Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

I S S N : 1411-8564

V ol. 15 | N o.1

Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Tindak Pidana Pencurian


Dengan Kekerasan

Achmad Fitrian*
Tofik Yanuar Chandra**

*Universitas Jayabaya
**Universitas Jayabaya

ARTICLE INFO ABSTRACT

Keywords: This study aims to examine the police efforts in the process of combating criminal acts of
Police, violence, to find out directly the process of handling directly if there is a crime of theft by vi-
Criminal acts, olence, to find out the obstacles in handling criminal acts of theft by violence, to find out the
Theft, efforts in tackling obstacles in the framework of overcoming criminal acts of theft by force.
Violence The research method used is the normative juridical legal research type, the researcher uses
four approaches, namely the statute approach, the case approach, the conceptual approach
and the comparative approach. The legal materials used in this study are primary legal
materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. Procedures for collecting
legal materials based on problem topics that have been formulated in the formulation of the
problem and reviewed and analyzed. Whereas the processing and analysis of legal materi-
als by describing and linking them in such a way that they are presented in systematized
writing. The results of the study found that the criminal law policy in tackling the crime
of theft with violence The role / action of the police in dealing with acts of theft with vio-
Corresponding Author: lence and police policy in the future shows that the police have maintained the Permanent
Program, namely Patrol, Chain, Jartup, Polmas, Kring serse, early detection, handling of
tofik.yc@gmail.com
assaulted crime scenes (Polres, Polwiltabes and Polda / as well as case titles until the Re-
vealing of the case is also augmented by the Police Chief’s policy and strategy called Grand
Strategy which is divided into three stages in the settlement of criminal acts

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji upaya kepolisian dalam proses penanggulangan
tindak pidana kekerasan, untuk mengetahui secara langsung proses penanganan secara
langsung apabila terjadi tindak pidana pencurian dengan kekerasan, untuk mengetahui
hambatan-hambatan dalam penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan,
untuk mengetahui upaya-upaya dalam menanggulangi hambatan-hambatan dalam rangka
penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Metode penelitian yang
digunakan adalah tipe penelitian hukum yuridis normatif, maka peneliti menggunakan
pendekatan Undang-Undang, pendekatan kasus, pendekatan konseptual serta pendekatan
perbandingan. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Prosedur pengumpulan bahan
hukum berdasarkan topik-topik permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah serta dikaji dan dianalisis. Sedangkan pengolahan dan analisis bahan hukum
dengan cara menguraikan dan menghubungkan sedemikian rupa sehingga tersaji dalam
tulisan yang tersistematisasi. Hasil penelitian menemukan bahwa bahwa kebijakan hukum
pidana dalam menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan Peranan/
Tindakan Polri dalam menanggulangi tindak pencurian dengan kekerasan serta kebijakan
Polri dimasa yang akan datang terlihat bahwa aparat kepolisian telah mempertahankan
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas protapnya (Progam Tetap) yaitu Patroli, Berantai, jartup, Polmas, kring serse, deteksi
Volume 15 Nomor 1 dini, penanganan TKP Yang dikeroyok ( Polres, Polwiltabes dan Polda/serta gelar perkara
sampai Terungkapnya kasus juga ditambah dengan jakstra Kapolri yang disebut Grand
Januari 2021 - Juni 2021
Strategi, Polri Yang dibagi menjadi 3 tahap dalam penyelesaian tindak pidana.
ISSN 1411-8564
hh. 1 – 26 ©2021 JPHL. All rights reserved.

-1-
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 15 No.1 Januari 2021

Pendahuluan Pelayanan yang diberikan Polri kepada masyarakat


yaitu dengan cara menerima laporan dan pengaduan
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai salah apapun dari masyarakat dalam waktu 1x24 jam,
satu komponen administrasi negara dan atau alat Polri secara langsung telah memberikan rasa
perlengkapan negara yang menjalankan sebagian aman dan nyaman kepada masyarakat dalam
dari fungsi pemerintahan dituntut untuk dapat menjalankan segala aktifitasnya sehari-hari. Tugas
menafsirkan hukum yang dogmatis ke dalam pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur
realita kehidupan masyarakat, sehingga penegakan dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
hukum dapat menjelma menjadi suatu proses 2002 tentang Polri. Tugas pokok Polri dalam Pasal 13
penyesuaian antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan dimaksud diklasifikasikan menjadi tiga yakni:
pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai
kedamaian. Oleh karena itu tugas utama penegakan 1. Memelihara keamanan dan ketertiban
hukum adalah mencapai keadilan. Menurut Rozi masyarakat;
(2015) bahwa penegakan hukum pada hakikatnya
merupakan proses penyesuaian antara nilai- 2. Menegakan Hukum;
nilai,kaidah-kaidah dan pola prilaku nyata yang 3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan
bertujuan untuk mencapai kedamaian. pelayanan kepada masyarakat.
Penjelasan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 Keinginan masyarakat untuk memperoleh kehidupan
tentang Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan yang tertib dan damai dalam hidup bermasyarakat
bahwa: “Tindakan-tindakan pencegahan tetap terus diupayakan, apalagi sekarang dalam sistim
diutamakan melalui pengembangan asas preventif penegakan hukum (Kaligis, 2013). Dengan penegakan
dan asas kewajiban umum kepolisian yaitu hukum yang baik itu diharapkan akan menimbulkan
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat” tata tertib, keamanan dan ketentraman ditengah-
dengan kata lain, Kepolisian Republik Indonesia tengah masyarakat (Situmorang, Rafiqi & Munthe,
memiliki kewenangan untuk bertindak demi 2020). Penegakan hukum dapat dilakukan melalui
kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri. usaha pencegahan, pemberantasan dan penindakan.
Secara universal, peran polisi dalam masyarakat Disamping itu, sosok polisi yang notabene adalah
dirumuskan sebagai penegak hukum (law enforcement pelindung masyarakat, namun apa yang dirasakan
officers), pemelihara ketertiban (order maintenance) oleh masyarakat tidak sesuai dengan apa yang
(Danendra, 2013). Peran tersebut di dalamnya menjadi tugas dan fungsi dari polisi itu sendiri,
mengandung pula pengertian polisi sebagai maka dari itu peran kepolisian sangat berperan
pembasmi kejahatan (crime fighters) (Natsir, 2019). penting dalam penanggulangan tindak pidana
Namun di dalam negara yang sistem politiknya kriminal khususnya tindak pidana pencurian dengan
otoriter, makna peran polisi sebagai alat penegak kekerasan.
hukum direduksi menjadi alat kekuasaan. Sebagai Pencurian dengan kekerasan dalam perspektif
akibatnya, keberadaan polisi bukannya dekat dan hukum merupakan salah satu tindak pidana (delict)
melindungi masyarakat, melainkan sebaliknya yang meresahkan dan merugikan masyarakat. Perihal
berada jauh dari rakyat, dan justru berhadapan tentang yang disebut kekerasan, Simons (Krisna,
dengan rakyatnya. Sementara di negara demokratis, 2016) mengatakan bahwa dapat dimasukkan dalam
polisi harus transparan dan bukan membela pengertian kekerasan yakni setiap pemakaian tenaga
kekuasaan. Oleh karenanya pengawasan terhadap badan yang tidak terlalu ringan.
lembaga yang memiliki alat kekerasan ini mesti
dilakukan oleh rakyat, lewat badan independen yang Pencurian dengan kekerasan merupakan salah
menjamin transparansi dan akuntabilitas. satu penyakit masyarakat yang menunggal dengan
kejahatan, yang dalam proses sejarah dari generasi
Peran dan fungsi Polri dalam mewujudkan suatu ke generasi ternyata kejahatan tersebut merupakan
masyarakat adil dan makmur yang merata materil kejahatan yang merugikan dan menyiksa orang lain
dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- (Batu, Siregar & Zul, 2020). Oleh karena itu perlu
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dalam wadah diupayakan agar masyarakat menjauhi melakukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, pencurian dengan kekerasan terhadap orang lain.
bersatu, dan berdaulat dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok
tentram, tertib dalam lingkungan pergaulan dunia seperti yang diatur Pasal 362 KUHP terdiri atas unsur
yang bersahabat dan damai. subjektif dan unsur objektif sebagai berikut:

-2-
Achmad Fitrian & Tofik Yanuar Candra /Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

1. Unsur subjektif: “Dengan maksud untuk luar biasa terhadap masyarakat terutama keluarga
menguasai benda tersebut secara melawan korban, berdampak terhadap hilangnya harta benda,
hukum”. nyawa dan beban psikis dari keluarga korban.

2. Unsur objektif: Metodologi Penelitian

a. barangsiapa. Metode penelitian yang digunakan adalah tipe


penelitian hukum yuridis normatif, maka peneliti
b. mengambil. menggunakan empat pendekatan (approach), yaitu
c. sesuatu benda. pendekatan Undang-Undang (statute approach),
pendekatan kasus (case approach), pendekatan
d. atau yang sebagian atau seluruhnya konseptual (conceptual approach) serta pendekatan
kepunyaan orang lain. perbandingan (comparative approach). Bahan
hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Suatu tindak pidana pencurian yang diatur dalam
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
Pasal 365 KUHP juga merupakan suatu pencurian
bahan hukum tersier. Prosedur pengumpulan bahan
dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu
hukum berdasarkan topik-topik permasalahan yang
pencurian dengan unsur-unsur memberatkan.
telah dirumuskan dalam rumusan masalah serta
Dengan demikian maka yang diatur dalam
dikaji dan dianalisis. Sedangkan pengolahan dan
Pasal 365 KUHP sesungguhnya hanyalah satu
analisis bahan hukum dengan cara menguraikan
kejahatan, dan bukan dua kejahatan yang terdiri
dan menghubungkan sedemikian rupa sehingga
atas kejahatan pencurian dan kejahatan pemakaian
tersaji dalam tulisan yang tersistematisasi.
kekerasan terhadap orang, dari kejahatan pencurian
dengan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap Hasil Penelitian dan Pembahasan
orang. Sudah jelas bahwa pada hakekatnya,
pencurian dengan kekerasan adalah perbuatan Upaya Kepolisian Dalam Menangani Tindak
yang bertentangan dengan norma agama, moral, Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Berdasar-
kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan kan Hukum Positif
bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia salah
bangsa dan negara (Yuserlina, 2020). Ditinjau dari satunya adalah penegakan hukum. Penegakan
kepentingan nasional, penyelenggaraan pencurian hukum merupakan salah satu tugas pokok
dengan kekerasan merupakan perilaku yang negatif yang harus dijalankan oleh anggota Kepolisian.
dan merugikan terhadap moral masyarakat (Batu, Sedangkan peran Kepolisian dalam upaya
Siregar & Zul, 2020). perlindungan hukum terhadap korban kejahatan
Berpijak dari kenyataan ini penulis akan menggali, Pencurian dengan kekerasan, salah satunya adalah
mengkaji, kemudian akan mengadakan penelitian melalui pencegahan dan pemberantasan Pencurian
untuk mendapatkan informasi, data dan kesimpulan dengan Kekerasan. Menurut Rosifany (2017)
mengenai Peranan Polri dalam Menciptakan kondisi menyatakan bahwa perlindungan korban dapat
masyarakat yang kondusif, terhindar dari rasa takut juga di lihat sebagai perlindungan hukum untuk
dan khawatir akan terjadinya gangguan keamanan tidak menjadi korban kejahatan.
dan ketertiban masyarakat terutama dari gangguan Upaya kepolisian berupa pencegahan kejahatan
tindak pidana pencurian dengan kekerasan (curas). pencurian dengan kekerasan, dengan memberikan
Hal ini dikarenakan Tindak Pidana Pencurian dengan perlindungan kepada masyarakat untuk tidak
kekerasaan adalah suatu kejahatan konvensional menjadi korban pencurian dengan kekerasan
tetapi sampai saat ini masih memerlukan penanganan yang belum terjadi, sedangkan upaya kepolisian
teknis yang cukup tinggi dalam penanggulangan dan berupa pemberantasan kejahatan pencurian dengan
pencegahannya. kekerasan, dapat memberikan perlindungan kepada
Berdasarkan hal tersebut tentu Polri umumnya masyarakat yang belum menjadi korban untuk
mampu meningkatkan kinerja polisi dalam tidak menjadi korban pencurian dengan kekerasan,
penanganan tindak pidana pencurian dengan dengan cara menangkap para pelaku sindikat
kekerasan walaupun di lihat dari segi prosentase pencurian dengan kekerasan.
sudah cukup membanggakan. Oleh karena itu dalam Dalam strategi pencegahan kejahatan yang lebih
rangka menyempurnakan kebijakan yang ada dengan bersifat teoritis praktis, maka beberapa ahli
harapan tindak pidana pencurian dengan kekerasan memutuskan untuk membagi pencegahan kejahatan
tidak terjadi lagi karena mempunyai dampak yang ke dalam dua pendekatan yaitu:

-3-
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 15 No.1 Januari 2021

Tindakan Preventive 4. Melakukan Kegiatan Razia di tempat-tempat


yang sering dijadikan tempat para preman,
Cara Preventif dapat dilakukan dengan dua obyek mangkal dan tempat-tempat yang sering terjadi
sistem pencegahan atau penanggulangannya kejahatan seperti di Pasar, Tempat Perbelanjaan,
dengan cara (Kurnia, 2018): Terminal dan angkutan-angkutan umum yang
a. Sistem Abiolisionistik kiranya mencurigakan.

Yang dimaksud dengan sistem ini adalah Tindakan Represive


penanggulangan kejahatan dengan Upaya yang dilakukan pihak kepolisian dengan
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi cara melakukan tindakan preventif dan represif,
sebab terjadinya kejahatan (Muliadi, 2015). Cara sedangkan upaya represif yang dilakukan yaitu:
ini sangat berhubungan dengan perkembangan
studi tentang sebab-sebab kejahatan, yang 1. Penegakan Hukum
memerlukan pengembangan teori dan
penelitian-penelitian lapangan. Yakni dengan melakukan penyidikan dan
penyelidikan dalam upaya menemukan pelaku
b. Sistem Moralistik Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dan
memberikan sanksi yang setimpal bagi pelaku
Yang dimaksud dengan sistem ini adalah Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
Penanggulangan kejahatan melalui penerangan sesuai dengan Pasal 365 KUHAP tentang
atau penyebarluasan di kalangan masyarakat pencurian dengan kekerasan.
sarana-sarana untuk memperteguh moral dan
mental seseorang agar dapat terhindar dari 2. Meningkatkan jumlah personel dalam hal
nafsu ingin berbuat jahat (Hartono, 2016). penanganan kasus pencurian disertai dengan
ancaman, kekerasan selanjutnya anggaran
Pencegahan Kejahatan sebagai usaha untuk dalam pelatihan ketrampilan penyidik perlu
menekan tingkat kejahatan sampai pada tingkat ditingkatkan agar penanganan kasus pencurian
yang minimal sehingga dapat menghindari dengan kekerasan bisa berjalan Optimal.
intervensi polisi, baik suatu hal yang tidak pernah
dapat dihilangkan dan adanya keterbatasan polisi, Kebijakan hukum dalam mengalokasi peranan Polri
baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga dalam tindakan/menanggulangi pencurian dengan
perlu melibatkan masyarakat banyak untuk tujuan kekerasan maka dengan melihat pekembangan
pencegahan kejahatan tersebut. Dalam mencegah masyarakat dan kejahatan yang semakin
semakin maraknya pencurian dengan kekerasan, kompleks, maka Polri khususnya Satuan Reskrim
Upaya pihak kepolisian dengan cara melakukan telah melakukan perubahan guna peningkatan
tindakan Preventif yaitu: pengungkapan perkara pidana agar lebih terfokus
dan memiliki kemampuan, ketrampilan dan
1. Melakukan pengawasan secara ketat di tempat keahlian sesuai dengan pembidangan tugasnya
lain yang diperkirakan dapat melancarkan aksi (kebijakan hukum dalam mengalokasi peranan Polri
pencurian seperti: dalam menangulangi Pencurian dengan kekerasan),
a. Pusat Perbelanjaan maka dibentuklah unit-unit spesialisasi terhadap
penanganan perkara pidana tersebut oleh unit-unit
b. Terminal yang di sesuaikan dengan karateristik tipa-tiap
wilayah, yaitu:
c. Tempat-tempat yang sepi
1. Unit yang menangani Kejahatan transnational,
2. Mengimbau kepada masyarakat agar berhati-
yaitu penanganan terhadap kejahatan terorisme,
hati dalam menjaga dirinya, dan selalu waspada
illicit drug trafficking, Arms Smuggling, Sea
kepada barang yang dibawanya, jangan terlalu
Piracy, Money laundering, Trafficking in Person,
berlebihan dalam memakai perhiasan.
Cybercrime, dan International Economic Crime;
3. Peningkatan Penjagaan
2. Unit yang menangani Kejahatan Konvensional,
Biasanya dilakukan dengan berpakaian preman, yaitu kejahatan yang melanggar KUHP yang
dapat juga dilaksanakan dengan berpakaian berlaku, atas perbuatan yang meliputi Kejahatan
dinas terhadap daerah-daerah yang merupakan terhadap manusia, kejahatan terhadap harta
daerah rawan terjadinya kejahatan. benda, dan kejahatan terhadap masyarakat;

-4-
Achmad Fitrian & Tofik Yanuar Candra /Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

3. Kejahatan terhadap Kekayaan Negara, yaitu 1. Tahap I TRUST BUILDING 2005- 2010
kejahatan yang berdampak kepada negara yang (Membangu Kepercayaan).
dilakukan oleh perorangan atau bersama-sama
(suatu badan), meliputi Korupsi (Keuangan 2. Tahap II PARTNER SHIP 2010- 2015 (membangun
Negara), Illegal logging, illegal Fishing, kemitraan).
Lingkungan hidup dan Fasilitas Umum (PLN, 3. Tahap III Strive for Excellent 2015- 2025 Pelayanan
Telkom, HAKI dan Ketenaga kerjaan); masyarakat yang prima Pada saat sekarang
4. Unit yang Menangani Kejahatan yang sedang melaksanakan kebijakan strategi yang
berimplikasi Kontijensi, yaitu kejahatan yang berkaitan erat dengan pengamanan tindak
dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya pidana pencurian dengan kekerasan.
hal-hal yang mengganggu keamanan, Situasi 4. QUCK RESPON ( Kecepatan mendatangi TKP,
politik, ekonomi, dan keresahan masyarakat, Kecepatan melayani Laporan masyarakat,
yang meliputi Keamanan Negara, Konflik SARA peningkatan Patroli di daerah rawan.
dan Kasus unjuk rasa anarkis.
5. Transparansi Penyidikan melalui SP2HP (
Penanganan perkara oleh unit-unit berdasarkan Surat Pemberitahuan Perkem bangan Hasil
pengelompokan jenis kejahatan merupakan Penyidikan ) yang harus dibuat secara periodik
faktor yang menuntut adanya perobahan dalam diberitakan kepada pelapor , korban atau
struktur suatu organisasi (Hardiyanto, Marlina, & keluarga tersangka untuk kasus-kasus tertentu
Muazzul, 2020). Sedangkan kekuatan personil unit, sebagai pertanggung jawab polri kepada publik
disesuaikan dengan beban tugas sesuai dengan atas kasusnya.
spesialisasi penanganan perkara (penggolongan
perkara) dan karateristik kerawanan daerah. Agar 6. Transparansi Recuitment anggota polri, akan
kegiatan penyidikan pada unit lebih terfokus, maka menentukan kinerja dan keberhasilan polri
pada setiap unit dalam melaksanakan kegiatan dalam menangani kasus yang terjadi.
penyidikan dibagi menjadi dua fungsi yang saling
Dari program tersebut dapat dijabarkan bahwa
terkait yaitu Pelaksana fungsi penyidikan dan
dalam Menjalankan tugas pokok dan fungsinya
penyelidikan, dimana kedua fungsi tersebut saling
sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang
melengkapi dalam pengungkapan perkara hingga
nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
penyelesaian perkara.
Republik Indonesia, guna menjaga keamanan
Perlu digarisbawahi adalah bahwa peran/tindakan dan ketertiban masyarakat Polri memberikan
Polri dalam menangani tindak pidana pencurian perlindungan dan pengayoman serta pelayanan
dengan kekerasaan yang digunakan sebagai dasar kepada masyarakatnya, melalui kegiatan Penegakan
hukum positif adalah KUHP, KUHAP, Undang- hukum terhadap para pelaku yang melanggar
undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara peraturan hukum yang berlaku, khususnya
Republik Indonesia yang ada kaitannya dengan peraturan hukum pidana. Pada pelaksanaannya
peristiwa yang terjadi (modus operandi). Polri diberi kewenangan oleh undang-undang
sebagai pelaksana fungsi penyidikan dalam
Tindakan Kepolisian Dalam Menangani Tindak peradilan pidana.
Pidana Pencurian Dengan Kekerasaan Pada
Masa Yang Akan Datang Berdasarkan pasal 1 ayat (1) UU No 8 tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana dan pasal 1
Untuk peran/tindakan Polri dalam menangani ayat (1) UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Tindak pidana pencurian dengan kekerasaan dapat Negara Republik Indonesia, yang menyatakan,
terlihat dalam menangani Tindak Pidana pencurian bahwa: “Penyidikan adalah serangkaian tindakan
Dengan kekerasan dimasa yang akan datang adalah penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
Disamping mempertahankan protapnya (Progam dalam UndangUndang untuk mencari serta
Tetap) yaitu Patroli, Berantai, jartup, Polmas, kring mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut
serse, deteksi dini, penanganan TKP Yang dikeroyok membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
(Polres, Polwiltabes dan Polda/serta gelar perkara dan guna menemukan tersangkanya”
sampai Terungkapnya kasus juga ditambah dengan
jakstra Kapolri yang disebut GRAND STRATEGI, Dari pasal tersebut, bahwa penyidikan merupakan
POLRI Yang dibagi menjadi 3 tahap: suatu kegiatan yang berkesinambungan antara satu
kegiatan dengan kegiatan lainnya, dimana kegiatan-
kegiatan penyidikan tersebut dapat digolongkan

-5-
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 15 No.1 Januari 2021

menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kegiatan maka kepala Satuan dan kepala unit mempunyai
penyelidikan; kegiatan upaya paksa; Pemeriksaan peran yang sangat strategis, dimana kepala unit
dan Penyelesaian dan penyerahan Perkara. yang secara langsung membawahi para penyidik/
penyidik pembantu yang ada pada unitnya, dan
Dalam penyelenggaraan fungsi penyidikan, sebagai Kasat Reskrim sebagai penanggung jawab dari pada
pelaksana utama pada tingkat KOD adalah Satuan kegiatan Kesatuan Fungsi Reskrim, untuk mencapai
Reskrim, di pimpin oleh seorang perwira yang disebut sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan pimpinan,
dengan Kasat Reskrim, yang dalam pelaksanaannya selain harus memiliki kemampuan manajerial dan
bertanggung jawab kepada Kapolresta, dan dibantu kemampuan tehnis dan taktis penyidikan, harus
oleh para kepala unit. Kepala unit sebagai manajer pula di dukung pula dengan komitmen seluruh
lini terdepan yang langsung membawahi para Pimpinan Polres khususnya dan umumnya Polri
penyidik/penyidik pembantu dan penyelidik yang secara berjenjang.
tergabung sebagai anggotanya, yang mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan Gaya perpolisian tersebut mendorong polisi untuk
penyelidikan dalam rangka pengungkapan perkara. mendahulukan mandat dari pemerintah pusat dan
mengabaikan ’persetujuan’ masyarakat lokal yang
Guna pengungkapan perkara dilakukan melalui dilayani. Selain itu polisi cenderung menumbuhkan
proses kegiatan penyidikan yang dilakukan secara sikap yang menampilkan dirinya sebagai sosok
profesional, proporsional, efektif dan efisien, maka yang formal, dan eksklusif dari anggota masyarakat
penggerak, pengatur dan pengendali penyidikan lainnya. Pada akhirnya semua itu berakibat
dalam pengungkapan perkara pidana dilaksanakan pada memudarnya legitimasi kepolisian di mata
oleh para Kanit dan Kasat Reskrim untuk seluruh publik pada satu sisi, serta semakin berkurangnya
satuan yang didasarkan pada kemampuan dukungan publik bagi pelaksanaan tugas kepolisian
manajerial dan kemampuan tehnis dan taktis maupun buruknya citra polisi pada sisi lain.
penyidikan.
Strategi Dan Implementasi Proses Penyidikan
Dalam menjalankan kegiatan penyidikan guna Kepolisian Untuk Mewujudkan Supremasi Hu-
pengungkapan perkara, para penyidik/Penyidik kum
pembantu di berikan kewenangan hukum yang
bersifat memaksa dan bahkan dapat merampas Proses mewujudkan kemitraan ini harus dimulai
hak-hak asasi seseorang demi kepentingan hukum dari pernyataan visi dan misi dari Polri: yaitu alat
guna menemukan tersangka pelaku pidana dan negara penegak hukum, pemelihara keamanan
membuktikannya berdasarkan pada alat bukti dalam negeri yang profesional, dekat dengan
yang sah (pasal 184 KUHAP). Dengan kewenangan masyarakat, bertanggung jawab dan mempunyai
hukum yang di miliki oleh para penyidik/ komitmen terhadap masyarakat dan misinya
penyidik pembantu dan atau penyelidik tersebut, adalah menegakkan hukum secara adil, bersih dan
mendorong seseorang atau sekelompok orang yang menghormati HAM, memelihara keamanan dalam
demi kepentingannya menjalin hubungan saling negeri dengan memperhatikan norma-norma dan
menguntungkan dengan para penyidik, penyidik nilai yang berlaku di masyarakat, melindungi
pembantu tanpa mengindahkan peraturan hukum mengayomi dan melayani masyarakat, mendorong
yang berlaku. meningkatnya kesadaran dan kepatuhan hukum
masyarakat. Visi dan misi yang harus diciptakan
Keterbatasan sumber daya Reskrim dan tingkat adalah “semuanya harus menuju atau mengarah
kesejahteraan anggota yang tidak memadai, kepada tujuan akhir yaitu penegakan hukum
mengakibatkan terjadinya penyimpangan- yang sederhana, cepat, murah, punya kepastian
penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan hukum dan perangkatnya yang punya etos kerja,
penyidikan. Dan dalam kegiatan pengumpulan data, profesional, bermoral, kredibel, akuntabel dan
informasi, dan keterangan yang berkaitan dengan modern”.
suatu perkara pidana, baik tentang keberadaan
barang bukti ataupun perbuatan dari seseorang Para penyidik/penyidik pembantu harus “mengenali
yang di sangka sebagai pelaku tindak pidana, para masyarakat secara menyeluruh dan mendalam
anggota masih sering menggunakan ancaman “berkaitan dengan kebutuhan, faktorfaktor yang
kekerasan ataupun dengan kekerasan agar perkara mendorong serta apa harapannya terhadap harapan
tersebut dapat segera terungkap. dan tuntutan masyarakat yang selalu berubah
senantiasa dapat diikuti dengan mengembangkan
Untuk meningkatkan pengungkapan perkara inovasi atau pembaharuan dan secara terus menerus
dan mengeliminir penyim pangan yang terjadi,

-6-
Achmad Fitrian & Tofik Yanuar Candra /Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

berhubungan dengan masyarakat. Umumnya Dalam pelaksanaan pelayanan penegakan hukum


yang dilakukan adalah menjadi tuan dan bukan “dimensi citra dan reputasi” memiliki peran
melayani, hal ini yang menyebabkan pelayanan yang sangat penting untuk dioperasionalkan,
penegakan hukum tidak berjalan sesuai dengan sehingga masyarakat dapat merasakan hasilnya
tuntutan masyarakat. secara langsung reliable tidak ragu-ragu. Dalam
era globalisasi yang penuh dengan kompetensi
Pelayanan kepada masyarakat “kualitas merupakan sekarang ini, aspek kualitas pelayanan menjadi
hal yang dipersepsikan” namun bentuk dan hasil suatu hal yang harus direspon oleh setiap penyedia
kegiatannya dapat diukur secara nyata yaitu jasa pelayanan seperti halnya penegakan hukum.
kepuasan masyarakat serta bentuk transparansi yang
akuntabel dan para pihak memberikan penilaian Kualitas jasa pelayanan penegakan hukum dapat
adanya kepastian hukum yang diharapkan. mencerminkan kualitas perangkatnya yang bersih
dan berwibawa dan hal itu sangat tergantung pada:
Penyidik/penyidik pembantu yang dapat
menghasilkan bentuk pelayanan yang baik senantiasa 1. Para pelaksana (sumberdaya manusia) yang
diberikan “motivasi” untuk pengembangan diri berkualitas dan berkemampuan handal baik
serta “reward” yang jelas, perbaikan senantiasa pengetahuan maupun moralnya.
dilakukan dan mengarah kepada peningkatan
kualitas dan kepuasan masyarakat untuk 2. Kelembagaan sebagai wadah para pelaksana
menghindari pemberian pelayanan penyidikan dalam mengaktualisasikan kinerjanya.
yang buruk. Langkah-langkah diatas akan dapat Perimbangan kewenangan yang diberikan
membantu mengembangkan sistem pelayanan kepada setiap level pelaksana penegakan
penyidik yang baru berorientasi kepada masyarakat. hukum.
Sistem tersebut harus dapat secara mudah diakses 3. Kepemimpinan yang visioner, kredibel, jujur,
dan digunakan oleh masyarakat untuk menyalurkan demokratif, inovatif, kreatif dan responsif.
tuntutan dan harapannya. Ada 8 (delapan) dimensi
kualitas yang digambarkan Garvin (Managing Setiap perangkat pelaksana (perangkat penegak
Quality) 1994 yang menurut pendapat relevan untuk hukum) harus memiliki moral dan akhlak yang
diterapkan sebagai kerangka perencanaan strategis ditandai dengan akidah, bersihnya nurani, tujuan
dalam proses penyidikan, untuk mewujudkan hidup, pergaulan sosial serta memiliki kemampuan
supremasi hukum antara lain: pengetahuan yang senantiasa dikembangkan secara
terus-menerus. Untuk memberikan bobot moral pada
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok pelaksanaan penegakan hukum, perlu dibarengi
dari produk inti. dengan menyusun “strategi pengembangan etika
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) moral” dalam kegiatan penyelenggaraan penegakan
sebagai karakteristik sekunder atau pelengkap. hukum melalui:

3. Kehandalan (reability) yaitu kemungkinan kecil 1. Menyusun standard etika pelaksanaan


akan mengalami kegagalan. penegakan yang jelas dan perangkatnya perlu
mengetahui standard dan prinsip dasar yang
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to harus diterapkan dalam pelaksanaan tugasnya.
specifications) yaitu antara desain dan operasi
memenuhi standard yang telah ditetapkan 2. Standard etika moral yang disusun dalam
sebelumnya. bentuk undang-undang.

5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa 3. Transparansi dalam pengambilan keputusan
lama produk tersebut dapat bertahan. sejalan dengan hak publik untuk mengetahui
bagaimana proses penegakan hukum yang
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, dilakukan dan terlaksananya sosial kontrol yang
penanganan keluhan yang memuaskan. efektif dari semua pihak.

7. Estetika, daya tarik produk terhadap panca 4. Kebijakan, prosedur dan tindakan pimpinan
indera. harus menunjukkan komitmen dari perangkat
penegakan hukum untuk memegang teguh
8. Perceived quality yaitu citra dan reputasi serta etika profesi penegak hukum.
tanggung jawab pelaksana.
5. Pembinaan Kepegawaian seperti prospek karir,
pengembangan pribadi dan manajemen sumber

-7-
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 15 No.1 Januari 2021

daya yang kondusif dengan pengembangan etika budaya masyarakat, keempat aspek tersebut saling
profesi dengan menerapkan menit sistem secara mempengaruhi satu dengan lainnya.
konsisten yang akan membantu operasionalisasi
integritas para pelaksana penegakan hukum. Dalam rangka menghasilkan penyidikan yang
optimal, efektif dan efisien tentunya pembenahan
6. Tersedianya mekanisme akuntabilitas yang keempat aspek itu tidak dapat dilaksanakan
memadai yang difokuskan kepada kepatuhan/ sekaligus, tapi perlu pengaturan dan pemikiran
ketaatan terhadap peraturan dan prinsip-prinsip prioritas yang tepat, bertahap dan berlanjut.
etika profesi. Untuk itu reformasi proses penyidikan Polri perlu
memprioritaskan pembenahan kultur penyidik,
7. Tersedianya prosedur dan sanksi yang memadai terutama yang berkaitan dengan moral dan etika
untuk menangani pelanggaran etika profesi dan agar tidak melukai serta merugikan masyarakat
konsistensi dalam penerapannya. pencari keadilan.
Pengembangan etika profesi dan penegakan hukum Dengan melalui perubahan-perubahan diatas
merupakan suatu proses internalisasi nilai yang diharapkan terwujud sosok penyidik yang
harus dilakukan secara konsisten melalui proses profesional, bersih, berwibawa dan dicintai rakyat
pendidikan, pelatihan, pemberian keteladanan, yang dilindungi, diayomi serta dilayani. Langkah-
pengawasan termasuk memberikan perhatian yang langkah tersebut tercermin pada integritas pribadi
memadai terhadap aspek kesejahteraan. setiap penyidik/penyidik pembantu secara utuh.
Penerapan etika profesi secara konsisten akan Bertitik tolak dari bahasan diatas, maka strategi
mampu membangun kepercayaan publik dan proses penyidikan Polri dilaksanakan sebagai
menciptakan lingkungan yang menggairahkan berikut:
partisipasi masyarakat untuk membangun bersama 1. Kembali kepada jati diri Polri selaku aparat
penegakan hukum menuju tegaknya supremasi penegak hukum sesuai visi dan misi dengan
hukum dan terwujudnya kepastian hukum serta mengutamakan perubahan perilaku penyidik.
mengawasi kondisi krisis negara demi kemajuan
bersama. Reformasi nasional telah mendorong 2. Perilaku penyidik yang harus dirubah segera
Polri untuk mereformasi diri sesuai tuntutan adalah sosok kuasa (arogan) dan pemerasan
perkembangan masyarakat yang lebih demokratis, atau meminta imbalan uang dan atau barang
adil, jujur dan transparan. dalam menangani perkara.

Demikian pula dalam proses penyidikan perlu segera 3. Pendekatan pencapaian tujuan hidup sejahtera
dilakukan perubahan-perubahan mendasar dengan dengan mengumpulkan materi sebanyak-
mencari akar permasalahan yang menghambat banyaknya harus dirubah dengan hidup prasaja
proses tersebut baik terhadap aparat penyidiknya, berbudi luhur. Untuk itu aparat penyidik/
ketentuan-ketentuan hukum dan petunjuk penyidik pembantu harus dikembalikan kepada
pelaksanaannya serta cara-cara yang dilakukan jati dirinya menjadi pembela rakyat yang
dalam proses dimaksud, untuk mewujudkan dirugikan orang lain, pelindung semua warga
penyidik yang mandiri dan profesional. dan pelurus warga yang tersesat perbuatannya
dengan memahami dan menghayati kembali
Kemandirian penyidik disini dimaksudkan bahwa moral dan etika profesi kepolisian. Setiap insan
dalam melaksanakan tugas penyidikan tidak penyidik/penyidik pembantu harus memiliki
terpengaruh oleh politis, bahkan oleh penguasa kepribadian moral yang kuat dan menghayati
negara dan pimpinan sekalipun. Selanjutnya secara mendalam, norma-norma dan taktik serta
konsep profesionalisme penyidik secara sederhana teknik penyidikan.
dapat dirumuskan sebagai kemahiran penyidik
dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya Aturan-aturan tertentu dalam KUHAP baik yang
didukung oleh pengetahuan dan teknologi maupun berkaitan dengan penyelidikan, penangkapan,
taktik serta teknik penyidikan secara benar dan penahanan, penggeledah-an/penyitaan dan
tepat berdasarkan hukum dan perundangundangan pemeriksaan saksi/tersangka serta penyerahan
yang berlaku. berkas BAP banyak tidak efisien dan menjadi
beban penyidik, yang akhirnya menghambat
Untuk mewujudkan supremasi hukum, tentunya proses penyidikan dan bahkan berakibat terabaikan
perlu pembenahan beberapa aspek yang berkaitan perlindungan hak asasi baik tersangka, korban
dengan penegakan hukum, yaitu aspek aparat maupun saksi.
penegak hukum, sarana dan prasarana serta

-8-
Achmad Fitrian & Tofik Yanuar Candra /Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

Dengan penyederhanaan prosedur penyidikan Kesimpulan dan Saran


melalui revisi KUHAP, memberi dasar dan peluang Kesimpulan
bagi Polri untuk menyederhanakan petunjuk- Berdasarkan hasil kajian yang diuraikan sebelum-
petunjuk penyidikan lainnya guna mewujudkan nya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
proses penyidikan yang efektif, efisien, cepat, murah
dan sederhana. Diharapkan proses penyidikan yang 1. Dapat disimpulkan bahwa Upaya Polri dalam
akan datang tidak lebih dari 20 (dua puluh) hari menangani tindak pidana pencurian dengan
dan berkas tidak lebih dari 15 (lima belas) lembar. kekerasaan yang digunakan sebagai dasar
Sehingga penggunaan sumber daya organisasi hukum positif adalah KUHP, KUHAP, Undang-
baik yang menyangkut dana, personil, peralatan undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
dan waktu akan dapat dihemat dan digunakan Negara Republik Indonesia yang ada kaitannya
untuk menangani perkara-perkara yang lebih dengan peristiwa yang terjadi (modus operandi).
baik lagi. Agar ide-ide KUHAP dapat diterima Selain itu pula upaya hukum Polri dalam
oleh pemerintah, DPR dan masyarakat, perlu menanggulangi tindak pidana pencurian dengan
langkah-langkah untuk mencari dukungan baik kekerasan dengan melakukan tindakan-tindakan
dari lingkungan akademisi, masyarakat maupun seperti: a) Melaksanakan kegiatan patroli
anggota DPR itu sendiri. beranting oleh Polres-Polres dengan pola waktu
dan titik temu yang telah Disepkati bersama.
1. Dukungan akademisi b) Melakukan tindakan jartup (kejar tertutup)
pada saat terjadi peristiwa Pencurian dengan
Gagasan Polri untuk merevisi KUHAP perlu kekerasan; c) Melaksanakan kegiatan kring Serse
ditawarkan kepada para pakar hukum dan dalam rangka penguasaan wilayah, Potensi
akademisi. Bahkan sejak menyusun konsep kerawanan kejahatan kususnya pencurian
awal para pakar sudah harus dilibatkan, guna dengan kekerasan oleh Polres-Polres sehingga
mendapatkan akuntabilitas publik melalui dapat mempersempit Gerak pelaku kejahatan
aktivis dan para akademisi. khususnya pencurian dengan kekerasan; d)
2. Dukungan masyarakat. Melakukan deteksi dini terhadap pelaku-pelaku
kejahatan pencurian dengan. Kekerasan dengan
Untuk memasukkan gagasan-gagasan tentang mengumpulkan sebanyak mungkin informasi
revisi KUHAP dikaitkan dengan pertumbuhan dari informan dan melakukan pencatatan/
demokrasi, maka dukungan masyarakat identifikasi pelaku-pelaku kejahatan pencurian
mutlak diperlukan. Mereka dapat membantu dengan kekerasan termasuk kelompok dan
dengan mengajukan aspirasinya dan harapan- sindikatnya; e) Melakukan kegiatan Polmas
harapannya untuk mendapatkan pelayanan dengan pembentukan FKPM (Forum Komunikasi
dibidang hukum dengan cepat, murah dan Polisi Masyarakat) di tingkat Desa Komunitas
sederhana. Untuk mendapatkan dukungan maupun kawasan; dan f) Apabila terjadi
masyarakat Polri harus aktif memberikan pencurian dengan Kekerasan kesatuan Polres
penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat segera mendatangi TKP dan segera menutup
tentang pentingnya penye derhanaan proses TKP serta mengambil tindakan pertolongan
penyidikan dan pendewasaan aparat-aparat bila masih hidup. Dan pada saat itu pula segera
penyidiknya serta diikuti dengan kontrol, menghubungi satuan Polwiltabes dan Polda
keterampilan dan pertanggungjawaban publik. untuk melaporkan tentang pentingnya dalam
tugas diterapkan Satuan Polwil maupun Polda
3. Dukungan DPR
segera akan memberikan bantuan penanganan
Anggota DPR perlu didekati dengan TKP maupun pencarian dan pengejaran
diberi pemahaman yang mantap tentang pelakunya disamping tentunya juga minta
permasalahan-permasalahan yang dihadapi bantuan teknis kepada ahli dalam olah TKP
penyidik di lapangan serta harapan masyarakat seperti halnya bantuan Identifikasi Labfor,
terhadap pelayanan penyidikan. Mereka harus Kedokteran Forensik, Teknologi komunikasi
diberikan wawasan tentang penegakan hukum serta ahli lainya bila perlu Kegiatan olah TKP
yang baik dan efektif ditinjau dari aspek hukum tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan gelar
maupun manajemen dengan mengacu kepada perkara Secara periodik bisa 1 minggu sekali
kondisi aktual di lapangan. atau 2 minggu disesuaikan dengan Tingkat
kesulitan peristiwa yang terjadi dan akan diikuti
oleh unit lidik dan Sidik dari Polres, Polwiltabes

-9-
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 15 No.1 Januari 2021

maupun Polda sampai tertangkapnya tersangka, kinerja dan keberhasilan polri dalam menangani
Hasil Anev (Analis dan Evaluasi), Hasil Analisa kasus yang terjadi.
dan Evaluasi (Anev) kasus-kasus menonjol
khususnya, Pencurian dengan kekerasan. Saran
Adapun Saran yang dapat disampaikan
2. Upaya Polri dalam menangani Tindak Pidana Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis
Pencurian dengan Kekerasaan dimasa yang dapat memberikan saran-saran sebagai berikut.
akan datang dapat terlihat dengan Upaya para
jajaran Polri dalam mempertahankan protapnya 1. Sebaiknya Untuk pihak Polri agar lebih
(Progam Tetap) yaitu Patroli, Berantai, jartup, meningkatkan penjagaan terhadap keamanan
Polmas, kring serse, deteksi dini, penanganan warga masyarakat, sehingga angka pencurian
TKP yang dikeroyok (Polres, Polwiltabes dengan kekerasan dapat berkurang, dan di
dan Polda/serta gelar perkara sampai sarankan untuk angka tindak pidana lainnya
Terungkapnya kasus juga ditambah dengan yang angka penyelesaiannya masih sangat
jakstra Kapolri yang disebut Grand Strategi, rendah agar ditingkatkan angka penyelesaiannya
Polri Yang dibagi menjadi 3 tahap: a) Ta h a p dan perlu penanganan secara khusus untuk
I TRUST BUILDING 2005-2010 (Membangun penanganan tindak pidana pencurian dengan
Kepercayaan); b) Tahap II PARTNER SHIP 2010- kekerasan.
2015 (membangun kemitraan); c) Tahap III Strive 2. Untuk menunjang pelaksanaan tugas kedepan
for Excellent 2015-2025 Pelayanan masyarakat dan mengikat pada setiap anggota Polri perlu
yang prima; d) QUCK RESPON (Kecepatan dibuat suatu aturan yang baku dalam arti
mendatangi TKP, Kecepatan melayani Laporan aturan tersebut bukan merupakan kebijakan
masyarakat, peningkatan Patroli di daerah Kapolri yang mempunyai batasan waktu dalam
rawan);e) Transparansi Penyidikan melalui menjabatnya, sehingga aturan tersebut tidak
SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan terpengaruh oleh adanya pergantian pimpinan
Hasil Penyidikan) yang harus dibuat secara Kapolri, aturan tersebut dapat berupa Undang-
periodik diberitakan kepada pelapor, korban undang, Peraturan Pemerintah/PP atau Peraturan
atau keluarga tersangka untuk kasus-kasus Kapolri dan sebagainya yang sifatnya mengikat
tertentu sebagai pertanggungjawab polri kepada selama batas waktu yang tidak ditentukan
publik atas kasusnya; dan f) Transparansi
Recruitment anggota polri, akan menentukan .

Referensi

Batu, F. L., Siregar, T., & Muazzul, M. (2020). Peranan Kepolisian Dalam Memberantas Tindak Pidana
Pencurian Dengan Kekerasan Di Wilayah Patumbak (Studi Kasus Di Polsek Patumbak). JUNCTO:
Jurnal Ilmiah Hukum, 2(1), 68-77.

Danendra, I. B. K. (2013). Kedudukan dan Fungsi Kepolisian dalam Struktur Organisasi Negara Republik
Indonesia. Lex Crimen, 1(4).

Hardiyanto, H., Marlina, M., & Muazzul, M. (2020). Peran Reserse Kriminal Umum Sebagai Penyelidik Dalam
Tindak Pidana Curat Dan Curas (Studi Di Polrestabes Medan). ARBITER: Jurnal Ilmiah Magister
Hukum, 2(2), 170-180.

Hartono, M. R. (2016). Upaya Pencegahan Kejahatan Oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum)
Polda Jambi Melalui Tindakan Preventif. Jurnal Lex Specialis, (24), 70-84.

Hartono, M. R. (2016). Upaya Pencegahan Kejahatan Oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum)
Polda Jambi Melalui Tindakan Preventif. Jurnal Lex Specialis, (24), 70-84..

Kaligis, R. (2013). Fungsi Penyelidikan Dalam Proses Penyelesaian Perkara Pidana. Lex Crimen, 2(4).

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia.

Kurnia, L. C. (2018). Tinjauan Yuridis Terhadap Kejahatan Harta Benda Menurut Pasal 365 Kuhp Tentang
Pencurian Dengan Kekerasan. Lex Crimen, 7(3).

-10-
Achmad Fitrian & Tofik Yanuar Candra /Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan

Muliadi, S. (2012). Aspek Kriminologis Dalam Penanggulangan Kejahatan. Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum,
6(1).

Natsir, N. I. (2019). Kebijakan Aplikatif Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking). Jatiswara,
34(1), 59-70.

Rosifany, O. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan. Legalitas, 2(2), 20-30.

Rozi, M. M. (2017). Peranan advokat sebagai penegak hukum dalam sistem Peradilan pidana dikaji menurut
undang-undang Nomor 18 tahun 2003 tentang advokat. Jurnal Hukum Mimbar Justitia, 1(2), 628-647.

Situmorang, F. S., Rafiqi, R., & Munthe, R. (2020). Peranan Penyidik Dalam Menangani Tindak Pidana
Perampasan Dengan Kekerasan Terhadap Pencurian Sepeda Motor (Studi Kasus Pada Polrestabes
Medan). JUNCTO: Jurnal Ilmiah Hukum, 2(2), 132-143.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Yuserlina, A. (2020). Peranan Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Di
Wilayah Hukum Polres Payakumbuh. Ensiklopedia Sosial Review, 2(3), 314-324.

-11-
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 15 No.1 Januari 2021

-12-

You might also like