Professional Documents
Culture Documents
Makalah Pneumonia (Kel.1)
Makalah Pneumonia (Kel.1)
Disusun Oleh:
Dwinayah Isnaini E2214401046
Fani Fadila Putri E2214401087
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini adalah Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pneumonia Pada
Anak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Tatang
Kusmana, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan arahan
serta bimbingan dalam menulis dan menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
i
Daftar Isi
1
1,583 kasus. Studi kasus yang dilakukan pada tanggal 24 Mei - 28 Mei, ditemukan
3 pasien kasus Pneumonia dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, ada ronchi, pola nafas meningkat,
demam.
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan
perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu
orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada
anaknya, dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit
pneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko
dari penyakit pneumonia agar tidak mengalami pneumonia berulang, sehingga
terjadi perubahan prilaku dari orangtua klien setelah dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
• Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
• Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan - 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih,
dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
• Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
b. Usia 0-2 bulan
• Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau
lebih.
• Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada
bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
2.1.3 Etiologi Pneumonia
Menurut Nugroho.T (2011). pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
2. Virus: virus influenza, dll
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempuma (Ngastiyah, 2015)
2.1.4 Gejala Klinis
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak,
respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan
obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara
lain: takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara
nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
4
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif,
gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Padila (2013), penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan
bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan
parasit. Virus penyebab tersering, virus menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli
secara patchy dan mengenai bayak lobus kemudian terjadi respons inflamasi awal:
terjadi infiltrasi sel-sel mononuclear kedalam submukosa dan perivaskuler sehingga
menyebabkan akumulasi debris, mucus dan sel-sel inflamasi pada saluran napas
kecil dan alveoli terjadi obstruksi pada parsial maupun total pada saluran napas dan
alveoli kemudian respons inflamasi diperberat dengan adanya edema submukosa
yang bisa meluas kedinding alveoli terjadi denudasi (pengelupasan) epitel dan akan
terbentuk eksudat hemoragik. Kemudian eksudat menumpuk dijalan napas dan
menghalangi jalan napas, obstruksi jalan napas sehingga terjadi masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Bakteri terhirup atau menyebar secara hematogen, terjadi proses antigen-
antibody, dimana saat bakteri sampai dinding alveoli akan ditangkap oleh lapisan
epitel yang mengandung opsonin dan membentuk immunoglobulin G spesifik.
Pembentukan jaringan parut pada paru menjadi minimal dari Red Hepatization
terjadi gangguan pada komponen volume ventilasi karena kerusakan parenkim
paru, rasio optimal antara ventilasi perfusi karena kerusakan parenkim paru, rasio
optimal antara ventilasi perfusi tidak tercapai sehingga terjadi ventilasion perfusion
mismatch, tubuh mengkompensasi dengan cara menaikkan volume tidal dan
frekuensi napas. Usaha napas menjadi ekstra dan pasien terlihat sesak maka timbul
masalah pola napas tidak efektif. Dari Red Hepatization ini juga dapat terjadi
gangguan pada komponen volume ventilasi karena kerusakan parenkim paru,
volume paru juga menjadi berkurang, kemudian proses difusi terganggu
menyebabkan hipoksia jaringan maka akan timbul masalah gangguan pertukaran
gas.
Respon inflamasi menyebabkan bakteri melepaskan toksin yaitu pirogen
eksogen kedalam sirkulasi, tubuh bereaksi dengan mengeluarkan zat kimia yaitu
pirogen endogen (interleukin-1), kemudian merangsang sel-sel endotel hipotalamus
untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arak hidonat yang dapat
meningkatkan set point hipotalamus maka terjadi demam dan timbul masalah
perubahan suhu tubuh.
5
Pathway:
Sumber : Fadila (2013) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
6
2.1.6 Pemeriksaan diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang
dengan masalah pneumonia adalah:
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial):
dapat juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia
pasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas
dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi.
3. Terapi obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus. amantadine,
rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat
tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
2.1.8 Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia adalah:
1. Pleurisi
2. Atelektasis
3. Empiema
7
4. Abses paru
5. Edema pulmonary
6. Infeksi super perikarditis
7. Meningitis
8. Arthritis
8
e. Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
Paru:
• Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas.
• Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
• Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani - Auskultasi:
bisa terdengar ronchi.
f. Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
g. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien pneumonia adalah
sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi peningkatan metabolisme
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
2.2.3 Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) sebagai berikut:
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
9
2. Produksi • Buang sekret pada tempat sputu
sputum
menurun
3. Mengi E:
menurun
4. Wheezing • Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
menurun • Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
5. Dispnea selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
menurun kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
6. Gelisah mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
menurun • Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
7. Frekuensi hingga 3 kali
napas • Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
membaik tarik napas dalam yang ke-3
8. Pola napas
membaik
K:
T:
Dengan kriteria
hasil: • Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
1. Dispnea
menurun E:
2. Bunyi napas
tambahan • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
menurun
3. Pusing
menurun
4. Gelisah
menurun
5. Pola napas
membaik
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif tindakan
berhubungan keperawatan O:
dengan selama ...x24 jam,
hambatan diharapkan pola • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
upaya nafas napas (L.01004) usaha napas)
membaik. • Monitor bunyi napas tambahan (mis. mengi
wheezing)
• Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
10
Dengan kriteria T:
hasil:
• Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
1. Dispnea headhtil dan chin lift
menurun • Posisikan semi fowler atau fowler
2. Penggunaan • Berikan Minum hangat
otot bantu • Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
napas • Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
menurun detik
3. Frekuensi • Lakukan hiperoksigenasi sebelum
napas penghisapan endotrakeal
membaik • Keluarkan sumbatan benda padat dengan
4. Kedalaman forcept mcgill
napas
• Berikan oksigen, jika perlu
membaik
E:
K:
11
5. Membran • Anjurkan posisi duduk, jika mampu
mukosa • Ajarkan diet yang diprogramkan
membaik
K:
1. Menggigil
menurun T:
2. Kejang
menurun • Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
3. Suhu tubuh • Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
membaik adekuat
4. Suhu kulit • Bedong bayi segera setelah lahir untuk
membaik mencegah kehilangan panas Masukkan bayi
5. Tekanan BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir
darah (miss. Bahan polyurethane)
membaik • Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant
warmer
• Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau
lebih untuk mengurangi kehilangan pan
polyethylene
• Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir karena
proses evaporasi
• Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang
akan kontak dengan bayi (mis, selimut, kan
bedongan, stetoskop)
• Hindari meletakkan bayi di dekat jendela
terbuka atau di area aliran pendingin ruangan
kipas angina
• Gunakan matras penghangat, selimut hangat,
dan penghangat ruangan untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
• Gunakan kasur pendingin, water circulating
blankets, ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
12
• Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
E:
K:
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan respons pasien.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar
pelayanan profesional, hukum dan kode etik keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi
keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien sebagai individu dalam
upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care).
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status
kesehatan.
8. Menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi pasien.
9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
10. Bersifat holistic.
11. Kerjasama dengan profesi lain.
12. Melakukan dokumentasi.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada
13
pada klien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
1. Metode Evaluasi
a. Metode yang digunakan dalam evaluasi antara lain:
b. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang
terjadi dalam keluarga.
c. Wawancara keluarga yang brkaitan dengan perubahan sikap, apakah
telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
d. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang
dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
e. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan
kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Langkah-langkah Evaluasi
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkandata baru tentang klien.
c. Menafsirkan data baru.
d. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku.
e. Merangkumhaisl dan membuat kesimpulan.
f. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme merupakan salah
satu penyakit yang selalu menjadi pusat perhatian para praktisi dan pemerhati
kesehatan. Salah satu penyakit infeksi akibat bakteri ialah pneumonia.
Pneumonia adalah kelainan paru-paru yang ditimbulkan oleh bakteri, virus,
jamur, yang dapat mengakibatkan kemungkinan besar infeksi pada saluran
pernapasan.
pemecahan masalah yang dapat dilakukan perawat untuk penyakit
pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu orangtua untuk
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada anaknya, dengan cara
memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit pneumonia, serta tindakan-
tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko dari penyakit pneumonia
agar tidak mengalami pneumonia berulang, sehingga terjadi perubahan prilaku dari
orangtua klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.
3.2 Saran
Untuk membantu mengurangi kasus pneumonia pada anak dan
meningkatkan pemahaman serta tindakan yang diperlukan untuk melindungi
kesehatan anak, maka sebarkan pengetahuan tentang tanda dan gejala pneumonia
pada anak kepada masyarakat luas dan orang tua sehingga deteksi dini dapat
dilakukan. Edukasi petugas kesehatan, terutama mengembangkan sistem peringatan
dini untuk memonitor penyebaran pneumonia dan meresponsnya secara cepat.
Mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan lebih lanjut dalam memastikan
perlindungan dan perawatan yang adekuat bagi anak-anak yang terkena pneumonia.
15
DAFTAR PUSTAKA
16