Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Carbonate Barrier (Reef)

- Submarine Fan
- Deep Ocean Floor

Dafus
https://petrowiki.spe.org/Carbonate_reservoir_geology#:~:text=of%20carbonate
%20reservoirs.-,Depositional%20environments,are%20transported%20landward%20and
%20basinward.

http://www.sepmstrata.org/page.aspx?pageid=90

https://www.beg.utexas.edu/lmod/_IOL-CM02/cm02-step05.htm

https://wiki.aapg.org/Depositional_environments

Data Artikel:
Judul Jurnal : Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1
Judul Artikel : Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota
Pangkalpinang
Penulis : Umar Solikhan
Penerbit : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Kota Terbit : Pangkalpinang
Tahun Terbit : 2013

Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota
Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 (hlm.
123-129). Pangkalpinang: Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Nama. Tahun. “judul artikel” dalam: judul jurnal. Vol (hlm.). kota terbit. penerbit

C. Demets, R.G. Gordon, D.F. Argus and S. Stein, Effect of Recent to The Geomagnetics
Reversal Time Scale on Estimates of Current Plate Motions, Revisions Geophysical
Research Letter, vol. 3, no. 21, 1994, pp. 2191-2194.

Bathurst, RGC. 1975. “Carbonate Sediments and their Diagenesis” dalam: Elsevier. Vol 1. pp (658).
Amsterdam
Milliman, JD, 1974. Marine Carbonates. Recent sedimentary Carbonates; pt. 1. Springer, Berlin,
Heidelberg, New York, xiv, 375 pp.

Reading, H. G., 1978, Sedimentary Environments and Facies: Elsevier, 557 p.

Scholle, P. A. and Ulmer-Scholle, D. S, 2003, A Color Guide to the Petrography of Carbonate


Rocks: AAPG Memoir 77, 474 p

Tucker, ME and Wright, VP, 1990. Carbonate Sedimentology. Blackwell, 482p.

Wilson, J. L., 1975, Carbonate Facies in Geologic Time: New York,Springer-Verlag, 471p.

R. G. C. Bathurst, Carbonate Sediments and their Diagenesis, Elsevier, vol. 1, 1975, pp. 658.

J. D. Milliman, Marine Carbonates. Recent sedimentary Carbonates, Springer Berlin, vol. 14,
1974, pp 375.

H. G. Reading, Sedimentary Environments and Facies, Elsevier, vol. 1, 1978, pp. 557.

P. A. Scholle and D. S. S. Ulmer, A Color Guide to the Petrography of Carbonate Rocks, AAPG
Memoir, vol. 77, 2003, pp. 474.
M. E. Tucker and V. P. Wright, Carbonate Sedimentology, vol. 15, 1990, pp. 482.

J. L. Wilson, Carbonate Facies in Geologic Time, Springer Verlag, vol. 11, 1975, pp. 471.

F. J. Lucia, Carbonate Reservoir Characterization, Springer, vol. 5, 1999, pp. 226.

R. J. Dunham, Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture. in


Classification of Carbonate Rocks, AAPG Memoir, 1962, pp. 108.

A. J. Embry and R. E. Klovan, A Late Devonian Reef Tract of Northeastern Banks Island,
N.W.T., Bulletin of Canadian Petroleum Geology, vol. 19, 1971, pp. 730.

P. Enos and L. H. Sawatsky, Pore Networks in Holocene Carbonate Sediments, Sedimentary


Petrology, vol. 3, 1981, pp. 961.

F. J. Lucia, Rock-Fabric/Petrophysical Classification of Carbonate Pore Space for Reservoir


Characterization, AAPG Bull, vol. 79, 1995, pp. 1275.

1. ↑ Enos, P. and Sawatsky, L.H. 1981. Pore networks in Holocene carbonate sediments. J.
of Sedimentary Petrology 51 (3): 961-985. http://dx.doi.org/10.1306/212F7DF1-2B24-
11D7-8648000102C1865D.
↑ Jump up to:5.0 5.1
Lucia, F.J. 1995. Rock-Fabric/Petrophysical Classification of Carbonate Pore
Space for Reservoir Characterization. AAPG Bull. 79 (9): 1275-
1300. http://aapgbull.geoscienceworld.org/content/79/9/1275.citation.

Lucia, F.J. 1999. Carbonate Reservoir Characterization, 226. New York: Springer.

Dunham, R.J. 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depositional


Texture. in Classification of Carbonate Rocks—A Symposium, W.E. Ham ed., 108.
AAPG Memoir No. 1. http://archives.datapages.com/data/specpubs/carbona2/data/a038/
a038/0001/0100/0108.htm.

2. ↑ Jump up to:3.0 3.1 Embry, A.J. and Klovan, R.E. 1971. A Late Devonian Reef Tract of
Northeastern Banks Island, N.W.T. Bulletin of Canadian Petroleum Geology 19 (4): 730-
781. http://bcpg.geoscienceworld.org/content/19/4/730.abstract.
3.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan
batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di
endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan
( Pettijohn, 1975 ).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus
sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan
sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil
dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak
bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira
80% ( Pettijohn, 1975 ).

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat lebih dari 50%.
Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca,
Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg
(Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai mineral utama)
dan batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat bervareasi mulai dari pra-Kambrium
sampai Kuarter. Batuan karbonat pra-Kambrium dan Paleosen umumnya dikuasai oleh
batudolomit. Di alam batuan karbonat menempati 1/5 – 1/4 dari seluruh catatan stratigrafi
dunia. Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas dunia diambil dari batuan karbonat. Reservoar
karbonat di Timur Tengah merupakan salah satu contoh reservoar karbonat dengan produksi
migas yang besar. Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia, kebanyakan terbentuk pada
lingkungan laut dangkal dan beberapa di antaranya terbentuk di daerah teresterestrial, tetapi
laut dangkal tropis. Indonesia merupakan daerah yang mempunyai sedimen karbonat
melimpah.

Lingkungan Pengendapan Karbonat Menurut Tucker 1985


Menurut Tucker tahun 1985 dijelaskan bahwa endapan karbonat pada laut dangkal
terbentuk pada 3 macam lokasi yaitu Platform, shelf, dan ramps.
 Fasies karbonat ramp
Fasies karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar yang
dibangun pada daerah yang positif hingga ke daerah paleoslope, mempunyai kemiringan yang
tidak signifikan, serta penyebaran yang luas dan sama. Pada fasies ini energi transportasi yang
besar dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal
 Fasies karbonat platform
Fasies karbonat platform merupakan suatu tubuh fasies karbonat yang sangat besar
dmana pada bagian atas lebih kurang horisontal dan berbatasan langsung dengan shelf
margin. Sedimen sedimen terbentuk dengan energi yang tinggi.

 Batas platform

Transisi dari shelf ke slope berpengaruh pada perubahan yang cepat dari pola fasies
karbonat. Pola pertama yang dicari oleh kebanyakan interpreter adalah bentuk mound yang
merepresentasikan reef. Beberapa contoh dengan seismik yang bagus adalah
karbonat Cretaceous di timur laut Amerika Serikat dan Teluk Meksiko, karbonat Jurassic di
Maroko, karbonat Miosen di Papua Nugini dan karbonat Permian di Texas Barat.
Beberapa buildup dapat mencapai ketinggian melebihi 1000 meter. Salah satu signature kunci
adalah adanya refleksi shingled kecil yang miring ke arah lingkungan paparan (shelf). Ini
adalah hasil dari transpor endapan karbonat oleh badai dan arus dari puncak reef menuju
bagian dalam platform. Signature internal dari buildup biasanya adalah hilangnya amplitudo
dan kemenerusan walaupun ini tidak selalu benar. Karena kemiringan utama
dari slope karbonat dapat melebihi 30 maka transisi dari buildup ke slope bagian atas dapat
0

terjadi secara mendadak.

 Fasies Shelves

Fasies Shelves (shelf) lokasi pengendapan karbonat relatif sempit ratusan meter
sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan adanya break
slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand body karbonat. Kompleks
terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies terumbu muka (Force reef), inti terumbu
(reef core) dan terumbu belakang (back reef).

 Model Terumbu Karbonat


BATUAN KARBONAT
Batuan sedimen karbonat, seperti yang kita ketahui memiliki unsur kimia CaCO3, dimana unsur ini
hanya bisa terbentuk pada daerah laut dengan syaratsyarat seperti salinitas, suplai cahaya
matahari, kekeruhan, keadalaman dan arus air laut yang tenang dan batas zona akhir
terbentuknya unsur karbonat, atau yang disebut sebagai zona CCD (Carbonate Compensation
Depth), karena hal ini sangat berperan dalam pembentukan batuan sedimen karbonat.
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun
atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung
(Reijers & Hsu, 1986). Sementara itu, (Bates & Jackson, 1987) mendefinisikan batuan karbonat
sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih
dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi (Reijers & Hsu, 1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %, sehingga tidak semua batuan karbonat adalah
batugamping, namun batugamping merupakan bagian dari kelompok batuan karbonat.
B. GENESA BATUAN KARBONAT
Batuan karbonat terbentuk melalui proses biologis, biokimia dan presipitasi anorganik larutan
CaCO3 di dalam suatu cekungan (Scoffin, 1987). Menurut (Pirson, 1958), batuan karbonat
terbentuk pada lingkungan laut dangkal, dimana pada lingkungan tersebut tidak terjadi
pengendapan material asal daratan. Hal ini memungkinkan pertumbuhan organisme laut misalnya
koral, ganggang, bryozoa, 7 dan sebagainya. Cangkang-cangkang dari organisme tersebut
mengandung mineral aragonit yang kemudian berubah menjadi mineral kalsit. Proses
pembentukan batuan karbonat akan terus berlangsung, bila keadaan laut relatif dangkal. Hal ini
dapat terjadi bila ada keseimbangan antara pertumbuhan organisme dan penurunan dasar laut
tempat terbentuknya batuan tersebut, sehingga dapat menghasilkan batuan karbonat yang tebal.
Sementara menurut (Landes, 1959), selain dipengaruhi oleh lingkungan laut dangkal dan tanpa
adanya pengendapan material asal daratan, pembentukan batuan karbonat membutuhkan
lingkungan pengendapan dengan syarat-syarat khusus sebagai berikut:
1. Dasar laut yang relatif datar dan stabil.
2. Kedalaman laut yang dangkal.
3. Suhu air yang relatif hangat (± 38° C).
4. Ombak yang tidak begitu besar.
5. Tidak ada arus yang besar dan kuat.
6. Kegaraman air laut sekitar 13% (permil).

C. FASIES BATUAN KARBONAT


Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari
litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari
tubuh batuan yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasiesfasies tersebut
berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih
luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu
lingkungan pengendapan yang khas 28 sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi
tubuhnya (Walker dan James, 1992)
Menurut Selley (1985, dalam Rizqi Amelia Melati 2011), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan
yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi,
struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses
pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa
lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang
merangkum hasil interpretasi dari berbagai data di atas.
1. Model Fasies Karbonat Menurut Link tahun 1950
a) Fasies Terumbu Belakang: Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan dolomit,
red beds, endapan evaporit, pasir serpih dsb.
b) Fasies Terumbu Inti: Fasies ini mempunyai terumbu yang masif dan berongga, dengan dolomit
dan batugamping yang lapuk berwarna merah kelabu sampai putih dan sering terdapat indikasi
adanya hidrokarbon.
c) Fasies Terumbu Muka: Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan pasir, warna
cokelat, mengandung minyak bumi.

Model Fasies Karbonat Menurut Link tahun 1950

2. Model Fasies Karbonat Menurut Wilson tahun 1975


a) Basin Fasies: merupakan lingkungan yang terlalu dalam dan gelap bagi kehidupan organisme
benthonik dalam menghasilkan karbonat, sehingga adanya karbonat hanya tergantung kepada
pengisian oleh material yang berukuran butir sangat halus dan merupakan hasil runtuhan
planktonik.
b) Open Shelf Fasies: merupakan lingkungan air yang mempunyai kedalaman dari beberapa puluh
meter sampai beberapa ratus meter, umumnya mengandung oksigen, berkadar garam yang normal
dan mempunyai sirkulasi air yang baik.
c) Toe of Slope Karbonat Fasies: merupakan lingkungan yang berupa lereng cekungan bagian
bawah, dengan material-material endapannya yang berasal dari daerah-daerah yang dangkal.
Kedalaman, kondisi gelombang, dan kandungan oksigen masih serupa dengan fasies 2.
d) Fore Slope Fasies: merupakan lingkungan yang umumnya terletak diatas bagian bawah dari
"oxygenation level" sampai diatas batas dasar yang bergelombang, dengan material endapannya
yang berupa hasil rombakan.
e) Organic (ecologic) Reef Fasies: mempunyai sifat karakteristik dari ekologinya bergantung
kepada energi air, kemiringan lereng, pertumbuhan organisme, banyaknya kerangka atau jalinan
organisme, bagian yang ada di atas permukaan dan terjadinya sedimentasi.
f) Sand on Edge of Platform Fasies: merupakan daerah pantai yang dangkal, daerah gosong-gosong
pada daerah pantai ataupun bukit-bukit pasir. Kedalamannya antara 5-10 meter sampai diatas
permukaan laut, pada lingkungan ini cukup memperoleh oksigen, akan tetapi jarang dijumpai
kehidupan organisme laut.
g) Open Platform Facies: terletak pada selat, danau dan teluk dibagian belakang daerah tepi
paparan. Kedalamannya pada umumnya hanya beberapa puluh meter saja, dengan kadar garam
yang bervariasi dan sirkulasi airnya sedang.
h) Restricted Platform Facies: merupakan endapan sedimen yang halus yang terjadi pada daerah
yang dangkal, pada telaga ataupun danau. Sedimen yang lebih kasar hanya terjadi secara terbatas
yaitu pada daerah kanal ataupun pada daerah pasang surut. Lingkungan ini terbatas untuk
kehidupan organisme, mempunyai salinitas yang beragam, kondisi reduksi dengan kandungan
oksigen, sering mengalami diagenesa yang kuat.
i) Platform Evaporite Facies: merupakan lingkungan supratidal dengan telaga pedalaman dari
daerah ambang terbatas atau " restricted marine " yang berkembang kedalam lingkungan evaporite
(sabkha, salinitas dan bergaram). Mempunyai iklim panas dan kering, kadang-kadang terjadi air
pasang. Proses penguapan air laut yang terjadi akan menghasilkan gypsum dan anhidrit.

Model Fasies Karbonat Menurut Wilson tahun 1975

PETROLOGI DAN FAKTOR LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN


KARBONAT

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan
(lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara
umum meliputi Batugamping dan Dolomit. Proses Pembentukannya dapat terjadi
secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun
biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi
butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian
diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses
diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah
proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses
pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis
bebas dari detritus asal darat. Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting,
sebab mempunyai porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas
alam, terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga
hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai
reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir
airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral
batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi
tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih. Karena pantingnya Batuan karbonat
sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk
mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat
tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi. Batuan
karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari
50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi
Batugamping dan Dolomit. Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang
berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada
proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan
yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada
tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari
batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses
dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan
batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari
detritus asal darat. Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab
mempunyai porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam,
terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini
menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir
minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah,
dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan
karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat
berkumpulnya endapan-endapan bijih. Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai
batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui
genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut,
sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi. Pengertian Batuan
Karbonat Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi
karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi
karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut
sebagai batuan karbonat. Fraksi-fraksi yang umum dapat dapat dilihat pada tabel
berikut : Tabel Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal

Aragonit CaCO3 Orthorombik

Kalsit CaCO3 Heksagonal(rombohedral)

Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral)

Dolomit CaMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Ankerit Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)


Siderit FeCO3 Heksagonal(rombohedral)

Advertisements
REPORT THIS AD

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh aragonite,


disamping itu juga kalsit dan dolomite. Aragonite tersebut kebanyakan berasal dari
proses biogenic(ganggang hijau atau calcareous green algae) atau hasilpresipitasi
langsung dari air laut secara kimiawi. Aragonite ini bersifat tidak stabil, aslinya segera
setelah terbentuk akan berubah menjadi kalsit. Oleh karena adanya proses substitusi Cu
dan Mg, maka endapan kalsit pada endapan masa kini ada dua macam, yaitu :

1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3<4% dan terbentuk pada daerah yang dingin.
2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3>4% dan terbentuk pada daerah yang
hangat.

Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat Mineralogi dan Komposisi


kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan pengendapan, tetapi penting
sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat (Graha,
1987).

a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik) Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam
bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari
prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme
membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.

b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal) Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan
hablur yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi dari aragonit, sering
merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal – kristal yang jelas.
Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.

c. Dolomit : CaMg (CO3)2 Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan
reservoir, kristal sama dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit.
Terjadi secara primer (precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil
dolomotisasi dari kalsit.

d. High Magnesium Kalsit Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu
banyak terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.

e. Magnesit : MgCO3 Biasanya berasosiasi denga evaporit.


Lingkungan Pengendapan Karbonat

Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat
adalah:

a. Pengaruh sedimen klasitik asal darat Pegendapan karbonat memerlukan


lingkungan yang praktis bebas dari sedimen klastik asal darat. Karena sedimen klastik
dari darat dapat menghambat proses fotosintesa ganggang gampingan.

b. Pengaruh iklim dan suhu Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang
bersuhu hangat dan beriklim tropis sampai subtropis.

c. Pengaruh Kedalaman Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat


diendapkan di daerah perairan dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa
menembus kedalaman air. Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air
dimana sedimen karbonat dapat ditemukan pengendapannya yang disebut dengan CCD
(Carbonate Compensation Depth).

d. Faktor mekanik Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan


batuan karbonat yaitu antara lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh
bakteri, proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air laut.

Penyusun Batuan Karbonat

Penyususn batugamping menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping


dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.

1. Non Skeletal grain, terdiri dari :

a. Ooid dan Pisoid Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang
punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti
penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki
ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.

b. Peloid Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
merincing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara
0,1 – 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga
disebut pellet (Tucker 1991).

c. Agregat dan Intraklas Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran
karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung
akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah
terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada
daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).

2. Skeletal Grain Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat
yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil
makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam
batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan
penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi
(Tucker, 1991).

3. Lumpur Karbonat atau Mikrit Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna


gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran
butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa
mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan
batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak
teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar
yang kasar (Tucker, 1991).

4. Semen Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan
mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat
berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

Tekstur dan Struktur Batuan Karbonat

Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan
detritus seperti besar butir, pemilahan, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil
pengendapan kimiawi. Matrixnya juga bervariasi dari lumpur karbonat berbutir padat
hingga kristal-kristal kalsit atau dolomit. Tekstur juga ada yang terbentuk dari
pertumbuhan organisme. Tekstur pada batu gamping kebanyakan hampir sama dengan
jenis tekstur pada batuan detritus seperti batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembentukan batuan karbonat dan batu pasir hampir sama. Apabila batu gamping
tersusun atas klastik, kebanyakan struktur yang terdapat pada batuan detritus juga
muncul pada batuan ini. Struktur-struktur seperti cross-bedding, ripple marks, dunes,
graded bedding, dan imbricate bedding banyak dijumpai pada batuan karbonat
walaupun tidak mudah terlalu mudah diamati karena sedikitnya perbedaan warna pada
tiap lapisan di batuan karbonat. Tipe laminasi yang paling banyak ditemukan dibentuk
oleh organisme seperti alga hijau/biru yang tumbuh di daerah berombak. Organisme ini
tumbuh sebagai serat-serat dan membentuk serabut dengan memerangkap dan
menyatukan mikrokristal karbonat. Adanya ombak yang datang dan menyapu butiran
pasir di pantai membuat formasi laminasi yang terdiri atas material organik. Stylolit
merupakan permukaan tak beraturan dari endapan karbonat yang tertekan. Stylolit ini
merepresentasikan 25% hingga 90% batuan karbonat yang terlarut.
A. J. Embry and R. E. Klovan, A Late Devonian Reef Tract of Northeastern Banks Island,
N.W.T., Bulletin of Canadian Petroleum Geology, vol. 19, 1971, pp. 730.

(Embry dan Klovan, 1971)

F. J. Lucia, Carbonate Reservoir Characterization, Springer, vol. 5, 1999, pp. 226.

(Lucia, 1999)

F. J. Lucia, Rock-Fabric/Petrophysical Classification of Carbonate Pore Space for Reservoir


Characterization, AAPG Bull, vol. 79, 1995, pp. 1275.

(Lucia, 1995)

H. G. Reading, Sedimentary Environments and Facies, Elsevier, vol. 1, 1978, pp. 557.

(Reading, 1978)

J. D. Milliman, Marine Carbonates. Recent sedimentary Carbonates, Springer Berlin, vol. 14,
1974, pp 375.

(Milliman, 1974)

J. L. Wilson, Carbonate Facies in Geologic Time, Springer Verlag, vol. 11, 1975, pp. 471.

(Wilson, 1975)

M. E. Tucker and V. P. Wright, Carbonate Sedimentology, vol. 15, 1990, pp. 482.
(Tucker, 1990)

P. A. Scholle and D. S. S. Ulmer, A Color Guide to the Petrography of Carbonate Rocks, AAPG
Memoir, vol. 77, 2003, pp. 474.

(Scholle, 2003)

P. Enos and L. H. Sawatsky, Pore Networks in Holocene Carbonate Sediments, Sedimentary


Petrology, vol. 3, 1981, pp. 961.

(Enos dan Sawatsky, 1981)

R. G. C. Bathurst, Carbonate Sediments and their Diagenesis, Elsevier, vol. 1, 1975, pp. 658.
(Bathurst, 1975)

R. J. Dunham, Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture in


Classification of Carbonate Rocks, AAPG Memoir, 1962, pp. 108.

(Dunham, 1962)

Robert, G. L., 2003, Platform Interior Carbonate Depositional Environments,


www.beg.utexas.edu, diakses 7 nopember 2022, https://www.beg.utexas.edu/lmod/_IOL-
CM02/cm02-step05.htm.
(Robert, 2003) (PetroWiki, 2015)
PetroWiki, 2015, Carbonate Reservoir Geology, www. petrowiki.spe.org, diakses 7 nopember
2022, https://petrowiki.spe.org/Carbonate_reservoir_geology.

You might also like