Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.

6
No.2, September 2017

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN METODE SCHROTH


TERHADAP SKOLIOSIS PADA USIA 10-12 TAHUN DI SEKOLAH
DASAR NEGERI 01 KOTA JAMBI

Renni Hidayati Zein, SSt.FT


Program StudiFisioterapiSTIKesBaiturrahim Jambi
Email :rennizein91@gmail.com

ABSTRACT
Introduction: Scoliosis is the backbone curved to the side, forming a S or C-
shaped curve and may cause the hips and shoulders to tilt. Scoliosis is a
common condition in early childhood and adolescence, as they grow rapidly.
Scoliosis can be caused by birth defects, muscle spasms, inflammation or have
different leg lengths. This condition can be permanent or temporary. The
Schroth method is a physiotherapeutic processing system that uses isometric
and other exercises to strengthen or lengthen the asymmetric muscle in the
body of scoliosis
Methods: Subjects in this study have been found 12 research subjects who are
students of the State Elementary School 01 Jambi aged 10-12 years. Data
retrieval is done by forward forward bending test. Each subject followed a
pre test with forward bending test and measured using a skoliometer tool
performed before treatment for 4 weeks, then each subject will follow post test
with forward bending test and measured using a scoliometer after 4 weeks
treatment. In the treatment will be given schroth practice training methods for
4 weeks with the frequency of exercise done every 3 times a week.
Result: Based on the results of research with the theory on the discussion can
be concluded that there is Influence Giving Schroth Method Exercise Therapy
on Scoliosis at Age 10-12 Years at Primary School 01 Jambi
Conclusion: Exercise Therapy Schroth method with regular frequency is an
effective therapy for the management of scoliosis in children aged 10-12 years
in order to prevent more severe scoliosis
Key words: exercise, scoliosis, Metode Schroth

PENDAHULUAN derajat sebanyak1,8 persen,


sedangkan yang lebih dari 10 derajat
Sekitar 4,1 persen dari 2.000 anak sebanyak 1 persen (Ketut,
SD hingga SMP di Surabaya, 2007).Skoliosis ini biasanya
setelahditeliti ternyata mengalami membentuk kurva “C” atau kurva
tulang bengkok. Bahkan dari hasil “S”. Hal ini yangakan mengkibatkan
rontgen sebagai bentukpemeriksaan suatu mekanisme proteksi dari otot-
lanjutan diketahui yang otot tulang belakang untukmenjaga
kebengkokannya mencapai 10 keseimbangan, manifestasi yang

88
Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.6
No.2, September 2017

terjadi justru berlebihan pada salah memelihara : kekuatan, daya tahan


satu sisiotot yang dalam waktu terus dan kesegaran kardiovaskular,
menerus dan hal yang sama yang mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas,
terjadi adalahketidak seimbangan koordinasi, keseimbangan dan
postur tubuh ke salah satu sisi keterampilan fungsional
(Rahayussalim, 2007).Jika hal ini (Kisner,1990).
berlangsung terus menerus pada
sistem muskulosketal tulangbelakang
akan mengalami bermacam-macam METODE PENELITIAN
keluhan antara lain: nyeri Subyek dalam penelitian ini
otot,keterbatasan gerak (range of telah didapatkan 12 subyek
motion) dari tulang belakang atau penelitian yang merupakan murid
back pain, kontrakturotot, dan dari Sekolah Dasar Negeri 01 Jambi
menumpukan problematik akan yang berumur 10-12 tahun. Subyek
berakibat pada terganggunya penelitian ini tidak ada yang
aktivitaskehidupan sehari-hari bagi mengundurkan diri atapun menjadi
penderita, seperti halnya gangguan kriteria droup out sehingga subyek
pada sistempernapasan, sistem dalam penelitian ini tidak mengalami
pencernaan, sistem saraf dan sistem perubahan yaitu tetap 12 orang.
kardiovaskuler (Tan, 2008). Pengambilan data dilakukan dengan
test adam forward bending.Setiap
Penyakit skoliosis ini lebih subyek mengikuti pre test dengan
banyak menyerang remaja test adam forward bending dan di
perempuan karenaberhubungan ukur dengan menggunakan alat
dengan faktor genetik. Laki–laki skoliometer yang dilakukan sebelum
dengan prosentase sekitar 40– perlakuan selama 4 minggu, lalu
60persen (Ketut, 2006). Senada setiap subyek akan mengikuti post
dengan hal tersebut, penyakit ini test dengan test adam forward
banyak diketemukandalam usia bending dan di ukur dengan
remaja dimana saat remaja terjadi menggunakan alat skoliometer
percepatan dari pertumbuhan. setelah perlakuan selama 4 minggu.
Biasanyapenyakit ini dirasakan pada Pada perlakuan akan diberikan terapi
umur sekitar 10 tahun sampai umur latihan metode schroth selama 4
pertumbuhan tulangberhenti minggu dengan frekuensi latihan
(Soetjiningsih, 2004).Terapi Latihan dilakukan setiap 3 kali dalam
merupakan salah satu modalitas yang seminggu.
digunakan fisioterapis untuk
memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan pasien dengan kondisi
HASIL PENELITIAN
muskuloskeletal atau
kardiopulmonari dengan sasaran A. Karakteristik Responden
akhir memperbaiki gerak dan fungsi Berdasarkan kriteria yang telah
(Kisner, 1990). Secara umum tujuan ditentukan di peroleh jumlah sampel
terapi latihan ialah mencegah sebanyak 12 responden untuk terapi
disfungsi seperti mengembangkan, latihan metode schroth. Hasil
meningkatkan, memperbaiki dan penelitian tentang pengaruh

89
Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.6
No.2, September 2017

pemberian terapi latihan metode Tabel 4.2


schroth terhadap skoliosis pada usia Distribusi Subyek Penelitian
10-12 tahun di sekolah dasar negeri Kelompok Perlakuan
01 Jambi, berdasarkan karakteristik No. Umur
Jumlah Persentase
responden adalah sebagai berikut : 1. 10 7 58,3%
2. 11 2 16,7%
1. Karakteristik Subyek Penelitian
3. 12 3 25%
Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik Jumlah 12 100%
subyek berdasarkan jenis kelamin
didapatkan hasil sebagai berikut yang Berdasarkan data pada tabel 4.2 telah
dapat dilihat pada tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa subyek
terbanyak terdapat pada usia 10
Tabel 4.1. tahun dengan jumlah 7 orang dan
Distribusi Subyek Penelitian nilai persentase 58,3%. Jumlah
subyek terendah terdapat pada usia
11 tahun yaitu 2 orang dengan nilai
Kelompok persentase 16,7% .
Jenis
No. Perlakuan
Kelamin
Jumlah Persentase 3. Karakteristik Subyek Penelitian
1. Laki-laki 5 41,7% Berdasarkan Kode Pola Skoliosis
2. Perempuan 7 58,3%
Jumlah 12 100% Berdasarkan karakteristik subyek
Berdasarkan data pada tabel 4.1 telah berdasarkan kode pola skoliosis
didapatkan hasil bahwa subyek didapatkan hasil sebagai berikut yang
terbanyak pada kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.3.
berjumlah sebanyak 5 orang yang
Tabel 4.3
berjenis kelamin laki-laki dengan
Distribusi Subyek Penelitian
nilai persentase 41,7%. Jumlah
Berdasarkan Kode Pola Skoliosis
subyek penelitian yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 7 Kode Pola Kelompok Perlakuan
No.
orang dengan nilai persentase 58,3%. Skoliosis Jumlah Persentase
1. 3C 9 75%
2. Karakteristik Subyek Penelitian 2. 4C 3 25%
Berdasarkan Usia
Jumlah 12 100%
Berdasarkan karakteristik subyek
berdasarkan usia didapatkan hasil
sebagai berikut yang dapat dilihat Dilihat dari data subyek penelitian
pada tabel 4.2. pada tabel 4.3 didapatkan hasil
bahwa, pada kelompok perlakuan
subyek yang pola kurva skoliosis 3C
berjumlah 9 orang dengan nilai
persentase 75,0%, dan subyek yang
pola kurva skoliosis 4C berjumlah 3
orang dengan nilai persentase 25,0%.

90
Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.6
No.2, September 2017

B. Deskriptif Data Pre Dan Post C. Hasil Analisis Statistik


Test 1. Hasil Analisis Statistik
1. Deskriptif Data Pada Terapi Analisa data pada penelitian ini
Latihan Metode Schroth menggunakan uji wilcoxon untuk
Berikut ini data hasil pengukuran mengetahui pengaruh pre dan post
pre test dan post test pada terapi test pada derajat kurva skoliosis
latihan metode schroth dengan karena jumlah data <30 maka data
menggunakan skoliometer dapat berdistribusi tidak normal. Hasil
dilihat pada tabel 4.4. analisa data dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 4.4 a) Uji Pengaruh pre dan post test
Hasil Pengukuran Terapi Latihan penurunan derajat kurva
Metode Schroth dengan skoliosisdengan terapi latihan
Skoliometer metode schroth
Jmlh Nilai Terapi Latihan Standar Uji beda pre test dan post
Kelompok Mean test pada perlakuan menggunakan uji
(n) min mak Deviasi
Pre Test 12 5 7,5 5,833 1,231 statistik non parametrik yaitu uji
Post Test 12 2,5 5 3,333 1,231 wilcoxon. Hal ini dapat dilihat pada
Selisih 12 2,5 2,5 2,500 0,000 tabel 4.5.
Tabel 4.5
Dilihat dari data hasil terapi latihan Hasil Uji Beda Pre dan Post
metode schroth terdapat penurunan TestPenurunan Derajat Kurva
kurva dejarat skoliosis pada Skoliosis
kelompok pre test dan kelompok Derajat P Kesimpulan
post test. Hasil pengukuran derajat Kurva
kurva skoliosis dari kelompok pre Skoliosis
test yang diambil sebelum Pre dan 0,001 Ha diterima
dilakukannya perlakuan dengan Post Test
subyek yang terdiri dari 12 orang, Perlakuan
diperoleh nilai minimum 5 dan nilai
rata-rata derajat kurva skoliosis Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada
5,833. Sedangkan pada kelompok tabel di atas didapatkan nilai p =
post test yang diambil setelah 0,001 yang berarti nilai p< 0,05.Nilai
dilakukan perlakuan dengan terapi p<0,05 menunjukkan Ha diterima
latihan metode schroth selama 4 sehingga ada perbedaan bermakna
minggu didapatkan hasil pengukuran antara sebelum dan sesudah
derajat kurva skoliosis dengan perlakuan. Hal ini berarti terapi
subyek yang terdiri dari 12 orang, latihan metode schroth berpengaruh
diperoleh nilai minimum 2,5 dan terhadap penurunan derajat kurva
nilai maksimum 5 dengan nilai rata- skoliosis.
rata 3,333.

91
Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.6
No.2, September 2017

jenis adolesen pada remaja usia 10


D. Pembahasan tahun hingga akhir masa
1. Hasil Karakteristik Responden pertumbuhan(Jamaludin, 2006).
Berdasarkan Subyek Penelitian
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil data yang c.Berdasarkan Kode Pola Skoliosis
diperoleh pada penelitian ini terdapat
Berdasarkan karakteristik kode pola
subyek penelitian dengan
skoliosis 3C (untuk kurva yang besar
karakteristik jenis kelamin
pada torakal dan hanya pada tulang
menunjukkan bahwa subyek laki-laki
belakang saja tidak di ikuti dengan
sebanyak 5 orang (41,7%) dan
elevasi pada pelvis) subyek
perempuan sebanyak 7 orang
berjumlah 9 orang dengan persentase
(58,3%). Penelitiansebelumnya yang
75% dan 4C (untuk kurva yang besar
menyebutkan bahwa di setiap negara
pada lumbar dan hanya pada tulang
diperkirakan kira-kira 3%
belakang saja tidak di ikuti dengan
pendudukmengalami skoliosis
elevasi pada pelvis) berjumlah 3
kebanyakan perempuan dan pada
orang dengan persentase 25%.
laki-laki dengan perbandingan antara
3:1(Jamaludin, 2006). Sebanyak 4%
2. Hasil Uji Analisis
populasi terdapat 10-15 tahun yang
Berdasarkan pada tabel 4.5
kebanyakan perempuan.
hasil terapi latihan metode schroth
Bentuknormal tulang belakang
dalam memperkecil derajat skoliosis
dilihat berbentuk lurus dari atas
pre test dan post test latihan didapat
sampai bawah (tulang cocigeus).
perbedaan yang signifikan nilai
Tetapi jikaterjadi skoliosis maka
derajat skoliosis pre test latihan lebih
tulang belakang akan berubah bentuk
besar daripada nilai derajat skoliosis
ke arah kiri atau kanan dengan tipe S
post test latihan, yang berarti bahwa
atau C (Hardjono dalam Titafi,
terapi latihan metode schroth dapat
2000). memperkecil derajat skoliosis.
b. Berdasarkan Umur Tabel 4.5 menunjukkan p <
0,05, artinya bahwa ada perbedaan
Berdasarkan umur menunjukkan derajat skoliosis secara bermakna pre
bahwa subyek berumur 10 tahun test dan post test latihan dengan
sebanyak 7 orang (58,3%), subyek metode schroth. Hal ini
berumur 11 tahun sebanyak 2 orang menunjukkan terapi latihan metode
(16,7%) dan subyek berumur 12 schroth dapat memperkecil derajat
tahun sebanyak 3 orang (25%). skoliosis, dengan rata-rata sebelum
Skoliosis berlaku untuk siapa saja dilakukan terapi latihan metode
dan tidak memandang umur. schroth yaitu dengan nilai 5,833 dan
Walaupunkebanyakan skoliosis sesudah diberikan terapi latihan
terjadi pada usia anak-anak, bahkan metode schroth didapatkan nilai rata-
bayi. Jenis skoliosis terbagi lagi rata 3,333. Keberhasilan metode
dalam tigakelompok yaitu jenis schroth dalam menurunkan tingkat
infantil yang muncul pada bayi sejak derajat skoliosis dalam penelitian ini
lahir hingga usia 3 tahun, jenis 100%.
juvenil padaanak usia 4-9 tahun, dan

92
Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.6
No.2, September 2017

Metode Schroth merupakan method and preliminary,


salah satu bentuk fisioterapi untuk short term radiological and
skoliosis. Bentuk penanganan ini clinical results based on
merupakan penanganan konservatif, SOSORT and SRS criteria.
dimana berbasis pada prinsips pecific Scoliosis Journal. 6. 25: 28
postural correction, correction of November 2011: 1-19.
breathing pattern dan correction of Borysov M dan Borysov A. Scoliosis
postural perception. Tujuan dari short-term rehabilitation
Metode Schroth untuk skoliosis yaitu (SSTR)according to ‚Best
memperbaiki tulang belakang di Practice’ standards-are the
bidang sagital, frontal dan results repeatable?. Scoliosis
transversal. Dalam skoliosis, otot- Journal. 7. 1: 17 Januari
otot di sepanjang tulang belakang 2012: 1-5.
menjadi tidak seimbang pada sisi Corwin EJ. 2007. Buku Saku
yang berlawanan. Dengan schroth, Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media.
pasien belajar untuk memperpendek Filipovic V dan Ciliga D. 2010.
otot pada sisi otot yang terulur dan Postural Adaptation Of
mengulur otot-otot pada sisi otot Idiopathic Adolescent
yang mengalami pemendekkan, serta Scolioses (IAS).
belajar untuk memperkuat otot-otot kinesiology. 1.1 Juni 2012:
sekitar tulang belakang. Latihan ini 16-27.
untuk menghentikan perkembangan Jamaludin. 2006. Pertumbuhan
kelengkungan tulang belakang yang Tulang Tidak Normal.
abnormal, dan dalam kasus terbaik Medan.
untuk membalikkan kurva.Hal ini Janicki A.J. Et Al. 2007. A
untuk keseimbangan dan stabilitas Comparison Of The
tulang belakang. Secara konsisten Thoracolumbosacral
bekerja untuk memperbaiki tulang Orthoses And Providence
belakang (Weiss, 2011). Orthosis In The Treatment
Of Adolescent Idiopathic
Scoliosis: Results Using
SIMPULAN The New SRS Inclusion
And Assessment Criteria
Berdasarkan hasil penelitian dengan
For Bracing Studies.
teori pada pembahasan dapat diambil
Journal Of Pediatric
kesimpulan bahwa ada Pengaruh
Orthopaedics. 27. 4: 2007:
Pemberian Terapi Latihan Metode
369-374.
Schroth terhadap Skoliosis pada Usia
Mujianto. 2013. Cara Cepat
10-12 Tahun di Sekolah Dasar
Mengatasi 10 Besar Kasus
Negeri 01 Jambi.
Muskuloskeletal Dalam
Praktik Klinik Fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: (Trans Info
Bialek M. 2011. Conservative Media)TIM..
treatment of idiopathic .
scoliosis according to FITS Patias. et al. 2010. A review of the
concept: presentation of the trunk surface metrics used

93
Jurnal Akademika Baiturrahim Renni Hidayati Zein Vol.6
No.2, September 2017

as Scoliosis and other Technology and Informatics.


deformities 123:594-8.
evaluationindices. Scoliosis
Jurnal. 5. 12: 29 Juni 2010:
1-20
Pugacheva N. 2012. Corrective
Exercise In Multimodality
Therapy Of Idiopathic
Scoliosis In Children-
Analisys Of Six Week
Efficiency-Pilot Study.
Chirdren’s rehabilitation
center of orthopedics and
traumatology “ogonyok”
saint petersburg. 71. 176:
2012: 365.
Sugianto S. et al. 2013. Perbaikan
Kualitas Citra Sinar X
Tulang Belakang Penderita
Skoliosis Dengan
Menggunakan Gaussian
Cropping. Journal of
Control and Network
Systems. 2. 1: 2013: 1-7.
Weiss HR. 2011. The Method of
Khatarina Schroth-History,
Principles and Current
Development. Scoliosis
Journal. 6. 17: 30 Agustus
2011: 1-22
Weiss HR. 2010. Rehabilitation
Schools For Scoliosis.
Spinal Deformities
Rehabilitation-State Of The
Art Review. 5.28: 24
Desember 2010: 13.
Weiss HR dan Klein R. 2006.
Improving excellence in
scoliosis rehabilitation: a
controlled study of matched
pairs. Pediatric Rehabilitation.
9.3: 190-200.
Weiss HR. et al. 2006a. ADL based
scoliosis rehabilitation-the key
to an improvement of time-
efficiency?.Studies in Health

94

You might also like