpuan harapan daerah di seluruh wilayah Indonesia, tidak
masyarakat sekitar untuk dapat dengan cepat terkecuali di wilayah Provinsi Jawa Timur,
ikut berperan dan membantu memberikan yang dikenal sebagai kawasan rawan bencana,
stimulan pemulihan dan pemberdayaan karena Jawa Timur memiliki hampir seluruh
ekonomi rakyat, di saat masyarakat terpapar jenis bencana alam ; Gempa bumi, Tsunami,
bencana. Koperasi, sebagai organisasi yang Gunung Api, Banjir, Kekeringan, Angin topan,
memiliki infrastruktur lengkap, seperti dan Tanah longsor, sehingga dalam peta
lembaga Pembina yang ada di Dinas Koperasi dan kebencanaan banyak wilayah dikategorikan
UKM, baik di Provinsi maupun di Kabupaten/ sebagai daerah rawan bencana.
kota, diperkirakan akan dapat membantu Kabupaten Tuban sebagai bagian dari
memberikan dukungan kepada Koperasi di Provinsi Jawa Timur, tidak lepas dari kondisi
daerah kerjanya dan atau di wilayah kawasan ancaman dan kerawanan bencana. Data
rawan bencana yang sedang menghadapi bencana yang paling sering dihadapi oleh
masalah, dengan memberikan pendampingan Kabupaten Tuban adalah bencana Banjir.

John Kenneth Galbraith; The Nature of Mass Peverty,


1 2
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Harvard University Press, 1979. Kebencanaan, Pasal 1.

46 Asketik Vol. 1 No. 1 Juli 2017 | 45-55


Melihat kondisi dan situasi Kabupaten Tuban jangka panjang, diduga akan menciptakan
yang berada di dalam kawasan rawan bencana, multiplier effect terhadap tata kehidupan dan
maka tata kehidupan dari masyarakat dan perekonomian masyarakat secara luas, yang
lembaga koperasi yang ada, dalam setiap akhirnya akan mengganggu perekonomian
aktivitas dan usahanya diperkirakan akan dan pertumbuhan ekonomi daerah, ekonomi
sering menghadapi resiko terpapar bencana, wilayah dan perekonomian regional.
yang setiap saat dapat terjadi. Pengalaman Permasalahan yang timbul dan menimpa
menunjukkan, pada saat bencana melanda, masyakat akibat bencana, bagaimanapun
tata kehidupan yang sebelumnya normal, harus diantisipasi dan diatasi dengan
tenang, baik dan harmonis, berubah mendadak berbagai kebijakan dan program kerja oleh
menjadi tidak menentu dan tidak lagi normal, berbagai pihak terkait, baik pemerintah,
karena terdampak oleh kerusakan phisik masyarakat maupun dunia usaha. Peran
maupun non phisik serta kemungkinan adanya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha pada
sebagian dari masyarakat yang harus pergi dasarnya dapat dilaksanakan dan dijalankan
dan atau terpaksa pergi meninggalkan daerah sesuai dengan tahapan kegiatan dalam
asalnya untuk menjadi pengungsi. penanggulangan bencana, yakni tahapan
Kondisi perubahan akibat terpapar ; Pra Bencana, Darurat/Kedaruratan, dan
bencana akan menciptakan dan membuat Pasca Bencana. Peranan terhadap kegiatan
tata kehidupan normal menjadi tidak normal penanggulangan bencana dari berbagai
dan memunculkan kerentanan komunitas pihak sangat diharapkan, terutama dalam
dalam berbagai hal. Ketidak normalan dalam rangka meningkatkan ketahanan masyarakat,
tata kehidupan masyarakat antara lain memulihkan tata kehidupan dan merehabilitasi
dapat terjadi dalam berbagai aspek ; sosial, kondisi kehidupan ke arah kehidupan yang
budaya, ekonomi, keamanan dan mental lebih baik, khususnya dengan implementasi
phisikologis yang rentan, khususnya pada kebijakan dan/atau program kerja di bidang
masa darurat, saat transisi darurat dan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat terpapar
masa pasca bencana. Kehidupan tidak normal bencana melalui kegiatan pendampingan peran
akibat dampak bencana tidak saja melanda pemberdayaan perekonomian masyarakat
masyarakat terpapar secara perorangan, tetapi terpapar bencana di daerah-daerah rawan
juga melanda masyarakat secara komunal, bencana.
phisik maupun non-phisik serta merusak tata Koperasi sebagai badan usaha
kelembagaan yang ada, baik lembaga publik beranggotakan orang-seorang atau badan
maupun ekonomi, seperti sarana prasarana hukum, merupakan lembaga yang dapat
layanan publik milik pemerintah, pengusaha melaksanakan kegiatan pendampingan dan
dan atau milik masyarakat koperasi serta pasar peningkatan peran bagi pemberdayaan
sebagai lembaga ekonomi di daerah terpapar ekonomi masyarakat anggota koperasi maupun
bencana. masyarakat umum yang terpapar dan tinggal
Jika kondisi ini terus berlanjut, tidak di daerah rawan bencana. Adapun koperasi
menutup kemungkinan akan terjadi yang dipilih adalah 1) Koperasi Simpan Pinjam
peningkatan jumlah penduduk miskin, “Sumber Hidup” di Desa Penidon, Kecamatan
munculnya pengangguran, kegiatan Plumpang 2) Koperasi Wanita “Bina Sejahtera”
pendidikan terganggu, tingkat kesehatan Gedongombo Kecamatan Semanding, dan
masyarakat menurun, dan tingkat pendapatan 3) Koperasi Wanita “Bina Sejahtera” di Desa
menjadi rendah, yang tentu juga akan melanda Ngadipuro Kecamatan Widang.
lembaga Koperasi, masyarakat umum, atau
masyarakat anggota koperasi itu sendiri.
Jika kondisi di atas terus berlangsung dalam

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala, Peran Koperasi 47


II. TINJAUAN PUSTAKA yakni kondisi yang mendukung masyarakat
A. Pengertian Pemberdayaan menemukan potensinya untuk didayagunakan
Pemberdayaan secara etimologis, berasal semaksimal mungkin. Dalam konteks ini,
dari kata “berdaya” yakni bentuk upaya pemberdayaan sering juga disebut alternative
revitalisasi masyarakat sebagai aktor penting development, yang kemudian menjadikan
dalam pemerintahan. Pergeseran paradigma makna dari pemberdayaan berkembang ke
dari government menuju governance berimplikasi berbagai hal seperti community development
pada munculnya dua aktor lain selain negara karena upaya pembangunan mengarah pada
(state) seperti masyarakat (society) maupun manusia (people centered development). Di
kelompok intermediari yakni media dan partai mana Community development pada dasarnya
politik menjadikan konteks pemberdayaan merupakan istilah teknis yang mendeskripsikan
menjadi penting (Peter, 2000)3. Adapun makna model pemberdayaan yang dilakukan
pemberdayaan (empowering) dalam bahasa oleh masyarakat dengan memanfaatkan
Indonesia serapan ditulis empowerisasi, sinergisitas dengan pihak lain. Kondisi ini
yang pada dasarnya adalah memberikan menjadikan konteks relasi dalam komunitas
power kepada masyarakat untuk menjadikan menjadi penting untuk memperkuat jejaring
entitas ini sebagai aktor yang perlu diperkuat dan lain sebagainya, sehingga secara garis
eksistensi dan posisinya. besar, konteks pemberdayaan yang dilakukan
Upaya pemberdayaan sudah ada sejak di dalam community development pada dasarnya
tahun 1980 bersamaan dengan diseminasi bersifat charity karena hanya menstimulus
gagasan good governance di seluruh dunia. adanya motivasi “berdaya” dari setiap anggota
Untuk kasus Indonesia, gaung pemberdayaan masyarakat. Namun dalam perkembangannya,
baru mulai pada sekitar akhir tahun 2006. justru konteks charity berubah menjadi
Dalam hal ini ada dua kecenderungan mendasar grant akibat empowerisasi itu sendiri, yang
terhadap munculnya pemberdayaan; Pertama, pada akhirnya mengalami transformasi dari
Kecenderungan primer, yakni munculnya sekadar berbasis social capital ke arah economic
limitas kapasitas yang dimiliki negara dalam capital. Kondisi dan perkembangan itulah yang
fungsi kontrol maupun regulator sehingga kemudian menjadikan konteks pelayanan
diperlukan adanya kekuatan ekstra parlemen (services) kemudian berkembang dari tujuan
independen untuk mengontrol. Ke dua; dan arah yang semula non profit berubah
Kecenderungan sekunder adalah perlunya menuju profit oriented dengan berbasis kondisi
penguatan kapasitas yang diperlukan oleh sosial masyarakat itu sendiri. Ginanjar K4,
masyarakat dalam memperkuat kapasitas menyatakan bahwa; Konsep pemberdayaan
instusionalisasinya sebagai aktor yang berdaya. masyarakat muncul karena adanya kegagalan
Maka penyebutan Community (komunitas) dan harapan.
merupakan bentuk masyarakat berdaya yang Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya
mampu independen dan terinstitusionalisasi model pembangunan ekonomi dalam upaya
secara kolektif. Dari sisi sosiologis, terdapat menanggulangi masalah kemiskinan dan
tiga makna pemberdayaan ; 1) Enabling, kondisi lingkungan berkelanjutan. Di sisi lain,
yang memungkinkan masyarakat untuk bisa harapan muncul karena adanya alternatif
memperkuat kemandirian secara pribadi pembangunan yang memasukkan nilai-
maupun kolektif. 2) Empowering, yakni suatu nilai demokrasi, persamaan gender, serta
kondisi yang memberi kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi yang memadai.
bagi masyarakat untuk menyelesaikan Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
permasalahannya sendiri, 3) Supporting, untuk meningkatkan harkat dan martabat
4
Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan: Teori,
Peters, B.Guy. 2000. The Politics of Bureaucracy, London:
3
Kebijaksanaan, dan Penerapan, 1997
Routledge

48 Asketik Vol. 1 No. 1 Juli 2017 | 45-55


lapisan masyarakat yang dalam kondisi tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan
sekarang tidak mampu melepaskan diri dari nilai budaya modern, kerja keras, hemat,
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. keterbukaan, dan akuntabilitas adalah bagian
Dengan kata lain, pemberdayaan adalah upaya pokok dari upaya pemberdayaan, termasuk
memampukan dan memandirikan masyarakat. pembaharuan institusi sosial dan integrasinya
Dalam upaya memberdayakan masyarakat ke dalam kegiatan pembangunan dan peranan
dapat dilihat dari tiga sisi ; Pertama, menciptakan masyarakat itu sendiri. Ketiga, memberdayakan
suasana atau iklim yang memungkinkan mengandung pula arti melindungi, dalam
potensi masyarakat berkembang (enabling). proses pemberdayaan, harus dicegah yang
Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa lemah menjadi bertambah lemah, karena
setiap manusia dan masyarakat, memiliki kekurangberdayaan dalam menghadapi
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, yang kuat. Perlindungan dan keberpihakan
tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa kepada yang lemah merupakan dasar dalam
daya karena jika demikian masyarakat itu konsep pemberdayaan. Dengan demikian
akan sudah punah. Pemberdayaan adalah pemberdayaan masyarakat erat kaitannya
upaya membangun daya dengan mendorong, dengan upaya pemantapan, pembudayaan dan
memotivasikan, dan membangkitkan pengamalan demokrasi.
kesadaran akan potensi dimiliki serta upaya
mengembangkannya. Kedua, memperkuat B. Pemberdayaan Masyarakat
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat Pemberdayaan berperan mewujudkan
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan konsep masyarakat belajar atau concept of
langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya societal learning dengan cara mempertemukan
menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini antara pendekatan top down approach dengan
meliputi langkah-langkah nyata, menyangkut pendekatan bottom-up approach yang pada
penyediaan berbagai masukan (input) dan dasarnya kontradiktif. Pemberdayaan
pembukaan akses ke berbagai peluang masyarakat merupakan proses perubahan
(opportunities) yang akan membuat masyarakat struktur yang harus muncul dari masyarakat,
menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan, dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya
upaya pokok adalah peningkatan taraf ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
pendidikan, derajat kesehatan, serta akses ke Proses perubahan tersebut berlangsung
dalam sumber kemajuan ekonomi seperti ; secara alamiah dengan asumsi setiap anggota
modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, masyarakat sebagai pelaku-pelaku sosial ikut
dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan dalam proses perubahan tersebut.
ini menyangkut pembangunan prasarana dan Dalam arti luas, pengertian pemberdayaan
sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, dapat diterjemahkan sebagai perolehan
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas kekuatan dan akses terhadap sumberdaya
pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau untuk mencari nafkah. Pemberdayaan
oleh masyarakat lapisan paling bawah, serta dalam konsep (wacana) politik menurut
ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, Dahl (1963:50)5 merupakan kekuatan yang
pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, menyangkut kemampuan seseorang (pihak
di mana terkonsentrasi penduduk yang pertama) untuk mempengaruhi orang lain
keberdayaannya amat lemah. Untuk itu, perlu (pihak kedua) yang sebenarnya tidak diinginkan
ada program khusus bagi masyarakat yang oleh pihak kedua. Pemberdayaan memerlukan
kurang berdaya, karena program umum yang keterlibatan masyarakat secara aktif, dalam
berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan konteks pemberdayaan, masyarakat harus
masyarakat. Pemberdayaan bukan hanya diberdayakan untuk merumuskan sendiri
penguatan individu anggota masyarakat,
5
Dahl. 1963. Democracy and Its Critics.

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala, Peran Koperasi 49


melalui sebuah proses pembangunan secara psikologis akan membentuk rasa
konsensus di antara berbagai individu dan keberpihakan kepada masyarakat.
kelompok sosial yang memiliki kepentingan 4) Memperkuat potensi yang ada, dilakukan
dan menanggung resiko langsung (stakeholders) dengan mengorganisasi masyarakat dalam
akibat proses atau intervensi pembangunan, kelompok/komunitas yang dikembangkan
baik pembangunan ekonomi, sosial maupun dengan memberikan masukan/input serta
lingkungan fisik, yang berisikan arah, tujuan, membuka berbagai peluang berkembang
cara dan prioritas pembangunan yang akan sehingga masyarakat semakin berdaya.
dilakukan. Sasaran program pemberdayaan Secara aplikatif pemberdayaan
masyarakat mengarah pada penduduk miskin (empowerment) terhadap kelompok
dan perempuan, yang kebanyakan penganggur masyarakat bawah dan menengah, dapat
menyebabkan mereka sadar, yakin dan percaya dilakukan dengan 2 (dua) hal sebagai
diri untuk dapat berusaha. Dengan begitu, berikut.
maka mereka akan berusaha menampilkan 1. Penguatan akses (accesibilty empowerment).
apa yang dapat diperbuat dan diusahakan dan 2. Penguatan teknis (technical empowerment).
nantinya dapat dikerjakan bersama.
Berawal dari hal sederhana, maka semangat C. Langkah-Langkah Pemberdayaan
masyarakat dalam membangun, walaupun Pemberdayaan (empowerment) diartikan
dengan cara dan pemahaman mereka sendiri sebagai kegiatan memberikan power
sendiri, akan terus berlanjut dan keberdayaan kepada masyarakat agar menjadi entitas
masyarakat dalam artian mandiri tanpa yang memiliki kekuatan dalam eksistensi
menggantungkan terhadap pemerintah akan posisi di lingkungannya. Ada 3 (tiga) kunci
tercapai. Kondisi seperti di atas, akan membuat pemberdayaan yang dapat dilakukan (Ken
masyarakat merasa nyaman, tenteram dan Blancard, 2002)6, yakni;
dihargai, sehingga iklim berusaha akan terjaga 1) Berbagi informasi akurat dengan
dan semangat membangun terus terpelihara setiap orang adalah kunci awal untuk
di dalam masyarakat. Hal ini tidak terlepas memberdayakan kelompok sasaran,
dari peran serta kelompok masyarakat yang dengan: a) Membiarkan orang memahami
harus dan terus didampingi oleh pihak situasi yang sebenarnya terjadi, b)
pemberdayaan. Pemberdayaan yang akan Membangun kepercayaan di seluruh
dilakukan memerlukan langkah-langkah target pemberdayaan, c) Menghilangkan
riil dalam penanganannya, langkah untuk pemikiran hirarkis tradisional, d) Membantu
mewujudkan tujuan pemberdayaan dapat orang menjadi lebih bertanggungjawab,
dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut. dan e) Mendorong orang untuk bertindak
1) Membentuk iklim yang memungkinkan seperti pemberdayaan.
masyarakat berkembang. 2) Menciptakan otonomi melalui batas
2) Menyadarkan masyarakat untuk wewenang kerja, dengan langkah; a)
berkembang. Proses ini dilakukan Membangun otonomi atas dasar sharing
dengan mengajak masyarakat mengenal informasi, b) Melakukan klarifikasi Visi/
wilayahnya melalui survey dan analisis. tujuan dengan meminta masukan dari
Proses ini disebut dengan participatory setiap orang obyek pemberdayaan, c)
survey dan participatory analysis. Membantu menterjemahkan Visi ke dalam
3) Memotivasi masyarakat dilakukan dengan peran dan sasaran pemberdayaan, d)
mengajak masyarakat menggambarkan Menentukan nilai-nilai dan aturan yang
dan merencanakan wilayah, disebut mendasari tindakan yang dikehendaki,
participatory design and planning. Pendekatan
yang dilakukan terhadap masyarakat Ken Blancard,; Empowerment, Takes More Than a Minute,
6

2 Edition, Penerbit Amara Books, Yogjakarta, 2002


nd

50 Asketik Vol. 1 No. 1 Juli 2017 | 45-55


karena jika nilai-nilai jelas maka peran Koperasi Dalam Rangka Pemberdayaan
pembuatan keputusan akan lebih mudah, Ekonomi Masyarakat Terpapar Pada Kawasan
e) Mengembangkan struktur dan prosedur Rawan Bencana, sedangkan data sekunder
yang dapat memberdayakan orang, dan f) berupa dokumen atau arsip yang berkaitan
Mengingatkan semua orang yang menjadi dengan ke 3 Koperasi tersebut.
obyek, bahwa pemberdayaan merupakan
suatu perjalanan. IV. PEMBAHASAN
3) Mengganti pemikiran hirarkis dengan A. Peran Koperasi dalam Pengurangan
tim mandiri, dengan mengajarkan kepada Resiko Bencana
orang lain segala sesuatu yang dapat Dalam mengurangi risiko bencana
mereka lakukan agar tidak tergantung, sebaiknya dipersiapkan secara matang dan
untuk itu perlu ; a) Tim yang berdaya agar menyeluruh. Keselamatan jiwa memang
dapat berbuat lebih banyak dibanding penting, namun yang tidak kalah penting
individu yang berdaya, b) Orang tidak mulai adalah menjaga keberlangsungan hidup ke
dengan pengetahuan tentang bagaimana depannya termasuk memastikan keberlanjutan
bekerja dalam tim mandiri, mereka akan pendapatan pasca bencana. Setelah terjadi
berdaya secara langsung dalam sebuah bencana biasanya warga akan kehilangan
team, c) Ketidak puasan harus disadari pendapatan rutinnya sehingga mereka sangat
merupakan langkah alami dalam proses tergantung terhadap bantuan selama beberapa
pemberdayaan, d) Setiap orang harus waktu
dilatih ketrampilan-ketrampilan Tim, e) Dampak dari bencana itu sendiri dibagi
Komitmen dan dukungan harus berasal menjadi dua yaitu dampak langsung dan
dari atasan atau pihak pemberdaya, f) Tim dampak tidak langsung. Dampak langsung
yang memiliki informasidan ketrampilan adalah kerusakan sebagian atau total suatu
dapat menggantikan pemikiran yang lama. aset seseorang atau kelompok. Dampak
tidak langsung muncul setelah bencana
III. METODOLOGI terjadi, salah satunya adalah mempengaruhi
Untuk mengupas peran koperasi dalam keadaan ekonomi korban seperti misalnya
rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat terganggunya akses jalan dan informasi yang
terpapar pada kawasan rawan bencana yang menghambat kegiatan perekonomian.
ada di wilayah Tuban, digunakan pendekatan Oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga
deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk untuk membantu masyarakat dalam mengelola
menggambarkan dan menjelaskan serta risiko bencana. Koperasi adalah salah satu
mengevaluasi peran dari 3 koperasi terpilih lembaga yang dapat berpartisipasi bersama
yaitu 1) Koperasi Simpan Pinjam “Sumber masyarakat dalam hal pengelolaan risiko
Hidup” di Desa Penidon, Kecamatan Plumpang bencana. Sebagai lembaga yang didirikan
2) Koperasi Wanita “Bina Sejahtera” secara bersama-sama dan berasaskan
Gedongombo Kecamatan Semanding, dan kekeluargaan, koperasi diharapkan menjadi
3) Koperasi Wanita “Bina Sejahtera” di Desa lembaga yang terdekat dengan warga sehingga
Ngadipuro Kecamatan Widang. bisa menghasilkan solusi terbaik untuk
Data yang dibutuhkan meliputi data primer mengatasi masalah kebencanaan.
dan/atau data sekunder yang berhubungan Koperasi di sini diartikan sebagai sebuah
dengan Peran Koperasi Dalam Rangka bentuk usaha dengan jenis bermacam-macam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terpapar seperti koperasi simpan pinjam, koperasi
Pada Kawasan Rawan Bencana Di Wilayah tani, dan koperasi konsumsi. Koperasi
Kabupaten Tuban. Data Primer di fokuskan pada dengan dukungan beberapa pihak terkait
penjelasan dan pendapat informan tentang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala, Peran Koperasi 51


masyarakat untuk meminimalkan risiko disimpan di tempat yang aman. Stok cadangan
ekonomi akibat bencana. Kesadaran akan ini dapat diambil dari sebagian SHU (Sisa Hasil
bencana perlu ditanamkan dalam pola pikir Usaha) sesuai kesepakatan, sehingga nantinya
masyarakat disekitar wilayah kerja Koperasi / dapat dibagikan secara gratis sambil menunggu
KUD datangnya bantuan dari pihak luar. Jadi
Ketergantungan terhadap satu jenis dengan kata lain koperasi berfungsi sebagai
mata pencaharian menjadi salah satu faktor penyedia kebutuhan darurat pasca bencana
yang memperbesar risiko bencana. Karena sehingga kebutuhan korban (masyarakat
itu diperlukan keterampilan tambahan bagi sekitar koperasi) dapat segera terpenuhi.
masyarakat agar memiliki pilihan untuk Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah
melakukan pekerjaan alternatif. Pekerjaan kerjasama antar koperasi. Koperasi tidak dapat
alternatif ini sebaiknya merupakan pekerjaan menjalankan usahanya secara maksimal tanpa
yang memiliki risiko relatif kecil terhadap dukungan dari pihak luar termasuk koperasi
bencana sehingga diharapkan tetap akan lain. Terkait dengan pengelolaan bencana,
memberikan penghasilan meski terjadi kerjasama antar koperasi dilakukan untuk
bencana. Pekerjaan alternatif ini sangat membantu koperasi yang terdampak bencana.
beragam sesuai dengan kondisi lingkungan Secara umum, koperasi yang surplus bisa
serta jenis bencana yang kemungkinan terjadi. membantu koperasi yang defisit. Surplus di
Koperasi sebagai salah satu sumber penyedia sini dapat diartikan banyak hal seperti modal
modal bagi masyarakat memiliki kepentingan maupun barang. Sebagai contoh, suatu koperasi
dalam hal ini. Kemampuan anggotanya dalam simpan pinjam bisa menyalurkan surplus
mengelola risiko usaha akan mempengaruhi dananya kepada koperasi di daerah bencana
besar kecilnya risiko pembiayaan yang yang sedang mengalami defisit pendanaan
dihadapi koperasi tersebut. dengan perjanjian khusus. Modal di sini
Untuk menghadapi kemungkinan terburuk juga dapat berarti modal pengetahuan, yang
akibat bencana juga dibutuhkan dana cadangan. memungkinkan terjadinya transfer ilmu antar
Masyarakat perlu mengalokasikan sebagian koperasi sesuai pengalaman masing-masing
penghasilan mereka untuk kebutuhan darurat dalam hal ini adalah terkait pengelolaan risiko
seperti saat terjadi bencana. Salah satu cara bencana. Kerjasama antar koperasi memang
untuk melakukannya adalah dengan tabungan. sangat dibutuhkan dalam terwujudnya
Di sini peran koperasi juga diperlukan untuk kesejahteraan dan kemandirian masyarakat
meningkatkan kesadaran menabung. Bagi sehingga dapat bertahan dari segala bencana.
masyarakat, tabungan dapat menjadi jaminan
tersedianya kebutuhan darurat pasca bencana. B. Peran Koperasi Dalam Pemberdayaan
Bagi koperasi, tabungan dapat menjadi Ekonomi Masyarakat Melalui Fasilitasi
salah satu sumber dana pembiayaan yang Program Dana Bergulir.
akan disalurkan ke masyarakat. Dalam hal Kondisi usaha koperasi yang berada di
penyaluran pembiayaan, hendaknya koperasi daerah rawan bencana di Kabupaten Tuban,
melakukan diversifikasi sehingga penyaluran secara rata-rata berjalan baik dan menjalankan
pembiayaan tidak terfokus pada satu jenis usaha sesuai kaidah usaha perkoperasian.
usaha atau daerah saja. Akan tetapi ditinjau dari skala usaha rata-
Ada beragam cara yang dapat dilakukan rata dari 3 (Tiga) koperasi terpilih masih
koperasi untuk membantu masyarakat dalam berada dalam skala usaha relatif kecil dan
mengurangi dampak bencana, salah satunya lemah, sehingga untuk dapat berperan dalam
adalah dengan menyediakan stok cadangan pemberdayaan ekonomi masyarakat terpapar
untuk kebutuhan darurat. Karena masih dalam di kawasan rawan bencana, masih perlu
wilayah yang rentan bencana, sebaiknya stok diberikan pendampingan ke arah peningkatan

52 Asketik Vol. 1 No. 1 Juli 2017 | 45-55


peran koperasi, khususnya pada masa-masa pasar) dan perluasan jaringan pelanggan
terjadi bencana. Karena ketikaterjadi bencana serta jaringan usaha.
yang melanda kawasan di mana koperasi
beroperasi, dapat diduga dampak bencana akan C. Pengembangan Usaha Koperasi Melalui
berpengaruh kepada sarana prasarana serta Layanan Bimbingan Tehnis
kegiatan usaha koperasi dan perekonomian Peran Koperasi Dalam Rangka
masyarakat anggota koperasi dan masyakat Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terpapar
umum lainnya, baik dari sisi produksi, volume Pada Kawasan Rawan Bencana Di Wilayah
usaha, ketersediaan bahan baku maupun Kabupaten Tuban juga dilaksanakan melalui
ekonomi rumah tangga. Layanan Bimbingan Tehnis. Mengingat arahnya
Model pemberdayaan ekonomi melalui ke pemberdayaan ekonomi masyarakat
Fasilitasi Perkuatan Usaha Program Dana terpapar bencana, maka bimbingan tehnis
Bergulir, sebagai berikut. yang diberikan disesuaikan, yakni ke arah
1) Arah pemberdayaan ekonomi masyarakat tehnis menangani masyarak anggota koperasi
terpapar yang tinggal di daerah rawan dan masyarakat umum yang terdampak
bencana, baik ekonomi rumah tangga, bencana untuk dapat kembali pulih, yakni lebih
ekonomi anggota koperasi dan ekonomi kepada tehnis analisis masalah dan kebutuhan
masyarakat umum yang berada di permodalan, penyediaan dan pemenuhan
sekitar wilayah kerja koperasi, dengan bahan baku, peningkatan kapasitas serta
kegiatan antara lain; 1) Identifikasi penambahan modal melalui dana bergulir
masalah kebutuhan pemberdayaan untuk untuk para anggota dan atau antar koperasi,
masyarakat terpapar bencana, 2) Analisis dikaitkan dengan masalah manajemen
kebutuhan pemberdayaan, meliputi perkreditan dan atau pengelolaan simpan
analisis Rescheduling, Reconditioning dan pinjam. Bimbingan tehnis untuk pemasaran
Restructuring terhadap anggota koperasi menyangkut tehnis-perhitungan pangsa pasar,
dan atau masyarakat pengusaha kecil yang strategi penetrasi pasar, peningkatan pangsa
terpapar bencana dan berada di wilayah pasar, peningkatan jaringan pelanggan dan
kerja koperasi, 3) Peningkatan peran peningkatan pelayanan kepada pelanggan.
koperasi yang diperlukan, 4) Penyusunan Termasuk di dalam bimbingan tehnis ini juga
rencana aksi sebagai pedoman apabila diberikan pendampingan dalam hubungan
terjadi bencana. dengan ; promosi, dan perhitungan harga
2) Fokusnya adalah pengelolaan usaha, (pricing) kredit atau pinjaman dan simpanan.
meliputi ; Manajemen Kredit, Manajemen Kegiatan pendampingan pola bimbingan
Keuangan, dan Manajemen Pemasaran. Di tehnis juga diberikan dalam hal cara
mana untuk pendampingan ; a) Manajemen melakukan analisis lingkungan usaha koperasi
Kredit, diperlukan mengingat ke tiga untuk mendeteksi dan mengetahui adanya
koperasi yang dipilih merupakan koperasi tantangan dan ancaman usaha yang dihadapi
dengan bidang usaha Simpan Pinjam (KSP). dan kelemahan serta kekuatan yang dimiliki
Pendampingan meliputi kegiatan analisis koperasi (SWOT Analysis).
kredit, analisis sumber dana dan analisis
harga, b) Manajemen Keuangan, meliputi V. PENUTUP
pengelolaan Arus Kas, Piutang dan Hutang Berdasarkan uraian yang menyangkut
serta Laporan Keuangan dan analisisnya, Peran Koperasi Dalam Rangka Pemberdayaan
c) Manajemen Pemasaran, meliputi upaya Ekonomi Masyarakat Terpapar Pada Kawasan
dan cara untuk meningkatkan volume Rawan Bencana Di Wilayah Kabupaten Tuban,
usaha, peningkatan pangsa pasar dan maka sebagai penutup dapat disampaikan
perluasan pasar dan segmennya (penetrasi beberapa kesimpulan dan rekomendasi sebagai

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala, Peran Koperasi 53


berikut. data adanya koperasi yang mengalami
perkembangan kinerja usaha relatif pesat,
A. Kesimpulan yang perlu perhatian untuk pengembangan
1) Peran Koperasi Dalam Rangka sesuai aspirasai dari pengurus dan beberapa
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat anggota koperasi yang menghendaki
Terpapar Pada Kawasan Rawan Bencana Di koperasi dapat berkembang ke arah KSU,
Wilayah Kabupaten Tuban mendapatkan agar dapat meningkatkan peran di dalam
respon positif dari Koperasi terpilih, melayani dan memberdayakan ekonomi
anggota koperasi dan masyarakat di sekitar masyarakat terpapar bencana di sekitar
usaha koperasi dimana masyarakat anggota lokasi usaha koperasi itu sendiri.
koperasi dan lembaga koperasi yang dipilih 3) Pelatihan Komputerisasi perlu diberikan
sebagai sampel kegiatan pendampingan bagi para pengurus koperasi, demi
peran dan pemberdayaan masih berharap kelancaran tugas. Sebagai tindak lanjut
pola dan kegiatan pendampingan untuk dari pelatihan mengenai komputerisasi
dilanjutkan dengan waktu yang lebih lama. perlu di tambahkan dengan pelatihan
2) Sosialisasi menyangkut kebencanaan mengenai Akuntansi/Keuangan sehingga
menjadi bahan yang menarik bagi para lebih memudahkan bagi pengurus dalam
peserta kegiatan pendampingan dan membuat Laporan Keuangan.
pemberdayaan karena merupakan hal 4) Mendorong pemerintah daerah atau
baru yang selama ini, hampir setiap Dinas dan Badan terkait agar melakukan
tahun mereka alami, yakni terpapar dan sosialisasi dan penguatan kapasitas
terdampak bencana banjir namun belum masyarakat di 3 desa terpapar bencana
banyak mengerti bagaimana cara mengenal khususnya bencana banjir yang terjadi
dan menghadapi resiko dan ancaman setiap Tahun, dengan pelatihan dan
bencana yang terjadi dan menimpa daerah simulasi penanganan bencana dan
sekitar mereka berada. penguatan peran Koperasi yang ada di
daerah rawan bencana.
B. Rekomendasi 5) Harapan terbesar bagi ke 3 koperasi adalah
1) Agar kegiatan permberdayaan, khususnya adanya bantuan selain hibah, yaitu berupa
untuk obyek kegiatan di daerah rawan bantuan bibit atau pupuk. Sehingga para
bencana dapat dijadwalkan dan dijadikan anggota koperasi yang sebagian besar
agenda rutin dan bersifat reguler adalah petani tidak kesulitan untuk
dalam rangka kegiatan sosialisasi dan mendapatkan pupuk dan benih pada saat
pengurangan resiko bencana dapat masa tanam tiba.
dilaksanakan oleh pihak terkait dengan
masalah kebencanaan, bagi koperasi
dan masyarakat sekitarnya, mengingat
Kabupaten Tuban , merupakan salah satu DAFTAR PUSTAKA
wilayah yang dikenal dengan bencana
banjir.
2) Pengembangan usaha koperasi, khususnya
untuk koperasi terpilih dalam kegiatan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
pendampingan yang bergerak di bidang Sleman. (2009). “Penerima Bantuan
Simpan Pinjam (KSP) ke arah koperasi serba Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri
usaha (KSU) agar menjadi perhatian pihak- Kelautan dan Perikanan”.
pihak terkait dan kompeten karena dari Direktorat Prasarana dan Sarana Budidaya.
hasil monitoring dan evaluasi diperoleh (2010). Kebijakan Pengembangan Kawasan

54 Asketik Vol. 1 No. 1 Juli 2017 | 45-55


Minapolitan sebagai Langkah DKP dalam Smith, Keith and Petley, David N. ; Environmental
Mendukung Pengembangan Hazards: Assessing Risk and Reducing Disaster.
Wilayah,. Jakarta: Kementerian Perikanan dan Fifth Edition. Routledge. New York, NY.
Kelautan. 2009.

Dahl. 1963. Democracy and Its Critics. Teori Strukturasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
KPI Mina Soka Makmur. (2009). “Proposal
Eko Budi Santoso; Manajemen Resiko Bencana PNPM-KP: Sarana dan Pembesaran Ikan
Banjir Kali Lamong Pada Kawasan Nila”. Sleman: KPI Mina Soka Makmur.
Peri-Urban Surabaya-Gresik Melalui Pemerintah Desa Purwomartani. (2010).
Pendekatan Kelembagaan, Jurnal Penataan
Ruang, Volume 8, Nomor 2, 2013 Peters, B.Guy. 2000. The Politics of Bureaucracy,
London : Routledge
Giddens, Anthony.(2010); Government Policy on
Poverty Alleviation. Jakarta: Kemenkokesra. Poernomo, S.; Minapolitan untuk Memerangi
Satria, A. (2010). Kemiskinan, http://www.antaranews.com
/artikel/ minapolitan-untuk-memerangi-
Governance, Politics, and The State London: kemiskinan.htm>.Diakses 13 Juli 2010.
Palgrave Macmillan Royat, S. (2007).
Ken Blancard,; Empowerment, Takes More Than a
Minute, 2nd Edition, Penerbit Amara Books,
Yogjakarta, 2002

Nihayatus Sholichah dan Mesak Paidjala, Peran Koperasi 55

You might also like