Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

EVALUASI KEBIJAKAN DINAS PERHUBUNGAN

KOTA MAKASSAR TERHADAP KENAIKAN TARIF


ANGKUTANUMUM DI KOTA MAKASSAR

Uddin B. Sore1, Ali Anas2, Abhi arfiansyah3


1
I lmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universi tas Bosowa.
Email : b.sore@universitasbosowa.ac.id
2
I lmu Admini strasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universi tas Bosowa.
Email : dr.alianas87@gmail.com
3
I lmu Admini strasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universi tas Bosowa.
Email: abhi.arfiansyah@gmail.com

ABSTRACT
Dr. Uddin B. Sore, SH. S.Ip.,M. S.Si and Dr. Ali Anas, S.Sos., M.Sc carried
out researchby strengthening the Makassar City Transportation Service's policy
of increasing fares in Makassar City. This study aims to find out how the impact is
generated and the community's response to the increase in public transportation
fares. Also knowing the response of public transport service providers to this
policy.
The research method used is a qualitative research method and is
descriptive in nature by taking some data from the Makassar City Transportation
Office. Interview results were obtained from several informants using
observation, interview and documentation techniques, namely with public
transport service providers, as well as Makassar city residents. Data analysis
techniques are by way of data collection, data reduction, data presentation, as
well as data inference or data verification.
The results of the study found that the policy of increasing tariffs as
measured using policy evaluation indicators had not been fully implemented
optimally in accordance with the Makassar City Mayor Regulation number 13 of
2015 article 2. And the theoryput forward by William Dunn, where there are still
a number of things that need to be done such as routine reviews directly in the
field, making call centers in each public transportation and direct explanations to
the public. And also not yet implemented optimally.
Keywords: evaluation, policy, transportation service, tariffs, public
transportation,Makassar city
ABSTRAK
Abhi Arfiansyah Basir 4519021050 bimbingan dari Dr.Uddin B.Sore,
SH. S.Ip.,M. S.Si dan Dr. Ali Anas, S.Sos.,M.Si melaksanakan penelitian
dengan Penguatan kebijakan Dinas Perhubungan Kota Makassar terhadap
kenaikan tarif di Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaiamana dampak yang di timbulan serta respon masyarakat terhadap
keaikan tarif angkutan umum. Juga mengetahui respon para penyedia jasa
angkutan umum terhadap kebijakan ini.
Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif
serta bersifat deskriptif dengan mengambil beberapa data dari Dinas
Perhubungan Kota Makassar. Hasil wawancara diperoleh dari beberapa
informan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi yakni dengan penyedia jasa angkutan umum, serta masyarakat
kota makassar. Teknik analisis data yaitu dengan cara pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, serta penyimpulan data atau verifikasi data.
Hasil penelitian memperoleh bahwa kebijakan kenaikan tarif yang
diukur menggunakan indicator evaluasi kebijakan belum sepenuhnya
terlaksana secara optimal sesuai dengan Perwali kota makassar nomor 13
tahun 2015 pasal 2. Dan teori yang dikemukakan oleh William Dunn,
dimana masih ada beberapa hal yang perlu di lakukan seperti tinjuan rutin
secara langsung di lapangan, pembuatan call centre di tiap angkutanumum
dan penjelasan langsung ke masyarakat. Dan juga bellum terlaksana secara
optimal.
Kata kunci : evaluasi, kebijakan, dinas perhubungan, tarif, angkutan
umum, kotaMakassar

PENDAHULUAN
Sistem transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem transportasi yang baik dapat
membantu meningkatkan mobilitas masyarakat, meningkatkan aksesibilitas
keberbagai fasilitas dan layanan, serta menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Sistem transportasi terdiridari berbagai jenis moda transportasi, seperti
angkutan umum, angkutan khusus,angkutan laut, angkutan udara, dan lain-
lain, yang saling terintegrasi dan saling melengkapi satu sama lain. Selain
itu, pelayanan terhadap pengguna jasa transportasi juga merupakan faktor
penting dalam sistem transportasi, karena dapat mempengaruhi tingkat
kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem transportasi yang
ada. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan pelayanan terhadap
pengguna jasa transportasi, seperti dengan meningkatkan kualitas armada,
rute,dan sistem informasi, serta menyediakan fasilitas-fasilitasyang
memadai bagi pengguna jasa transportasi.
Angkutan umum merupakan salah satu moda transportasi yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat, terutama di kota-kota besar.
Angkutan
umum dapat berupa bus, kereta api, metro, atau angkutan lain yang
disediakanuntuk keperluan umum. Angkutan umum memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan moda transportasi lain, seperti harga yang
lebih terjangkau, aksesibilitas yang lebih luas, dan dapat mengurangi tingkat
polusi udara dan kemacetan lalu lintas. Namun, pelayanan angkutan umum
di beberapa wilayah masih belum selalu memenuhi harapan masyarakat
terkait keamanan, kecepatan, dan kenyamanan, sehingga masih diperlukan
upaya- upaya peningkatan pelayanan. Selain itu, diperlukan juga
perencanaan yang tepat agar sistem angkutan umum dapat terintegrasi
dengan baik dengan moda transportasi lain, sehingga dapat memberikan
pilihan transportasi yang lebih luas bagi masyarakat.
Permasalahan tarif merupakan hal yang penting dalam sistem operasi
angkutan umum, karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan angkutan umum. Tarif adalah
harga yang harus dibayar oleh pengguna jasa angkutan umum untuk
mendapatkan layanan tersebut. Permasalahan tarif yang sering dihadapi
dalam sistem operasi angkutan umum antara lain adalah masalah tarif yang
tidak terjangkau bagi sebagian masyarakat, serta masalah integrasi antar
moda transportasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan
perencanaan yang tepat terkait penetapan tarif, serta terus menerus
melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu,
diperlukan juga upaya-upaya peningkatan pelayanan angkutan umum,
seperti dengan meningkatkan kualitasarmada dan sistem informasi, serta
menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi pengguna jasa
transportasi. pemerintah daerah seringkali menetapkan batas atas dan batas
bawah tarif angkutan umum sebagai acuan dalam menentukan harga yang
akan dikenakan kepada pengguna jasa. Tujuan dari pengaturan tarif ini
adalah agar tarif yang dikenakan kepada pengguna jasatidak memberatkan,
sesuai dengan biaya operasi kendaraan, serta sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Namun, dalam praktiknya, pengaturan tarif angkutan umum
seringkali menjadi permasalahan tersendiri, terutama jika harga yang
ditetapkan dianggap terlalu tinggi oleh masyarakat. Untuk mengatasi
permasalahan ini, diperlukan perencanaan yang tepat dalam menentukan
tarif angkutan umum, serta terus menerus melakukan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan. Selain itu, diperlukan juga upaya-upaya
peningkatan pelayananangkutan umum, seperti dengan meningkatkan
kualitas armada, rute, dan sisteminformasi, serta menyediakan fasilitas-
fasilitas yang memadai bagi pengguna jasa transportasi.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang yang telah ada, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang kebijakan pemerintah
menaikkan tarif angkutan umum, dimana penelitian ini akan dilakukan di
kota makassar, Sulawesi-selatan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Evaluasi Kebijakan
Tahap terakhir dalam proses kebijakan adalah evaluasi kebijakan.
Evaluasi kebijakan dimaknai sebagai upaya untuk menilai apakah hasil
berbagai program dari suatu kebijakan tersebut telah sesuai dengan
problema yang ada dalam masyarakat. Data dari evaluasi dapat
digunakanuntuk membantu mengungkapkan kekeliruan dan kesalahan pada
rancanagan semula ataupun memberikan kemungkinan-kemingkinan yang
Baru. Pada hakekatnya, tiap rancangan program atau proyek merupakan
suatu hipotesis. Ia merupakan suatu “firasat” atau dugaan bahwa program
itu akan benar-benar mencapai tujuan yang dikehendaki.Secara tersirat
dihipotesiskan bahwa terdapat hubungan antara program itu dengan suatu
hasil tertentu, sehingga evaluasi merupakan upaya mengetahui apakah
kaitan-kaitan itu memang sungguh-sungguh ada.(Admin, 2021)
Evaluasi kebijakan sangat penting dalam menilai suatu kebijakan
publik. Karena evaluasi memiliki fungsi yang membuat suatu kebijakan
perlu untuk dievaluasi. Dalam analisis kebijakan, Dunn (1998)
mengemukakan bahwa evaluasi memiliki beberapa fungsi penting antara
lain:Memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, dengan melihat seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan
kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan publik.
1. Evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan serta tujuan yang telah dicapai melalui tindakan publik.
Dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan
tertentu dan target tertentu telah dicapai dalam memecahkan masalah.
2. Evaluasi memberi sumbangan terhadap klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yangmendasari pemilihan tujuan dan target dalam kebijakan
publik. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan
tujuan dan target. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran,
analisis dapat menggunakan alternatif sumber nilai maupun landasan
dalam bentuk rasionalisme
3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk dalam perumusan masalah maupun
rekomendasi pemecahan masalah. Evaluasi dapat pula menyumbang
pada definisi alternatif kebijakan baru atau revisi terhadap kebijakan
dengan menunjukan bahwa kebijakan yang telah ada perlu diganti atau
diperbaharui.(Kresna, 2020)
B. Konsep Pengelolaan
Pengelolaan berasal dari kata kelola, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenny Salim (2002, hal.
695), berarti memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan
supaya lebih baik, lebih maju dan sebagianya serta bertanggung jawab atas
pekerjaan tertentu.
Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan
kebijaksanaandan tujuan memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan (Peter Salim dan Yenny
Salim, 2002:534)
Menurut Soewarno Handayaningrat (1997:9) pengelolaan juga bisa
diartikan penyelenggaraan suatu kegiatan. Pengelolaan bisa diartikan
manajemen, yaitu suatu proses kegiatan yang di mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan-penggunaan sumber daya sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi.
Pengelolaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan organisasi dalam
rangka penertiban, pemeliharaan, pengaturan secara sistematika sumber-
sumberyang ada dalam organisasi. Pengelolaan merupakan tindakan
pengusahakan pengorganisasian sumber- sumber yang ada dalam organisasi
dengan tujuan agar sumber-sumber tersebut dapat bermanfaat untuk
kepentingan organisasi. Dengan demikian pengelolaan senantiasa
berhubungan dengan seluruh elemenyang terdapat di dalam suatu
organisasi, seperti pengelolaan berkaitan dengan personal, administrasi,
ketatausahaan, peralatan ataupun prasarana yang ada di dalam organisasi.
Pengelolaan bidang keuangan/dana, bidang sumber daya manusia, bidang
pemasaran dan lainnya (Depdikbud, 1995/1996 : 1-2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas pengelolaan tidak akan
terlepas dari kegiatan sumber daya manusia yang ada dalam suatu kantor
atau instansi, pengelolaan kegiatan ketatausahaan pada perguruan tinggi
swasta merupakan hal yang pokok dalam menjalanaktivitas perguruan tinggi
antara lain : memberikan pelayanan terhadap kegiatan yang berhubungan
dengan perguruantinggi baik secara internal maupun eksternal, menyusun
program kerja ketatausahaan, melaksanakan kegiatan pengelolaan
keuangan/dana perguruan tinggi sesuai dengan petunjuk atau pedoman dan
peraturan yang berlaku untuk mencapai tujuan. Untuk melaksanakan
kegiatan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang punya kemampuan,
dedikasi kerja yang baik dan mengerti dengan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing agar tujuan dari perguruan tinggi tercapai.(Salim & Salim,
2002)

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan hasil
observasi wawancara dan dokumentasi dengan informan-informan terpilih
yang berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian sesuai dengan
judul penelitian mengenai evaluasi kebijakan dinas perhubungan kota
makassar terhadap naiknya tarif angkutan umum dikota Makassar, maka
penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, dan melakukan penelitian
di dinas perhuungan kota makassar,pasar sentral, Sulawesi selatan.
Dengan menggunakan penelitian kualitatif untuk meneliti dalam
kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
teknik analisis data yang di gunakan yakni dengan cara pengambilan data,
reduksi, penyajian data, dan penyimpulan atau verifikasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil didasarkan pada seluruh data yang berhasil penulis kumpulkan
pada saat melakukan penelitian di Dinas Perhubungan Kota Makassar, Pasar
Sentral, kota Makassar. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah data
primer yang bersumber dari jawaban para informan dengan menggunakan
pedoman wawancara atau wawancara secara langsung sebagai media
pengumpulan data yang dipakai untuk keperluan peneliti. peneliti telah
melakukan observasi lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi dan situasi
yang ada pada tempat penelitian tersebut.
1. Dampak Terhadap Pemberlakuan Kenaikan Tarif Sesuai Perwali
Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2015 Pasal 2
Pada pembahasan ini dapat diuraikan kalau kegiatan evaluasi dampak
itu ialah kegiatan menilai suatu perubahan kondisi kehidupan kelompok
sasaran sebagai akibat dari adanya program, sehingga bisa diketahui apakah
program tersebut efektif ataukah tidak. Dalam penerapan kebijakan ini
tentunya akan berdampak kepada masyarakat dan kepada penyedia jasa.
A. Dampak terhadap masyarakat
a. Efektivitas
Efektivitas didefinisikan oleh William Dunn (2003) sebagai apakah
suatu alternatif mencapai hasil yang diharapkan atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan untuk menentukan seberapa baik suatu kebijakan
diimplementasikan. Suatu hasil dikatakan mencapai efektivitas jika hasil
benar-benar sesuai rencana yang ditentukan, maka dari hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa.(Lejiu et al., 2014) pada indicator
efektivitasyang dikemukakan oleh William Dunn (2003) kenaikan tarif
angkutan umum sudah berjalan efektiv dilihat dari sudut pandang ketepatan
waktu. Hal ini didukug oleh hasil observasi yang dilakukan oleh penulis
terkait evaluasi kebijakan tarif angkutan umum pada indicator efektivitas
ditemukan fakta dilapangan bahwa jarak tempuh relative cepatdibanding
biasanya.
b. Responsivitas
William Dunn (2003) berpendapat bahwa responsivitas yang berkaitan
dengan keberhasilan suatu kebijakan dapat diukur dari respon masyarakat
dan penerima manfaat dari kegiatan tersebut yang berarti kebijakan atas
penerapan suatu kebijakan yang berkaitan seberapa jauh suatu kebijakan
dapat memuaskan kelompok masyarakat tertentu.(Lejiu et al., 2014) pada
indicator efektivitas yang dikemukakan oleh William Dunn (2003) kenaikan
tarif angkutan umum sudah mendapat respon yang positif dari masyarakat
jika dilihat dari sudut pandang jumlah armada dan jumlah rute yang
beragam.
Hal ini didukug oleh hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terkait
evaluasi kebijakan tarif angkutan umum pada indicator responsivitas
ditemukan fakta dilapanganbahwa masyarakat tidak lagi memnunggu terlalu
lama Ketika ingin menggunakan angkutan umum dikarenakan jumlah
angkutan yang begitu banyak.
c. Kecukupan
Konsep teori kecukupan yang di kemukakan oleh William Dunn
(2003) bahwa kecukupan berkaitan dengan jauh mana suatu kebijakan dapat
memenuhi kebutuhan, nilai, atau peluang yang menumbuhkan adanya
permasalahan.(Lejiu et al., 2014) pada indicator efektivitas yang
dikemukakan oleh William Dunn (2003) kenaikan tarif angkutan umum
belum mencapai kata cukup jika dilihat dari sudut pandang tarif. Hal ini
didukug oleh hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terkait evaluasi
kebijakan tarif angkutan umum pada indicator kecukupan ditemukan fakta
dilapangan bahwa tarif yang di pasang pemerintah memang tidak terlampau
jauh dari tarif yang ada di angkutan umumonline
d. Ketepatan
konsep ketepatan menurut William Dunn (2003) yang merujuk pada
kriteria yang dipakai untuk menilai apakah pilihan alternatif kebijakan yang
dicapai benar-benar bermanfaat bagi kelompok masyarakat.(Lejiu et al.,
2014) pada indicator ketetapan yang dikemukakan oleh William Dunn
(2003) kenaikan tarif angkutan umum sudah cukup bermanfaat bagi
masyarakar khususnya pelajar jika dilihat dari sudut pandang tarif. Hal ini
didukug oleh hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terkait evaluasi
kebijakan tarif angkutan umum pada indicator ketetapan ditemukan fakta
dilapangan bahwa tarif khusus pelajar memang adanya dan juga dapat diliat
dari penumpang angkutan umum yang didominasi oleh pelajar .

B. Dampak Terhadap Penyedia Jasa Angkutan Umum


Pelaksanaan program perwali kota makassar nomor 13 tahun 2015
pasal 2, tentu saja memiliki dampak positif maupun negatif bagi para
penyedia jasa, untuk mengatuhi dampak yang terjadi akibat kenaikan tarif
penulis menggunakan teori evaluasi kebijakan dari William Dunn (2003).
Pada teori evaluasi kebijakan oleh William Dunn terdapat 4 indikator
diantaranya efektivitas, responsivitas, kecukupan, dan ketetapan.
a. Efektivitas
Konsep teori efektivitas yang di kemukakan oleh William Dunn
(2003) pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah
ditetapkan, sehingga efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kebijakan semakin
mendekati sasaran, berarti mungkin tinggi efektivitasnya. Penilaian terhadap
efektifivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan waktu pencapaian hasil/
tujuan kebijakan. Efektivitas pada evaluasi kebijakan yang dimaksud yaitu
pencapaian hasil dari penerapan tarif angkutan umum kota makassar sesuai
perwali kota makassar nomor 13 tahun 2015 pasal 2 yang dilihat dari
ketepatan waktu kesesuaian hasil dengan tujuan yang diinginkan.(Akibu,
2014) pada indicator efektivitas yang dikemukakan oleh William Dunn
(2003) kenaikan tarif angkutan umum sudah cukup efektiv bagi penyedia
jasa angkutan umum jika dilihat dari sudut pandang tarif karena dengan
naikny tarif dapat menutupi biaya operasional angkutan umum selama
sehari. Hal ini didukug oleh hasil observasi yang dilakukan oleh penulis
terkait evaluasi kebijakan tarif angkutan umum pada indicator efektivitas
ditemukan fakta dilapangan bahwa tarif yang di terapkan pada perwali kota
makassar nomor 13 tahun 2015 pasal 2 memang sudahsesuai dengan harga
BBM sehingga tidak lagi membuat penyedia jasa mengalami kerugian.
b. Responsivitas
Konsep teori efektivitas yang di kemukakan oleh William Dunn
(2003) ialah Responsivitas dalam kebijakan alternatif dapat diartikan
sebagai respon dari suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran
kebijakan alternatif atas penerapan suatu kebijakan. Menurut William N.
Dunn menyatakan bahwa responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan
seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau
nilai kelompokkelompok masyarakat tertentu.(Akibu, 2014) pada indicator
responsivitas yang dikemukakan oleh William Dunn (2003) kenaikan tarif
angkutan umum mendapat respon yang cukup baik dari para penyedia jasa
jika di lihat dari aktifnya para penyedia jasa yang memgikuti pertemuan
yang rutin untuk membahas tarif baru. Hal ini juga di dukung oleh hasil
observasi yang dilakukan penulis terkait evaluasi kebijakan tarif angkutan
umum pada indicator responsivitas ditemukan fakta dilapangan bahwa
seluruh tarif trayek sudah sesuai perwali kota makassar nomor 13 tahun
2015 pasal 2 ini membuktikan bahwa memang adanya pertemuan yang di
lakukanoleh ketua ketua organda untuk membahas mengenai tarif.
c. Kecukupan
Konsep teori efektivitas yang di kemukakan oleh William Dunn
(2003) ialah Kecukupan dalam kebijakan dapat dikatakan tujuan yang telah
dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. William N. Dunn
mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa
jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan
yang menumbuhkan adanya masalah (Dunn, 2003: 430). Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih berhubungan dengan
efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh yang ada
dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi.(Akibu, 2014) pada indicator kecukupan yang
dikemukakan oleh William Dunn (2003) kenaikan tarif angkutan umum
sudah memenuhi kata cukup dikarenakan biaya operasional bisa tertutupi.
Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti di lapangan, dimana
pada saat peneliti melakukan observasi harga yang di terapkan dapat
mengembalikan modal penyedia jasa ketika beroperasi.
d. Ketepatan
Konsep teori ketetapan yang di kemukakan oleh William Dunn (2003)
yakni ketepatan dapat diisi oleh keberhasilan kebijakan lainnya (bila ada).
Misalnya dampak lain yang tidak mampu diprediksi sebelumnya baik
dampak tak terduga secara positif maupun dimungkinkan alternativ lain
yang dirasakan lebih baik dari suatu pelaksanaan kebijakan sehingga
kebijakan bisa lebih dapat bergerak secara lebih dinamis.(Akibu, 2014) pada
indicator ketetapan yang dikemukakan oleh William Dunn (2003) kenaikan
tarif angkutan umum sudah tepat dikarenakan biaya operasional bisa
tertutupi. Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti di lapangan,
dimana sudah banyak angkutan umum yang beroperasi tiap harinya itu
membuktikan bahwa kenaikan tarif ini menjadi solusi terbaik bagi para
penyedia jasa dan supir angkutan umum.

2. Sikap penyedia jasa angkutan umum


Kita perlu mengetahui sikap yang diambil oleh penyedia jasa terhadap
diberlakukannya perwali kota makassar nomor 13 tahun 2015 pasal 2
mengenai tarif angkutan umum. Untuk mengetahui sikap yang diambil oleh
penyedia jasa penulis meggunakan teori dari William Dunn (2003) dimana
teori tersebut memiliki 4 indikator yakni, efektivitas, responsivitas,
kecukupan, dan ketetapan.
a. Efektivitas
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat dengan tujuan-tujuan
yang tepat dan terarahnya kebijakan yang dibuat sesuai dengan tujuan dan
fungsinya.(Cendickia, 2021) pada indicator efektivitas yang dikemukakan
oleh William Dunn (2003) sikap penyedia jasa terhadap kenaikan tarif
angkutan umum sudah sangat efektiv dikarenankan jumlah armada yang S
Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk melaksanakan
mengembangkan program-program sesuai dengan kebutuhan yang akan
dicapai.(Cendickia, 2021) pada indicator responsivitas yang dikemukakan
oleh William Dunn (2003) sikap penyedia jasa terhadap kenaikan tarif
angkutan umum sudah mendapat respon yang baik dari penyedia jasa. Hal
ini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti di lapangan, dimana
seringnya diadakan sosialisasi oleh ketua organda kepada penyedia jasa dan
Ketika sosialisasi itu diadakan antusiasme penyedia jasa cukup besar karena
setiap sosialisasi hamper perwakilanseluruh trayek hadir pada saat itu.
b. Kecukupan
Kecukupan yaitu kebijakan dalam pelaksaan dalam program dan
peraturanyang ditetapkan antara kerjasama kinerja organisasi dalam
pencapaian tujauan.(Cendickia, 2021). pada indicator kecukupan yang
dikemukakan oleh William Dunn (2003) sikap penyedia jasa terhadap
kenaikan tarif angkutan umum sudah dapat mencukupi kebutuhan
operasional, khususnya para supir yang hanya bekerja unutk para penyedia
jasa dimana setoran bisa terkumpul dikarenakan tarif sudah sesuai dengan
kebutuhan operasional. Halini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti di
lapangan, dimana tarif yang terapkan sekarang sudah sesuai dengan harga
BBM maka dari itu para supir ataupun penyedia jasa tidak lagi mengalami
kerugian akibat ketimpangan harga antara tarif dan harga BBM.
c. Ketepatan
Ketepatan yaitu kepastian penerapan yang dilaksanakan dengan
kegiatan yang terarah dengan tujuan pencapaian tugas pelaksanaan yang
ditetapkan.(Akibu, 2014) padaindicator ketepatann yang dikemukakan oleh
William Dunn (2003) sikap penyedia jasa terhadap kenaikan tarif angkutan
umum adalah langka yang tepat, jika dilihat dari jumlah armada angkutan
umum yang beroperasi sudah normal padahal sudah diterapkan tarif baru
tersebut.Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti di lapangan
dimana peneliti melihat hamper semua armada telah menerapkan tarif yang
sesuai dengan yang di tentukn oleh pemerintah.

3. Bentuk Pengawasan Dinas Perhubunga Kota Makassar Terhadap


PenerapanPerwali Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2015

Jika ingin mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari suatu


program yang dijalankan untuk itu diperlukan suatu indikator dalam
program tersebut. Dalam indikator evaluasi program menggambarkan apa
yang sebenarnya terjadi sebagai hasil dari implementasi suatu kebijakan dan
membahas bagaimana keadaan yang terjadi setelah kebijakan tersebut
diterapkan. Tingkat keberhasilan program akan dapat diukur melalui
indikator evaluasi, dan perlu dikembangkan beberapa indikator yang
menjadi acuan dalam melakukan evaluasi. Untuk mengukur tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan Program perwali kota makassar nomor 13
tahun 2015 pasal 2 mengenai kenikan tarif peneliti menggunakan beberapa
indikator eavluasi kebijakan dari Willian Dunn (2003) sebagai berikut:
a. Efektivitas
Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
(Muhammad Zakirin, 2022) pada indicator efektivitas yang dikemukakan
oleh William Dunn (2003) bentuk pengawasan dinas perhubungan terhadap
kenaikan terif angkutan umum sudah sangat efektiv jika diliat dari rutinnya
diadakan pertemuan untuk membahas perkembangan kondisi dilapangan
pasca dinaikkannya tarif angkutan umum. Hal ini juga di dukung oleh hasil
observasi peneliti di lapangan dimana peneliti melihat melihat respon dari
penyedia jisa jika ditanyai mengenai sosialisasi seua menjawab puas dengan
ke kosistenan pemerintahmengadakan sosialisasi tersebut.
b. Responsivitas
Keberhasilan kebijakan dapat diukur melalui tanggapan masyarakat
atas pelaksanaannya setelah terlebih dahulu memprediksi pengaruh apa
yang akan terjadi jika suatu kebijakan dilaksanakan. Tanggapan masyarakat
setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang
positif beruapa dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan.
Kriteria responsivitas penting karena analisis dapat memuaskan kriteria
lainnya.(Muhammad Zakirin, 2022) pada indicator responsivitas yang
dikemukakan oleh William Dunn (2003) bentuk pengawasan dinas
perhubungan terhadap kenaikan terif angkutan umum sudah memuaskan
karena respon dinas perhubungan sudah cukup tanggap mengahadpi laporan
laporan dari masyarakat. Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti
di lapangan dimana peneliti melihat melihat respon dari penyedia jasa jika
ditanyai mengenai keluhan keluhan selama ini mereka menjawab puas
dengan respon yang dilakukan oleh dinas perhubungan kota makassar
dimana sudah banyak yang mendapatkan sanksi terkait laporan masyarakat
yang di sampaikan pada saat peretmuan
c. Kecukupan
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah. Kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas yang
mengukur seberapa jauh alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan,
nilai, atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang ada.(Muhammad
Zakirin, 2022) pada indicator kecukupan yang dikemukakan oleh William
Dunn (2003) bentuk pengawasan dinas perhubungan terhadap kenaikan terif
angkutan umum dinas perhubungan sudah merasa cukup melaksanakan
sosialisasi ke masyarakat per 2 bulan dan juga cara dinas perhubungan agar
informasi ini dapat dijangkau oleh milenial dinas perhubungan juga
menyebar informasi ke sosial media.
d. Ketepatan
Kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk
dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang
direkomendasi tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak. (Muhammad
Zakirin, 2022) pada indicator ketepatan yang dikemukakan oleh William
Dunn (2003) bentuk pengawasan dinasperhubungan terhadap kenaikan terif
angkutan umum dinas perhubungan sudah tepat karena hingga sampai saat
ini semua trayek sudah sesuai dengan harga yang di tetapkan pemerintah.
Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi peneliti di lapangan dimana
peneliti melihat semua armada angkutan umum telah di tempelkan tarif
terbaru.
KESIMPULAN
Dari uraian bab-bab di atas proses penerapan tarif angkutan umum
kota Makassar sesuai dengan perwali kota Makassar No.13 tahun 2015 pasal
2 terkait pembaharuan tarifangkutan umum dikota makassar seperti yang di
kutip dari bab-bab sebelumnya baik yang didukung oleh Data Sekunder
maupun Data Primer, maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat di tarik
kesimpulan bahwasanya
1. Berdasarkan beberapa indicator diatas terkait dengan evaluasi
kebijakan yang dikemukakakan oleh William Dunn dapat disimpulkan
bahwa dampak terhadap penyedia jasa angkutan umum terkait dengan
evaluasi kebijakan tarif angkutan umum memiliki dampak negatif dan
dampak positif, Adapun dampak positifnya adalah dapat menutupi
biaya operasional sehari hari, jumlah armada angkutan umum yang
Kembali normal, sedangkan dampak negatifnya adalah berkurangnya
jam operasional angkutan umum ketika biaya operasional belum
tertutupi, karena dengancara mengurangi jam operasional adalah solusi
agar tidak mengalami kerugian yangsignifikat.
2. Berdasarkan uraian di atas dimana untuk menjawab sikap peyedia jasa
terhadap kenaikan tairf angkutan umum ini penulis menggunakan
indicator evaluasi kebijakan dari William Dunn (2003) diantaranya,
efektivitas, responsivitas, kecukupan, dan ketepatan. Dapat
disimpulkan bahwa sikap dari penyedia jasa itu menyambut dengan
baik kebijakan ini dilihat dari segi efektivitas ini sudah sangat efektiv
karena dapat menjadi solusi bagi permasalah penyedia jasa yang
mengalami kerugian karena biaya operasional tidak tercapai, jika dari
segi responsivitas kebijakan ini mendapat respon yang baik dari para
penyedia jasa itu dibuktikan dari seringnya penyedia jasa menghadiri
sosialisasi dari dinas perhubungan untuk membehas mengenai tarif
baru, jika dilihat dari kecukupan tentunya kebijakan ini dirasa cukup
bagi para penyedia jasa karena berkat kebijakan ini tidak ada lagi
armada angkutan uum yang di berhentikan beroperasi dan jika dilihat
dari factor ketepatan tentunya kebijakan ini dinlai sudah tepat karena
jika dilihat dari jumlah armada yang beroperasi sudah normal padahal
taif baru telah diterapkan ke semua trayek.
3. Berdasarkan uraian diatas bagaimana bentuk penawasan dinas
perhubungan kota makassar mengenai kenaikan tarif angkutan umum
penulis menggunakan indicator evaluasi kebijakan dari William Dunn
(2003) dimana kesimpulan dari pembahasan diatas adalah dinas
perhubungan menggunakan cara pengawasan yang di lakukan per 2
bulan sekali dimana pertemuan itu di motori oleh ketua organda di dalam
pertemuan tersebut di hadiri oleh penyedia jasa angkutan umum, supir
angkutan umum serta masyarakat.
PERSANTUNAN
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S. WT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat diberikan kesehatan
dalam menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “evaluasi kebijakan dinas
perhubungan kota makassar terhadap kenaikan tarif angkutan umum dikota
Makassar.”. Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini,
kepada orang tua saya yang selalu memberikan dukungan penuh. Tulisan ini
merupakan bagian dari skripsi saya pada Program Studi Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dunn, W. N. (2003). Pengantar analisis kebijakan publik. Gadjah Mada
UniversityPress.
Jurnal
Lejiu, A., Masjaya, & Irawan, B. (2014). Evaluasi Kebijakan Pembangunan
Transmigrasi Di Kabupaten Mahakam Ulu (Studi pada kecamatan
long Hubung Kabupaten Mahakam Ulu). Jurnal Administrative
Reform, 2(4), 515–526.
Akibu, rifka s. (2014). EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO
KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG. 2,
12–13.
Muhammad Zakirin, J. A. (2022). EVALUASI KEBIJAKAN DILIHAT DARI
ASPEK DAMPAK PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI
DESA HAYAPING KECAMATAN AWANG KABUPATEN BARITO
TIMUR. 5, 263.
Skripsi
Cendickia, G. (2021). EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK (studi evaluasi
programkegiatan revitalisasi pasar modern di dinas perdagangan dan
perindutrian koperasi usaha kecil menengah kabupaten kepulauan
meranti).
Majalah internet
Admin. (2021). Evaluasi Kebijakan. Dotedu.Id. https://dotedu.id/evaluasi-
kebijakan/ Akibu, rifka s. (2014). EVALUASI KEBIJAKAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN
Kresna. (2020). Fungsi Evaluasi Kebijakan. Konsultasiskripsi.Com.
https://konsultasiskripsi.com/2020/03/18/fungsi-evaluasi-kebijakan-skripsi-
dan- tesis-2/
Salim, Y., & Salim, P. (2002). Teori Pengelolaan (pp. 65–105).

You might also like