Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING BAGI MAHASISWA JURUSAN

PENDIDIKAN DOKTER DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

TEMAN SEBAYA DAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING STUDENTS OF MEDICAL

EDUCATION DEPARTMENT IN TERMS OF PEER SOCIAL SUPPORT

AND INTERNAL LOCUS OF CONTROL

Novan Alif Isnain, Wiwik Sulistiani2, Puri Aquarisnawati3


Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah1,2,3
isnain.novan@hangtuah.ac.id1, wiwik.sulistiani@hangtuah.ac.id2,
puri.aquarisnawati@hangtuah.ac.id3

Abstrak
Tujuan penelitian ini mengetahui adanya: (1). Hubungan antara dukungan
sosial teman sebaya dengan psychological well-being; (2). Hubungan antara
internal locus of control dengan psychologicall well-being; (3). Hubungan antara
dukungan sosial teman sebaya dan internal locus of control dengan
psychological well-being. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif
metode penelitian survei. Jumlah subyek 237 mahasiswa. Jumlah skala
psychological well-being 51 aitem (α = 0,954), dukungan sosial teman sebaya 39
aitem (α = 0,952), internal locus of control 38 aitem (α = 0,938). Hasil
menunjukkan bahwa (1). Terdapat hubungan antara dukungan sosial teman
sebaya dengan psychological well-being, (r = 0,210; p<0,05), sumbangan efektif
21%, (2). Terdapat hubungan antara internal locus of control dengan
psychological well-being, (p<0,05; 15,404 > 3,04), sumbangan efektif 34%, dan
(3). Terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan internal
locus of control dengan psychological well-being (r = 0,341; p<0,05), sumbangan
efektif 34,1%.

Kata Kunci: Psychological well-being, Dukungan sosial teman sebaya, Internal


locus of control

Abstract
The purpose of this research is to know the existence of: (1). The relationship
between peer social support and psychological well-being; (2). The
relationship between internal locus of control and psychological well-being;
(3). The relationship between peer social support and internal locus of control
with psychological well-being. The research uses a quantitative approach to
survey research methods. The number of subjects is 237 students. The
number of psychological well-being scales is 51 items (α = 0.954), peer social
support is 39 items (α = 0.952), internal locus of control is 38 items (α = 0.938).
The results show that (1). There is a relationship between peer social support
and psychological well-being, (r = 0.210; p<0.05), the effective contribution is
21%, (2). There is a relationship between internal locus of control and
psychological well-being, (p<0.05; 15.404 > 3.04), the effective contribution is
34%, and (3). There is a relationship between peer social support and internal
locus of control with psychological well-being (r = 0.341; p<0.05), the effective
contribution is 34.1%.

Keywords: Psychological well-Being, Peer social support, Internal locus of control

PENDAHULUAN
Universitas Hang Tuah adalah sebuah perguruan tinggi di kota Surabaya

yang memiliki pola ilmiah pokok iptek kelautan. Universitas Hang Tuah

memiliki 6 fakultas, 1 program diploma dan 22 prodi. Fakultas kedokteran

merupakan salah satu fakultas yang terdapat di Universitas Hang Tuah.

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah menyelenggarakan Program

pendidikan S-1 yaitu Program Studi Sarjana Kedokteran (S.Ked) dan

Program Studi Profesi Dokter yang merupakan kelanjutan dari Program

Pendidikan Sarjana Kedokteran. S.Ked.

Mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter memiliki tugas, tangung jawab

dan tuntutan akademik yang berbeda dengan mahasiswa jurusan lain.

Pendidikan Dokter memiliki tujuan menghasilkan lulusan dokter yang


berkompeten, terampil, berpengetahuan, dan profesional sehingga mampu

melakukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan medis dengan

pengetahuan dan ketrampilan medis pada pasien. Berdasarkan penjelasan

diatas, mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter memiliki tugas, tanggung

jawab dan tuntutan yang berat setelah lulus sebagai Sarjana Kedokteran.

Proses pembelajaran yang sulit harus diikuti oleh mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter. Hal tersebut akan memberikan tekanan yang

mempengaruhi kesehatan mental. Salah satu permasalahan psikologis yang

dapat mempengaruhi kesehatan mental adalah psychological well-being.

Psychological well-being adalah kondisi inidividu yang ditandai dengan

perasaan bahagia, mampu menghadapi tantangan dalam hidup, dapat

mengatur tingkah lakunya sendiri, menyadari potensi yang dimiliki, mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi yang sulit, merasa puas dengan diri

sendiri dan mengembangkan diri terus-menerus (Ryff, 1989). Psychological

well-being akan merefleksikan happiness, emotional well-being dan positive

mental health. Happiness adalah rasa bahagia dan kesenangan dalam diri.

Emotional well-being adalah kebahagiaan dan kepuasan emosional yang

dirasakan individu dalam kehidupannya. Positive mental health adalah

keadaan individu yang dapat menghadapi berbagai kondisi dan

menyesuaikan diri dengan baik (Doyle, Hanks & MacDonald 1998;

Purwanto, 2015).

Lebih lanjut untuk mengetahui permasalahan psychological well-being

pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter. Peneliti melakukan wawancara

kepada beberapa perwakilan mahasiswa dari 4 angkatan aktif yaitu 2018,


2019, 2020 dan 2021. Hasil yang didapatkan bahwa mahasiswa memiliki

permasalahan psychological well-being pada aspek penerimaan diri (self-

acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others),

otonomi (autonomy) dan penguasaan lingkungan (environmental mastery).

Selain itu, peneliti juga melakukan prasurvei terhadap 48 mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter tentang psychological well-being dengan menggunakan

skala yang mengacu pada indikator psychological well-being milik Ryff (1989).

Hasil prasurvei sebagai berikut :


Tabel 1.1 Hasil Prasurvei Psychological Well-Being Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Dokter
Kategori Kriteria Frekuensi Persen
Tinggi 66 < 0 0.00%

Sedang 42 - 66 13 27.08%

Rendah < 42 35 72.92%

Total 48 100 %

Berdasarkan hasil prasurvei psychological well-being yang dilakukan pada

48 mahasiswa diketahui bahwa jumlah mahasiswa jurusan Pendidikan

Dokter yang memiliki kategori tinggi 0 mahasiswa 0%, sedang 13 mahasiswa

27,08%, rendah 35 mahasiswa 72,92%. Hasil tersebut menyatakan bahwa

terdapat permasalahan psychological well-being pada mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter.

Menurut Kurniasari et al (2019), psychological well-being yang rendah akan

berdampak pada kondisi psikologis mahasiswa. Hal tersebut akan membuat

mahasiswa tidak percaya diri, bergantung pada orang lain, sulit untuk
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, belum memiliki tujuan

hidup, kesulitan untuk menerima pengalaman yang baru.

Psychological well-being mahasiswa dapat dipengaruhi oleh dukungan

sosial teman sebaya (Ryff & Keyes, 1995). Menurut House & Kahn (1985)

dukungan sosial teman sebaya adalah dukungan yang diberikan oleh teman

sebaya berupa memberi perhatian secara emosional, bantuan instrumental

(nyata) dan informasi yang diperoleh individu melalui interaksi dengan

lingkungan disekitar sehingga membantu individu dalam mengatasi

permasalahannya. Dukungan sosial yang diberikan teman sebaya memiliki

peranan penting terhadap psychological well-being karena tingginya dukungan

sosial teman sebaya akan membuat individu memiliki harga diri yang tinggi,

mengalami hal-hal yang positif dalam hidupnya, optimis terhadap

kehidupannya, memiliki konsep diri yang baik (Sarason dkk 1983; Apollo &

Cahyadi, 2012).

Selain dukungan sosial teman sebaya, terdapat faktor lain yang

mempengaruhi psychological well-being adalah internal locus of control. Menurut

Rotter (1996) internal locus of control adalah keyakinan individu bahwa semua

peristiwa yang terjadi berasal dari diri sendiri. Internal locus of control menjadi

salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter karena internal locus of control tinggi akan membuat

individu memiliki tujuan yang berorientasi ke depan, memiliki perencanaan

yang proaktif, memiliki inisiatif dalam memecahkan masalah, bertanggung

jawab, memiliki pengendalian diri yang baik, yakin usaha yang dilakukan

akan berhasil, memandang semua peristiwa, kejadian, nasib, takdir


disebabkan karena kendali diri sendiri, mampu mengendalikan situasi dan

kondisi yang terjadi (Abzani & Leonard, 2017).

Lebih lanjut, psychological well-being sangat penting dimiliki oleh setiap

mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter. Mahasiswa dengan psychological well-

being yang tinggi akan mampu menerima dirinya sendiri, menjadi mandiri,

mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, mampu melakukan

penguasaan lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup,

mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. Melihat peran psychological

well-being yang cukup besar maka penting untuk dilakukan penelitian yang

berjudul “Psychological Well-Being Mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter

ditinjau dari Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Internal Locus of Control”.

METODE

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

jurusan Pendidikan Dokter yang berjumlah 237 mahasiswa dengan rincian

laki-laki 96 (41%), Perempuan 141 (59%). Teknik pengambilan sampel dengan

mengggunakan kuota sampling.

Psychological well-being dalam penelitian ini diukur dengan skala

psikologis yang disusun berdasarkan indikator psycholgical well-being

menurut (Ryff, 1989), yang terdiri dari 51 aitem (α = 0,954) dan memberikan

skor untuk menggambarkan kondisi psychological well-being individu. Ke 51

aitem tersebut dibagi menjadi 6 subskala yang menggambarkan kondisi

psychological well-being individu. Enam subskala tersebut antara lain: (1)

Penerimaan diri (self-acceptance), kemampuan individu dalam menerima

segala aspek dirinya secara positif, baik di masa lalu maupun sekarang; (2)
Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others),

kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain; (3)

Otonomi (autonomy), kemampuan individu dalam mengatur hidup dan

tingkah lakunya secara mandiri; (4) Penguasaan lingkungan (environmental

mastery), kemampuan individu dalam mengatur, membuat dan

memanfaatkan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya; (5) Tujuan hidup

(purpose of life), individu memiliki tujuan dan arah kehidupan yang jelas

sesuai dengan pengalaman di masa lampau dan masa sekarang; (6)

Pertumbuhan pribadi (personal growth), kemampuan individu dalam

mengembangkan potensi dan bakatnya serta terbuka dengan pengalaman-

pengalaman baru sehingga terbentuk peningkatan kemampuan pada diri

sendiri. Respon pada aitem menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1

(sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju).

Dukungan sosial teman sebaya diukur dengan skala psikologis yang

disusun berdasarkan indikator dukungan sosial teman sebaya menurut

(House & Kahn, 1985), yang terdiri dari 39 aitem (α = 0,952). Respon pada

aitem menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1 (sangat tidak setuju)

sampai 5 (sangat setuju).

Internal locus of control diukur dengan skala psikologis yang disusun

berdasarkan indikator internal locus of control menurut (Rotter, 1996), yang

terdiri dari 38 aitem (α = 0,938). Respon pada aitem menggunakan skala

Likert dengan rentang nilai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju).
Pengambilan data dilakukan dengan membagikan link google form.

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa uji product

moment dan korelasi ganda dengan bantuan SPSS 23.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Peneliti melakukan uji normalitas dan uji linieritas sebelum melakukan

uji hubungan. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan mendapatkan hasil

bahwa variabel psychological well-being (Y) terdistribusi normal yang

diperoleh dari nilai statistik Kolmogorov-Smirnov, yaitu sig 0,077. Hasil uji

linieritas dapat diketahui bahwa kedua variabel memiliki hubungan dengan

signifikansi 0,001 dan 0,000. Berdasarkan data tersebut, peneliti

menggunakan teknik statistik parametrik dalam menguji hubungan antar

variabel.
Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Product Moment Variabel Penelitian
Psychological Well- Dukungan Sosial Internal Locus of
Being Teman Sebaya Control
Pearson
1 .210** .340**
Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .000
N 237 237 237
Pearson
.210** 1 .684**
Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .000
N 237 237 237
Pearson
.340** .684** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 237 237 237
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil uji korelasi product moment pada tabel 2, didapatkan

hasil taraf signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 dengan nilai koefisen korelasi
sebesar 0,210, yang berarti semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya,

maka akan semakin tinggi psychological well-being. Nilai sebesar 0,210

menunjukkan korelasi cukup. Selanjutnya variabel internal locus of control

dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien korelasi sebesar

0,340, yang berarti semakin tinggi internal locus of control semakin tinggi pula

psychological well-being. Nilai sebesar 0,340 menunjukkan korelasi cukup.

Peneliti juga melakukan analisis korelasi berganda sebagai berikut :


Tabel 3. Hasil Analisis Korelasi Berganda
Variabel Y Variabel X Nilai Keterangan
Korelasi p
Psychological Dukungan sosial Internal 0,341 0,000 signifikan
well-being teman sebaya locus of
control
Hasil analisis korelasi berganda tersaji pada tabel 3. Diketahui bahwa

nilai koefisien korelasi antara ketiga variabel dengan nilai R hitung sebesar

0,341. Nilai koefisien korelasi berganda didapatkan sebesar 0,000 yang berarti

lebih kecil dari sig <0,05 yang menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu

terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan internal locus of

control terhadap psychological well-being. Variabel dukungan sosial teman

sebaya dan internal locus of control dapat memprediksi psychological well-being

34,1% sedangkan sisanya 65,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dietliti dalam penelitian ini.

Selain melakukan uji korelasi penelitian ini juga melakukan sebaran

kategorisasi setiap variabel. Jumlah kategorisasi jenjang yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tiga jenjang, yaitu tinggi, sedang, rendah. Berikut

ini sebaran kategorisasi berdasarkan tiap variabel:


Tabel 4. Sebaran Kategorisasi Setiap Variabel

Variabel Kategori
ST T S R SR
Psychological well- 17 64 79 63 14
being (7,2%) (27,0%) (33,3%) (26,6%) (5,9%)
Dukungan sosial 7 81 86 39 24
teman sebaya (3,0%) (34,2%) (36,3%) (16,5%) (10,1%)
Internal locus of 2 47 81 68 39
control (0,8%) (19,8%) (34,2%) (28,7%) (16,5%)
Ket: ST= Sangat Tinggi; T= Tinggi; S=Sedang; R=Rendah; SR = Sangat Rendah

Tabel 4. Menunjukkan semua variabel dalam penelitian ini memiliki

rerata hipotetik. Hal ini menunjukkan bahwa variabel psychological well-being

sebagian besar memiliki kategori sedang sebanyak 79 subyek (33,3%).

Variabel dukungan sosial teman sebaya sebagian besar memiliki kategori

sedang sebanyak 86 subyek (36,3%) dan variabel internal locus of control

sebagian besar memiliki kategori sedang sebanyak 81 subyek (34,2%).

Peneliti juga melakukan analisis distribusi pada indikator setiap variabel.

Berikut hasil distribusi indikator setiap variabel :


Tabel 5. Distribusi Indikator Setiap Variabel
Indikator Variabel Indikator Variabel Indikator Variabel
Y X1 X2
Penerimaan diri 17% Dukungan 26% Kepercayaan 26%
emosional diri
Hubungan 17% Dukungan 23% Mandiri 24%
positif dengan penilaian
orang lain
Otonomi 13% Dukungan 28% Kontrol 25%
informasional
Penguasaan 19% Dukungan 23% Bertanggung 25%
lingkungan instrumental jawab
Tujuan hidup 15%
Pertumbuhan 19%
pribadi
Ket: Y= Psychological well-being; X1= Dukungan sosial teman sebaya; X2 = Internal locus of

control

DISKUSI
Uji hipotesis minor pertama dengan teknik korelasi product moment

pada variabel dukungan sosial teman sebaya (X1) dengan psychological well-

being (Y) memperoleh taraf signifikansi sig. 0,001 yang berarti lebih kecil dari

< 0,05 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,210. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, artinya semakin tinggi

dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi psychological well-being

pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter. Begitu juga sebaliknya, semakin

rendah dukungan sosial teman sebaya maka semakin rendah pula

psychological well-being pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter. Hasil

penelitian ini menunjukkan keeratan hubungan variabel dukungan sosial

teman sebaya terhadap dengan psychological well-being sebesar 21%. Hal ini

menunjukkan keeratan hubungan yang cukup. Maka terdapat 79% variabel

lain yang dapat mempengaruhi psychological well-being selain dukungan sosial

teman sebaya.

Temuan penelitian ini sesuai dengan pendapat Ryff (1989) yang

menyatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi psychological well-being. Temuan dalam penelitian ini

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Maurizka &

Maryatmi (2019) dengan subyek remaja pengguna hijab di organisasi remaja

masjid Al-Amin Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial teman


sebaya dengan psychological well-being pada remaja pengguna hijab di

organisasi remaja masjid Al-Amin Jakarta Selatan dengan koefisien korelasi r

= 0,334 dan p = 0,035 < 0,05. Penelitian lain oleh Ismail & Indrawati (2013)

dengan subjek mahasiswa STIE Dharmaputra Program Studi Ekonomi

Manajemen Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan psychological

well-being dengan sumbangan efektif sebesar 38,8%.

Uji hipotesis minor kedua menggunakan teknik korelasi product moment

pada variabel internal locus of control (X1) dengan psychological well-being (Y),

diperoleh nilai signifikansi (sig.) 0,000 yang berarti lebih kecil daripada < 0,05

(0,000 < 0,05) dengan nilai koefisien korelasi (0,340 > 0,138). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, yaitu terdapat

hubungan antara internal locus of control (X2) dengan psychological well-being

(Y), dengan arah hubungan positif. Artinya, semakin tinggi internal locus of

control maka semakin tinggi psychological well-being mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah internal locus of

control maka semakin rendah pula psychological well-being mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter. Temuan penelitian ini sesuai dengan pendapat Ryff

(1989) yang menyatakan bahwa internal locus of control merupakan faktor

yang mempengaruhi psychological well-being. Keeratan hubungan antara

internal locus of control dengan psychological well-being sebesar 34%. Hal ini

menunjukkan keeratan hubungan yang cukup. Maka terdapat 66% variabel

lain yang dapat mempengaruhi psychological well-being selain internal locus of

control.
Temuan dalam penelitian diatas sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh Arya dkk (2014) dengan subyek istri nelayan RW II

Kelurahan Kedung Cowek Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif dan signifikan antara internal locus of control

dengan psychological well-being pada istri nelayan dengan sumbangan efektf

sebesar 19,5%. Penelitian lain oleh Harjanti (2021) dengan subyek remaja

panti asuhan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan yang positif

antara internal locus of control dengan kesejahteraan psikologis pada remaja

yang tinggal di panti asuhan dengan sumbangan efektif sebesar 30%

terhadap psychological well-being.

Uji hipotesis variabel dukungan sosial teman sebaya dan internal locus of

control dengan psychological well-being diperoleh nilai koefisien korelasi antara

ketiga variabel yaitu 0,341 yang berarti lebih besar daripada Rtabel pada N =

237 dengan taraf signifikansi 5% yaitu 0,138 (0,341 > 0,138). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa arah hubungan dari ketiga variabel adalah positif dan

hipotesis mayor yang diajukan diterima, yaitu semakin tinggi dukungan

sosial teman sebaya dan internal locus of control maka semakin tinggi

psychological well-being pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter.

Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial teman sebaya dan internal locus

of control maka semakin rendah pula psychological well-being pada mahasiswa

jurusan Pendidikan Dokter.

Peneliti juga melakukan pengujian lain terhadap variabel dukungan

sosial teman sebaya (X1) dan internal locus of control (X2) terhadap

psychological well-being (Y). Hasil pengujian mendapatkan keeratan hubungan


sebesar 34,1%. Hal ini berarti terdapat 65,9% variabel lain yang dapat

mempengaruhi psychological well-being mahasiswa jurusan Pendidikan

Dokter. Hal ini sesuai dengan pendapat Ryff (1989) yang menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being adalah dukungan

sosial teman sebaya dan internal locus of control. Hal ini berarti faktor-faktor

lain yang turut berpengaruh terhadap psychological well-being selain

dukungan sosial teman sebaya dan internal locus of control adalah demografis,

evaluasi terhadap pengalaman hidup dan religiusitas.

Hasil perhitungan dengan rerata hipotetik pada variabel psychological

well-being pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter memiliki nilai tinggi

sebanyak 17,7% (42 mahasiswa), memiliki nilai sedang sebanyak 65% (154

mahasiswa), memiliki kategori rendah sebanyak 17,3% (41 mahasiswa).

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter sebagian besar memiliki nilai psychological well-being pada

kategori sedang. Menurut Kurniasari dkk (2019), psychological well-being yang

tinggi membuat individu mampu menerima diri sendiri, mandiri, mampu

menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, mampu melakukan

penguasaan lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup, dan

mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.

Selanjutnya, hasil perhitungan dengan rerata hipotetik dukungan sosial

teman sebaya mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter memiliki kategori tinggi

sebanyak 11,8% (28 mahasiswa), kategori sedang sebanyak 73,4% (174

mahasiswa), dan dengan kategori rendah sebanyak 14,8% (35 mahasiswa).

Hasil diatas menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter


sebagian besar memiliki nilai dukungan sosial teman sebaya pada kategori

sedang. Menurut Sarason dkk (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) dukungan

sosial yang tinggi membuat individu memiliki harga diri yang tinggi,

mengalami hal-hal yang positif dalam hidupnya, optimis terhadap

kehidupannya, serta memiliki konsep diri yang baik.

Perhitungan rerata hipotetik internal locus of control mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter memiliki nilai tinggi sebanyak 15,2% (36 mahasiswa),

kategori sedang sebanyak 67,5% (160 mahasiswa) dengan kategori rendah

sebanyak 17,3% (41 mahasiswa). Hasil diatas menunjukkan bahwa

mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter sebagian besar berada pada kategori

sedang sebesar 67,5%. Sejalan dengan hasil penelitian oleh Abzani & Leonard

(2017) internal locus of control yang tinggi membuat individu memiliki tujuan

yang berorientasi ke depan, memiliki perencanaan yang proaktif, memiliki

inisiatif dalam memecahkan masalah, bertanggung jawab, memiliki

pengendalian diri yang baik, yakin usaha yang dilakukan akan berhasil,

memandang semua peristiwa, kejadian, nasib, takdir disebabkan karena

kendali diri sendiri, mampu mengendalikan situasi dan kondisi yang terjadi.

Peneliti selanjutnya, melakukan analisis tiap indikator pada variabel

psychological well-being dengan nilai tertinggi pada indikator penguasaan

lingkungan dan pertumbuhan pribadi sebesar 19%, artinya mahasiswa

merasa mampu mengatur, membuat, memanfaatkan lingkungan sesuai

dengan kebutuhannya, mampu mengembangkan potensi dan bakatnya serta

terbuka dengan pengalaman baru untuk meningkatkan kemampuan diri

mahasiswa. Indikator hubungan positif dengan orang lain mendapatkan nilai


sebesar 18%, artinya mahasiswa merasa cukup mampu menjalin hubungan

yang baik dengan teman satu angkatan. Pada indikator penerimaan diri

memperoleh nilai sebesar 17%, artinya mahasiswa merasa mampu menerima

semua aspek diri sendiri di masa lalu maupun sekarang secara positif. Pada

indikator tujuan hidup mendapatkan nilai 15%, artinya mahasiswa merasa

telah memiliki tujuan selama menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter.

Indikator otonomi memiliki nilai 13%, artinya mahasiswa merasa cukup

mampu mengatur kuliah dan kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Hasil analisis terhadap tiap indiaktor variabel dukungan sosial teman

sebaya memperoleh nilai tertinggi pada indikator dukungan informasional

sebesar 28%, artinya mahasiswa merasa diberikan informasi, saran,

pengarahan dan nasehat dari teman satu angkatan. Pada indikator dukungan

emosional memiliki nilai 26%, artinya mahasiswa merasa diberikan

perhatian, empati, kasih sayang dan kepercayaan oleh teman satu angkatan.

Indikator dukungan penilaian dan dukungan instrumental mendapatkan

nilai yang sama yaitu 23%, artinya teman satu angkatan memberikan umpan

balik, afirmasi, menengahi pemecahan masalah, memberikan bantuan secara

finansial dan membantu menyelesaikan pekerjaan sesama mahasiswa jurusan

Pendidikan Dokter.

Selanjutnya, peneliti melakukan analisis untuk indikator internal locus of

control dengan nilai tertinggi pada indikator kepercayaan diri sebesar 26%,

artinya mahasiswa merasa cukup yakin dengan kemampuannya sendiri

dalam menghadapi peristiwa yang terjadi. Indikator kontrol dan

bertanggung jawab memiliki nilai yang sama sebesar 25%, artinya mahasiswa
merasa cukup mampu melakukan kontrol dan bertanggung jawab terhadap

semua peristiwa yang terjadi. Terakhir pada indikator mandiri dengan nilai

24%, artinya mahasiswa merasa cukup mampu menyelesaikan dan

memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.

Temuan yang didapatkan dari deskripsi responden, psychological well-

being paling tinggi dimiliki oleh mahasiswa berusia 20 tahun pada kategori

sedang dan berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya, untuk nilai tertinggi

didapatkan pada mahasiswa yang tinggal bersama orang tua berada pada

kategori sedang. Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa psychological

well-being lebih tinggi didapatkan oleh mahasiswa perempuan dan

mahasiswa yang tinggal bersama orang tua. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Ryff (1989) bahwa terdapat perbedaan kondisi psychological well-

being pada laki-laki dan perempuan.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis minor pertama yang diajukan dalam penelitian

ini diterima yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya

dengan psychological well-being pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter,

nilai koefisien korelasi sebesar 0,210. Arah hubungan positif, artinya semakin

tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi psychological well-

being pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter. Begitu juga sebaliknya,

semakin rendah dukungan sosial teman sebaya maka semakin rendah pula

psychological well-being mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter.


Hipotesis minor kedua yang diajukan diterima, yaitu ada hubungan

antara internal locus of control dengan psychological well-being pada mahasiswa

jurusan Pendidikan Dokter, nilai koefisien korelasi sebesar 0,340. Arah

hubungan positif, artinya semakin tinggi internal locus of control maka

semakin tinggi psychological well-being pada mahasiswa jurusan Pendidikan

Dokter. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah internal locus of control maka

semakin rendah pula psychological well-being mahasiswa jurusan Pendidikan

Dokter.

Hipotesis mayor diterima, yaitu Ha diterima Ho ditolak, artinya ada

hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan internal locus of control

terhadap psychological well-being pada mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter.

Nilai koefisien korelasi sebesar 0,341 dengan keeratan hubungan sebesar

34,1%. Temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam

mengatasi psychological well-being pada mahasiswa.

SARAN
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan faktor lain yang dapat diteliti.

Faktor tersebut antara lain seperti demografis, evaluasi terhadap

pengalaman hidup dan religiusitas sehingga mengetahui kondisi

psychological well-being dari faktor yang lain.

REFERENSI
Abzani, A., & Leonard, L. (2017). Pengaruh locus of control terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika. Jakarta. Prosiding
Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika. ISSN: 2581-0812.
Apollo. & Cahyadi, A. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah
yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan
Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta No. 02 Tahun XXXV I/Juli 2012.
Arya, Putu K.P., Dewi Mustami'ah., Windah R. (2014). Hubungan antara
Dukungan Sosial dan Internal Locus of Control dengan Psychological
Well-Being pada Istri Nelayan RW II Kelurahan Kedung Cowek
Surabaya. POSEIDON Jurnal Ilmiah Psikologi Kelautan-Kemaritiman. Vol
8 No.1. Edisi Januari-Desember 2014. ISSN 1907-5960.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron,Robert A..,Donn Byrne. (2005). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh: Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Feist, J., & Gregory J. Feist. (2006). Theories of Personality Sixth Edition. United
States: McGraw-Hill Companies. Inc.
Hang Tuah University Press. (2019). Buku Panduan Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah. Buku tidak
diterbitkan. Universitas Hang Tuah Surabaya.
Harjanti, D. K. S. (2021). Kesejahteraan Psikologis pada Remaja Panti Asuhan
Ditinjau dari Internal Locus of Control dan Spiritualitas. Gadjah Mada
Journal of Psychology (GamaJoP), 7(1), 83-98.
Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang
Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Skripsi. Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma.
House, J. S., Kahn, R. L., McLeod, J. D., & Williams, D. (1985). Measures and
concepts of social support. In S. Cohen & S. L. Syme (Eds.), Journal
Social support and health (pp. 83–108). Academic Press.
Huppert, F. A. (2009). Psychological well‐being: Evidence regarding its causes
and consequences. Applied psychology: health and well‐being, 1(2), 137-
164.
Ismail, R. G., & Indrawati, E. S. (2013). Hubungan Dukungan Sosial dengan
Psychological Well Being pada Mahasiswa STIE Dharmaputera
Program Studi Ekonomi Manajemen Semarang. Jurnal Empati, 2(4),
416-423.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mahasiswa. Diakses 12 Juli 2022.
Kurniasari, E., Rusmana, N., & Budiman, N. (2019). Gambaran umum
kesejahteraan psikologis mahasiswa. Journal of Innovative Counseling:
Theory, Practice, and Research, 3(02), 52-58.
Maurizka, A., & Maryatmi, A. S. (2019). Hubungan antara religiusitas dan
dukungan sosial teman sebaya terhadap psychological well-being
pada remaja pengguna hijab di organisasi remaja Masjid Al–amin
Jakarta Selatan. Ikra-ith humaniora: Jurnal Sosial dan Humaniora, 3(3),
207-218.
Mufidha, A. (2019). Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebagai Prediktor
Psychological Well-Being pada Remaja. Jurnal Acta Psychologia, 1(1),
34-42.
Noor, J. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta : Prenadamedia Group
Purwanto, E. (2015). Pengaruh bibliotherapy terhadap psychological well-
being perempuan lajang. Jurnal CALYPTRA, 4(1), 1-26.

Robbins, S. P., & Judge, T. A., (2008), Organizational Behaviour (13th ed.), New
Jersey, Upper Saddle River: Pearson Education.
Rotter, J.B. (1966). Generalized expectancies for internal versus external
control of reinforcement. Psychological monographs, 80 1, 1-28.
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the
meaning of psychological well-being. Journal of personality and social
psychology, 57(6), 1069.
Ryff, C.D & Keyes, C.L.M, (1995). The Structurs of Psychological well being
Revisited. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 69 : 719-727.
Sari, C. P., & Listiara, A. (2017). Hubungan antara Lokus Pengendalian
Internal dengan Kesejahteraan Psikologis pada Guru SMA Negeri di
kota Bogor. Jurnal Empati, 6(1), 65-69.
Sari, Dian P. (2016). Hubungan antara Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas
Pelanggan Tekomsel pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di
Universitas Medan Area. Medan. Skripsi. Universitas Medan Area.
Sugiyono. (2016). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. ISBN 978-602-9187-75-5.
Tahrir, N. FS, & Damayanti, I R. (2020). The role of critical thinking as a
mediator variable in the effect of internal locus of control on moral
disengagement. International Journal of Instruction, 13(1), 17-34.
Taylor, S. E. (2012). Health Psychology. Eighth Edition. New York: Mc Graw
Hill.
Wandari, Risa D.(2018). Hubungan antara Coping Strategy dengan
Psychological Well-Being pada Mahasiswa yang sedang mengerjakan
Skripsi. Thesis. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Widhiarso, W. (2010). Prosedur uji linieritas pada hubungan antar variabel Y.
http://www.widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/widhiarso_2010_uji_linierit
as_hubungan.pdf. Diakses 19 November 2021.
Widhiarso, W. (2017). Uji Normalitas. [Teaching Resource] (Unpublished).
https://repository.ugm.ac.id/id/eprint/275998. Diakses 16 Juni 2022.

You might also like