Professional Documents
Culture Documents
Jurnal HKK Kel 2
Jurnal HKK Kel 2
ABSTRACK
According to article one point one of Law No. 6 of 2011, immigration is an issue of the flow of
persons entering or departing Indonesian territory and its monitoring to defend the state's
sovereignty. In 2019, the estimated global population is 7,714,576,923, and it's only expected
to rise from here. An growth of 1,07% from 2018 levels, or an additional 81,757,598 people.
According to population estimates, the global average age is 29.9 years old. It's a situation
where global population growth and transportation demands go inexorably hand in hand.
China still has the world's greatest population. There are 1,417,930,226 people living in the
land of the Bamboo Curtain. China has a population that is five times larger than Indonesia's.
India has the greatest population in the world, which places it in second position. Since this
article was published, India's population has risen to an estimated 1,362,483,286. China, with
its relatively small population of roughly 50 million, is being overtaken by India. If its current
population of 257,912,349 is any indication, Indonesia may soon overtake Brazil as the world's
fourth most populous nation. People move throughout the world as a result of globalization,
economic growth, and population expansion. Each nation's economic cycle has its own unique
effects, and crime rates everywhere are correlated with the degree of social mobility, social
distinction, and social inequality. From a political and social perspective, as well as an
influence on state security, crime is a major problem. Therefore, Indonesia's immigration policy
must exercise caution when deciding which foreign nationals to welcome into the country, so
that the country's security can be maintained in the face of external dangers, disruptions, and
difficulties.
Key Words: Law Enforcement, Foreigners, Immigration, Crime
ABSTRAK
Menurut pasal satu angka satu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, keimigrasian adalah
urusan lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dan pengawasannya untuk
mempertahankan kedaulatan negara. Pada tahun 2019, perkiraan populasi global adalah
7.714.576.923, dan diperkirakan akan meningkat dari sini. Pertumbuhan sebesar 1,07% dari
level tahun 2018, atau tambahan 81.757.598 orang. Menurut perkiraan populasi, usia rata-rata
global adalah 29,9 tahun. Ini adalah situasi di mana pertumbuhan populasi global dan tuntutan
transportasi berjalan beriringan. Cina masih memiliki populasi terbesar di dunia. Ada
1.417.930.226 orang yang tinggal di negeri Tirai Bambu. Cina memiliki populasi yang lima
kali lebih besar dari Indonesia. India memiliki populasi terbesar di dunia, yang
menempatkannya di posisi kedua. Sejak artikel ini diterbitkan, populasi India telah meningkat
menjadi sekitar 1.362.483.286. China, dengan populasinya yang relatif kecil sekitar 50 juta
jiwa, diambil alih oleh India. Jika populasinya saat ini sebesar 257.912.349 merupakan
indikasi, Indonesia akan segera menyusul Brasil sebagai negara terpadat keempat di dunia.
Orang bergerak di seluruh dunia sebagai akibat dari globalisasi, pertumbuhan ekonomi, dan
ekspansi populasi. Siklus ekonomi setiap negara memiliki efek uniknya sendiri, dan tingkat
kejahatan di mana-mana berkorelasi dengan tingkat mobilitas sosial, perbedaan sosial, dan
ketidaksetaraan sosial. Dari segi politik dan sosial, serta pengaruh terhadap keamanan negara,
kejahatan merupakan masalah utama. Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian Indonesia harus
berhati-hati dalam memutuskan warga negara asing mana yang akan diterima masuk ke
negaranya, agar keamanan negara dapat terjaga dalam menghadapi bahaya, gangguan, dan
kesulitan dari luar.
Kata Kunci: Penegakan Hukum , Orang Asing , Keimigrasian , Kejahatan
PENDAHULUAN
Kompleksitas dan prevalensi masalah keimigrasian di Indonesia sama-sama meningkat.
Ketika imigrasi berfungsi sebagai titik masuk utama negara, hal itu dapat berdampak luas pada
keamanan nasional. Integrasi imigran sangat penting untuk keselamatan dan kemajuan negara
secara keseluruhan. Ancaman kedaulatan negara dapat dipecah menjadi dua kategori: yang
datang dari luar dan yang datang dari dalam suatu negara. Faktor eksternal menjadi ancaman,
terutama pengaruh ideologi dari negara lain yang berdampak negatif terhadap ketahanan
negara. Faktor internal juga menjadi ancaman, pertama berupa pengaruh budaya chauvinistik
dan ketimpangan sosial, kemudian berupa diferensiasi sosial yang sangat mencolok, yang
semuanya bertentangan dengan ideologi Pancasila. Lalu ada kejahatan transnasional dan
global.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam peneltian ini adalah
sebagai berikut:
Sebagai hasil dari pemahaman empiris, berdasarkan temuan observasi dan pembahasan
berbagai aktivitas manusia, pengetahuan sejarah (historical) seperti sejarah kedaulatan negara
dan ancaman terhadap kedaulatan negara serta dampaknya terhadap keamanan negara di
Indonesia. Studi tentang potensi tantangan terhadap kedaulatan negara ditampilkan dengan
menggunakan metode deskriptif pengumpulan dan analisis data, yang bersifat empiris,
normatif, dan berdasarkan bukti sejarah. Memanfaatkan data yang dikumpulkan di lapangan
dan bukti kuat kegiatan kriminal berupa ancaman yang disetujui negara terhadap pengawasan
imigrasi.
ISI / PEMBAHASAN
RELASI ANTARA KEIMIGRASIAN DENGAN KEDAULATAN NEGARA
Karena imigrasi merupakan lembaga pertama dan terakhir yang menyaring orang asing
yang masuk dan keluar wilayah NKRI, maka wajar disebut sebagai “penjaga gerbang” negara,
dan melalui lembaga inilah tindakan pengamanan yang dilakukan di luar negeri untuk
melindungi warga negara Indonesia dilakukan. mulai berlaku. Karena ancaman dan gangguan
yang dapat mengakibatkan hilangnya kontrol negara, khususnya bagi Warga Negara Indonesia
(WNI), tidak dapat dihindarkan hanya karena alasan keimigrasian, pemerintah Indonesia
memberlakukan tindakan ini atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung.
Proliferasi dan berbagai kejahatan transnasional baru yang menimbulkan bahaya bagi
keamanan nasional telah menimbulkan keprihatinan dunia. Kejahatan semacam ini
mengakibatkan kerugian finansial yang besar. Akibatnya, kami percaya bahwa reformasi
undang-undang imigrasi di China sangat dibutuhkan untuk mengimbangi meningkatnya
jumlah imigran ilegal China. Setiap negara, termasuk Indonesia, pernah mengalami beberapa
jenis kejahatan internasional yang membahayakan keamanan nasional dan kedaulatan negara.
Yaitu :
1. Pengawasan Keimigrasian
2. Tindakan Keimigrasian.
3. Karantina Imigrasi
Dalam hal menjaga kedaulatan negara, pemeriksaan imigrasi memainkan peran penting
dalam hal-hal berikut :
a. Representasi kekuasaan berdaulat negara yang dibuktikan dengan cap pada surat
perjalanan yang dengannya negara menjalankan hak eksklusifnya untuk menyaring
orang yang akan masuk atau keluar wilayahnya;
b. Pembatasan kekuatan hukum negara, yang dibuktikan oleh pemegang atau pemilik
surat perjalanan, sehubungan dengan hukum negara yang bersangkutan;
c. Bukti yang sah dan dapat diterima atas keberadaan pembawa di dalam wilayah tertentu
negara tersebut.
Ada dua jenis kedaulatan negara: internal dan eksternal. Jika kedaulatan suatu negara
berasal dari dalam, maka negara dan pemerintahnya bertanggung jawab untuk mengatur semua
kepentingan rakyatnya. Sejak pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, beberapa poin
penting mengenai cara konvensional yang digunakan pemerintah untuk memperoleh
kedaulatan teritorial perlu disebutkan :
ANALISIS
Karena imigrasi merupakan lembaga pertama dan terakhir yang menyaring orang asing
yang masuk dan keluar wilayah NKRI, maka wajar disebut sebagai “penjaga pintu” negara,
dan melalui lembaga inilah fungsi pengamanan NKRI diarahkan pada warganya, dilakukan,
dengan bantuan langkah-langkah pencegahan yang diambil di luar negeri. Atas perintah
Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah ini
untuk memastikan bahwa Warga Negara Indonesia (WNI) dilindungi dari segala potensi risiko
atau gangguan yang tidak dapat dihindari hanya karena keimigrasian.
Tempat perlindungan sementara bagi warga negara asing yang menghadapi pengusiran,
deportasi, atau prosedur keimigrasian lainnya disediakan dalam bentuk karantina imigrasi.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.05IL.02.01 Tahun
2006 tentang Rumah Detensi Imigrasi (Bambang Hartono), namun karantina keimigrasian
telah digantikan dengan Rumah Detensi Imigrasi.
SIMPULAN
Orang berpindah dari satu negara ke negara lain sebagai akibat dari pertumbuhan
populasi, kemajuan ekonomi, dan globalisasi. Siklus ekonomi setiap negara, bersama dengan
pola mobilitas sosial, divergensi sosial, dan kesenjangan sosialnya yang unik, berkontribusi
pada munculnya aktivitas kriminal di sana. Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian Indonesia
harus berhati-hati dalam memutuskan warga negara asing mana yang akan diterima masuk ke
negaranya, agar keamanan negara dapat terjaga dalam menghadapi bahaya, gangguan, dan
kesulitan dari luar. Terorisme, perdagangan manusia, dan penyelundupan bukan satu-satunya
ancaman internal terhadap kedaulatan negara; ideologi baru juga menimbulkan tantangan
eksternal yang signifikan. Anda mungkin berpendapat bahwa imigrasi berfungsi sebagai
penjaga gerbang negara karena merupakan entitas pertama dan terakhir yang memeriksa
pengunjung yang masuk dan keluar dari Republik Indonesia.
Tindakan pengamanan bagi WNI dilakukan di luar negeri atas permintaan Menteri
Keuangan dan Kejaksaan Agung. Tindakan ini tidak dibatasi atas dasar status keimigrasian
saja. Selalu ada hubungan antara kedaulatan dan hak untuk menentukan nasib sendiri, baik
dalam teori maupun dalam praktik negara yang sebenarnya. Terdapat beberapa jenis kejahatan
internasional yang terjadi di setiap negara, termasuk Indonesia, dan menimbulkan bahaya
terhadap keamanan nasional dan kedaulatan negara :
DAFTAR PUSTAKA
Agung Nugroho, Trisapto Wahyudi, “ Peran Intelijen Keimigrasian Dalam Rangka Antisipasi
Terhadap Potensi Kerawanan Yang Ditimbulkan Oleh Orang Asing Di Wilayah Indonesia
” Jurnal Penelitian Hukum, Oktober 2018: 275-293.
Hartono, Bambang, “Upaya Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Keimigrasian” Jurnal
Penelitian Hukum 4.
Syahrin, M Alvi. (2016). Eksodus Warga Negara Tiongkok: Antara Kebijakan dan
Penyelundupan. Checkpoint, 29– 31.