Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam

Tata Usaha Negara

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN GOOD GOVERNANCE


DALAM TATA USAHA NEGARA

Luluk Maysaroh1

Abstract: Indonesia is a state based on law, where as a state based on law,


every administration of government must be based on applicable law, and in
a state based on law law is also placed as a rule of the game in the
administration of state, government and society. While the goal of a rule of
law itself is the creation of state, government and social activities that are
based on justice, peace and expediency. The existence of State
Administrative Law is expected to know the limits and nature of power,
purpose and nature of obligations, as well as the forms of sanctions in the
event of a violation of state administration. The application of
administrative law is very important in a country, because administrative
law as a norm gives authority and limits the authority used as a basis for
running the government. This study aims to determine the implementation
of good governance policies in the context of administrative law. The
research method in this writing is qualitative, with a descriptive type of
research. The data analysis process is carried out thoroughly with data
retrieval techniques in this writing, namely through literature
studies/literature reviews. The literature review conducted in this research
is by searching for various references or relevant sources related to this
writing in the form of books, journals, research results, and others. The
results that can be presented from this research are the impact of the
application caused in state administration with good governance policies.

Keywords : Good Governance, State Administrative Law, Implementation

Abstrak: Indonesia merupakan negara hukum, dimana sebagai negara


hukum maka setiap penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan
hukum yang berlaku, dan dalam negara hukum hukum juga ditempatkan
sebagai aturan main dalam penyelenggaraan negara, pemerintah dan

1 Fakultas Syariah Prodi Hukum Keluarga Islam IAIN Ponorogo,

email: lulukmyyy20@gmail.com

1
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

masyarakat. Sedangkan tujuan negara hukum itu sendiri adalah


terciptanya kegiatan negara, pemerintahan dan kemasyarakatan yang
berlandaskan pada keadilan, perdamaian dan kemanfaatan. Keberadaan
Hukum Administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui batasan dan
sifat kekuasaan, tujuan dan sifat kewajiban, serta bentuk sanksi jika terjadi
pelanggaran administrasi negara. Penerapan hukum administrasi menjadi
sangat penting artinya dalam suatu negara, karena hukum administrasi
sebagai norma memberi wewenang dan batas wewenang yang digunakan
sebagai landasan dalam menjalankan pemerintahan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui implementasi pelaksanaan atau kebijakan good
goveranance dalam konteks hukum administrasi. Metode Penelitian pada
penulisan ini adalah kualitatif, dengan tipe penelitian yang deskriptif.
Proses analisis data yang dilakukan secara menyeluruh dengan teknik
pengambilan data dalam penulisan ini yaitu melalui studi
literature/tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan pencarian berbagai referensi atau sumber yang
relevan terkait dengan penulisan ini berupa buku, jurnal, hasil penelitian,
dan lain-lain. Hasil yang dapat disajikan dari penelitian ini adalah dampak
penerapan yang ditimbulkan dalam tata usaha negara dengan kebijakan
good governance.

Kata Kunci : Pemerintahan yang Bagus, Hukum Tata Usaha Negara,


Penerapan

PENDAHULUAN

Good governance atau tata pemerintahan yang baik dapat


diartikan sebagai suatu proses yang menentukan
pemerintahan pada pembagian wewenangan yang merata
pada seluruh bagian dari masyarakat untuk berpengaruh
pada keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan
kehidupan publik dalam upaya pembangunan politik,

2
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem


pemerintahan.2
Good governance ini muncul karena kurang efektifnya
kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai
penyelenggaraan urusan publik. Dalam pendekatan
penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralistis dan
non partisipatif. Tata pemerintahan yang baik (good
governance) merupakan suatu harapan dari setiap warga
negara dalam sebuah pemerintahan. Di dalam Pemerintahan
yang berkualitas akan mewujudkan suatu kehidupan negara
yang teratur dan akan mewujudkan good goverance yang
diharapkan. Setiap masyarakat memiliki pola pemikiran yang
berbeda mengenai sebuah pemeritahan yang disebut good
governance. Yang menjadi tolak ukur dalam system
pemerintahan yang baik adalah tingkat kemakmuran
masyarakat itu sendiri.
Sebuah negara sudah memiliki tuntutan untuk
mewujudkan negara yang mampu mendukung kelancaran
dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintah dengan mempraktekkan

2Sinambella, Reformasi pelayanan public, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),


47.

3
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

prinsip-prinsip good governance atau kepemerintahan yang


baik. Pemerintahan yang baik sebagai bagian dari agenda
ataupun rancangan dengan tujuan agar terciptanya
pemerintahan yang baik dan bersih, meliputi profesionalitas,
akuntanbilitas, transparansi. Selain itu masyarakat menuntut
agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-
sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi, dan
nepotisme sehingga pemerintahan yang bersih dan mampu
menyediakan pelayanan dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan harapan mayarakat.
Konsep Good Governance (tata kelola pemerintahan yang
baik) pada hakikatnya menunjukkan suatu perbedaan secara
signifikan antara berbagai kelompok perilaku dalam
berpemerintahan. Pendekatan hukum administrasi terhadap
perilaku ini apabila dikaitkan dengan teori Montesqueiu
tentang pemisahan kekuasaaan negara (Trias Politica), maka
akan menunjukkan pada proses penyelenggaraan fungsi
legislasi oleh DPR, fungsi pengurusan dan pengelolaan oleh
Pemerintah, serta fungsi pengujian oleh Pengadilan.
Deskripsi konsep tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) hakikatnya menjadi landasan bagi aturan

4
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

hukum yang modern dan demokratis.3 Beberapa prinsip good


governance dalam perkembangnanya telah memiliki dasar
dalam prinsip supremasi hukum (good governance dan hak
asasi manusia), dalam prinsip demokrasi (good governance dan
prinsip transparan dan partisipatif) dan dalam prinsip-prinsip
efisien, efektif dan akuntabel. Prinsip-prinsip good governance
dengan demikian tidak terpisah dan harus dilihat serta
ditafsirkan bersamaan dengan prinsip-prinsip negara
konstitusional yang demokratis.
Konsep "governance" telah membuka ruang intelektual
baru. Konsep tersebut memungkinkan kita untuk
mendiskusikan peran pemerintah dalam mengatasi masalah
publik dan kontribusi yang mungkin dilakukan oleh pihak
yang memiliki kepentingan lain. Hal ini membuka pikiran
seseorang terhadap kemungkinan bahwa kelompok-
kelompok dalam masyarakat selain pemerintah mungkin
harus memainkan peran yang lebih kuat dalam mengatasi
masalah. Berdasarkan perspektif hukum administrasi atau
tata usaha negara, maka permasalahan yang diangkat dalam
paparan tulisan ini meliputi : Bagaimana Hukum

3 Sri Nur Hari Susanto, Good Governance Dalam Konteks Hukum


Administrasi, Adminitrative Law & Governance Journal. Volume 2 Issue 2,
June 2019, 208.

5
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

Administrasi Negara dalam upaya kebijakan good


governance tersebut, serta bagaimana pula upaya Hukum
Administrasi dalam meningkatkan Good Governance.

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM UPAYA


PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK
Tindakan Pemerintahan dalam Negara Hukum
Dalam melakukan aktifitasnya, pemerintah melakukan dua
macam tindakan, tindakan nyata (feitelijkehandelingen) dan
tindakan hukum (rechtshandeli-ngen). Tindakan nyata adalah
tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan
hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat
hukum. Sedangkan tindakan hukum pemerintahan adalah
tindakan yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.
Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu
sebagai berikut:4
a. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam
kedudukannya sebagai Penguasa maupun sebagai alat
perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen) dengan
prakarsa dan tanggung jawab sendiri.

4Muchsan, Beberapa Catatan tentang Hukum Administrasi Negara dan

Peradilan Administrasi Negara di Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1981), 18-19.

6
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka


menjalankan fungsi pemerintahan.
c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk
menimbulkan akibat hukum di bidang hukum
administrasi.
d. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka
pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

Pemerintah (government) lebih berkaitan dengan lembaga


yang mengemban fungsi memerintah dan mengemban fungsi
mengelola administrasi pemerintahan, sedangkan Tata Kelola
Pemerintahan (governance) lebih menggambarkan pada pola
hubungan yang sebaik-baiknya antar elemen yang ada. Tata
Kelola Pemerintahan (governance) dengan demikian memiliki
cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan Pemerintah
(government), karena unsur yang terlibat dalam Tata Kelola
Pemerintahan mencakup semua kelembagaan yang ada.
Menciptakan pemerintah (government) yang baik, maka Tata
kelola Pemerintahan (governance) yang baik belum tentu akan
tercipta, tetapi jika Tata kelola Pemerintahan (governance) yang
baik tercipta, maka pemerintah (government) yang baik pasti
akan tercipta juga.

7
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

Pada masa reformasi, badan eksekutif dan legislatif telah


berhasil menciptakan 3 perundang-undangan yang kemudian
mengubah sistem dalam pemerintahan di Indonesia, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang membahas
mengenai pemberian kewenangan yang lebih besar untuk
daerah (Kabupaten dan Kota) untuk dapat mengatur dan
mengelola bidang pemerintahan dan juga bidang
pembangunan. Undang undang ini berimplikasi terhadap
kebijakan dan perencanaan sebagai dampak dari
bergesernya kewenangan pada hal tersebut dengan
adanya kebijakan yang terdesentralisasi, maka daerahpun
mempunyai kewenangan. Dengan adanya sistem yang
terdesentralisasi ini, daerah mempunyai kewenangan
untuk dapat menetapkan kebijaksanaan dalam hal
perencanaan dan pembangunan daerah.
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 yang membahas
mengenai pemberian wewenang yang lebih besar dalam
pengelolaan dan pengalokasian dana kepada pemerintah
daerah (Kabupaten atau kota). Lebih umumnya undang-
undang ini mengatur tata pelaksanaan ini mengatur
pelaksanaan perimbangan dalam bidang keuangan antara
pusat dan daerah.

8
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

3. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 mengenai


pelaksanaan pada bidang pembangunan dan pelaksanaan
pemerintahan ditingkat pusat dan daerah sebagai bentuk
pengimplementasian pemerintahan yang baik. Undang-
undang tersebut merupakan landasan utama
diterapkannya konsep Good Governance sebagai landasan
penyelenggaraan pemerintahan yang memiliki orientasi
membangun citra pemerintahan sebagai pemberi layanan
yang adil kepada masyarakat.
Ketiga undang-undang tersebut merupakan pondasi
utama diterapkannya konsep Good Governance dalam
menyelenggarakan pemerintahan yang berorientasi kepada
pembangunan citra pemerintahan sebagai pemberi layanan
yang adil.

Asas-Asas Umum Yang Pemerintahan Baik (AAUPB) Di


Daerah Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berlaku
Seiring dengan perjalanan waktu dan proses ketatanegaraan
di Indonesia, Asas- Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
dituangkan atau dimuat dalam Hukum Tertulis atau Undang-
Undang di Indonesia, antara lain yaitu :

9
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

1. Menurut Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Dalam ini disebutkan beberapa Asas Umum
Penyelenggaraan Negara (AAUPN), yaitu sebagai berikut:
a. “Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam Negara
hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam
setiap kebijakan penyelenggara Negara;
b. Asas Tertib Penyelenggara Negara, yaitu asas yang
menjadi landasan keteraturan, keserasian dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan
Negara;
c. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang
mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif dan selektif;
d. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri
terhadap hak untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan Negara dengan tetap memerhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia Negara;

10
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

e. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan


keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara Negara;
f. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
keahlian yang berdasarkan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.3
2. Menurut Pasal 53 Ayat (2) Huruf B UU No. 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam perkembangan Ketatanegaraan di Indonesia, asas-
asas yang tercantum dalam UU No. 28 Tahun 1999
tersebut diakui dan diterapkan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan dalam proses peradilan di Peradilan
Tata Usaha Negara (PTUN). Adapun penerapan AAUPB
ke dalam praktik peradilan di PTUN terlihat dalam Pasal

11
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

53 Ayat (2) huruf b disebutkan “Keputusan Tata Usaha


Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik”. Lebih jauh dijelaskan dalam
penjelasannya yang dimaksud dengan AAUPB adalah
meliputi asas:
a. “kepastian hukum;
b. tertib penyelenggaraan negara;
c. keterbukaan;
d. proporsionalitas;
e. profesionalitas;
f. akuntabilitas”.5
3. Menurut Pasal 58 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
Dalam Pasal 58, dalam menyelenggarakan Pemerintahan
Daerah berpedoman pada asas penyelenggaraan
pemerintahan negara yang terdiri atas: kepastian hukum;
tertib penyelenggara negara; kepentingan umum;
keterbukaan; proporsionalitas; profesionalitas;
akuntabilitas; efisiensi; efektivitas; dan keadilan”6

5 Ibid, Pasal 53 Ayat (2).


6 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 58.

12
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

4. Menurut Pasal 10 Ayat (1) Undang– Undang Nomor 30


Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
Dalam rangka menyelesaikan Sengketa TUN, dapat
ditempuh melalui upaya administrasi dan gugatan. Upaya
administratif artinya upaya melalui Instansi atau Badan
TUN atau dilaksanakan dalam lingkungan pemerintahan
sendiri.
Prosedur yang dimaksud di atas terdiri dari dua
bentuk, meliputi:
a. “Banding administratif, dalam hal penyelesaiannya itu
harus dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain
dari yang mengeluarkan keputusan yang
bersangkutan.
b. Keberatan, yaitu penyelesaian upaya administrasi yang
dilakukan sendiri oleh Badan atau Pejabat TUN yang
mengeluarkan keputusan”.7
Apabila seluruh prosedur dan kesempatan tersebut di
atas telah ditempuh, dan pihak yang bersangkutan masih
tetap belum puas, maka barulah persoalnnya dapat
digugat atau disengketakan dan diajukan ke pengadilan.
Selanjutnya, sengketa TUN dapat diselesaikan atau
ditempuh melalui Gugatan atau Upaya Peradilan.

13
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

Penyelesaian melalui peradilan ini menurut Pasal 51Ayat


(3) harus diajukan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara, hal ini dapat dilihat dalam isi pasal tersebut yaitu
“Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di
tingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48.”

PRINSIP- PRINSIP GOOD GOVERNANCE

Implementasi pemerintahan yang baik atau Good Governance


yang sekarang ini telah menjadi keinginan masyarakat atau
mayoritas negara sebagai pola dalam pemerintahan secara
umum menekankan bahwa penyelenggaraan kepemerintahan
negara harus mempunyai keseimbangan berperilaku dan
keterlibatan antara pemerintah, swasta dan masyarakat (civil
society).
Keberhasilan dari konsep good governance bisa dipahami
melalui prinsip-prinsip yang ada didalamnya. Prinsi-prinsip
ini digunakan sebgai tolok ukur kinerja pemerintah dalam
mengelolah pemerintahan. Prinsip-prinsip yang ada pada good
governance antara lain sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat

14
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

Partisipasi masyarakat ialah keikutsertaan masyarakat


dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui perwakilan lembaga-lembaga yang sah
untuk mengakomodir kepentingan warga masyarakat.
Partisipasi masyarakat dibangun berdasarkan prinsip
kebebasan yang adil dan santun. Dengan adanya
partisipasi dari masyarakat akan membuat suatu kebijakan
menjadi lebih hidup, karena memiliki ruk yang berasal
dari lokalitas warga yang bersangkutan.
2. Supremasi Hukum
Hukum memiliki peranan penting dalam menegakkan
keadilan dan kebenaran. Hukum yang dibuat haruslah
bersifat tidak memihak, adil, dan konsisten. Hukum harus
diberlakukan tanpa pandang bulu, tidak melihat pada
jabatan, materi, dan kekerabatan.
3. Transparansi
Transapari atau bias diartikan dengan keterbukaan
adalah pemerintahan memberikan kemudahan akses
informasi kepada masyarakat terkait dengan kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan. Informasi bisa diakses
oleh semua warga masyarakat dengan memperhatinkan
pada ketentuan-ketentuan yang telah dibuat. Informasi

15
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

haruslah bersifat update dan dapat


dipertanggungjawabkan kebenarannya.
4. Stakeholder
Stakeholder mempunyai peranan penting dalam
membangun kemitraan dengan pemerintaan. Stakeholder
disini bisa berkedudukan sebagai pengambil keputusan
atau pelaksana program. Selain itu, Stakeholder mempunyai
kepentingan tersendiri yang mana seharusnya berjalan
selaras dengan kepentingan yang dibangun oleh
pemerintah dan masyarakat.
5. Berorientasi pada Konsensus
Pemerintah memiliki peran sebagai katalisator yakni
menjembatani berbagai aspirasi dan kepentingan-
kepentingan sehingga nanti bisa didapat sebuah konsesus
yang berdasar pada kesepakatan bersama.
6. Kesetaraan
Seluruh warga masyarakat memiliki kesempatan yang
sama dimata hukum dan untuk mencapai
kesejahteraannya. Prinsip kesetaraan akan memacu
dampat keadilan dan pembangunan ekonomi yang stabil,
karena semua rakyat memiliki hak dan kesempatan yang

16
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

sama untuk melakukan pengembangan diri tanpa adanya


intervensi dari pihak manapun.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Dalam menjalan program-program dan kebijakan,
pemerintah berpegang pada prinsip efektif dan efesien.
Dimana program dikatakan efektif, jika program yang
dijalankan dapat berjalan sesuai dengan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pun dengan efesien, artinya
pemerintah harus menggunakan anggaran dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kebutuhan yang akan dilakukan.
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah segala bentuk kegiatan/program
yang telah dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. Bentuk pertanggungjawaban dapat
berbeda-beda tergantung dari pihak yang terkait.
Akuntabilitas yang dilakukan oleh pemerintah dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
9. Visi Strategis
Visi strategis merupakan cara pandang yang digagas
oleh pemerintah dan masyarakat dalam membangun
ekonomi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakatnya. Visi strategis adalah rancangan

17
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

kegiatan/program apa yang ingin dicapai untuk


mewujudkan tujuan negara. Cara pandang yang strategis
akan membuat suatu negara untuk mempertahankan
eksistensinnya.
Sedangkan menurut United National Development Program
(UNDP) prinsip good governance, terbagi menjadi 14, yaitu:7
Partisipasi Masyarakat , Wawasan ke Depan, Keterbukaan dan
Transparansi , Demokrasi , Profesionalisme dan Kompetensi ,
Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat ,
Desentralisasi , Komitmen pada Lingkungan Hidup ,
Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan, Profesionalisme
dan Kompetensi , Keefisienan dan Keefektifan, dan Daya
Tanggap.

Prinsip-prinsip itulah yang melekat pada sebuah


kepemerintahan dalam rangka mencapai apa yang diharapkan
sehingga hubungan yang baik dengan masyarakat dapat
dirasakan.

7 Suhady, Dasar-Dasar Good Governance, (Jakarta: Lembaga Lembaga

Administrasi Negara, 2005), 50.

18
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

UPAYA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM


MENINGKATKAN PENYELENGGARAAN KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN YANG BAIK
Dalam hukum administrasi negara pemerintah memiliki dua
kedudukan yaitu: pertama, kedudukan Pemerintah dalam
hukum public yaitu dalam konteks pandangan hukum publik,
maka negara dapat dianggap sebagai organisasi jabatan.
Organisasi jabatan merupakan sistem kerjasama dari kegiatan
pemerintah dalam menjalankan pemerintahan, namun di
dalam menjalankan segala bentuk kegiatannya pemerintah
harus berdasarkan dan sesuai dengan peraturan serta undang-
undang yang ada. Diantara jabatan-jabatan kenegaraan yang
seringkali ditemui, maka ada yang namanya jabatan
pemerintahan. Badan hukum adalah pendukung hak-hak
kebendaan (harta kekayaan). Lebih lanjut meraka mengatakan
badan hukum melakukan perbuatan melalui organ-organ
yang mewakilinya.
Perbedaan antara badan hukum dengan organ berjalan
paralel dengan perbedaan antara badan umum dengan organ
pemerintahan. Paralelitas perbedaan itu kurang lebih tampak
ketika menyangkut hubungan hukum yang berkaitan dengan
harta kekayaan dari badan umum yang digunakan oleh organ

19
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

pemerintahan.Kaitannya dengan hal tersebut, lembaga-


lembaga hukum publik itu memiliki kedudukan yang mandiri
dalam statusnya yang menjadi induk dari badan atau jabatan
tata usaha negara yang besar-besar diantaranya adalah
negara, lembaga- lembaga tertinggi, dan tinggi negara,
departemen, badan-badan non departemen, provinsi,
kabupaten, kotamadya, dan sebagainya. Lembaga-lembaga
hukum publik tersebutmerupakan badan hukum perdata dan
melalui organ-organnya (Badan atau Jabatan Tata Usaha
Negara) menurut peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan dapat melakukan perbuatan/tindakan hukum
perdata.8
Yang kedua, kedudukan pemerintah dalam hukum
privat yaitu dikatakan bahwa subyek hukum adalah segala
sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari
hukum. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban hanyalah
manusia atau orang atau sesuatu yang dapat di persamakan
dengan orang yang sering kita kenal dengan istilah badan
hukum. Badan hukum itu bertindak sebagai suatu kesatuan
dalam lalu lintas hukum seperti orang. Hukum menciptakan

8 HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, cetakan ke-7, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2011), 72-73.

20
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

badan hukum oleh karena manusia sebagai subyek hukum itu


sangat diperlukan karena hal itu bermanfaat bagi lalu lintas
hukum dan secara bebas sesuai pendapat beberapa ahli
hukum, dapat dikatakan bahwa badan hukum ini merupakan
ruang lingkup keperdataan.
Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa
tindakan hukum pemerintahan di bidang keperdataan adalah
sebagai wakil dari badan hukum (rechtpersoon), yang tunduk
dan diatur dengan hukum perdata. Dengan demikian,
kedudukan pemerintahan dalam hukum privat adalah sebagai
wakil dari badan hukum keperdataan. Ketika pemerintah
akan menjalankan pemerintahan, maka kepada pemerintah
diberikan kewenangan dan kekuasaan, yang dengan
kekuasaan dan kewenangan ini pemerintah melaksanakan
pembangunan, peraturan dan pelayanan.
Dengan adanya kedudukan pemerintah yang
demikian, penyelenggaraan pemerintahan tidak selalu
berjalan sebagaimana yang telah ditentukan oleh aturan yang
ada. Bahkan sering terjadi penyelenggaraan pemerintahan ini
menimbulkan kerugian bagi rakyat baik akibat
penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir)
maupun tindakan sewenang-wenang (willekeur). Perbuatan

21
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

pemerintah yang sewenang-wenang terjadi apabila terpenuhi


unsur-unsur; pertama, penguasa yang berbuat secara yuridis
memiliki kewenangan untuk berbuat (ada peraturan
dasarnya); kedua, dalam mempertimbangkan yang terkait
dalam keputusan yang dibuat oleh pemerintah, unsur
kepentingan umum kurang diperhatikan; ketiga, erbuatan
tersebut menimbulkan kerugian konkret bagi pihak tertentu.
Dampak lain dari penyelenggaraan pemerintahan
seperti ini adalah tidak terselenggaranya pembangunan
dengan baik dan tidak terlaksananya pengaturan dan
pelayanan terhadap masyarakat sebagaimana mestinya.
Keadaan ini menunjukan penyelenggaraan pemerintahan
belum berjalan dengan baik. Sehingga harus ada upaya yang
di tempuh dalam mewujudkan pemerintahan yang jauh lebih
baik yaitu dengan cara yaitu: pertama, pengawasan internal
penyelenggara pelayanan publik terdiri dari pengawasan oleh
atasan langsung, pengawasan oleh pengawas fungsional.
Kedua, pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayan publik
terdiri dari pengawasan oleh masyarakat, pengawasan oleh
lembaga Ombudsman dan pengawasan oleh lembaga
legislatif.

22
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa Good governance atau tata


pemerintahan yang baik dapat diartikan sebagai suatu proses
yang menentukan pemerintahan pada pembagian
wewenangan yang merata pada seluruh bagian dari
masyarakat untuk berpengaruh pada keputusan dan
kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik dalam
upaya pembangunan politik, ekonomi, sosial dan budaya
mereka dalam sistem pemerintahan. Dalam melakukan
aktifitasnya, pemerintah melakukan dua macam tindakan,
tindakan nyata (feitelijkehandelingen) dan tindakan hukum
(rechtshandeli-ngen). Setiap tindakan pemerintahan baik
dalam pengaturan ataupun dalam layanan pelayanan
harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
dan legalitas. Selain itu, fungsi hukum administrasi negara
mewujudkan pemerintahan yang baik antara lain: pertama,
fungsi normatif yaitu mengatur dan menentukan
penyelenggaraan pemerintahan agar sesuai gagasan
negara hukum. Kedua, fungsi instrumental pemberian
kewenangan kepada pemerintah untuk menciptakan
berbagai instrumen yuridis yang sesuai dengan undang-
undang sebagai sarana untuk kelancaran penyelenggara

23
Justicia Islamica : Jurnal Kajian Hukum dan Sosial

pemerintahan. Ketiga, fungsi jaminan hukum yaitu bahwa


masyarakat diberikan perlindungan bilamana tindakan
penyelenggara administrasi negara tidak sesuai dengan
undang-undang. Sedangkan hukum administrasi negara
dalam meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang
baik terdapat berbagai pengawasan yang diataur dalam
perundang-undangan untuk mewujudkannya yaitu:
pertama, pengawasan internal penyelenggara pelayanan
publik terdiri dari pengawasan oleh atasan langsung,
pengawasan oleh pengawas fungsional. Kedua,
pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayan publik
terdiri dari pengawasan oleh masyarakat, pengawasan
oleh lembaga Ombudsman dan pengawasan oleh lembaga
legislatif.

DAFTAR PUSTAKA

Ibad, Syahrul. Kewenangan Badan Perencanaan Pembangunan


Kota (BAPPEKO) Malang dalam Perencanaan, Kordinasi,
dan Pengendalian Tata Ruang Kota. Dialektika: Jurnal
Ekonomi Dan Ilmu Sosial. Vol 1. No 2. 2018.

24
Luluk Maysaroh, Implementasi Kebijakan Good Governance Dalam
Tata Usaha Negara

Muchsan. Beberapa Catatan tentang Hukum Administrasi Negara


dan Peradilan Administrasi Negara di Indonesia.
Yogyakarta: Liberty.1981.
Ridwan, HR. Hukum Administrasi Negara. cetakan ke-7.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.
Sinambella. Reformasi pelayanan publik. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Suhady. Dasar-Dasar Good Governance. Jakarta : Lembaga
Lembaga Administrasi Negara. 2005.
Susanto, Sri Nur Hari. Good Governance Dalam Konteks Hukum
Administrasi. Adminitrative Law & Governance
Journal. Volume 2 Issue 2. June 2019.

UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU No. 5


Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 20.

UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal


58.

25

You might also like