Hubungan Kinerja Guru Dan Motivasi Dengan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik SMA Negeri Di Kota Watampone

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

HUBUNGAN KINERJA GURU DAN MOTIVASI DENGAN HASIL

BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KOTA


WATAMPONE

Teacher Performance and Motivation with Student Physics Learning Outcomes of Public
High School in Watampone City

Nur Hidayat
Universitas Negeri Makassar
fathiinahgen554@gmail.com

Muhammad Sidin Ali


Universitas Negeri Makassar
ali_muhammad@gmail.com

Muris
Universitas Negeri Makassar
muriscei@gmail.com

Rosita
STKIP Darud Da’wah Wal Irsyad Pinrang
rositaabnur@stkipddipinrang.ac.id

ABSTRACT
This research is an ex post facto that is correlational. The purpose of this study was to
describe how much teacher performance, learning motivation and physics learning outcomes,
knowing the relationship between teacher performance and physics learning outcomes,
learning motivation with physics learning outcomes, and teacher performance and
motivation together with students' physics learning outcomes , knowing the relationship
between teacher performance and students' physics learning outcomes if learning motivation
is controlled, knowing the relationship between motivation and students' physics learning
outcomes if teacher performance is controlled. The population of this study, all students of
class XI IPA/MIA SMAN in Watampone City, 2020/2021. The research results show; Teacher
performance, learning motivation, and students' physics learning outcomes are included in
the high category. There is a positive relationship between teacher performance and learning
outcomes, learning motivation and learning outcomes, teacher performance and learning
motivation together with students' physics learning outcomes, respectively 0.646, 0.640,
0.776. There is a positive relationship between teacher performance and student learning
outcomes if learning motivation is controlled, equal to 0.570; There is a positive relationship
between learning motivation and student learning outcomes if teacher performance is
controlled, equal to 0.563. Multiple regression equation model Ŷ= -6.771 + 0.109X1+
0.131X2.
Keywords: Learning outcomes, Learning Motivation, Teacher Performance

37
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang bersifat korelasi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan seberapa besar kinerja guru, motivasi belajar dan hasil belajar
fisika, mengetahui hubungan antara kinerja guru dengan hasil belajar fisika, motivasi belajar
dengan hasil belajar fisika , dan kinerja guru dan motivasi secara bersama-sama dengan hasil
belajar fisika peserta didik, mengetahui hubungan antara kinerja guru dengan hasil belajar
fisika peserta didik jika motivasi belajar dikontrol, mengetahui hubungan antara motivasi
dengan hasil belajar fisika peserta didik jika kinerja guru dikontrol. Populasi penelitian ini,
seluruh peserta didik kelas XI IPA/MIA SMAN di Kota Watampone Tahun Pelajaran
2020/2021. Hasil penelitian menunjukkan; Kinerja guru, motivasi belajar, dan hasil belajar
fisika peserta didik termasuk dalam kategori tinggi. Terdapat hubungan positif antara kinerja
guru dengan hasil belajar, motivasi belajar dengan hasil belajar, kinerja guru dan motivasi
belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar fisika peserta didik, masing-masing 0,646,
0,640, 0,776. Terdapat hubungan positif antara kinerja guru dengan hasil belajar peserta didik
jika motivasi belajar dikontrol, sebesar 0,570; Terdapat hubungan positif antara motivasi
belajar dengan hasil belajar peserta didik jika kinerja guru dikontrol, sebesar 0,563. Model
persamaan regresi berganda Ŷ = -6,771 + 0,109X1+ 0,131X2.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Kinerja Guru, Motivasi Belajar

A. PENDAHULUAN wahana utama dalam pembangunan bangsa


Pendidikan merupakan ujung tombak dan karakter.
peningkatan kualitas sumber daya manusia Kinerja guru merupakan salah satu pilar
Indonesia. Salah satu usaha untuk utama dalam penyelenggaraan pendidikan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas. Guru dianggap berkinerja
ialah melalui proses pendidikan di sekolah. baik ketika mereka secara profesional
Pada hakekatnya merupakan salah satu melaksanakannya fungsi dan peran. Pada
kebutuhan dasar manusia dalam rangka dasarnya kinerja guru ditunjukkan oleh cara
meningkatkan kualitas sumber daya guru mengelola kelas.(Bailey & Michaels,
manusia guna pencapaian tingkat 2019)
kehidupan yang semakin maju dan Masalah besar dalam pendidikan
sejahtera. (Susanto et al., 2012). bukan pada pemenuhan tuntutan lapangan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 kerja (sebagai perpanjangan dari skill),
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan melainkan belum mampu menciptakan
Nasional yaitu, manusia terdidik yang sumber daya manusia yang berakhlak
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang mulia. Usaha untuk meningkatkan kualitas
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sumber daya manusia, guru merupakan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga komponen yang harus dibina dan
negara yang demokratis dan bertanggung dikembangkan terus-menerus. (Yusuf, Abd
jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional Razak et al., 2019)
harus berfungsi secara optimal sebagai Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu faktor internal dan

38
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang rendahnya hasil belajar siswa. Berkaitan
berasal dari dalam diri siswa, seperti dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba
kecerdasan intelektual, kecerdasan untuk mengidentifikasi secara khusus faktor-
emosional, sikap, minat, motivasi dan faktor yang menunjang hasil belajar yang
kondisi fisik pesrta didik. Untuk faktor kemudian dijadikan variabel dalam
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar penelitian ini.
diri peserta didik, seperti metode mengajar, Terkait masalah tersebut di atas, dalam
kurikulum, media belajar, dan lingkungan rangka ikut berpartisipasi meningkatkan
sekolah. Motivasi belajar merupakan salah mutu pendidikan di SMA, khususnya dalam
satu faktor internal yang mempengaruhi hasil rangka meningkatkan hasil belajar, maka
belajar peserta didik. Motivasi ini penulis tertarik untuk mengadakan
mendorong peserta didik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kinerja
kegiatan belajar. Peserta didik akan berhasil Guru dan Motivasi dengan Hasil Belajar
apabial timbul kemauan dan dorongan Fisika Peserta Didik SMA Negeri di Kota
didalam dirinya. Motivasi yang baik akan Watampone”.
menimbulkan semangat belajar lebih baik, B. METODE PENELITIAN
sebaliknya motivasi yang buruk akan 1. Jenis dan Lokasi Penelitian
membuat peserta didik tidak bergairah dalam Jenis penelitian ini adalah penelitian ex
kegiatan belajarnya.(Harnipa, 2016). post facto, yang bertujuan untuk mencari
Umumnya kinerja guru IPA SMA Negeri penyebab yang memungkinkan terjadinya
di Kota Watampone masih jauh dari harapan, perubahan tingkah laku, gejala, atau
banyak guru yang belum dapat fenomena yang disebabkan oleh suatu
mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran, peristiwa, atau hal-hal yang menyebabkan
hal tersebut berkaitan dengan kegiatan guru perubahan pada variabel. (Salkind, 2010).
dalam memulai dan melaksanakan Penelitian ex-post facto meneliti hubungan
pembelajaran serta melakukan penilaian sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau
dalam pembelajaran, terutama dalam hal tidak diberi perlakuan oleh peneliti.
pembentukan kompetensi peserta didik. (Sappaile, 2010). Desain penelitian
Semua itu terangkum pada bagaimana menggunakan desain korelasional, yang
kinerja guru pada proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dariawal hingga akhir. dua atau lebih variabel (Başar & Sigri,
Kondisi rendahnya kinerja guru dan 2015), (Mekonnen, 2014).
motivasi belajar peserta didik saat ini Penelitian ini dilaksanakan di SMA
menjadi satu keprihatinan yang perlu Negeri yang ada di Kota Watampone.
disikapi dalam konteks pembelajaran,
karena dapat berdampak terhadap

39
2. Variabel dan Paradigma Penelitian No Nama Sekolah S
1. SMA Negeri 1 Watampone 29
2. SMA Negeri 2 Watampone 69
3. SMA Negeri 3 Watampone 28
Y
4. SMA Negeri 4 Watampone 74
5. SMA Negeri 5 Watampone 55
Total: 255

Gambar 1 Paradigma Penelitian


Keterangan: 4. Instrumen Penelitian
X1 : Variabel bebas (Kinerja guru) Instrumen yang digunakan dalam
X2 : Variabel bebas (Motivasi belajar) penelitian ini yaitu:
Y : Variabel tak bebas (Hasil belajar fisika) a. Kuesioner Kinerja Guru
3. Populasi dan Sampel Penelitian Lembar kuesioner kinerja guru disusun
a. Populasi dalam bentuk tes pilihan yang dicentang (√)
Populasi dalam penelitian ini adalah oleh peserta didik yang terdiri atas daftar
seluruh peserta didik kelas XI IPA/MIA pernyataan mengenai pelaksanaan dalam
SMAN di Kota Watampone Tahun Pelajaran pembelajaran yang meliputi, pengelolaan
2020/2021 sebanyak 893 peserta didik. kelas, penggunaan metode pembelajaran,
b. Sampel penggunaan media pembelajaran, dan
Metode pengambilan sampel yang penilaian/evaluasi. Instrumen ini terdiri atas
digunakan adalah stratified proportional pernyataan-pernyataan, dimana setiap
random sampling. Penentuan jumlah sampel itemnya dilengkapi lima pilihan yang
dengan menggunakan table penentuan memuat alternative pilihan jawab.
ukuran sampel Issac dan Michael. Menggunakan skala likert (Likert, 1932),
Berdasarkan tabel penentuan sampel dari skala likert menggunakan beberapa butir
populasi tertentu maka banyak sampel pertanyaan untuk meng-ukur perilaku
minimum yang diperoleh dari populasi individu dengan merespon 5 titik pilihan
berjumlah 893 dengan tingkat kesalahan 5% pada setiap butir pertanyaan, Sangat Tidak
adalah 251 peserta didik. Pernah (STP), Tidak Pernah (TP), Kadang-
Jadi ukuran sampel sebesar 251 peserta kadang (KD), Sering (SR), dan Sangat
didk. Namun dalam penelitian ini peneliti Sering (SSR). Pernyataan positif diberi skor
menggunakan sampel sebanyak 255 yang SSR = 5, SR = 4, KD= 3, TP = 2, STP = 1,
berada di atas sampel minimal untuk sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi
mengantisipasi kekurangan sampel pada saat skor SSR = 1, SR = 2, KD = 3, TP = 4, STP
penelitian. Rincian penarikan sampel di = 5.
SMAN di Kota Watampone sebagai berikut.
Tabel 1 Sampel Penelitian

40
b. Kuesioner Motivasi Belajar 5. Teknik Pengumpulan Data
Lembar kuesioner disusun dalam bentuk Teknik pengumpulan data pada
tes pilihan yang dicentang (√) oleh siswa itu penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
sendiri sebagai responden, yang terdiri atas dengan tes dan nontes. Teknik tes pada
daftar pernyataan yang meliputi kebutuhan penelitian ini untuk mengukur hasil belajar
untuk belajar, jumlah waktu yang disediakan fisika peserta didik. Sedangkan teknik nontes
untuk belajar, ulet dan tekun dalam dengan menggunakan kuesioner yang
mengerjakan tugas, adanya kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui kinerja guru
menarik dalam belajar, inisiatif, memiliki fisika dan motivasi belajar fisika peserta
harapan dan cita-cita. Instrumen ini terdiri didik. Sebelum instrument digunakan untuk
atas pernyataan-pernyataan, dimana setiap mengambil data, harus dipastikan bahwa
itemnya dilengkapi lima pilihan yang instrument telah valid dan reliabel.
memuat alternative pilihan jawab. 6. Teknik Analisis Data
Menggunakan skala likert, Sangat Tidak Data yang diperoleh dari sampel
Pernah (STP), Tidak Pernah (TP), Kadang- penelitian, baik data tentang persepsi kinerja
kadang (KD), Sering (SR), dan Sangat guru dan motivasi belajar maupun hasil
Sering (SSR). Pernyataan positif dan belajar peserta didik yang akan dianalisis
pernyataan negatif. Pernyataan positif secara kuantitatif, yakni dengan
diberi skor SSR = 5, SR = 4, KD= 3, TP = 2, menggunakan teknik statistik, baik statistik
STP = 1, sedangkan bentuk pernyataan deskriptif maupun inferensial.
negatif diberi skor SSR = 1, SR = 2, KD = 3, 7. Hipotesis Penelitian
TP = 4, STP = 5. Berdasarkan kerangka pikir di atas maka
c. Tes Hasil Belajar diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Tes hasil belajar digunakan untuk a. Terdapat hubungan positif yang
mengukur tingkat penguasaan peserta didik signifikan antara kinerja guru dengan
dalam mata pelajaran fisika khususnya pada hasil belajar fisika peserta didik SMA
pokok materi yang telah diajarkan di Negeri di Kota Watampone.
semester 2 kelas XI tahun ajaran 2014/2015. b. Terdapat hubungan positif yang
Item pilihan jawaban berjumlah 5 buah signifikan antara motivasi belajar dengan
dengan symbol pilihan a, b, c, d, dan e. hasil belajar fisika peserta didik SMA
Responden yang menjawab benar diberi skor Negeri di Kota Watampone.
1 dan yang menjawab salah diberi skor 0 c. Terdapat hubungan positif yang
untuk masing-masing item soal yang signifikan antara kinerja guru dan
disajikan. motivasi belajar dengan hasil belajar
fisika peserta didik SMA Negeri di Kota
Watampone.

41
d. Terdapat hubungan positif yang Berdasarkan Tabel 2 di atas, maka dapat
signifikan antara kinerja guru dengan dibuat histogram kinerja guru seperti yang
hasil belajar fisika peserta didik SMA terlihat pada Gambar 1
Negeri di Kota Watampone jika motivasi
belajar dikontrol. 200
156
e. Terdapat hubungan positif yang 150 Rendah

Frekuensi
signifikan antara motivasi belajar dengan Sedang
100
hasil belajar fisika peserta didik SMA 62
Tinggi
50 36
Negeri di Kota Watampone jika kinerja Sangat Tinggi
0 1
guru dikontrol. 0
5 8 11
Skor Kinerja 14
Guru

Gambar 2 Histogram Kinerja Guru Fisika SMA


C. HASIL PENELITIAN
Negeri di Kota Watampone
1. Analisis Deskriptif
b. Hasil Analisis Deskriptif Motivasi
a. Hasil Analisis Deskriptif Kinerja Guru
Belajar Fisika Peserta Didik SMA
Fisika SMA Negeri di Kota Watampone
Negeri di Kota Watampone
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
skor rata-rata (mean) responden pada
skor rata-rata (mean) responden pada
variabel kinerja guru fisika sebesar 125,42
variabel motivasi belajar sebesar 111,49
standar deviasi sebesar 15,56. Skor minimal
standar deviasi sebesar 12,48. Skor minimal
yang diperoleh responden adalah 85 dari 34
yang diperoleh responden adalah 74 dari 33
yang mungkin dan skor maksimal yang
yang mungkin dan skor maksimal yang
diperoleh responden adalah 160 dari 170
diperoleh responden adalah 154 dari 165
yang mungkin. Skor kinerja guru fisika
yang mungkin. Skor motivasi belajar
dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi,
dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi
maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut.
sebagai berikut.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja
Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik
Guru Fisika SMA Negeri di Kota
SMA Negeri di Kota Watampone
Watampone
Skor Motivasi Titik Frekuensi Kategori
Skor Kinerja Titik Frekuensi Kategori
Belajar Tengah
Guru Tengah
33 – 59 46 0 Sangat Rendah 32 – 57 44,5 0 Sangat Rendah
58 – 83 70,5 5 Rendah
60 – 86 173 1 Rendah
84 – 109 96,5 105 Sedang
87 – 113 100 62 Sedang
127 156 Tinggi 110 – 135 122,5 136 Tinggi
114– 140
136 – 163 149,5 9 Sangat Tinggi
141 – 168 154,5 36 Sangat Tinggi

42
Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat
dibuat histogram motivasi mengajar seperti dibuat histogram hasil belajar seperti yang
yang terlihat pada gambar terlihat pada Gambar 4
150 136 150 140
105
100 Rendah 100

Frekuensi
Frekuensi

75 Sedang
Sedang
40 Tinggi
50 Tinggi 50
Sangat Tinggi
5 9 Sangat Tinggi 0 0
0 0
0 5, 11, 17, 23,
31, 57, 83, 109 13 5 Skor
5 Hasil
5 Belajar
5
Skor Motivasi Belajar

Gambar 3 Histogram Motivasi Belajar Fisika Gambar 4 Histogram Hasil Belajar Fisika SMA

SMA Negeri di Kota Watampone Negeri di Kota Watampone

c. Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar 2. Analisis Statistik Inferensial

Fisika Peserta Didik SMA Negeri di a. Uji Normalitas

Kota Watampone 1) Uji Normalitas Kinerja Guru Fisika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMA Negeri di Kota Watampone

skor rata-rata (mean) responden pada Hasil pengujian normalitas secara

variabel hasil belajar fisika peserta didik residual dengan menggunakan analisis

sebesar 21,51 standar deviasi sebesar 3,58. Kolmogorov-Smirnov data kinerja guru,

Skor minimal yang diperoleh responden motivasi belajar dan hasil belajar berasal

adalah 15 dari 0 yang mungkin dan skor dari populasi berdistribusi normal.

maksimal yang diperoleh responden adalah b. Uji Homogenitas

28 dari 30 yang mungkin. Skor hasil belajar Berdasarkan uji homogenitas varian

fisika peserta didik dituangkan dalam tabel dengan menggunakn levene’s statistic,

distribusi frekuensi sebagai berikut. menunjukan bahwa kinerja guru memiliki

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Hasil nilai sig sebesar 0,585 dan untuk motivasi

Belajar Fisika Peserta Didik SMA Negeri belajar diperoleh nilai sig 0,393. Keduanya

di Kota Watampone memiliki nilai sig lebih besar dari α =0,05,


Skor Hasil Titik Frekuensi Kategori maka dapat dinyatakan varian dari dua
Belajar Tengah kelompok data populasi adalah sama.
0–5 2,5 0 Sangat Rendah c. Uji linearitas
6 – 11 8,5 0 Rendah
1) Uji linearitas kinerja guru dengan hasil
12 – 17 14,5 40 Sedang
18 – 23 20,5 140 Tinggi
belajar fisika peserta didik SMA Negeri
24 – 30 27 75 Sangat Tinggi di Kota Watampone
Berdasarkan uji anova untuk data kinerja
guru dengan hasil belajar fisika peserta didik

43
ternyata diperoleh nilai signifikansi sebesar Pengujian masing- masing hipotesis tersebut
0,000 < α. Hasil ini menunjukkan kedua secara rinci diuraikan sebagai berikut.
variabel tersebut berhubungan secara linear a. Uji hipotesis I dan II
pada taraf signifikansi 5%. Untuk menentukan apakah ada hubungan
2) Uji linearitas motivasi belajar fisika antara variabel bebas (X) dan variabel tak
dengan hasil belajar fisika peserta didik bebas (Y) bagaimana bentuk hubungannya
SMA Negeri di Kota Watampone digunakan analisis regresi sederhana dan
Berdasarkan uji anova untuk data dilanjutkan dengan analisis korelasi pearson
motivasi belajar dengan hasil belajar fisika product moment. Untuk mempermudah
peserta didik ternyata diperoleh nilai proses analisis maka digunakan software
signifikansi hitung sebesar 0,000 < α. Hasil komputer Statistic Package Sosial Science
ini menunjukkan kedua variabel tersebut (SPSS) for Windows 20.
berhubungan secara linear pada taraf b. Analisis Regresi linear sederhana
signifikansi 5%. 1) Hubungan antara kinerja guru (X1)
Berdasarkan uji prasyarat analisis di atas, dengan hasil belajar fisika peserta didik
maka dapat ditentukan bahwa jenis statistik (Y) SMA Negeri di Kota Watampone.
yang digunakan dalam mengolah data ketiga Dari hasil pengolahan data dengan
variabel penelitian adalah dengan statistik menggunakan SPSS Versi 20, terlihat
parametrik. hubungan kinerja guru fisika dengan hasil
d. Uji Multikolinearitas belajar fisika peserta didik, seperti pada
Hasil uji multikolinearitas antara (Tabel 4.7 dan Tabel 4.8) dengan asumsi
variabel kinerja guru dan motivasi belajar bahwa:
fisika peserta didik diperoleh bahwa nilai H0 : ρx1y = 0 melawan H1 : ρx1y ≠ 0
tolerance variabel kinerja guru (X1) dan H0 : Tidak terdapat hubungan positif yang
motivasi belajar (X2) yakni 0,997 lebih besar signifikan antara kinerja guru dengan hasil
dari 0,10. Sementara itu, Nilai VIF variabel belajar fisika peserta didik
kinerja guru (X1) dan motivasi belajar (X2) H1 : Terdapat hubungan positif yang
yakni 1,003 lebih kecil dari 10,00. Sehingga signifikan antara kinerja guru dengan hasil
dapat disimpulkan tidak terjadi belajar fisika peserta didik
multikolinearitas antara kedua variabel Dari Tabel output SPSS menunjukkan
bebas. bahwa nilai korelasi (r) = 0,646. Hubungan
3. Pengujian Hipotesis antara kinerja guru fisika dengan hasil
Hipotesis pertama dan kedua diuji belajar fisika peserta didik adalah kuat
dengan menggunakan regresi linear positif. Arti positif adalah hubungan antara
sederhana, sedangkan hipotesis ketiga diuji kinerja guru fisika dengan hasil belajar fisika
dengan menggunakan analisis regresi ganda. peserta didik searah. Artinya, semakin bagus

44
kinerja guru fisika maka semakin bagus pula ersamaan garis regresi menunjukkan
hasil belajar fisika peserta didiknya. Begitu bahwa jika adalah skor hasil belajar dan
juga sebaliknya semakin rendah kinerja guru fungsi adalah skor kinerja guru, maka nilai
fisika maka semakin rendah hasil belajar bergantung pada skor kinerja guru. ilai
fisika peserta didik. Sedangkan untuk 0,149x menentukan arah regresi linier.
menyatakan besar kecilnya kontribusi alam hal ini, karena nilainya positif maka
(sumbangan) variabel X1 terhadap Y atau menunjukkan hubungan yang positif, artinya
koefisien determinasinya = r2 x 100% atau semakin tinggi nilai makin besar pula nilai
0,646 x 0,646 x 100% = 41,7 %. , atau selama skor kinerja guru terus
Hal ini berarti kinerja guru fisika (X1) meningkat, nilai hasil belajar akan terus
memberikan kontribusi sebesar 41,7% meningkat sebesar 0,149.
terhadap hasil belajar fisika peserta didik (Y) Persamaan garis yang diperoleh
dan sisanya 58,3% di tentukan oleh faktor- signifikan atau tidak, dapat diketahui dengan
faktor lain yang tidak diselidiki dalam menggunakan rumus uji-t dengan kriteria
penelitian ini. pengujian jika thitung ˃ ttabel, maka korelasi
Berdasarkan abel output S SS X1 dengan Y adalah signifikan.
menunjukan bahwa model persamaan regresi Berdasarkan perhitungan dengan
untuk memperkirakan hasil belajar yang menggunakan program SPSS 20, dengan
dipengaruhi oleh kinerja guru adalah = ketentuan α = 0,05, sehingga diperoleh ttabel
2,860+ 0,149 X. Dari persamaan ini = 1,969 ternyata t hitung lebih besar dari
menunjukkan setiap pertambahan 1 satuan ttabel atau 13,456 ˃ 1,969 maka terdapat
kinerja guru akan meningkatkan hasil belajar hubungan yang signifikan antara kinerja guru
sebesar 0,149 pada konstanta 2,860. Untuk fisika (X1) dengan hasil belajar fisika peserta
lebih jelasnya dilihat pada Gambar 4.3.1 didik (Y). Dengan demikian dapat
grafik persamaan garis regresi sederhana disimpulkan bahwa jika kinerja guru fisika
berikut. tinggi, maka hasil belajar fisika peserta didik
12 SMA Negeri di Kota Watampone juga
10 y = 0.149x + 2.86 tinggi, sehingga hipotesis yang diperoleh
Skor Kinerja Guru

10.31 dalam penelitian ini adalah menolak Ho dan


8
8.82
6 menerima H1.
7.33
5.84 2) Hubungan antara Motivasi Belajar (X2)
4
4.35 Dengan Hasil Belajar Fisika Peserta
2
2.86 Didik (Y) SMA Negeri di Kota
0
0 20 40 60 Watampone.
Skor Hasil Belajar
Dari hasil pengolahan data dengan
Gambar 5 Grafik Persamaan garis regresi antara kinerja
guru (X1) dengan hasil belajar fisika peserta didik (Y)
menggunakan SPSS versi 20, terlihat

45
pengaruh motivasi belajar dengan hasil pertambahan 1 satuan motivasi belajar akan
belajar fisika peserta didik, dengan asumsi: meningkatkan hasil belajar fisika peserta
H0 : ρx2y= 0 melawan H1 : ρ x2y ≠ 0 didik sebesar 0,181 pada konstanta 1,289.
H0 : Tidak terdapat hubungan positif yang Untuk lebih jelasnya dilihat pada Gambar 4.5
signifikan antara motivasi belajar dengan grafik persamaan garis regresi sederhana.
hasil belajar fisika peserta didik. 12
y = 0.181x + 1.289

Skor Motivasi Belajar


H1 : Terdapat hubungan positif yang 10
R² = 1
signifikan antara motivasi belajar dengan 10.339
8
hasil belajar fisika peserta didik. 8.529
6
6.719
Dari output SPSS menunjukkan bahwa
4
4.909
nilai korelasi (r) = 0,640. Nilai ini dapat
2 3.099
diinterpretasikan bahwa hubungan antara
01.289
motivasi belajar dengan hasil belajar fisika 0 20 40 60
Skor Hasil Belajar
peserta didik adalah kuat positif. Arti positif
Gambar 6 Grafik Persamaan garis regresi antara
adalah hubungan antara motivasi belajar
motivasi belajar (X1) dengan hasil belajar fisika
dengan hasil belajar fisika peserta didik
peserta didik (Y)
searah. Artinya, semakin tinggi motivasi
ersamaan garis regresi menunjukkan
belajar maka semakin tinggi pula hasil
bahwa jika adalah skor hasil belajar dan
belajar fisika peserta didiknya. Begitu juga
fungsi X adalah skor motivasi belajar, maka
sebaliknya semakin rendah motivasi belajar
nilai Y bergantung pada skor motivasi
maka semakin rendah pula hasil belajar
belajar. Nilai 0,181x menentukan arah
fisika peserta didik. Melalui tabel ini juga
regresi linier. Dalam hal ini, karena nilainya
nilai koefisien determinasi (KD)
positif maka menunjukkan hubungan yang
menunjukkan seberapa bagus model regresi
positif, artinya semakin tinggi nilai X makin
yang dibentuk oleh interaksi antara motivasi
besar pula nilai , atau selama skor motivasi
belajar dengan hasil belajar fisika peserta
belajar terus meningkat, nilai hasil belajar
didik. Nilai KD yang diperoleh adalah 0,410
akan terus meningkat sebesar 0,181.
yang dapat ditafsirkan bahwa motivasi
Persamaan garis yang diperoleh signifikan
belajar memiliki pengaruh 41,0% terhadap
atau tidak, dapat diketahui dengan
hasil belajar fisika peserta didik.
menggunakan uji-t dengan kriteria pengujian
Berdasarkan Tabel output SPSS
jika t hitung ˃ t tabel , maka korelasi X1
menunjukkan bahwa model persamaan
dengan Y adalah signifikan.
regresi untuk memperkirakan kinerja guru
Berdasarkan perhitungan menggunakan
yang dipengaruhi oleh motivasi mengajar
program S SS 20, dengan ketentuan α =
adalah = 1,2 9 0,1 1 . ari
0,05; sehingga diperoleh ttabel =1.969
persamaan ini menunjukkan setiap

46
ternyata t hitung lebih besar dari ttabel atau Signifikansi < α (0,05) maka Ho ditolak
13,256 ˃ 1.969 maka dikatakan signifikan Terlihat dari Tabel 4.11 bahwa nilai Sig =
artinya terdapat hubungan yang signifikan 0,000 < α = 0,05. Maka Ho ditolak. Artinya
antara motivasi belajar (X1) dengan hasil hipotesis yang diajukan oleh peneliti
belajar fisika peserta didik (Y). Dengan diterima kebenarannya.
demikian dapat disimpulkan bahwa jika 2) Hubungan Motivasi Belajar (X2) dengan
motivasi belajar peserta didik tinggi, maka Hasil Belajar Fisika Peserta Didik (Y)
hasil belajar fisika peserta didik SMA Negeri SMA Negeri di Kota Watampone
di Kota Watampone juga tinggi, sehingga Dari Tabel output SPSS menunjukkan
hipotesis yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa hubungan antara motivasi belajar
adalah menolak Ho dan menerima H1. fisika dengan hasil belajar fisika peserta
c. Analisis korelasi product moment didik adalah kuat positif, yaitu sebesar 0,640.
1) Hubungan Kinerja Guru (X1) dengan Arah positif menunjukkan bahwa semakin
Hasil Belajar Fisika Peserta Didik SMA bagus motivasi belajar fisika peserta didik
Negeri di Kota Watampone semakin tinggi hasil belajar fisika peserta
Dari Tabel output SPSS menunjukkan didiknya. Begitu juga sebaliknya semakin
bahwa hubungan antara kinerja guru dengan rendah motivasi belajar fisika peserta didik
hasil belajar fisika peserta didik adalah kuat maka semakin rendah pula hasil belajar
positif, yaitu sebesar 0,646. Arah positif fisika peserta didik SMA Negeri di Kota
menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja Watampone.
guru fisika semakin tinggi hasil belajar fisika Hipotesis dalam bentuk kalimat untuk
peserta didiknya. Begitu juga sebaliknya kasus ini sebagai berikut.
semakin rendah kinerja guru fisika maka Ho : Tidak terdapat hubungan antara
semakin rendah pula hasil belajar fisika motivasi belajar dengan hasil belajar fisika
peserta didik SMA Negeri di Kota peserta didik SMA Negeri di Kota
Watampone. Hipotesis dalam bentuk kalimat Watampone.
untuk kasus ini sebagai berikut. Ha : Terdapat hubungan antara motivasi
Ho : Tidak terdapat hubungan antara kinerja belajar dengan hasil belajar fisika peserta
guru dengan hasil belajar fisika peserta didik didik SMA Negeri di Kota Watampone.
SMA Negeri di Kota Watampone Kriteria pengambilan keputusan didasarkan
Ha : Terdapat hubungan antara kinerja guru pada:
dengan hasil belajar fisika peserta didik Signifikansi > α (0,05) maka Ho diterima
SMA Negeri di Kota Watampone Signifikansi < α (0,05) maka Ho ditolak
Kriteria pengambilan keputusan didasarkan Terlihat dari Tabel 4.12 diatas bahwa
pada: nilai Sig = 0,000 < α = 0,05. Maka Ho
Signifikansi > α (0,05) maka Ho diterima ditolak dan Ha diterima. Sehingga hipotesis

47
yang diajukan oleh peneliti diterima oleh peserta didik, sehingga perlu
kebenarannya. diadakannya perbaikan dalam pembelajaran,
motivasi eksternal yang lebih berperan
D. PEMBAHASAN seperti, kurangnya insentif ataupun pujian
1. Karakteristik Deskriptif Masing-masing dari teman seprofesi, sehingga kinerjanya
Variabel menurun.
a. Kinerja Guru Fisika Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
Hasil analisis deskriptif menunjukkan disimpulkan bahwa secara deskriptif persepsi
bahwa umumnya kinerja guru SMA Negeri peserta didik SMA Negeri di Kota
di Kota Watampone termasuk dalam kategori Watampone tentang kinerja guru fisika di
tinggi. Mengacu pada pengertian kinerja sekolah mereka adalah tinggi. Ini berarti
guru pada kajian teori yaitu kemampuan dan bahwa dari semua indikator yang ada pada
usaha guru untuk melaksanakan tugas variabel kinerja guru fisika, dipersepsikan
pembelajaran sebaik-baiknya dalam dengan cukup baik keterlaksanaanya di
perencanaan program pengajaran, sekolah.
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan b. Motivasi Belajar Fisika
evaluasi hasil pembelajaran, dapat dijelaskan Untuk variabel motivasi belajar fisika
bahwa persepsi peserta didik dapat saja peserta didik SMA Negeri di Kota
bersifat subjektif artinya penilaian peserta Watampone umumnya berada pada kategori
didik terhadap kepandaian ataupun tinggi.
kemampuan guru berbeda-beda tergantung Berdasarkan data yang diperoleh,
guru fisika yang mereka nilai sehingga hasil diketahui bahwa peserta didik kurang
deskriptif berada pada kategori tinggi. memiliki motivasi dalam hal kebutuhan
Namun hal ini tetap menunjukan bahwa untuk belajar. Dari faktor psikologis atau
kinerja guru memberikan pengaruh positif faktor internal, minat mereka masih kurang.
terhadap hasil belajar fisika peserta didik. Jika ada materi pelajaran yang tertinggal,
Meski secara umum kinerja guru berada pada peserta didik tidak berusaha meminjam buku
kategori tinggi namun masih ada yang berada catatan bahkan tidak memiliki koleksi buku
pada kategori sedang. Hal ini fisika sebagai penunjang pembelajaran di
mengiindikasikan bahwa guru sudah rumah. Namun mereka sadar bahwa masih
menerapkan kinerja yang baik dalam dirinya, banyak hal penting mengenai fisika yang
namun belum sepenuhnya mengarahkan belum mereka ketahui, sehingga beberpa
kemampuan mereka. Hal ini di pengaruhi peserta didik merasa tertantang untuk
faktor-faktor lain seperti masih menganggap menguasai seluruh materi pelajaran fisika.
tugas guru hanya sekedar mengajar semata, Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
tanpa melihat kesulitan apa yang dialami disimpulkan bahwa secara deskriptif

48
motivasi belajar fisika peserta didik SMA 2. Hasil Pengujian Hipotesis
Negeri di Kota Watampone berada dalam a. Hubungan antara kinerja guru dengan
kategori tinggi. hasil belajar fisika peserta didik SMA
c. Hasil Belajar Fisika Negeri di Kota Watampone
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian kinerja guru
umumnya hasil belajar fisika peserta didik memiliki hubungan positif yang signfikan
kelas XI SMA Negeri di Kota Watampone dengan hasil belajar fisika peserta didik.
termasuk dalam kategori tinggi. Hasil Yang ditunjukan pada hasil uji t. Hal ini
analisis deskriptifnya menunjukkan bahwa berarti hasil penelitian dapat diberlakukan
hasil belajar fisika dari 255 peserta didik keseluruh populasi. Selanjutnya berdasarkan
terbagi atas: 52 peserta didik berada dalam hasil analisis regresi sederhana dengan
kategori sedang, 150 berada dalam kategori menggunakan SPSS 20 dapat disimpulkan
tinggi, dan 53 berada dalam kategori sangat terdapat hubungan positif yang signifikan
tinggi. Data ini memberikan gambaran antara kinerja guru dengan hasil belajar
bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas fisika SMA Negeri di Kota Watampone. Dari
XI SMA Negeri di Kota Watampone perhitungan koefisien determinasi (KD)
mendapatkan hasil belajar yang tinggi. diperoleh kontribusi kinerja guru terhadap
Hasil belajar yang rendah itu dipengaruhi hasil belajar fisika sebesar 41,7% ,
oleh beberapa faktor internal yang dimiliki sedangkan sisanya sebesar 59,3% hasil
oleh peserta didik, yaitu sikap terhadap belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
belajar yang tidak responsif, motivasi yang tidak ditelilti dalam penelitian ini. Hal
belajar, kurangnya konsentrasi, kurangnya ini mengindikasikan bahwa variabel kinerja
kemampuan mengolah bahan belajar, rasa guru memiliki hubungan dengan hasil belajar
percaya diri yang kurang, intelegensi yang fisika.
rendah, keberhasilan belajar yang tidak Diketahui bahwa hipotesis pertama
maksimal dan kebiasaan belajar yang kurang diterima dengan analisis uji t dengan nilai
efektif. Selanjutnya dipengaruhi oleh faktor probabilitas = 0,000 artinya lebih kecil dari
eksternal peserta didik, yaitu lingukungan nilai α = 0,05. Angka tersebut menjelaskan
keluarga yang kurang baik, lingkungan bahwa kinerja guru memiliki hubungan yang
sekolah (guru dan warga sekolah sebagai signifikan dengan hasil belajar fisika peserta
tenaga pendidik, sarana dan prasarana) yang didik. Lebih lanjut bahwa besarnya
tidak memadai, serta lingukungan hubungan antara kinerja guru dengan hasil
masyarakat yang kurang mendukung. belajar fisika peserta didik dapat dilihat pada
nilai R pada tabel Korelasi. Angka tersebut
menunjukkan bahwa derajat atau kekuatan
hubungan antara kinerja guru dengan hasil

49
belajar fisika peserta didik adalah kuat hasil belajar fisika peserta didik, sebesar
positif. Dikatakan memiliki hubungan yang R2square = 41,1%. Sementara sisanya 58,9%
kuat karena mendekati nilai 1, sedangkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
positif berarti variabel kinerja guru memiliki Berdasarkan hasil penelitian yang
hubungan yang searah dengan hasil belajar terlihat pada hipotesis 3 bahwa kinerja guru
fisika peserta didik, artinya bahwa jika dan motivasi belajar memiliki hubungan
kinerja guru naik maka variabel hasil belajar yang signifikan dengan hasil belajar fisika
fisika peserta didik juga akan ikut naik. peserta didik SMA Negeri di Kota
Jadi, untuk meningkatkan hasil belajar, Watampone. Hal ini dapat dijelaskan
guru harus meningkatkan kinerja yang berdasarkan hasil pengujian dengan
merupakan langkah yang perlu menggunakan SPSS 20, maka dapat
dikembangkan guru untuk mencapai tujuan diketahui bahwa hipotesis ketiga diterima
pendidikan dan merupakan salah satu wujud dengan analisis variansi (uji F) diperoleh
keberhasilan guru. nilai dengan nilai probabilitas = 0,000
b. Hubungan motivasi belajar dengan hasil artinya lebih kecil dari nilai α = 0,05. Angka
belajar fisika peserta didik SMA Negeri ini menjelaskan bahwa kinerja guru dan
di Kota Watampone motivasi belajar memiliki hubungan yang
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi signifikan dengan hasil belajar fisika peserta
mengajar memiliki hubungan positif yang didik. Dimana persamaan garis regresinya
signfikan dengan hasil belajar fisika peserta yaitu -6,771 + 0,109X1+ 0,131X2. Nilai
didik. Diketahui bahwa hipotesis kedua konstanta a = -6,771 . Hal ini menunjukkan
diterima dengan analisis uji t diperoleh nilai bahwa apabila variabel X bernilai 0 maka
thitung yakni th > tb maka hubungan nilai hasil belajar sebesar -6,771. Konstanta
motivasi belajar dengan hasil belajar fisika yang negatif tidak menjadi masalah
peserta didik adalah signifikan. Persamaan sepanjang variabel X tidak memiliki nilai 0
garis regresi pada hipotesis 2, mengandung karena sudah dibatasi nilai minimum dari
arti bahwa setiap pertambahan 1 satuan setiap variabel. Menurut Rietivield dan
motivasi mengajar akan meningkatkan hasil Sunaryanto (1994: 87), koefisien negatif
belajar fisika peserta didik sebesar 0,181. Hal dalam sebuah model regresi bukan alasan
ini berarti motivasi belajar memiliki untuk menyimpulkan persamaan tersebut
hubungan yang kuat dengan hasil belajar salah sepanjang nilai X tidak sama dengan
fisika peserta didik. Besarnya hubungan nol.
antara motivasi belajar dengan hasil belajar Lebih lanjut bahwa besarnya hubungan
fisika peserta didik ditunjukkan pada tabel antara kinerja guru dan motivasi belajar
korelasi. Sedangkan kontribusi yang di dengan hasil belajar fisika peserta didik yaitu
sumbangkan oleh motivasi belajar terhadap sebesar 0,776. Angka ini menunjukkan

50
bahwa derajat atau kekuatan hubungan c. Hubungan kinerja guru dengan hasil
antara kinerja guru dan motivasi belajar belajar fisika peserta didik SMA Negeri
dengan hasil belajar fisika peserta didik di Kota Watampone jika motivasi belajar
berada pada kategori kuat, hal ini sejalan dikontrol
yang dikemukakan Siregar (2014:337) Berdasarkan hasil penelitian,
terkait tingkat korelasi dan kekuatan menunjukkan bahwa jika variabel motivasi
hubungan. belajar fisika peserta didik dikontrol, maka
Sedangkan kontribusi yang koefisien korelasi parsial antara variabel
disumbangkan oleh kinerja guru dan kinerja guru dengan hasil belajar fisika
motivasi belajar terhadap hasil belajar fisika peserta didik adalah 0,570. Hal ini
peserta didik, sebesar R2 square = 60,2%. mengindikasikan bahwa variabel kinerja
Sementara sisanya 30,8 % dipengaruhi oleh guru memiliki hubungan dengan hasil belajar
faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan fisika jika motivasi belajar dikontrol.
dalam penelitian ini. Nilai 60,2% tersebut Sedangkan arah hubungan adalah positif
lebih tinggi dibandingkan nilai R2 pada karena nilai r positif. Arah positif
hubungan antara kinerja guru dan hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi variabel
belajar yaitu, sebesar 41,7% dan hubungan kinerja guru maka semakin meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar sebesar hasil belajar fisika walaupun variabel
41,0%. Bisa saja ketika secara bersama-sama motivasi belajar fisika peserta didik
nilainya lebih tinggi dibandingkan secara dikontrol. Begitu juga sebaliknya semakin
parsial. Dengan demikian kontribusi yang rendah kinerja guru maka semakin rendah
disumbangkan kinerja guru dan motivasi pula hasil belajar fisika peserta didik
belajar terhadap hasil belajar secara bersama- walaupun variabel motivasi belajar fisika
sama jauh lebih besar dibandingkan secara peserta didik dikontrol.
parsial. Diketahui bahwa hipotesis pertama
Hubungan signifikan kinerja guru dan diterima dengan analisis uji t dengan nilai
motivasi belajar dengan hasil belajar fisika probabilitas = 0,000 artinya lebih kecil dari
peserta didik mengindikasikan bahwa jika nilai α = 0,05. Angka tersebut menjelaskan
kinerja guru dan motivasi belajar peserta bahwa bahwa kinerja guru mempunyai
didik meningkat, maka hasil belajar fisika hubungan yang signifikan dengan hasil
peserta didik juga akan ikut meningkat. belajar fisika peserta didik walaupun variabel
Sebaliknya jika variabel kinerja guru dan motivasi belajar fisika peserta didik dikontrol
motivasi belajar peserta didik menurun, atau tetap. Hubungan antara kinerja guru
maka hasil belajar fisika peserta didik juga dengan hasil belajar fisika jika motivasi
menurun. belajar fisika peserta didik dikontrol adalah
cukup. Dikatakan memiliki hubungan yang

51
cukup karena berada pada interval 0,40 – pada tabel Korelasi. Angka tersebut
0,599. menunjukkan bahwa derajat atau kekuatan
d. Hubungan motivasi belajar dengan hasil hubungan antara motivasi belajar dengan
belajar fisika peserta didik SMA Negeri hasil belajar fisika peserta didik jika kinerja
di Kota Watampone jika kinerja guru guru dikontrol adalah cukup. Dikatakan
dikontrol memiliki hubungan yang sedang karena
Berdasarkan hasil penelitian, berada pada interval 0,40 – 0,599.
menunjukkan bahwa jika variabel kinerja Berdasarkan hasil penelitian terbukti
guru fisika peserta didik dikontrol, maka bahwa kinerja mengajar guru berpengaruh
koefisien korelasi parsial antara variabel terhadap motivasi berprestasi siswa. Hal ini
motivasi belajar dengan hasil belajar fisika senada dengan yang dinyatakan Slavin
peserta didik adalah 0,563. Hal ini (2011: 99) bahwa tugas pendidik bukanlah
mengindikasikan bahwa variabel motivasi meningkatkan motivasi pada dirinya,
belajar memiliki hubungan dengan hasil melainkan menemukan, menyalakan dan
belajar fisika jika kinerja guru dikontrol. mempertahankan motivasi siswa untuk
Sedangkan arah hubungan adalah positif mempelajari pengetahuan dan kemampuan
karena nilai r positif. Arah positif yang diperlukan demi keberhasilan di
menunjukkan bahwa semakin tinggi variabel sekolah dan dalam kehidupan, dan untuk
motivasi belajar maka semakin terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan
meningkatkan hasil belajar fisika peserta pembelajaran ini. Pendapat Slavin dikuatkan
didik walaupun variabel kinerja guru oleh penelitan yang dilakukan oleh Wesson
dikontrol. Begitu juga sebaliknya semakin (2011: 28) menemukan, sikap guru
rendah motivasi belajar maka semakin berpengaruh pada perhatian dan antusiasme
rendah pula hasil belajar fisika peserta didik siswa adalah kejelasan suara, kontak mata,
walaupun variabel kinerja guru dikontrol. gerak tubuh dan ekspresi wajah. Guru yang
Diketahui bahwa hipotesis pertama berkeliling ruangan ketika mengajar, secara
diterima dengan analisis uji t dengan nilai tidak langsung membuat siswa merasa
probabilitas = 0,000 artinya lebih kecil dari diperhatikan, sehingga memiliki konsentrasi
nilai α = 0,05. Angka tersebut menjelaskan belajar yang lebih. Hal ini akan semakin
bahwa bahwa kinerja guru mempunyai baik, jika guru memperhatikan perbedaan
hubungan yang signifikan dengan hasil tiap individu siswa, karena tidak semua
belajar fisika peserta didik walaupun variabel siswa dalam suatu kelas memiliki
motivasi belajar fisika peserta didik dikontrol kemampuan yang sama dalam pembelajaran.
atau tetap. Lebih lanjut bahwa besarnya Dengan berkeliling dikelas, guru dapat
hubungan antara motivasi belajar dengan mengetahui siswa yang membutuhkan
hasil belajar fisika peserta didik dapat dilihat bantuan dalam pembelajaran. Tingkat

52
sensitivitas guru dalam membantu siswa 7. Terdapat hubungan positif yang
yang kurang mampu akan berpengaruh pada signifikan antara kinerja guru dengan
motivasi. hasil belajar peserta didik SMA Negeri
di Kota Watampone jika motivasi belajar
D. KESIMPULAN DAN SARAN dikontrol.
Sebagai kesimpulan, kinerja guru fisika 8. Terdapat hubungan positif yang
sebagi perwujudan dari keterampilan signifikan antara motivasi belajar dengan
mengajar guru yang memiliki kompetensi- hasil belajar peserta didik SMA Negeri
kompetensi sebagai penunjang yang dapat di Kota Watampone jika kinerja guru
meningkatkan motivasi belajar fisika peserta dikontrol.
didik dan tentu saja peningkatan ini akan
mampu meningkatnya hasil belajar. E. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka A., Jason, Michael J. Wesson Colquitt, University
peneliti berkesimpulan bahwa: of Georgia, Jeffery A. LePine, Arizona State
1. Kinerja guru pada SMA Negeri di Kota University, and Texas A&M University.
Watampone berada dalam kategori 2011. Organizational Behavior: Improving
tinggi. Performance and Commitment In The
2. Motivasi belajar peserta didik pada SMA Workplace. Fourth Edi. United States: y
Negeri di Kota Watampone berada McGraw-Hill Education, 2 Penn Plaza, New

dalam kategori tinggi. York, NY 10121.

3. Hasil belajar fisika peserta didik pada Ahmad, A. K. (2022). Peningkatan Hasil Belajar

SMA Negeri di Kota Watampone berada Matematika melalui Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. Al-
dalam kategori tinggi.
Irsyad Journal of Mathematics Education,
4. Kinerja guru memiliki hubungan positif
1(2), 79-87.
yang signifikan dengan hasil belajar
Ahmad, A. K., Razzaq, A., Jumrah, J., Asmawati,
fisika peserta didik pada SMA Negeri di
A., & Hamdana, H. (2022). Strategi Kepala
Kota Watampone.
Madrasah dalam Peningkatan Kinerja Guru
5. Motivasi belajar memiliki hubungan
Matematika MTs Negeri Pinrang. JURNAL
positif yang signifikan dengan hasil
PENDIDIKAN MIPA, 12(4), 1193-1202.
belajar fisika peserta didik pada SMA
Anggriani, S. (2022). PENGARUH MOTIVASI
Negeri di Kota Watampone. DAN KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL
6. Kinerja guru dan motivasi belajar BELAJAR FISIKA. Al-Irsyad Journal of
memiliki hubungan positif yang Physics Education, 1(1), 42-57.
signifikan dengan hasil belajar fisika Bailey, M. D., & Michaels, D. (2019). An
peserta didik pada SMA Negeri di Kota optimization-based DSS for student-to-
Watampone. teacher assignment: Classroom heterogeneity

53
and teacher performance measures. Decision https://doi.org/10.4135/9781412961288
Support Systems, 119, 60–71. Sappaile, B. I. (2010). Konsep Penelitian Ex-Post
https://doi.org/10.1016/J.DSS.2019.02.006 Facto. JURNAL PENDIDIKKAN
Başar, U., & Sigri, U. (2015). Effects of Teachers’ MATEMATIKA, 1(2), 105–113.
Organizational Justice Perceptions on https://doi.org/DOI: 10.36709/jpm.v1i2.1946
Intention to Quit: Mediation Role of Susanto, H., Negeri, S., Selatan, D., Sungai, K. H.,
Organizational Identification. 1, 45–59. & Kal-Sel, S. (2012). Faktor-faktor yang
https://doi.org/10.12738/estp.2015.1.2326 mempengaruhi kinerja guru sekolah
Harnipa. (2016). Pengaruh Kinerja Guru Terhadap menengah kejuruan. Jurnal Pendidikan
Motivasi, Minat dan Hasil Belajar Fisika Vokasi, 2(2).
Kelas XI SMA Negeri se-Kabupaten Luwu. https://doi.org/10.21831/JPV.V2I2.1028
Likert, R. (1932). A technique for the measurement Siregar, S.2014.Statistik Parametrik Untuk
of attitudes. In Arsip Psikologi (22nd ed., Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Vol. 140). Arsip Psikologi. Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning
https://psycnet.apa.org/record/1933-01885- Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
001 Media
Mekonnen, S. K. (2014). The Correlation among Rietveld dan Sunaryanto. 1994. 87 Masalah Pokok
eachers’ Expectations and Students’ dalam Regresi Berganda, Yogyakarta: Andi
Motivation, Academic Self Concept and Offset.
Academic Achievement. Journal of Yusuf, Abd Razak, Ibrahim, M. M., & Ismail, M. I.
Education and Practice, 5(20), 77–81. (2019). Pengaruh Kinerja Guru Dan Motivasi
https://iiste.org/Journals/index.php/JEP/article Belajar Terhadap Hasil Belajar Pendidikan
/view/14248 Agama Islam Peserta Didik Pada Smait
Sardi, A. (2022). he Building up of Students’ Wahdah Islamiyah Makassar. Al Qodiri :
Vocabulary Mastery through Knowing by Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan,
Heart Strategy. LETS: Journal of Linguistics 16(1), 104–116.
and English Teaching Studies, 4(1), 62-72. http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/inde
Sardi, A., Haryanto, A., & Weda, S. (2017). The x.php/qodiri/article/view/3316
Distinct types of diction used by the efl ______________. 2014. Undang-Undang Sisdiknas
teachers in the classroom interaction. (Sistem Pendidikan Nasional) UU RI No. 20
International Journal Of Science and Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Research (IJSR), 6(3), 1061-1066.
Sardi, A., & Rahmayani, S. (2022). Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui
Challenge Based Learning. Al-Irsyad Journal
of Physics Education, 1(2), 70-85.
Salkind, N. (2010). Encyclopedia of Research
Design. Encyclopedia of Research Design.

54

You might also like