Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING BERBASIS

KEARIFAN LOKAL MELALUI KELAS BALITA STUNTING


”KEBANTING” KKN TERPADU POLTEKKES KEMENKES
MATARAM DI KELURAHAN PAGESANGAN BARAT
KKN Terpadu Politekknik Kesehatan Mataram
1 Nutrition Department, Health Polytechnic of Mataram (9 pt)
² Midwifery Department, Health Polytechnic of Mataram (9pt)
Jl. Praburangkasari Dasan Cermen, Sandubaya, Mataram-West Nusa Tenggara, Indonesia
2 Food Technology Program, Department of Agriculture, Mataram University (9 pt)

Jl. Majapahit no 62 Mataram-West Nusa Tenggara, Indonesia


Telp./Fax. (0370) 633837
1Email : nurainienny083@gmail.com

Abstract
Stunting is one of the nutritional problems in children globally. West Nusa Tenggara Province (NTB) is one of the priority
provinces for handling stunting. The Indonesian Nutritional Status Survey (SSGI), in 2021 the prevalence of stunting in the
Province of NTB is 31.4 percent. Then, in 2022, the prevalence of stunting will increase to 32.7 percent. The stunting rate
in West Nusa Tenggara (NTB) Province rose to 32.7 percent based on the results of the 2022 Indonesian Nutrition Status
Survey (SSGI). The stunting rate increased by 1.3 percent from 2021, which was 31.4 percent.
Meanwhile, based on data collection conducted through the electronic application-Community-Based Nutrition Recording
and Reporting (e-PPGBM) for 2022, the NTB Provincial Government stated that the stunting rate had decreased. In 2022,
the stunting rate in NTB will drop to 16.84 percent.
Based on the final data of the e-Pggbm Puskesmas Pagesangan, West Pagesangan Village, the number of stunted toddlers
is 115 people. And of these, there are two environments where the number of stunted children under five is high. Activities
are focused on the two Environments. The activities carried out are in the form of Local Food Cooking Demonstrations so
that the target can easily apply them.
Keywords: stunting, local pmt, outreach, education

Abstrak
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi pada anak secara global. Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) merupakan salah satu provinsi prioritas penanganan stunting. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), di tahun 2021
prevalensi stunting di Provinsi NTB sebesar 31,4 persen. Kemudian, tahun 2022, prevalensi stunting naik menjadi 32,7
persen. Angka stunting di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) naik menjadi 32,7 persen berdasarkan hasil Survei Status
Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022. Angka stunting naik sebesar 1,3 persen dari tahun 2021 yaitu 31,4 persen.

Sementara, berdasarkan pendataan yang dilakukan lewat aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022, Pemprov NTB menyatakan angka stunting terjadi penurunan. Pada 2022, angka
stunting di NTB turun menjadi 16,84 persen.

Berdasarkan Data akhir e-pggbm Puskesmas Pagesangan Kelurahan Pagesangan Barat memiliki jumlah balita stunting
yaitu sejumlah 115 orang. Dan dari jumlah tersebut ada dua lingkungan yang jumlah Balita Stuntingnya tinggi. Kegiatan di
fokuskan di dua Lingkungan tersebut. Kegiatan yang di lakukan dalam bentuk Demonstrasi Masak Bahan Pangan Lokal
sehingga mudah di aplikasikan oleh sasaran.

Kata kunci: stunting, pmt lokal, sosialisasi, edukasi


023 Jurnal KKN Terpadu
1. Pendahuluan
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi
pada anak secara global. Sekitar 161 juta anak balita
di dunia mengalami stunting yang mana setengah Penyuluhan dan Demonstrasi Masak TTG (Teknologi Tepat
dari jumlah balita stunting tinggal di wilayah Asia Guna) Menu PMT Anak dengan bahan Lokal. Penangganan
[1]. Sumber dari UNICEF/WHO/World Bank Tahun masalah stunting ini tidak dapat dilakukan hanya dengan aparat
2017 menunjukan bahwa Indonesia berada pada pada bidang kesehatan saja tetapi memerlukan kepedulian dari
urutan ke-4 untuk stunting di dunia. Selain itu, data sektor di luar kesehatan. Oleh karena itu dalam mengatasi
Tahun 2017 tentang anak indonesia yang diterbitkan stunting Peserta KKN juga bekerja sama dengan pihak – pihak
Bappenas dan UNICEF menunjukkan, beban ganda terkait di Lingkungan, seperti Kader, Kepala Lingkungan,
malnutrisi atau gizi buruk sudah menjadi sebuah hal Tokoh- tokoh Masyarakat.
serius. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, Kelas Balita Stunting “Kebanting” dilaksanakan dengan
didapatkan angka kejadian balita stunting (pendek sasaran yaitu Ibu Balita dan balita yang terindikasi Stunting
dan sangat pendek) di Indonesia mencapai 30,8 berdasarkan Data Eppgbm Pihak Puskesmas Pagesangan.
persen. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
oleh Kementerian kesehatan berkolaborasi dengan Kelas Balita Stunting dengan menu lokal di harapkan bisa
Badan Pusat Statistik Tahun 2019 menunjukan menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
bahwa angka balita stunting turun sampai 27,67 Stunting yang ada di Lingkungan Pagesangan Barat. Materi
persen. Akan tetapi, angka tersebut masih di atas yang diberikan dalam kegiatan dikaitkan dengan hal yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat menurut menjadi sebab Balita Stunting dari masalah Kesehatan yang
WHO (>20 persen). sering terjadi pada usia 0-24 bulan atau lebih sering disebut
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan 1000 hari pertama kehidupan, dan masalah yang sering timbul
salah satu provinsi prioritas penanganan stunting. pada rentang usia ini adalah masalah kekurangan Gizi yang
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), di tahun 2021 sering disebabkan karena Pola asuh dan Penyakit Infeksi.
prevalensi stunting di Provinsi NTB sebesar 31,4 Selain masalah gizi faktor hasil kajian yang dilakukan oleh
persen. Kemudian, tahun 2022, prevalensi stunting Valeriani, dkk (2020) bahwa salah satu penyebab stunting
naik menjadi 32,7 persen. Angka stunting di Provinsi adalah pernikahan usia dini yang dilakukan kedua orang
Nusa Tenggara Barat (NTB) naik menjadi 32,7 tuanya, dan rendahnya pendidikan orang tua anak berstatus
persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia stunting [3]. Pengabdian masyarakat ini merupakan aplikasi
(SSGI) tahun 2022. Angka stunting naik sebesar 1,3 dari kajian yang pernah dilakukan sebelumnya.
persen dari tahun 2021 yaitu 31,4 persen.
Selain memberikan edukasi dan Demo, para Peserta KKN pun
Sementara, berdasarkan pendataan yang dilakukan mensosialisasi tentang Aplikasi Becat Beleq pada sasaran dan
lewat aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Kader yang mana aplikasi ini bisa di Download di Play Store
Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022, Hp android. Aplikasi ini bertujuan untuk memudahakan
Pemprov NTB menyatakan angka stunting terjadi pengguna mengetahui keadaan status anak Balitanya. Dengan
penurunan. Pada 2022, angka stunting di NTB turun memanfaatkan Gadget para ibu balita mudah mendapatkan
menjadi 16,84 persen. edukasi dan solusi atas permasalahan anak balitanya masing –
masing. Dengan demikian penanganan masalah stunting ini
Di Wilayah Pegesangan Barat memiliki angka tidak hanya dilakukan oleh petugas Kesehatan tetapi semua
stunting 115 yang cukup tinggi, Berdasarkan data pihak bisa melakukannya dengan memantau perkembangan
survey Status Gizi Balita tanggal 14-03-2023 . Balita melalui Aplikas Becat Beleq
Tingginya angka stunting di pegesangan barat yang
di sebebkan oleh kurangnya pengetahuan ibu balita
terhadap stunting dan bagaiman cara pencegahan
stunting yang harus di lakukan oleh ibu balita.

KKN Terpadu Poltekkes Kemenkes Matram pun


telah menetapkan “Kebanting” (Kelas Balita
Stunting) sebagai program prioritas dalam kegiatan
KKN untuk penanganan stunting tersebut. Untuk itu
tugas dalam penurunan angka stunting adalah tugas
bersama sehingga harus ada peran dari seluruh
perangkat kelurahan, akademisi dan
masyarakat secara bersama-sama. Dalam
pelaksanaan Kegiatan “Kebanting” KKN Terapadu
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram Tahun
2023 salah satu peran Peserta KKN adalah
melakukan Kegiatan Kelas Balita Stunting dalam
bentuk
Tujuan dari Kelas Balita Stunting ini diharapkan sosialisasi dan edukasi telah selesai dilakukan
berguna dalam memberikan edukasi dan pemahaman dengan menyertakan output kegiatan.
kepada masyarakat dan pihak terkait pentingnya
pencegahan dan penanganan Stunting : 3. Hasil dan Pembahasan

1. Ibu Balita menjadi faham dan mengerti Kegiatan ini merupakan aplikasi dari kajian Planing
pentingnya pengetahuan pencegahan stunting Of Action (POA) yang disusun oleh para Mahasiswa
sejak dini untuk mewujudkan Balita Bebas KKN dengan dibimbing oleh pendamping KKN dari
Stunting Poltekkes Kemenkes Mataram. Diperlukannya
2. Ibu Balita mendapatkan ilmu baru mengolah penyuluhan dan edukasi Demo TTG pada Ibu Balita
bahan pangan lokal menjadi makanan tambahan terutama dalam meningkatkan pengetahuan tentang
pedat gizi untuk Balita. pencegahan stunting lainnya agar dapat memutus
3. Kegiatan dilakukan oleh mahasiswa KKN mata rantai kejadian stunting pada balita. Diharapkan
dibantu oleh kader setempat. para Ibu Balita bisa menerapkan pengetahuan yang
di dapat dari kegiatan yang di adakan untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan bisa
2. Metode Pelaksanaan Kegiatan membagi ilmunya kepada sasaran yang lain.
Kegiatan dilalukan secara interaktif, dengan
Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di Dua pemaparan materi, penayangan lay Out dan beberapa
Lingkungan yang sasaran Balita terindikasi games yang bersifat edukasi. Proses Kegiatan
Stunting yaitu Lingkungan Timbrah dan Kekalik dilakukan dengan pemaparan materi yang dilakukan
Kebon. Sasaran pelaksanaan kegiatan adalah Ibu oleh Mahasiswa KKN Terpadu dengan latar Jurusan
Balita dan Balita terindikasi Stunting sejumlah 48 yang beragam sehingga ilmu yang di dapat lebih
sasaran. Waktu pelaksanaan kegiatan ini Bulan Mei komplit. Adapun materi yang diberikan dalam
2023. Kegiatan yang dilakukan meliputi tiga tahap kegiatan adalah sebagai berikut :
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap pelaporan. Adapun tahapan pelaksanaannya
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
kegiatan ini seperti yang ditunjukkan dalam gambar
balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak
1.
lebih pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi
Koordinasi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
kehidupan setelah lahir, tetapi baru tampak setelah
anak berusia 2 tahun) atau 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) [4]. 1000 HPK adalah fase
Pelaksanaan Penyuluhan dan kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin
Demo TTG Bahan Pangan Lokal
pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak
berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah
organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang,
Diskusi dan Dokumentasi tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya
mulai terbentuk dan terus berkembang. Proses
terjadinya stunting bersamaan dengan proses
Laporan terjadinya hambatan pertumbuhan dan
perkembangan semua organ lainnya seperti otak,
jantung, ginjal dan pankreas. Stunting disebabkan
Gambar 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan oleh faktor Multidimensi sehingga penangganannya
perlu dilakukan oleh multisektor [5]. Faktor-faktor
Pada gambar 1. menjelaskan metode pelaksanaan yang menyebabkan stunting yaitu: (a). Praktek
yang dimulai dari perencanaan berupa kegiatan pengasuhan yang tidak baik. (b). Pernikahan dini
survei lokasi dan koordinasi dengan pihak terkait di dengan batas minimal usia menikah untuk laki-laki
lingkungan tempat kegiatan. Tahap selanjutnya 25 tahun dan perempuan 21 tahun. (c). Terbatasnya
tahap pelaksanaan Kegiatan dengan melakukan layanan kesehatan. (d). Kurangnya akses ke
penyuluhan dan Demo Masak TTG untuk PMT makanan bergizi. (e). Kurangnya akses ke air bersih
Anak. Metode penyuluhan dan edukasi dengan tatap dan sanitasi
muka, lay out dengan PPT, Demo masak, pre test
dan post tes kepada ibu balita. Kemudian di
lanjutkan dengan berdiskusi dengan ibu – ibu balita.
Tahap pelaporan dilakukan ketika kegiatan
Pertumbuhan cepat pada 1000 hari pertama kehidupan Intervensi Spesifik : (a) Suplementasi Tablet Besi
sebagai berikut: Folat pada Bumil. (b). Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Bumil KEK. (c). Promosi dan
Konseling IMD dan ASI Eksklusif. (d). Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA). (e).
Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu. (f).
Pemberian Imunisasi. (g). Pemberian Makanan
Tambahan Balita Gizi Kurang. (h). Pemberian
Vitamin A. (i). Pemberian Taburia pada Baduta.
(j). Pemberian Obat Cacingpada Bumil.
3.2. Program sekunder yang ditunjukkan pada
remaja putri untuk meningkatkan kualitas remaja
putri agar lebih siap jika sudah menikah yaitu:

Gambar 2. Pertumbuhan 1000 HPK Intervensi Pendidikan : (a). Pendidikan Kespro di


Sumber: Kurniasari, 2020. Sekolah. (b). Pemberian edukasi gizi remaja. (c).
Pembentukan konselor sebaya untuk. (d).
Stunting memiliki dampak terhadap kesehatan, membahas seputar perkembangan remaja
pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Dampak
kesehatan dari stunting yaitu gagal tumbuh pada bayi Intervensi Kesehatan : (a). Suplementasi Tablet
seperti berat lahir rendah, kecil, pendek dan kurus, Tambah Darah pada Remaja Putri. (b). Pemberian
hambatan perkembangan kognitif dan motorik pada obat cacing pada Remaja Putri. (c). Promosi Gizi
otak serta gangguan metabolik pada saat dewasa Seimbang. (d). Pemberian Suplementasi Zink. (e).
dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, Penyediaan akses PKPR (Pelayanan Kesehatan
obesitas, stroke dan jantung. Selain dampak Peduli Remaja) di Puskesmas
kesehatan stunting juga memberikan dampak terhadap
pertumbuhan penduduk yaitu dengan banyaknya
stunting pada balita menyebabkan pada 15 tahun 3.3. Program Tersier Dilakuakan Kepada
mendatang menjadi generasi penduduk usia produktif, Pemberdayaan Orang Terdekat (Suami, Orang
sehingga dapat menurunkan produktivitas SDM dan Tua, Guru, Remaja Putra)
bonus demografis tidak termanfaatkan dengan baik.
Perlunya pencegahan stunting dengan investasi Intervensi Sosial : (a). Penggerakan Toma (Tokoh
pendidikan dan kesehatan pada anak dan meningkatkan Masyarakat) untuk mensosialisasikan Keluarga
kesehatan perempuan. Sehinggga jika angka stunting Berencana. (b). Penyediaan Bantuan Sosial dari
terus meningkat akan berdampak pada kondisi Pemda untuk Keluarga Tidak Mampu (Keluarga
ekonomi dengan potensi kerugian ekonomi setiap Miskin)
tahunnya diperkirakan 2-3 persen dari GDP. Jika
Produk Domestik Bruto Indonesia Rp Intervensi Kesehatan : (a). Konsultasi perencanaan
13.000 Triliun maka potensi kerugian sebesar Rp 260 kehamilan dengan melibatkan suami dan keluarga
sampai 390 Triliun per tahun [6]. Sedangkan di (orang tua). (b). Pelayanan kontrasepsi bagi Suami
Indonesia terjadi penurunan stunting maka potensi untuk penundaan kehamilan. (c). Bimbingan
keuntungan yang diperoleh sebesar 48 kali lipat [7]. konseling ke Bidan bersama dengan suami untuk
penentuan tempat dan penolong persalinan. (d).
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan program Pendidikan Kespro bagi Remaja Putra. (e).
primer, sekunder dan tersier [4] yaitu: Mempersiapkan konseling Calon Pengantin.

3.1. Program primer ditunjukkan pada ibu hamil dan Kegiatan Kelas Balita Stunting ini dilakukan
yang memiliki balita untuk lebih mengetahui tentang dengan sasaran ibu – ibu Balita yang terindikasi
program 1000 HPK. Intervensi Stuntingdi wilayah Pagesangan Barat dengan
focus kegiatan di dua lingkungan, karena salah
Sensitif : (a). Penyediaan akses dan ketersediaan air satu faktor pemicu terjadinya stunting adalah
bersih serta sarana sanitasi (jamban sehat) di keluarga. kurangnya pengetahuan ibu balita dan pola asuh
(b). Pelaksanaan fortifikasi bahan pangan. (c). yang masuh keliru tentang masalah stunting dan
Pendidikan dan KIE Gizi Masyarakat. (d). Pemberian bagaimana cara mencegah dan mengatasinya.
Pendidikan dan Pola Asuh dalam Keluarga. (e). Dengan adanya kegiatan Kelas Balita Stunting ini
Pemantapan Akses dan Layanan KB. (f). Penyediaan Para Ibu diberikan ilmu baru tentang pengolahan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Makanan padat Gizi yang bisa di praktekkan
Persalinan. (g). Pemberian Edukasi Kespro. dengan mudah dan menggunakan bahan – bahan
lokal yang ada di sekitarnya.
Stunting memberikan dampak bagi kesehatan,
pertumbuhan penduduk dan ekonomi di masa yang
akan datang. Perlunya pencegahan stunting sejak
dini dapat dilakukan dengan memberikan Edukasi
dan pembelajaran kepada para ibu – ibu balita di
Kota Mataram untuk mewujudkan cita-cita Kota
Matarm menuntaskan angka stunting pada Tahun
2023.

Ucapan Terimakasih
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas pendanaan dari Poltekkes Kemenkes
Mataram melalui skema pendanaan KKN Terpadu
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram,
Terimakasih kepada Pihak Puskesmas Pagesangan
yang telah membantu Pendataan dan Ucapan
Terimakasih kepada Kelurahan Pagesangan Barat
dan pihak- pihak terkait dalam kegiatan tersebut.
Daftar Rujukan
[1] De Onis M., F. Branca. 2016. Childhood Stunting : A Global
Perspective. Tersedia
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/mcn.12231
[2] Hamzah, S. R., & B, H. (2020). Gerakan Pencegahan Stunting
Melalui Edukasi pada Masyarakat di Desa Muntoi Kabupaten
Bolaang Mongondow. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Indonesia), 1(4), 229-235.
https://doi.org/10.36596/jpkmi.v1i4.95.
[3] Valeriani, D., Zukhri, N., Putri, A.K., Wulandari, A. (2021).
Determinasi dan Pemulihan Stunting di Kabupaten Bangka
Barat. A.A. Rizky: Banten.
[4] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
[5] Kurniasari, E. (2020). Peran Tenaga Kesehatan dalam
Pencegahan dan Penanganan Stunting.
https://stikesypib.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/part1-
Materi-Ke-3.-Peran-nakes-dlm-penanganan-stunting.pptx
[6] The Worldbank. (2016). Aiming High Indonesia’s Ambition
to Reduce Stunting (Menggapai Lebih Tinggi Ambisi
Indonesia Menurunkan Stunting).
[7] Hoddinott, J. et al. (2013). Adult consequences of growth
failure in early childhood. American Journal of Clinical
Nutrition, 98(5), pp. 1170-1178. Doi:
10.3945/ajcn.113.064584.

Gambar 3. Kegiatan Kelas Balita Stunting

4. Kesimpulan
Kegiatan ini bertema tentang “Pencegahan Dan
Penanganan Stunting Berbasis Kearifan Lokal
Melalui Kelas Gizi Balita Stunting (Kebanting)”
ditujukan kepada Balita Terindikasi Stunting
wilayah Kelurahan Pagesangan Barat Kota Mataram
Nusa Tenggara Barat.
------

You might also like