Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 3 - Tugas Ikan Kerang B (Paper)
Kelompok 3 - Tugas Ikan Kerang B (Paper)
SKRIPSI
Oleh :
AZMI SYAHRI
130305073 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN METODE
SOUS VIDE TERHADAP MUTU PEPES IKAN TONGKOL
SKRIPSI
Oleh :
AZMI SYAHRI
130305073 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi yang
berjudul “Pengaruh Suhu dan Waktu Pemasakan Metode Sous Vide terhadap
Mutu Pepes Ikan Tongkol” adalah benar merupakan gagasan dan hasil pemikiran
saya sendiri dibawah arahan pembimbing. Semua data dan informasi yang
digunakan dalam skripsi ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi
ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
(Azmi Syahri)
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
AZMI SYAHRI : Pengaruh Suhu dan Waktu Pemasakan Metode Sous Vide
terhadap Mutu Pepes Ikan Tongkol, dibimbing oleh Herla Rusmarilin dan
Ridwansyah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu
pemasakan metode sous vide terhadap mutu pepes ikan tongkol. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni suhu pemasakan
(S) : (60oC, 65oC, 70oC) dan waktu pemasakan (W) : (40 menit, 80 menit, dan 120
menit). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
lemak, total mikroba, uji tekstur (penetrometer), dan uji organoleptik (warna,
aroma, rasa, dan tekstur).
Suhu pemasakan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar
air, kadar protein, kadar lemak, total mikroba, nilai tekstur, dan nilai hedonik
tekstur. Waktu pemasakan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total
mikroba, nilai tekstur, dan nilai organoleptik tekstur. Interaksi kedua faktor
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai tekstur. Suhu pemasakan
70oC (S3) dan waktu pemasakan 120 menit (M3) dengan metode sous vide
menghasilkan pepes ikan tongkol dengan mutu terbaik.
ABSTRACT
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
merupakan anak satu-satunya dari Bapak Sahri Effendi, SE dan Ibunda Sulfiani
Panca Budi Medan, penulis lulus dari SMA Swasta Al-Fityan School Medan pada
tahun 2013 dan pada tahun yang sama penulis berhasil masuk ke Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (IMITP) USU pada tahun 2016-2017, dan
tugas akhirnya untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan dan Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, dengan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Suhu dan Waktu Pemasakan Metode Sous Vide terhadap Mutu
Pepes Ikan Tongkol”. Penelitian ini dilakukan bulan Januari 2018 sampai dengan
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
Pemasakan Metode Sous Vide terhadap Mutu Pepes Ikan Tongkol” sebagai
kepada orang tua tercinta Bapak Sahri Effendi, SE dan Ibunda Sulfiani Dewi yang
selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, doa yang tiada henti, serta
limpahan kasih sayang yang tiada terhingga sampai detik ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Nyakcik terkasih Cut Marakartini yang selalu
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Almh. Dr. Ir. Herla
Rusmarilin, MP dan kepada Bapak Ridwansyah, STP, M. Si, selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah sabar memberi bimbingan, masukan, saran
dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis dari awal penelitian hingga
penyelesaian skripsi ini. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada ibu Prof. Ir. Elisa Julianti, M. Si., dan Ridwansyah, STP., M. Si., selaku
ketua dan sekretaris Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas
Sumatera Utara, serta kepada Bapak dan Ibu Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan
yang telah membimbing dan memotivasi serta memberikan ilmu selama penulis
menjalani studi dan seluruh pegawai Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menjalani studi
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Endah, Fachri, Derza, Rifa,
Idris, Putra, Ajeng, Khairunnisa, Suci Farina. Serta teman-teman dan rekan-rekan
asisten Laboratorium Teknologi Pangan terima kasih atas semua bantuan dan
selalu.
ITP 2013, adik-adik ITP 2014, ITP 2015, dan ITP 2016, atas dukungan yang selalu
kalian berikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ketika
berada di luar kampus, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
disini yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
Hipotesis Penelitian ................................................................................... 5
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jeruk nipis ........................................................................................... 18
Sous Vide ................................................................................................... 19
Tahapan Sous Vide ..................................................................................... 19
Faktor Keamanan ....................................................................................... 22
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap kadar protein pepes ikan tongkol ......................................... 41
Kadar Lemak ............................................................................................. 42
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar lemak
pepes ikan tongkol .............................................................................. 42
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap kadar lemak
pepes ikan tongkol .............................................................................. 43
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap kadar lemak pepes ikan tongkol........................................... 43
Total Mikroba ............................................................................................ 44
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap total mikroba
pepes ikan tongkol .............................................................................. 44
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap total
mikroba pepes ikan tongkol................................................................ 45
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap total mikroba pepes ikan tongkol ......................................... 46
Tekstur (Penetrometer) .............................................................................. 46
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai tekstur
(penetrometer) pepes ikan tongkol ..................................................... 46
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai tekstur
(penetrometer) pepes ikan tongkol ..................................................... 48
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol .................. 49
Hedonik Warna .......................................................................................... 51
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik
warna pepes ikan tongkol ................................................................... 51
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai
hedonik warna pepes ikan tongkol ..................................................... 52
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik warna pepes ikan tongkol .............................. 52
Hedonik Aroma ......................................................................................... 52
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik
aroma pepes ikan tongkol ................................................................... 52
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai
hedonik aroma pepes ikan tongkol ..................................................... 52
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik aroma pepes ikan tongkol .............................. 52
Hedonik Rasa ............................................................................................. 53
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik
rasa pepes ikan tongkol....................................................................... 53
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai
hedonik rasa pepes ikan tongkol ......................................................... 53
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik rasa pepes ikan tongkol .................................. 53
Hedonik Tekstur ........................................................................................ 53
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik
tekstur pepes ikan tongkol .................................................................. 53
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hedonik tekstur pepes ikan tongkol .................................................... 55
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol ............................. 56
LAMPIRAN ....................................................................................................... 66
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. SNI 7388:2009 tentang batas cemaran mikroba pada ikan segar ................ 9
6. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma, dan rasa pepes ikan
tongkol ......................................................................................................... 34
9. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap kadar air pepes ikan tongkol .......................................................... 37
10. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap kadar protein pepes ikan tongkol................................................... 37
11. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap kadar lemak pepes ikan tongkol .................................................... 40
12. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap total mikroba pepes ikan tongkol .................................................. 42
13. Uji LSR efek utama pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap total mikroba pepes ikan tongkol .................................................. 44
14. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol ............................ 45
15. Uji LSR efek utama pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol ............................ 47
16. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan
metode sous vide terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes
ikan tongkol ................................................................................................. 50
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol ....................................... 54
18. Uji LSR efek utama pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol ....................................... 55
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
13. Hubungan suhu dan waktu pemasakan metode sous vide dengan
dengan tekstur pepes ikan tongkol .................................................... 51
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
10. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan
waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik
tekstur pepes ikan tongkol ................................................................. 75
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tongkol dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cakalang dan tongkol
komo. Jenis ikan tongkol yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol
komo. Ikan tongkol komo (Euthynnus affinis) merupakan ikan laut yang hidup di
bagian permukaan. Ikan tongkol merupakan salah satu ikan dari spesies
Scombridae, sama seperti ikan tuna. Ikan ini mudah dijumpai di pasaran, habitatnya
Indonesia, produksi ikan tongkol, tuna, dan cakalang mencapai lebih dari 1,2 juta
ton per tahunnya serta memiliki volume ekspor mencapai 198.131 ton pada tahun
2017.
proteinnya mengakibatkan ikan tongkol menjadi sangat mudah rusak. Oleh karena
kesegaran dan juga umur simpan ikan. Selain itu, kandungan protein yang tinggi
menjadikannya faktor penting dalam pemilihan metode pengolahan yang tepat agar
ikan tongkol juga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi, dan
sodium. Ikan tongkol juga kaya akan omega 3 dan mengandung vitamin A dan B
(Maghfiroh, 2000).
masakan dan olahan seperti tongkol sambal, tongkol asam padeh, tongkol gulai
Aceh, serta pempek dan abon ikan tongkol. Salah satu pengolahan ikan tongkol
lainnya yang sering dilakukan di masyarakat adalah pepes ikan. Pepes merupakan
salah satu makanan tradisional Indonesia dimana bahan makanan seperti ikan
dilumuri bumbu kemudian dibalut dengan daun pisang lalu dimasak dengan cara
dikukus atau dipanggang. Tidak banyak produk olahan seperti pepes yang dapat
tertentu. Selain itu, pepes yang umum dijumpai memiliki tekstur daging ikan yang
keras dan cenderung kering dikarenakan proses pemasakan yang kurang tepat.
Bumbu-bumbu yang digunakan juga memberikan citarasa yang khas serta adanya
tambahan aroma dari daun pisang membuat pepes menjadi cukup digemari di
masyarakat Indonesia.
terkontrol sehingga menghasilkan produk akhir yang lebih kering dan cenderung
keras. Selain itu ikan laut relatif mengandung asam lemak tak jenuh tunggal
mencapai 60% (Pratama, 2011). Asam lemak tak jenuh dan beberapa senyawa
volatil penyusun flavor pada ikan dapat teroksidasi atau terhidrolisis selama proses
pemasakan yang berakibat pada penurunan citarasa pepes ikan. Penggunaan metode
sous vide dalam pembuatan pepes ikan sangat sesuai karena prosesnya
pepes ikan yang lembut serta memiliki aroma bumbu yang kuat.
metode yang lebih modern seperti pasteurisasi dan sterilisasi. Metode pemanasan
sebagai faktor utama, tekanan atmosfer juga dapat dipertimbangkan sebagai faktor
yang berpengaruh.
penggunaan suhu tinggi juga akan menyebabkan kerusakan pada sebagian nutrisi
yang ada pada bahan pangan. Pemasakan konvensional memiliki perbedaan suhu
yang besar antara bagian luar dan bagian dalam sehingga menyebabkan perbedaan
tingkat kematangan.
Sous vide merupakan suatu metode pemasakan yang berasal dari Perancis
stabil dan terkontrol serta waktu yang relatif lebih lama dari metode memasak
secara umum, dimana panas harus terdistribusi secara merata ke seluruh bagian
bahan pangan. Suhu yang digunakan juga relatif lebih rendah daripada suhu
mempertahankan nilai nutrisi dari suatu bahan pangan. Kombinasi kontrol suhu dan
waktu yang tepat dapat memperkecil perbedaan tingkat kematangan serta menjaga
nilai nutrisi bahan pangan. Di samping suhu dan waktu pemasakan yang terkontrol,
kondisi pemasakan juga harus dibuat vakum atau hampa udara. Kondisi vakum
digunakan karena suhu pemasakan yang relatif rendah sehingga dapat membantu
Kondisi kemasan yang vakum dalam metode sous vide dapat mencegah
oksidasi serta dapat mencegah menguapnya air dan komponen rasa selama proses
yang tinggi dan rasa yang lebih baik daripada metode memasak umumnya. Selain
itu, kondisi vakum dapat memperluas permukaan bahan yang kontak dengan panas
disebabkan tidak adanya udara yang dapat mengganggu proses penghantaran panas
berbagai jenis ikan seperti salmon dan tuna. Beberapa produk tertentu yang dimasak
dengan metode sous vide umumnya diikuti dengan proses pemasakan kembali di
atas penggorengan (pan) dalam waktu singkat yang bertujuan untuk menghasilkan
cita rasa tambahan dari reaksi maillard dan untuk tujuan keamanan pangan apabila
masih ada mikroba yang tersisa. Selain itu, produk sous vide juga dapat disimpan
kembali dalam keadaan beku dan dipanaskan kembali dengan suhu pemasakan
menghasilkan produk pangan dengan mutu yang lebih tinggi dan lebih berkelas
Indonesia. Selain itu juga dapat meningkatkan peluang ekspor produk makanan
Tujuan Penelitian
pemasakan metode sous vide terhadap mutu dan uji organoleptik pepes ikan tongkol
Kegunaan Penelitian
ikan tongkol dengan metode sous vide, meningkatkan nilai ekonomi pepes ikan,
dan pemanfaatan metode sous vide yang lebih luas dalam industri pangan, serta
untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi pada Program Studi Ilmu dan
Hipotesis Penelitian
metode sous vide dan interaksi keduanya terhadap mutu pepes ikan tongkol.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan termasuk ke dalam functional food yang memiliki arti penting bagi
kesehatan tubuh. Selain sebagai sumber protein, ikan juga mengandung asam lemak
tak jenuh berantai panjang terutama yang tergolong asam lemak omega-3 dengan
jumlah yang cukup besar. Kandungan asam lemak omega-3 dapat menurunkan
kadar trigliserida dan total kolestrol dalam darah serta dapat meningkatkan
metabolisme lemak, vitamin serta makro dan mikro mineral (Mentang, dkk., 2011).
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan
atau sering disebut sebagai perishable food, sehingga perlu adanya perlakuan yang
tepat untuk mencegah terjadi kerusakan dan menjaga kandungan nutrisinya. Seperti
hasil laut lainnya, ikan tongkol juga rentan mengalami kerusakan. Kerusakan dapat
terjadi akibat proses pembusukan oleh bakteri dan perubahan biokimia pada ikan
yang sudah mati (Sanger, 2010). Oleh sebab itu, perlu adanya perlakuan lanjutan
kelas Scrombidae seperti ikan tuna dan pada umumnya sebagai salah satu
komoditas perikanan laut Indonesia yang utama. Ikan tongkol memiliki kandungan
nutrisi yang baik karena tinggi akan protein serta mengandung beberapa mineral
dan dari segi ekonomi juga masih dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
Ikan tongkol merupakan jenis golongan ikan tuna yang berukuran kecil.
Bentuk badan ikan tongkol memanjang dan tidak terdapat sisik pada permukaan
tubuhnya, kecuali pada bagian garis rusuk. Ikan tongkol memiliki ukuran yang
dapat mencapai 1 meter dan berat 13,6 kg. Secara umum ikan tongkol memiliki
panjang tubuh 50-60 cm dan memiliki kulit berwarna abu-abu (Bahar, 2006).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
dan berbentuk memanjang seperti torpedo, memiliki dua sirip punggung yang
dipisahkan oleh celah sempit, sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit,
sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahan, tidak memiliki gelembung
renang, warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan terdapat tanda
garis-garis miring terpecah dan tersusun rapi (Collete dan Nauen, 1983).
berdasarkan ukuran. Secara umum, suatu kelompok dapat terdiri dari 100 hingga
5000 individu. Ikan ini memiliki habitat yang terdapat di perairan epipelagik serta
merupakan spesies neuritik yang tinggal di perairan yang memiliki suhu berkisar
18-29 oC. Ikan tongkol merupakan predator bagi ikan kecil, udang, dan cepalopod,
dan sebaliknya merupakan mangsa dari hiu dan marlin. Ikan tongkol memiliki
panjang baku maksimum 100 cm dan berat 13,6 kg, tetapi umumnya hanya 60 cm,
dan di Samudera Hindia ikan tongkol yang berusia 3 tahun panjang bakunya dapat
Ikan tongkol termasuk ke dalam golongan ikan tuna, untuk itu terdapat
beraneka ragam ikan yang sejenis di antaranya adalah ikan albakora, tuna sirip biru,
tuna mata besar, tuna sirip kuning, tongkol abu-abu, tongkol putih (cakalang),
tongkol komo (kawakawa), tongkol banyar, dan lisong. Umumnya ikan yang
dilihat pada Gambar 1 untuk ikan cakalang dan Gambar 2 untuk ikan tongkol komo
(IOTC, 2013).
Lunas ekor
4 - 6 garis longitudinal di
menonjol
perut
dengan adanya rasa gatal pada tubuh, bibir bengkak, berkeringat, wajah memerah,
mual, muntah, sakit kepala, serta jantung berdebar kencang. Hal ini dapat
(Hidayati, 2008). SNI 7388:2009 tentang batas cemaran mikroba pada ikan segar
dapat dilihat pada Tabel 1. SNI 2717.3:2009 tentang persyaratan mutu ikan pindang
Tabel 1. SNI 7388:2009 tentang batas cemaran mikroba pada ikan segar
Kategori Pangan Jenis Cemaran Mikroba Batas Maksimum
o
Ikan segar ALT (30 C, 72 jam) 5 x 105 koloni/g
APM Eschericia coli <3 /g
Salmonella sp Negatif/25g
Vibrio cholerae Negatif/25g
Vibrio parahaemolyticus Negatif/25g
Daging ikan tongkol dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian yang
gelap gelap atau disebut daging merah dan bagian yang terang atau disebut dengan
daging putih. Kandungan daging merah pada ikan tongkol lebih sedikit daripada
daging putihnya, yaitu hanya 11% (Cinnamma, 1975). Oleh karena itu dalam
pengalengan ikan, hanya daging putih yang digunakan karena persentasenya yang
lebih besar. Daging putih dan daging merah pada ikan tongkol mengandung
sedikit, hal ini yang menjadikan ikan tongkol salah satu ikan yang dagingnya mudah
dicerna (Suwamba, 2008). Selain itu, kandungan protein pada ikan tongkol
Ikan tongkol juga mengandung asam lemak omega 3 dan omega 6 sebesar
1,5 g/100g dan 1,8 g/100g (Khomsan, 2006). Asam lemak omega 3 berfungsi
sebagai prekursor asam lemak esensial linoleat dan linoleat. Asam lemak esensial
merupakan asam lemak yang tidak diprosuksi oleh tubuh, melainkan harus
didapatkan dari luar tubuh, seperti didapatkan dari asupan makanan. Kandungan
gizi tidak hanya sangat baik untuk memenuhi kebutuhan gizi tetapi juga dapat
Fillet ikan merupakan daging ikan yang terbebas dari tulang, baik bagian
kepala, tulang belakang, ekor, maupun sisik. Menurut Ditjen P2HP (2006), fillet
ikan merupakan produk pengolahan dari ikan segar melalui beberapa tahapan
dapat diperoleh dengan cara memotong kepala ikan terlebih dahulu lalu
membersihkan bagian isi perutnya yang diikuti dengan pencucian. Setelah bersih,
bagian daging ikan dipisahkan dari tulang belakang dengan melakukan pemotongan
secara horizontal mengikuti tulang ikan hingga bagian daging ikan terpisah dari
bagian tulangnya. Tahapan berikutnya adalah pemotongan lanjutan agar fillet ikan
terlihat lebih rapi. Selain bersih dari bagian yang tidak dapat dikonsumsi,
karakteristik fillet ikan dapat dibedakan menjadi dua bagian, diantaranya adalah
fillet dengan atau tanpa kulit serta fillet ikan dengan atau tanpa bagian perut.
Pepes Ikan
jenis ikan, bumbu, dan asal daerah pepes tersebut. beberapa istilah pepes ikan telah
ikan mas, pepes ikan asin, pepes ikan teri, pepes ikan tongkol, pepes ikan bandeng,
Pepes atau pepesan adalah lauk yang dibuat dari ikan, oncom, tahu, dan
lainnya, yang diberi bumbu atau rempah, dibungkus dengan daun pisang kemudian
mengukusnya atau memasaknya hingga 2-3 kali. Teknik yang lebih modern yaitu
dengan menggunakan panci bertekanan tinggi atau biasa disebut dengan teknik
presto, sehingga waktu memasaknya lebih cepat, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan
oleh seluruh lapisan masyarakat karena harga pancinya yang tergolong mahal, cara
Pepes ikan merupakan salah satu hidangan tradisional khas Indonesia yang
terdiri dari sepotong ikan yang sudah diolah dengan berbagai macam bumbu,
dibungkus dengan daun pisang, kemudian dimasak. Bumbu dasar yang biasa
digunakan antara lain, bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai, kunyit, sereh,
Cabai merah
digolongkan kedalam jenis buah. Cabai sering diolah menjadi makanan olahan atau
makan pendamping yang mampu menambah selera makan. Buah cabai sering
dikenal sebagai bahan penyedap dan pelengkap menu masakan khas Indonesia
Biji cabai mengandung zat kapsaisin yang menghasilkan rasa pedas. Cabai
berkurang menjadi 5-8%. Penurunan kadar air yang tepat pada cabai ditandai
mengencerkan lendir, dan meringankan penyakit asma. Rasa pedas yang dihasilkan
cabai juga mampu melancarkan peredaran darah, mencegah flu dan demam,
mengurangi rasa pegal dan rematik. Kandungan kapsaisin dalam cabai merah juga
memiliki aktivitas antioksidan (Giovedi, 2016). Selain zat kapsaisin, cabai juga
mengandung alkaloid, fosfor (P), vitamin C, kasium, besi (Fe), flavonoid dan
Cabai rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens) memiliki ukuran yang lebih kecil dari
cabai merah. Cabai rawit memiliki ukuran setengah kali ukuran cabai merah. Cabai
rawit mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi. Hal inilah yang membuat
cabai rawit sering ditambahkan pada campuran industri makanan dan peternakan.
2001). Cabai rawit juga mengandung senyawa kapsaisin yang memiliki aktivitas
Cabai rawit dikenal dengan rasanya yang lebih pedas jika dibandingkan
dengan cabai merah keriting. Cabai ini memiliki warna yang bervariasi seperti
Bawang merah
olahan yang berfungsi sebagai penyedap masakan (Manalu, 2009). Bawang merah
memberikan flavor dan rasa yang khas dikarenakan kandungan senyawa sulfur
yang merupakan senyawa non asam amino. Bawang merah juga berfungsi sebagai
& Engineers, 2015). Kandungan steroid dan fenol bawang merah mencegah
Bawang putih
memberikan aroma yang khas. Bawang putih juga berfungsi sebagai antimikroba.
Senyawa allicin memberikan aroma yang khas pada bawang putih, dan memiliki
Kunyit
samping dengan jumlah yang banyak membentuk suatu rumpun. Bagian rimpang
inilah yang digunakan sebagai bumbu masak. Rimpang kunyit berbau khas
antimikroba, kunyit juga dapat mencegah anemia, mengatasi benang kista paru-
tubuh, dan sebagai anti inflamasi (Astawan, 2016). Dalam konsentrasi tertentu,
Kemiri
dapur yang bijinya berwarna putih kekuningan. Selain dijadikan bumbu masak,
kemiri juga sering diambil minyaknya karena mengandung 60% minyak (Istriyani,
2011). Biji kemiri juga mengandung kimia seperti asam palmitat, asam stearat,
48,5%, dengan sifat tidak berwarna, tidak larut dalam air, merupakan asam lemak
dengan titik didih 229oC (Ketaren, 2008). Daging biji kemiri bersifat laksatif,
sehingga dapat bermanfaat sebagai antioksidan, obat diare, sariawan, obat sakit
kepala, dan desentri. Daging biji kemiri mentah mengadung toksin berupa senyawa
toxalbulamin. Hal ini menyebabkan daging biji kemiri harus dimasak terlebih
dahulu untuk menurunkan kadar toksinnya dengan cara digongseng dengan suhu
kekentalan karena kandungan minyak kemiri yang tinggi. Daging kemiri yang
bumbu menjadi lebih lengket dan sulit untuk dihaluskan (Tarwotjo, 1998).
Lengkuas
Lengkuas (Alpinia galanga Linn.) memiliki batang pohon yang terdiri dari
meter. Ada dua jenis tumbuhan lengkuas, yaitu varietas rimpang yang berwarna
putih dan varietas rimpang yang berwarna merah. Rimpang yang berwarna putih
biasa digunakan untuk penyedap masakan dan yang berwarna merah digunakan
sebagai obat. Senyawa kimia yang terkandung pada lengkuas terdiri dari minyak
dan kristal kuning (Herbie, 2015). Kandungan ferulat dalam rimpang lengkuas
merah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang dapat mengurangi efek radikal
Daun salam
bulat, dan permukaan licin. Daun salam tunggal, dan letaknya berhadapan,
memiliki helaian yang berbentuk lonjong sampai elips dengan panjang 5-15 cm dan
lebar 3-8 cm, apabila daunnya direma akan berbau harum. Daun salam mengandung
ekstrak etanol dengan golongan triterpen, flavonoid, dan fenol. Komponen kimia
Daun jeruk
Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) salah satu tanaman yang banyak ditanam
daun satu. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong dengan pangkal
berwarna hijau tua agak mengkilap dan bagian bawah hijau muda agak ke kuningan
jika diremas baunya harum. Daun jeruk mengandung tanin 1,8%, steroid
triterpenoid, dan minyak atrisi 1-1,5% (Herbie, 2015). Kandungan minyak atsiri
pada daun jeruk memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan E. Coli
Sereh
tegak, menahun, memiliki perakaran yang dalam dan kuat. Daunnya tunggal dan
bagian permukaan dalam berwarna merah. Remasan daun dan batang sereh berbau
aromatik. Daun sereh mengandung minyak atsiri, sering digunakan sebagai bumbu
masakan selain itu sereh juga dapat digunakan sebagai obat batuk, penambah nafsu
makan, dan penurun panas (Herbie, 2015). Batang sereh dapat menghambat
Garam
Garam dapur terbentuk dari dua senyawa yaitu klorida dan natrium.
Penggunaan garam dalam pengolahan pangan memberikan pengaruh rasa asin pada
produk. Garam juga dapat menghentikan reaksi autolisis dan membunuh mikroba.
Garam akan menyerap kandungan air dalam makanan sehingga mikroba sulit untuk
Gula
pangan. Gula juga dapat berfungsi sebagai pengawet, dengan penambahan 60% dari
bahan. Penambahan gula dapat membentuk lingkungan yang tidak dapat ditumbuhi
Jeruk nipis
Air perasan jeruk nipis dalam kondisi segar dapat ditambahkan pada fillet
ikan dengan tujuan untuk mengurangi bau amis serta dapat mengempukkan daging
yang keras. Kandungan minyak atsiri dalam jeruk nipis dapat menutupi bau amis
(Maghfiroh, 2012).
Sous Vide
Sous vide berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti dalam kondisi
vakum. Metode memasak dengan cara ini memang berbeda dari biasanya. Sesuai
dengan namanya, memasak dengan metode ini membutuhkan kondisi hampa udara
2004). Temperatur yang digunakan untuk memasak secara sous vide harus stabil
dan membutuhkan waktu yang relatif lama akibat dari penggunaan temperatur yang
rendah. Hal ini bertujuan agar penetrasi suhu terjadi secara merata di seluruh
bagian, sehingga suhu permukaan bahan sama dengan suhu internalnya. Dengan
demikian, tingkat kematangan dari suatu produk pangan dapat lebih terkontrol.
sebenarnya metode ini sudah digunakan sejak lama. Banyak sekali versi sejarah
yang menerangkan kapan pertama kali sous vide ditemukan. Menurut Ainsworth
(2013), teori sous vide pertama kali digunakan ketika era peperangan Napoleon
Sedangkan menurut Creed dan Reeve (1998), metode sous vide digunakan mulai
tahun 1794 oleh Georges Pralus yang merupakan seorang chef dari Perancis.
tertentu yang berbeda tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Secara
umum terdapat beberapa tahapan dasar dalam teknik sous vide, diantaranya adalah
hingga mencapai suhu yang diinginkan, proses pemasakan, dan finishing yang
Pemberian bumbu
Berbagai macam bumbu dapat digunakan dalam proses sous vide, terutama
garam dan merica. Selain itu bumbu-bumbu kering lainnya juga umum digunakan,
membekukan bumbu terlebih dahulu untuk mencegah bumbu terhisap keluar ketika
air bumbu basah dengan cara pengeringan atau penumisan. Beberapa bumbu
rasa ataupun aroma pada produk sous vide dikarenakan penggunaan suhu yang
Pengemasan vakum
Bahan yang akan dimasak terlebih dahulu dikemas dan udara dikeluarkan
dari dalam kemasan dan setelah itu diseal untuk kemudian dimasak dengan
temperatur yang stabil (Baldwin, 2010). Prinsip dari pengemasan ini adalah
bawah 1 atm. Keadaan vakum diperoleh dengan cara menghisap O2 yang ada di
dalam kemasan dengan menggunakan vacuum pump ataupun vacuum sealer yang
langsung diikuti dengan penyegelan kemasan. Dari segi masa simpan, kemasan
vakum dapat mempertahankan kesegaran produk 3-5 kali lebih tahan lama
metode sous vide memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah dapat mencegah
hilangnya senyawa volatil dan air selama proses pemasakan sehingga produk akhir
yang dihasilkan akan memiliki kualitas mutu lebih baik dibandingkan dengan
produk yang dihasilkan dengan cara biasa serta dapat meningkatkan nilai ekonomi
Preheating
suhu pemanas hingga mencapai 100°C. Pemanasan awal pada media pemasak
pemasakan dapat segera dilakukan dan lamanya proses pemasakan dapat diamati
Pemasakan
ketebalan bahan, bentuk bahan, dan tingkat kematangan yang diinginkan. Namun
penyesuaian suhu pemasakan perlu dilakukan agar keamanan dari produk yang
dihasilkan dapat terjamin. Penentuan suhu pemasakan yang tepat dapat dilihat pada
Tabel 4.
Finishing
bila menggunakan metode sous vide. Untuk itu perlu dilakukan finishing dengan
cara memasaknya kembali dengan cara dipanggang atau dibakar sehingga reaksi
maillard dapat terbentuk yang dapat mempengaruhi rasa dan aroma produk akhir
Faktor Keamanan
Keamanan pangan menjadi faktor penting dalam metode sous vide. FDA
pada suhu 65°C untuk daging, ikan, atau unggas dengan ketebalan 50 mm. Suhu
yang ada pada bahan pangan. Oleh karena itu, prosesnya dipadukan dengan
(European Chilled Food Federation) ada beberapa cara untuk menjamin keamanan
produk sous vide yang akan disimpan, diantaranya adalah penyimpanan pada suhu
3°C dalam kondisi vakum ataupun menurunkan pH bahan hingga menjadi asam
(Gould, 1999).
beredar di pasaran. Bahan dasar pembuat plastik sendiri beraneka ragam, seperti
yang umum dijumpai yaitu polietilen dan polipropilen. Selain bahan dasar, bahan
tambahan dalam pembuatan plastik berpengaruh besar terhadap mutu plastik dan
pangan yang dikemas. Namun, ada beberapa plastik yang memiliki resiko lebih
rendah seperti yang disarankan oleh British Columbia Center for Disease Control
(2016) untuk menggunakan plastik bebas BPA dengan bahan dasar polietilen atau
Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan tongkol,
bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, kemiri, lengkuas, kunyit,
sereh, jeruk nipis, serta bahan lainnya yaitu air, minyak, gula, garam, daun salam,
daun jeruk, dan daun pisang yang diperoleh dari pasar tradisional Jalan Jamin
Ginting, Medan.
Bahan kimia yang digunakan dalam analisis adalah K2SO4 (kalium sulfat),
CuSO4 (kupri sulfat), akuades, H2SO4 (asam sulfat) pekat, NaOH (natrium
hidroksida) 40%, H2SO4 0,02 N, indikator mengsel, NaOH 0,02 N, PCA (Plate
Alat Penelitian
plastik, baskom, sutil, wajan, talenan, blender, sendok stainless steel, pisau
stainless steel, pinset, Peralatan yang digunakan untuk analisa sifat fisika-kimia
produk adalah tanur listrik, cawan porselen, oven kadar air, cawan aluminium,
24
desikator, penjepit cawan, timbangan analitik, soxhlet, labu ekstraksi, hot plate,
Metode Penelitian
S1 = 60°C
S2 = 65°C
S3 = 70°C
W1 = 40 menit
W2 = 80 menit
W3 = 120 menit
Tc (n-1) ≥ 15
9 (n-1) ≥ 15
jadi, untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor W pada taraf ke-i dan faktor S pada
(αβ)ij : Efek interaksi faktor W pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor W pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Preparasi ikan
Ikan tongkol segar dibersihkan dari insang, isi perut, dan sisik lalu dicuci
bersih dan dilakukan filleting sehingga hanya diperoleh bagian dagingnya saja
setelah itu dilumuri dengan perasan air jeruk nipis 2,5% dari berat ikan dan
disimpan di dalam lemari pendingin selama 30 menit. Skema preparasi ikan dapat
Ikan Tongkol
(3 Ekor)
Pembersihan
Filleting
Fillet ikan
tongkol
Analisa:
- Kadar air
- Kadar abu
- Kadar protein
- Kadar lemak
- Tekstur (penetrometer)
Gambar 3. Skema preparasi ikan
baku sehingga diperoleh bahan baku dengan kualitas baik, kemudian dilakukan
pencucian hingga bersih dan dibuang bagian batang atau kulit luarnya. Setelah
bersih, dihaluskan bahan-bahan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai
merah, cabai rawit, kemiri, lengkuas, kunyit, dan ditambahkan air agar membantu
daun jeruk, dan sereh yang dicincang kasar serta gula dan garam lalu ditumis
bumbu menjadi lebih harum serta mengurangi kadar air bumbu menjadi lebih
Dicampurkan fillet ikan tongkol dengan bumbu halus sebanyak 40% dari
berat ikan dan dibungkus dengan daun pisang yang telah dilayukan, setelah itu
pemasakan sesuai perlakuan dengan suhu 60°C, 65°C, dan 70°C, selama 40, 80,
Pepes ikan tongkol yang telah matang kemudian dilakukan pengujian kadar
air (AOAC, 1995), kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1997), kadar lemak (AOAC,
1995), kadar protein (AOAC, 1995), total mikroba (Fardiaz, 1992), dan uji
penelitian pepes ikan tongkol metode sous vide dapat dilihat pada Gambar 5.
Pengemasan vakum
Pepes ikan
tongkol
Analisa:
- Kadar air
- Kadar abu
- Kadar protein
- Kadar lemak
- Total mikroba
- Uji tekstur penetrometer
- Uji organoleptik warna
- Uji organoleptik aroma
- Uji organoleptik rasa
- Uji organoleptik tekstur
dioven dan ditimbang beratnya. Kemudian, bahan dikeringkan dalam oven suhu
lalu ditimbang. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven dengan suhu
Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat sampel yang konstan (AOAC, 1995,
dengan modifikasi).
Kadar abu
cawan porselen kering yang telah diketahui berat awalnya dan dibakar selama 1 jam
dalam tanur dengan suhu 100oC, 2 jam dengan suhu 300oC kemudian dengan suhu
500oC selama 2 jam. Cawan porselen dibiarkan dingin di dalam tanur kemudian
Kadar lemak
ekstraksi soxhlet. Alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak di bawahnya.
Pelarut lemak heksan dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux
selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan berwarna
kekuningan. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung kembali.
Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven
pada suhu 105oC hingga mencapai berat yang tetap, kemudian didinginkan dalam
dalam labu kjeldhal 30 ml selanjutnya ditambahkan dengan 2,5 ml HCl pekat dan
2 g katalis. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam atau sampai cairan bewarna jernih.
Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi dan
ditambahkan 15 ml larutan NaOH 40%, kemudian dibilas dengan air suling. Labu
ditambahkan ke dalamnya 2-4 tetes indikator (campuran metil merah 0,02% dalam
alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2 :1). Ujung
tabung kondensor harus terendam dalam labu larutan HCl, kemudian dilakukan
kemudian dibilas dengan sedikit air destilat dan ditampung dalam erlenmeyer lalu
dititrasi dengan NaOH 0,02N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi ungu.
N = Normalitas NaOH
ditambahkan NaCl sebanyak 9 ml. Pengenceran dilakukan sampai 104 . Dari hasil
pengenceran pada tabung reaksi yang terakhir kemudian diambil sebanyak 1 ml dan
diratakan pada medium agar PCA (Plate Count Agar) yang telah disiapkan diatas
cawan petridish, kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 36oC dengan posisi
terbalik. Jumlah koloni yang ada dihitung dengan colony counter (Fardiaz, 1992).
alat penetrometer. Sampel yang telah disiapkan ditusuk pada lima titik dengan
menggunakan alat penetrometer precision yang diberi tekanan 150 g dengan skala
1/10 mm selama 10 detik. Nilai tekstur dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan
oleh jarum penunjuk, kemudian kelima nilai yang didapat dirata-ratakan. Nilai
150
Tekstur (g⁄mm2 ) =
(X1 + X2 + X3 + X4 + X5 )⁄5
1⁄10
Uji organoleptik
organoleptik beberapa produk yang berperan dalam analisis bahan serta melatih
Uji organoleptik terhadap warna, aroma, dan rasa dilakukan dengan uji
kesukaan atau uji hedonik sedangkan uji organoleptik terhadap tekstur dilakukan
dengan uji skor. Sampel berupa pepes ikan tongkol dengan kode tertentu diuji
secara acak oleh 15 panelis yang dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Tabel
6 untuk uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur pepes ikan tongkol.
Tabel 6. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur pepes ikan
tongkol
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka 5
Suka 4
Agak suka 3
Tidak suka 2
Sangat Tidak Suka 1
sous vide memberikan pengaruh terhadap karakteristik mutu pepes ikan tongkol
yang diamati.
proksimat bahan baku berupa ikan tongkol (Euthynnus affinis) dapat dilihat pada
Tabel 7.
pada kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak. Perbedaan karakteristik
ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi karakteristik ikan adalah jenis ikan, jenis kelamin, umur, dan fase
reproduksi sedangkan faktor eksternal adalah habitat, pakan, dan kualitas perairan
(Hafiludin, 2015). Menurut penelitian Fran dan Akbar (2013), kelangsungan hidup
ikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah umur ikan,
lingkungan, pakan, serta hama atau penyakit. Jenis makanan yang dimakan oleh
ikan akan sangat mempengaruhi kandungan gizi ikan, dimana jenis makanan ikan
35
sendiri akan sangat bergantung pada tempat hidup atau lingkungan tempat ikan
hidup. Oleh karena itu, perbedaan daerah pemanenan ikan akan mempengaruhi nilai
gizi atau karakteristik gizi ikan tersebut. Selain itu, perbedaan metode pengambilan
data dan jenis alat yang digunakan dalam penelitian akan sangat mempengaruhi
memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
total mikroba, nilai tekstur penetrometer, dan nilai organoleptik (warna, aroma,
rasa, dan tekstur) ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 8.
memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
total mikroba, nilai tekstur penetrometer, dan nilai organoleptik (warna, aroma,
rasa, dan tekstur) ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Kadar Air
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar air pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar air pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar air pepes ikan tongkol
LSR Suhu pemasakan Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,01 (°C) 0,05 0,01
- - - S1 = 60 72,1269 a A
2 1,0624 1,4557 S2 = 65 70,2578 b B
3 1,1146 1,5183 S3 = 70 69,3727 b B
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
terdapat pada suhu pemasakan 60°C yaitu sebesar 72,1269% dan terendah pada
suhu pemasakan 70°C yaitu sebesar 69,3727%. Terjadinya penurunan kadar air
pepes ikan tongkol seiring dengan meningkatnya suhu pemasakan sesuai dengan
literatur Nilasari dkk. (2017) yang menyatakan bahwa peningkatan suhu pemasakan
dapat menurunkan kadar air bahan yang diakibatkan oleh terlepasnya molekul air
dari dalam bahan pangan. Air yang terpisah dapat diamati secara jelas di dalam
kemasan. Ikan tongkol segar memiliki kadar air sebesar 73,9890%, bila
dibandingkan dengan ikan tongkol yang dimasak menggunakan suhu 60°C terjadi
penurunan kadar air yang cukup rendah yaitu sebesar 1,8621%. Penurunan kadar
air yang cukup rendah dikarenakan tidak terjadinya proses penguapan air selama
proses pemasakan.
Grafik pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar air pepes
73
71
70,2578
70
69,3727
69
68
58 0 60 63 65 68 70
Suhu pemasakan (°C)
Gambar 6. Hubungan suhu pemasakan metode sous vide dengan kadar air
pepes ikan tongkol
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap kadar air pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar air pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar air pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar air pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Abu
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar abu pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar abu pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap kadar abu pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar abu pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar abu pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar abu pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Protein
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar protein pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar protein pepes ikan tongkol. Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide
terhadap kadar protein pepes ikan tongkol dapat dilihat pada Tabel 11, dimana
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar protein pepes ikan tongkol
LSR Suhu Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,01 (°C) (%) 0,05 0,01
- - - S1 = 60 23,5408 c C
2 1,0581 1,4498 S2 = 65 25,2933 b B
3 1,1101 1,5122 S3 = 70 27,3526 a A
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
terdapat pada suhu pemasakan 70°C yaitu sebesar 27,3526% dan terendah pada
suhu pemasakan 60°C yaitu sebesar 23,5408%, sedangkan ikan tongkol segar
semakin tinggi. Berkurangnya kadar air pepes ikan disebabkan karena keluarnya
lainnya yang terkandung di dalam suatu bahan pangan. Keluarnya air bebas dari
menyebabkan pelemahan dinding sel serabut otot daging (Masyitah, dkk., 2016).
kadar air ikan lele asin maka semakin rendah pula kadar proteinnya, dimana
penurunan kadar air dalam suatu bahan dapat meningkatkan konsentrasi komponen-
komponen lain seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Hal ini terjadi
yang menyebabkan cairan jaringan dapat keluar dari dalam ikan. Penurunan kadar
air tidak disebabkan karena menguapnya air dari dalam bahan, melainkan
Grafik pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar protein
28
27
ŷ = 0,3812S + 0,6187 27,3526
r = 0,9989
Kadar protein (%)
26
25,2933
25
24
23,5408
23
22
0
58 60 63 65 68 70
Suhu pemasakan (°C)
Gambar 7. Hubungan suhu pemasakan metode sous vide dengan kadar protein
pepes ikan tongkol
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap kadar protein pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar protein pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar protein pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar protein pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Kadar Lemak
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar lemak pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar lemak pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar lemak pepes ikan tongkol
LSR Suhu Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,01 (°C) (%) 0,05 0,01
- - - S1 = 60 6,9207 a A
2 0,3449 0,4726 S2 = 65 5,6639 b B
3 0,3619 0,4930 S3 = 70 4,5328 c C
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
terdapat pada suhu pemasakan 60°C yaitu sebesar 6,9207% dan terendah pada suhu
pemasakan 70°C yaitu sebesar 4,5328%, sedangkan ikan tongkol segar memiliki
kadar lemak sebesar 7,3480%. Menurut Dhanapal dkk. (2012), menurunnya kadar
lemak bahan pangan selama proses pemasakan disebabkan karena perubahan wujud
lemak. Lemak yang tadinya berwujud padat berubah menjadi cair akibat proses
pemanasan, sehingga lemak cair keluar dari dalam suatu bahan pangan. Proses
pelebaran jarak antara molekul lemak tersebut yang mengakibatkan lemak semakin
ini didukung dengan literatur Palupi dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tingkat
kerusakan lemak disebabkan oleh faktor suhu pemasakan serta waktu pengolahan.
dikarenakan dalam proses pemasakan minyak pada bahan tidak ada kontak dengan
Grafik pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap kadar lemak
7,0
6,9207
6,0
5,6639
5,5
5,0
4,5328
4,5
4,0
0
58 60 63 65 68 70
Suhu pemasakan (°C)
Gambar 8. Hubungan suhu pemasakan metode sous vide dengan kadar lemak
pepes ikan tongkol
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap kadar lemak pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar lemak pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
kadar lemak pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar lemak pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Total Mikroba
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap total mikroba pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
total mikroba pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap
total mikroba pepes ikan tongkol
LSR Suhu Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,01 (°C) (Log CFU/g) 0,05 0,01
- - - S1 = 60 4,7819 a A
2 0,0819 0,1122 S2 = 65 4,6846 b AB
3 0,0859 0,1171 S3 = 70 4,6228 b B
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
terdapat pada suhu pemasakan 60°C yaitu sebesar 6,1 x 104 CFU/g dan terendah
pada suhu pemasakan 70°C yaitu sebesar 4,2 x 104 CFU/g. Peningkatan suhu
pemasakan menurunkan total mikroba pada pepes ikan tongkol, hal ini sesuai
dengan Maldonado dkk. (2008) yang menyatakan bahwa laju penurunan total
air, lemak, garam, karbohidrat, pH, protein, umur dan jumlah mikroba awal, faktor
(Jay, 2000). Peningkatan suhu pemasakan menyebabkan protein pada sel bakteri
terdenaturasi sehingga pada tingkatan yang lebih lanjut akan membunuh bakteri.
Grafik pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap total mikroba
4,80
4,7819
ŷ = -0,015S + 5,730
4,75 r = -0,9915
4,65
4,6228
4,60
4,55
0
58 60 63 65 68 70
Suhu pemasakan (°C)
Gambar 9. Hubungan suhu pemasakan metode sous vide dengan total mikroba
pepes ikan tongkol
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap total mikroba pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap total
mikroba pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap total mikroba pepes ikan tongkol
LSR Waktu Rataan Notasi
Jarak (Log CFU/g)
0,05 0,01 (menit) 0,05 0,01
- - - W1 = 40 4,7590 a A
2 0,0819 0,1122 W2 = 80 4,7201 a AB
3 0,0859 0,1171 W3 = 120 4,6103 b B
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
terdapat pada waktu pemasakan selama 40 menit yaitu sebesar 5,7 x 104 CFU/g
dan terendah pada waktu pemasakan selama 120 menit yaitu sebesar
4,1 x 104 CFU/g. Penurunan total mikroba disebabkan karena menurunnya daya
tahan sel bakteri seiring dengan semakin lama waktu pemasakan. Daya tahan yang
(Tapotubun, dkk., 2008). Grafik pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap total mikroba pepes ikan tongkol dapat dilihat pada Gambar 10.
4,80
ŷ = -0,001W + 4,845
Total mikroba (Log CFU/g)
4,70
4,7201
4,65
4,6103
4,60
4,55
0
20 40 60 80 100 120
Waktu pemasakan (menit)
Gambar 10. Hubungan waktu pemasakan metode sous vide dengan total mikroba
pepes ikan tongkol
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
total mikroba pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap total mikroba pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Tekstur (Penetrometer)
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol
LSR Suhu Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,01 (°C) (g/mm²) 0,05 0,01
- - - S1 = 60 0,2156 c C
2 0,0116 0,0158 S2 = 65 0,3269 b B
3 0,0121 0,0165 S3 = 70 0,4080 a A
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
tongkol tertinggi terdapat pada suhu pemasakan 70°C yaitu sebesar 0,4080 g/mm²
dan terendah pada suhu pemasakan 60°C yaitu sebesar 0,2156 g/mm², sedangkan
ikan tongkol segar memiliki nilai tekstur (penetrometer) sebesar 0,0974 g/mm².
Peningkatan tekstur terjadi seiring dengan peningkatan suhu pemasakan, hal ini
koagulasi yang bertingkat pada protein. Hal ini sesuai dengan literatur Liu (2008)
koagulasi secara cepat dan ikatan protein yang semakin merapat sehingga
dengan terjadinya penurunan kadar air pepes ikan tongkol seiring dengan
Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekstur ikan adalah
perubahan kimiawi, dimana semakin lembut tekstur ikan maka semakin dalam
penetrasi jarum penetrometer meskipun dengan beban yang sama yang ditandai
dengan meningkatnya nilai tekstur (g/mm2). Ikan tongkol segar memiliki nilai
tekstur 0,0974 (g/mm2) sedangkan tekstur ikan bandeng pada fase postrigor
memiliki nilai 1,3000 (g/mm2) (Sagala, 2011). Air yang terkandung dalam bahan
banyak mempengaruhi nilai tekstur dari suatu bahan pangan (Fellows, 2000),
dimana semakin tinggi kadar air bahan maka semakin rendah pula nilai tekstur dari
bahan tersebut.
Grafik pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai tekstur
0,45
0,4080
Nilai tekstur penetrometer (g/mm²)
0,27
0,2156
0,21
0,15
0
58 60 63 65 68 70
Suhu pemasakan (°C)
Gambar 11. Hubungan suhu pemasakan metode sous vide dengan tekstur
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol
LSR Rataan Notasi
Jarak Waktu (menit)
0,05 0,01 (g/mm²) 0,05 0,01
- - - W1 = 40 0,2749 c C
2 0,0116 0,0158 W2 = 80 0,3200 b B
3 0,0121 0,0165 W3 = 120 0,3557 a A
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
tongkol tertinggi terdapat pada waktu pemasakan selama 120 menit yaitu sebesar
0,3557 g/mm² dan terendah pada waktu pemasakan selama 40 menit yaitu sebesar
pemasakan. Grafik pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai
tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol dapat dilihat pada Gambar 12.
0,38
0,3557
Nilai tekstur penetrometer (g/mm²)
ŷ = 0,001W + 0,236
0,35 r = 0,9975
0,3200
0,32
0,29 0,2749
0,26
0,23
0
20 40 60 80 100 120
Waktu pemasakan (menit)
Gambar 12. Hubungan waktu pemasakan metode sous vide dengan nilai tekstur
pepes ikan tongkol
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol
waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol yang dapat dilihat
Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan
metode sous vide terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan
tongkol
LSR Notasi
Jarak Metode Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - S1W1 0,1541 g F
2 0,0116 0,0159 S1W2 0,2287 f E
3 0,0122 0,0166 S1W3 0,2639 e D
4 0,0125 0,0170 S2W1 0,2772 d D
5 0,0128 0,0173 S2W2 0,3162 c C
6 0,0129 0,0176 S2W3 0,3875 b B
7 0,0131 0,0178 S3W1 0,3933 b B
8 0,0132 0,0179 S3W2 0,4151 a A
9 0,0133 0,0181 S3W3 0,4156 a A
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
tongkol tertinggi terdapat pada suhu pemasakan 70°C dan waktu pemasakan selama
120 menit yaitu sebesar 0,4156 g/mm² sedangkan yang terendah terdapat pada suhu
pemasakan 60°C dan waktu pemasakan selama 40 menit yaitu sebesar 0,1541
g/mm². Peningkatan tekstur pepes ikan tongkol menjadi semakin keras disebabkan
oleh koagulasi protein akibat terjadinya denaturasi protein ikan selama proses
pemanasan berlangsung. Hal ini sesuai dengan literatur DeMan (1997) yang
suhu terendah (60°C) dan waktu tersingkat (40 menit) hingga mencapai suhu
tertinggi (70°C) dan waktu terlama (120 menit). Denaturasi protein juga
menyebabkan susunan tiga dimensi molekul protein menjadi menjadi berubah dan
terjadi seiring dengan peningkatan suhu dan waktu pemasakan terjadi akibat dari
turunnya kadar air dari bahan dimana air atau cairan jaringan bahan keluar sehingga
menyebabkan susunan jaringan bahan menjadi lebih kompak dan padat sehingga
menghasilkan tekstur pepes ikan tongkol yang lebih padat dan keras (firm). Struktur
Grafik pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai tekstur (penetrometer) pepes ikan tongkol dapat dilihat pada
Gambar 13.
0,45
S1 = 60 °C
S2 = 65 °C
Tekstur penetrometer (g/mm²)
S3 = 70 °C
0,30
0,15
ŷ = 0,003W + 0,035 ; r = 0,9995
ŷ = 0,002W + 0,133 ; r = 0,998999
ŷ = 0,0019W + 0,2040 ; r = 0,94
0,00
0 40 80 120
Waktu pemasakan (menit)
Gambar 13. Hubungan suhu dan waktu pemasakan metode sous vide dengan
tekstur pepes ikan tongkol
Hedonik Warna
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik warna
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai
hedonik warna pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik warna
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai
hedonik warna pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai hedonik warna pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap nilai hedonik warna pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Hedonik Aroma
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik aroma
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai
hedonik aroma pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik aroma
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai
hedonik aroma pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai hedonik aroma pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap nilai hedonik aroma pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Hedonik Rasa
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik rasa pepes
ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai
hedonik rasa pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik rasa
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai
hedonik rasa pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai hedonik rasa pepes ikan tongkol
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap nilai hedonik rasa pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Hedonik Tekstur
Pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik tekstur
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol
LSR Suhu Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,01 (°C) 0,05 0,01
- - - S1 = 60 3,7037 c C
2 0,0554 0,0759 S2 = 65 3,7852 b B
3 0,0581 0,0792 S3 = 70 3,8741 a A
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
tertinggi terdapat pada suhu pemasakan 70°C yaitu sebesar 3,8741 dan terendah
pada suhu pemasakan 60°C yaitu sebesar 3,7037. Peningkatan kesukaan panelis
kekerasannya (firmness) dimana hal ini sejalan dengan literatur Rahael dkk. (2014),
persentase protein dimana kadar protein yang tinggi dapat membentuk struktur
ikatan-ikatan yang lebih padat. Oleh karena itu peningkatan tekstur sangat
berhubungan dengan penurunan kadar air yang meningkatkan kadar protein ikan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Hasan dan Edison (2007) yang menyatakan
penurunan kadar air akan meningkatkan kadar protein, sehingga akan berpengaruh
besar terhadap tekstur produk pepes ikan tongkol. Penurunan kadar air sendiri
yang digunakan.
Grafik pengaruh suhu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik
3,90
ŷ = 0,017S + 2,680
3,85 r = 0,9995 3,8741
3,7852
3,75
3,70 3,7037
3,65
0
58 60 63 65 68 70
Suhu pemasakan (°C)
Gambar 14. Hubungan suhu pemasakan metode sous vide dengan nilai hedonik
tekstur pepes ikan tongkol
Pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik tekstur
pepes ikan tongkol
metode sous vide memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol yang dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji LSR efek utama pengaruh waktu pemasakan metode sous vide
terhadap nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol
LSR Notasi
Jarak Waktu (menit) Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - W1 = 40 3,5333 c C
2 0,0554 0,0759 W2 = 80 3,8296 b B
3 0,0581 0,0792 W3 = 120 4,0000 a A
Keterangan : Notasi huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf
kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
tertinggi terdapat pada waktu pemasakan selama 120 menit yaitu sebesar 4,000 dan
kesukaan panelis terhadap pepes ikan tongkol seiring dengan meningkatnya waktu
tekstur pepes ikan tongkol yang lebih keras (firm). Menurut Soeparno (2009),
keempukan daging dipengaruhi oleh faktor postmortem yang salah satunya adalah
proses pemasakan. Grafik pengaruh waktu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol dapat dilihat pada Gambar 15.
4,00
4,0000
ŷ = 0,005W + 3,320
3,90 r = 0,9879
Nilai hedonik tekstur
3,80 3,8296
3,70
3,60
3,5333
3,50
3,40
0
20 40 60 80 100 120
Waktu pemasakan (menit)
Gambar 15. Hubungan waktu pemasakan metode sous vide dengan nilai hedonik
tekstur pepes ikan tongkol
Pengaruh interaksi suhu dan waktu pemasakan metode sous vide terhadap
nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol
Daftar sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa interaksi antara suhu
dan waktu pemasakan metode sous vide memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Kesimpulan
terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak, total mikroba, nilai tekstur,
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu, nilai hedonik warna, nilai
terhadap total mikroba, nilai tekstur, dan nilai hedonik tekstur. Waktu
terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, nilai hedonik
4. Dari hasil penelitian yang dilakukan, pembuatan pepes ikan tongkol dengan
pemasakan 70°C dan waktu pemasakan 120 menit ditinjau dari nilai protein
tertinggi, serta nilai hedonik tekstur yang paling disukai oleh panelis.
57
Saran
sesuai untuk produk pepes ikan tongkol yang dimasak dengan metode sous
vide.
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth, M. 2013. It All Started with 12.000 Francs. A Brief History of Sous
Vide. The Prochef Journal 20:11.
Amazingfoodmadeeasy, 2017. How long does it take a sous vide machine to heat
up. http://www.amazingfoodmadeeasy.com. diakses 12 Agustus 2017.
AOAC. 1995. Official Method and Analysis Of The Association Of The Official
analytical chemist. 11th Edition. Washington D.C.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. Ikan Beku. Bagian I : Spesisikasi SNI :
SNI 01-4110.1-2006. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
BC Center for Desease Control. 2016. Guidelines for restaurant sous vide cooking
safety in British Columbia. http://www.bccdc.ca. diakses 5 Agustus 2017.
Bowen, D. 2006. Chefs Wait for Rules on Sous Vide, as Experts Question Some
Uses. The New York Times, New York.
59
Church, I. J. dan A. L. Parsons, 2000. The Sensory Quality of Chicken and Potato
Products Prepared Using Cook-Chill and Sous Vide Methods. International
Journal of Food Science and Technology (35):155-162.
FDA. 2011. Fish and Fishery Products Hazards and Controls Guidance, 4th ed.
Tech. Rep., U.S. Department of Health and Human Services.
Francois, J. 2013. Sous Vide Cooking a Blog About Cooking with Low
Temperatures. www.sousvidecooking.org. diakses 2 September 2017.
Fran, S. dan J. Akbar. 2013. Pengaruh Perbedaan Tingkat Protein dan Rasio Protein
Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis). Fish
Scientiae. 3(5): 56-63.
Giovedi, K. 2016. Penetapan kadar kapsaisin dan uji aktivitas antioksidan fraksi
toluen-etil asetat buah cabai merah (Capsicum annum L.) dengan metode
2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil (DPPH). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hambali, E., A. Suryani, dan R. Mira. 2005. Membuat Aneka Bumbu Instan Pasta.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Hariana. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hasan, B. dan Edison. 2007. Karakteristik Kimia dan Sensoris Fillet Asap yang
dibuat dari Ikan Patin (Pangasius Hypophthalmus) dari Berbagai Ukuran.
Hirasa, K. dan M. Takemasa. 1998. Spice Science and Technology. Marcel Dekker,
USA.
Ibriani. 2012. Uji aktivitas antimikroba ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
secara KLT-Bioautografi. Skripsi. Fakutas Ilmu Kesehatan. Universitas
Negeri Islam Alauddin, Makassar.
Indian Ocean Tuna Commission. 2013. Identifikasi Jenis Tuna dan Sejenisnya di
Samudera Hindia. www.iotc.org. diakses pada 10 Oktober 2017.
Istriyani, Y.Y. 2011. Pengujian kualitas minyak kemiri dengan mengukur putaran
optik menggunakan polarimeter. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III
Jay, J. M. 2000. Modern Food Microbiology. 6th Edition. Aspen Publishers, Inc.,
Maryland.
Khomsan, A. 2006. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Grasindo,
Jakarta.
Liu, K. 2008. Food Use of Whole Soybeans. In Johnson LA, White PJ, Galloway
R (Eds). Soybeans Chemistry, Production, Processing, and Utilization.
AOCS Press, Urbana.
Masyitah, I. I. Arief, dan T. Suryati. 2016. Kandungan Gizi dan Organoleptik Sie
Reuboh dengan Penambahan Cuka Aren dan Daun Jeruk Purut (Citrus
Histrix) pada Konsentrasi yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan.
Nawangsih, A. A., H. P. Imdad, dan A. Wahyudi. 2001. Cabai Hot Beauty. Penebar
Swadaya, Jakarta.
NPCS Board of Consultans & Engineers. 2015. The Complete Book on Onion &
Garlic Cultivation with Processing (Production of Onion Paste, Flakes,
Powder & Garlic Paste, Powder, Flakes, Oil). Asia Pacific Business Press,
India.
Nurhasanah, S., D. Kusrini, dan E. Fachriah. 2017. Isolasi, identifikasi dan uji
antioksidan asam fenolat dari rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata
K. Schum.) Makalah Paralel. ISBN: 978-602-73159-8.
Pranata, M. dan Narit. 2008. 505 Masakan Nusantara Favorit. Transmedia Pustaka,
Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta,
Bogor.
Sagala, A. S. 2011. Analisis Kemunduran Mutu Daging dan Mata Ikan Bandeng
(Chanos chanos) Melalui Pengamatan Histologis. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sanger, G. 2010. Oksidasi lemak ikan tongkol (Auxis thazard) asap yang direndam
dalam larutan ekstrak daun sirih. Jurnal Jurusan Pengolahan Hasil
Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2(5): 870-873.
Sitorus, A. 2001. Aplikasi Enzim Bromelin dari Larutan Ekstrak Nanas pada Proses
Pengempukan Daging Kambing Betina Tua. Skripsi. IPB-Press, Bogor.
SNI. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. SNI 7388:2009.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Soraya, C., Sunnati, dan V. Maulina. 2016. Efek antibakteri ekstrak batang serai
(Cymbogoncitratus) terhadapa pertumbuhan enterococcus faecalis. Jurnal
Cakradonya Dent. 8(2): 69-78.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Wong, M., 2000. Buku Resep Masakan Masakan Sederhana Indonesia & Malaysia.
Intimedia & Ladang Pustaka, Jakarta.
Yuarni, D., Kadirman, dan Jamaluddin. 2015. Laju perubahan kadar air, kadar
protein, dan uji organoleptik ikan lele asin menggunakan alat pengering
kabinet (Cabinet dryer) dengan suhu terkontrol. 1(1): 12-21.
Lampiran 1. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap kadar air pepes ikan tongkol
Tabel data pengamatan kadar air (%) pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 72,60 71,47 73,92 217,98 72,661
S1W2 72,03 70,48 73,86 216,38 72,125
S1W3 71,59 70,81 72,38 214,78 71,594
S2W1 71,17 72,47 69,70 213,34 71,114
S2W2 70,83 69,83 70,17 210,83 70,276
S2W3 70,59 69,47 68,09 208,15 69,383
S3W1 70,43 68,86 69,75 209,04 69,679
S3W2 70,29 68,69 69,36 208,34 69,447
S3W3 69,57 69,04 68,37 206,98 68,992
Total 1905,82
Rataan 70,586
Tabel daftar sidik ragam kadar air pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 42,5196 5,3150 4,62 ** 2,51 3,71
W 2 6,0838 3,0419 2,64 tn 3,55 6,01
W lin 1 6,0713 6,0713 5,28 * 4,41 8,29
W kuad 1 0,0125 0,0125 0,01 tn 4,41 8,29
S 2 35,5866 17,7933 15,46 ** 3,55 6,01
S lin 1 34,1341 34,1341 29,66 ** 4,41 8,29
S kuad 1 1,4525 1,4525 1,26 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,8492 0,2123 0,18 tn 2,93 4,58
Galat 18 20,7146 1,1508
Total 26 63,2342
Keterangan :
FK = 134524
KK = 1,5198%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 2. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap kadar abu pepes ikan tongkol
Data pengamatan kadar abu (%) pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 1,43 1,47 1,43 4,33 1,443
S1W2 1,46 1,43 1,44 4,32 1,441
S1W3 1,47 1,43 1,46 4,36 1,455
S2W1 1,45 1,48 1,43 4,36 1,452
S2W2 1,46 1,47 1,43 4,36 1,453
S2W3 1,46 1,45 1,48 4,40 1,467
S3W1 1,48 1,46 1,47 4,40 1,468
S3W2 1,51 1,46 1,48 4,46 1,487
S3W3 1,48 1,50 1,49 4,47 1,490
Total 39,46
Rataan 1,462
Tabel daftar sidik ragam kadar abu pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 0,0074 0,0009 2,51 tn 2,51 3,71
W 2 0,0012 0,0006 1,65 tn 3,55 6,01
W lin 1 0,0012 0,0012 3,23 tn 4,41 8,29
-5 -5
W kuad 1 2,8x10 2,8x10 0,08 tn 4,41 8,29
S 2 0,0058 0,0029 7,84 ** 3,55 6,01
S lin 1 0,0055 0,0055 14,91 ** 4,41 8,29
S kuad 1 0,00028 0,00028 0,77 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,0004 0,0001 0,27 tn 2,93 4,58
Galat 18 0,0066 0,0004
Total 26 0,0140
Keterangan :
FK = 57,68360429
KK = 1,3113%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 3. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap kadar protein pepes ikan
tongkol
Data pengamatan protein (%) pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 24,05 23,50 22,84 70,40 23,466
S1W2 23,44 23,53 23,47 70,43 23,478
S1W3 22,77 23,35 24,92 71,03 23,678
S2W1 25,78 24,36 25,09 75,24 25,080
S2W2 24,70 24,74 26,41 75,85 25,284
S2W3 25,35 23,67 27,53 76,55 25,517
S3W1 25,59 27,35 28,24 81,18 27,060
S3W2 27,03 27,97 26,52 81,52 27,172
S3W3 28,45 26,62 28,41 83,48 27,826
Total 685,68
Rataan 25,396
Tabel daftar sidik ragam protein pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,5 F 0,1
Perlakuan 8 66,9236 8,3654 7,33 ** 2,51 3,71
W 2 1,0961 0,5481 0,48 tn 3,55 6,01
W lin 1 1,0006 1,0006 0,88 tn 4,41 8,29
W kuad 1 0,0955 0,0955 0,08 tn 4,41 8,29
S 2 65,5262 32,7631 28,70 ** 3,55 6,01
S lin 1 65,3852 65,3852 57,28 ** 4,41 8,29
S kuad 1 0,1410 0,1410 0,12 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,3012 0,0753 0,07 tn 2,93 4,58
Galat 18 20,5468 1,1415
Total 26 87,4704
Keterangan :
FK = 17413,22905
KK = 4,2071%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 4. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap kadar lemak pepes ikan tongkol
Data pengamatan kadar lemak (%) pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 7,16 6,60 6,68 20,44 6,813
S1W2 6,83 6,88 7,07 20,78 6,927
S1W3 7,13 6,52 7,42 21,07 7,022
S2W1 5,34 5,34 5,37 16,06 5,353
S2W2 5,39 6,38 5,64 17,41 5,804
S2W3 5,67 6,36 5,48 17,50 5,834
S3W1 4,80 4,19 4,23 13,22 4,407
S3W2 4,19 4,45 4,88 13,52 4,505
S3W3 4,43 4,87 4,76 14,06 4,686
Total 154,06
Rataan 5,706
Tabel daftar sidik ragam kadar lemak pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 26,3058 3,2882 27,12 ** 2,51 3,71
W 2 0,4908 0,2454 2,02 tn 3,55 6,01
W lin 1 0,4696 0,4696 3,87 tn 4,41 8,29
W kuad 1 0,0212 0,0212 0,17 tn 4,41 8,29
S 2 25,6841 12,8420 105,91 ** 3,55 6,01
S lin 1 25,6604 25,6604 211,63 ** 4,41 8,29
S kuad 1 0,0237 0,0237 0,20 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,1310 0,0328 0,27 tn 2,93 4,58
Galat 18 2,1826 0,1213
Total 26
Keterangan :
FK = 879,0212
KK = 6,1028%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 5. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap total mikroba pepes ikan
tongkol
Data pengamatan total mikroba (Log CFU/g) pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 4,90 4,78 4,78 14,46 4,820
S1W2 4,70 4,78 4,85 14,32 4,774
S1W3 4,70 4,78 4,78 14,26 4,752
S2W1 4,70 4,78 4,85 14,32 4,774
S2W2 4,78 4,60 4,78 14,16 4,719
S2W3 4,60 4,48 4,60 13,68 4,560
S3W1 4,60 4,60 4,85 14,05 4,683
S3W2 4,70 4,60 4,70 14,00 4,667
S3W3 4,48 4,60 4,48 13,56 4,519
Total 126,80
Rataan 4,696
Tabel daftar sidik ragam total mikroba pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 0,2460 0,0307 4,50 ** 2,51 3,71
W 2 0,1070 0,0535 7,82 ** 3,55 6,01
W lin 1 0,0995 0,0995 14,54 ** 4,41 8,29
W kuad 1 0,0075 0,0075 1,10 tn 4,41 8,29
S 2 0,1157 0,0579 8,46 ** 3,55 6,01
S lin 1 0,1138 0,1138 16,64 ** 4,41 8,29
S kuad 1 0,0019 0,0019 0,28 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,0233 0,0058 0,85 tn 2,93 4,58
Galat 18 0,1231 0,0068
Total 26 0,3691
Keterangan :
FK = 595,53
KK = 1,7610%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 6. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap nilai tekstur (penetrometer)
pepes ikan tongkol
Data pengamatan tekstur (g/mm²) pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 0,15 0,15 0,16 0,46 0,154
S1W2 0,23 0,23 0,23 0,69 0,229
S1W3 0,25 0,27 0,27 0,79 0,264
S2W1 0,28 0,27 0,29 0,83 0,277
S2W2 0,30 0,32 0,32 0,95 0,316
S2W3 0,37 0,40 0,39 1,16 0,387
S3W1 0,38 0,41 0,38 1,18 0,393
S3W2 0,42 0,41 0,41 1,25 0,415
S3W3 0,40 0,44 0,41 1,25 0,416
Total 8,55
Rataan 0,317
Tabel daftar sidik ragam tekstur pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 0,2066 0,0258 189,62 ** 2,51 3,71
W 2 0,0295 0,0148 108,39 ** 3,55 6,01
W lin 1 0,0294 0,0294 215,79 ** 4,41 8,29
W kuad 1 0,0001 0,0001 0,98 tn 4,41 8,29
S 2 0,1680 0,0840 616,75 ** 3,55 6,01
S lin 1 0,1667 0,1667 1223,40 ** 4,41 8,29
S kuad 1 0,0014 0,0014 10,10 ** 4,41 8,29
WxS 4 0,0091 0,0023 16,66 ** 2,93 4,58
Galat 18 0,0025 0,0001
Total 26 0,2091
Keterangan :
FK = 2,710607488
KK = 3,6836%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 7. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik warna pepes ikan
tongkol
Data pengamatan hedonik warna pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 3,47 3,87 4,33 11,67 3,889
S1W2 3,80 3,47 3,93 11,20 3,733
S1W3 3,80 3,87 4,00 11,67 3,889
S2W1 3,73 3,47 4,13 11,33 3,778
S2W2 3,73 3,93 4,20 11,87 3,956
S2W3 3,67 4,00 3,93 11,60 3,867
S3W1 3,87 3,60 3,80 11,27 3,756
S3W2 3,47 3,87 3,87 11,20 3,733
S3W3 3,87 3,80 4,27 11,93 3,978
Total 103,73
Rataan 3,842
Tabel daftar sidik ragam hedonik warna pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 0,2147 0,0268 0,41 tn 2,51 3,71
W 2 0,0645 0,0323 0,49 tn 3,55 6,01
W lin 1 0,0484 0,0484 0,74 tn 4,41 8,29
W kuad 1 0,0161 0,0161 0,25 tn 4,41 8,29
S 2 0,0092 0,0046 0,07 tn 3,55 6,01
S lin 1 0,0010 0,0010 0,02 tn 4,41 8,29
S kuad 1 0,0082 0,0082 0,13 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,1409 0,0352 0,54 tn 2,93 4,58
Galat 18 1,1822 0,0657
Total 26 1,3969
Keterangan :
FK = 398,5409
KK = 6,6705%
tn = tidak nyata
Lampiran 8. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik aroma pepes ikan
tongkol
Data pengamatan hedonik aroma pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 3,80 3,67 4,27 11,73 3,911
S1W2 3,93 3,60 4,20 11,73 3,911
S1W3 3,60 3,80 3,73 11,13 3,711
S2W1 3,73 3,87 4,13 11,73 3,911
S2W2 3,87 4,07 4,00 11,93 3,978
S2W3 3,73 4,00 3,93 11,67 3,889
S3W1 4,00 3,67 4,13 11,80 3,933
S3W2 3,87 4,07 4,13 12,07 4,022
S3W3 4,07 3,93 3,93 11,93 3,978
Total 105,73
Rataan 3,916
Tabel daftar sidik ragam hedonik aroma pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 0,1860 0,0233 0,59 tn 2,51 3,71
W 2 0,0556 0,0278 0,71 tn 3,55 6,01
W lin 1 0,0158 0,0158 0,40 tn 4,41 8,29
W kuad 1 0,0398 0,0398 1,01 tn 4,41 8,29
S 2 0,0813 0,0407 1,03 tn 3,55 6,01
S lin 1 0,0800 0,0800 2,03 tn 4,41 8,29
S kuad 1 0,0013 0,0013 0,03 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,0491 0,0123 0,31 tn 2,93 4,58
Galat 18 0,7081 0,0393
Total 26 0,8942
Keterangan :
FK = 414,0570
KK = 5,0650%
tn = tidak nyata
Lampiran 9. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik rasa pepes ikan
tongkol
Data pengamatan hedonik rasa pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 3,13 3,27 3,93 10,33 3,444
S1W2 3,67 3,60 4,13 11,40 3,800
S1W3 3,60 3,60 3,67 10,87 3,622
S2W1 3,60 3,60 4,07 11,27 3,756
S2W2 3,87 4,00 3,80 11,67 3,889
S2W3 3,73 4,20 3,80 11,73 3,911
S3W1 4,07 3,67 3,73 11,47 3,822
S3W2 3,73 4,07 3,73 11,53 3,844
S3W3 3,67 4,00 3,87 11,53 3,844
Total 101,80
Rataan 3,770
Tabel daftar sidik ragam hedonik rasa pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 0,5304 0,0663 1,13 tn 2,51 3,71
W 2 0,1373 0,0686 1,17 tn 3,55 6,01
W lin 1 0,0632 0,0632 1,08 tn 4,41 8,29
W kuad 1 0,0741 0,0741 1,26 tn 4,41 8,29
S 2 0,2973 0,1486 2,54 tn 3,55 6,01
S lin 1 0,2077 0,2077 3,54 tn 4,41 8,29
S kuad 1 0,0896 0,0896 1,53 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,0958 0,0240 0,41 tn 2,93 4,58
Galat 18 1,0548 0,0586
Total 26 1,5852
Keterangan :
FK = 383,3287
KK = 6,4205%
tn = tidak nyata
Lampiran 10. Data pengamatan dan daftar sidik ragam pengaruh suhu dan waktu
pemasakan metode sous vide terhadap nilai hedonik tekstur pepes
ikan tongkol
Data pengamatan nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol metode sous vide
Kombinasi Ulangan
Total Rataan
perlakuan 1 2 3
S1W1 3,27 3,40 3,53 10,20 3,400
S1W2 3,73 3,80 3,80 11,33 3,778
S1W3 3,93 3,93 3,93 11,80 3,933
S2W1 3,53 3,53 3,60 10,67 3,556
S2W2 3,80 3,80 3,87 11,47 3,822
S2W3 3,93 4,00 4,00 11,93 3,978
S3W1 3,60 3,67 3,67 10,93 3,644
S3W2 3,87 3,87 3,93 11,67 3,889
S3W3 4,07 4,07 4,13 12,27 4,089
Total 102,27
Rataan 3,788
Tabel daftar sidik ragam nilai hedonik tekstur pepes ikan tongkol metode sous vide
SK db JK KT F.Hitung F 0,05 F 0,01
Perlakuan 8 1,1529 0,1441 46,08 ** 2,51 3,71
W 2 1,0038 0,5019 160,47 ** 3,55 6,01
W lin 1 0,9800 0,9800 313,34 ** 4,41 8,29
W kuad 1 0,0238 0,0238 7,61 * 4,41 8,29
S 2 0,1307 0,0653 20,89 ** 3,55 6,01
S lin 1 0,1306 0,1306 41,76 ** 4,41 8,29
S kuad 1 0,0001 0,0001 0,03 tn 4,41 8,29
WxS 4 0,0184 0,0046 1,47 tn 2,93 4,58
Galat 18 0,0563 0,0031
Total 26 1,2092
Keterangan
FK = 387,3508
KK = 1,4765%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 11. Gambar berbagai produk pepes ikan tongkol yang dimasak dengan
metode sous vide