Professional Documents
Culture Documents
Bab IX - HP Proses (2) - Hilang, Rusak
Bab IX - HP Proses (2) - Hilang, Rusak
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 25
c. Produk hilang akhir proses diperhitungkan harga pokok, harga pokok produk
hilang tersebut dibebankan kepada produk selesai yang dipindahkan ke
departemen berikutnya atau ke gudang produk selesai.
d. Dengan pembebanan harga pokok produk hilang akhir proses kepada harga
pokok produk selesai, mengakibatkan jumlah total harga pokok produk selesai
menjadi lebih besar, oleh karena pemikul harga pokok jumlahnya tidak
bertambah yaitu sebesar produk selesai maka harga pokok satuan yang
dipindahkan ke gudang produk selesai atau ke departemen berikutnya ikut
bertambah.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 26
CV Nawangwulan
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan : Januari 200a
Biaya Dibebankan :
Elemen Biaya Jumlah Produksi ekuivalcn*) Hg.Pokok /liter
Bahan Rp 23.920,00 11.000+1.200(80%) = 11.960 Rp 2,00
Tenaga Kerja 22.960,00 11.000+1.200(40%) = 11.480 Rp 2,00
Overhead Pabrik 11.480,00 11.000+1.200(40%) = 11.480 Rp 1,00
Rp 58.360,00 Rp 5,00
Jumlah
*; Keterangan :
Produksi ekuivalen = Produk Selesai + Produk Dalam Proses akhir (Tingkat Penyelesaian)
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 27
CV Nawangwulan
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200a
Kererangan :
Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk dalarn proses akhir (Tingkat Penyelesaian)
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 28
CV Nawangwulan
Jurnal Transaksi
Bulan : Januari 200a
Jumlah
No . Nama Rekening dan Keterangan
D K
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 29
CV Nawangwulan
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Januari 200a
11.000
Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen (1) per liter
Tambahan di Depart. II
TenagaKerja Rp 9.800,00 9.500+1.000+500(60%) = 10.800 Rp 0,907
Overhead Pabrik 14.700,00 9.500+1.000+500(60%) = 10.800 1,361
Jumlah harga pokok produk selesai 9.500 liter @ Rp 8,042 = Rp 76.399,00 (2)
Harga pokok produk dalam proses 500 liter :
Harga Pokok Departemen I = 500 x Rp 5,008 = Rp 2.504,00
BiayaTenagaKerja = 500x60%xRp 0,907= 272,00
Biaya Overhead Pabrik = 500x60%xRp 1,361= 408,00
3.184,00
(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk hilang akhir proses + produk dalam
proses akhir (Tingkat penyelesaian).
(2) Jumlah seharusnya Rp 76.398,00 ditambah selisih pembulatan Rp 1,00 menjadi
Rp 76.399,00.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 30
CV Nawangwulan
Jurnal Transaksi
Bulan : Januari 200a
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan
D K
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 31
Selisih
Elemen Biaya Didebit Dikredit Pembulatan
Bahan Rp 23.920,00 Rp 22.046 + 1.873 = Rp 23.919 Rp 1,00
Tenaga Kerja 22.960,00 Rp 22.024 + 936 = Up 22.960 _
Overhead Pabrik 11.480,00 Rp 11.016 + 468 = Rp 11.486 (6)
Selisih
Elemcn Biaya Didebet Djkredit Pembulalan
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 32
teknik dapat diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi
dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Produk rusak mempunyai
ujud phisik akan tetapi kondisinya rusak.
Produk rusak bersifat normal atau bersifat tidak normal karena kesalahan (misalnya
karena kurangnya pengawasan) jadi untuk menilai efisiensi kegiatan produksi, untuk
itu pada awal periode ditentukan persentase kerusakan normal dengan rumus:
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 33
2) Produk rusak yang laku dijual.
a. Produk rusak bersifat normal, maka penghasilan penjualan produk rusak
dapat diperlakukan sebagai :
(1) Pengurang harga pokok produk selesai.
Perlakuan ini sesuai dengan pembebanan harga pokok produk rusak sebagai
penambah harga pokok produk selesai, maka penghasilan penjualan produk
rusak untuk mengurangi harga pokok produk selesai.
(2) Pengurang semua elemen biaya produksi di departemen di mana
produk rusak.
Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya
produksi pada departemen di mana produk rusak, salah satu metode dapat
digunakan alokasi berdasar perbandingan setiap elemen biaya.
(3) Pengurang biaya overhead pabrik di departemen di mana produk rusak.
Perlakuan ini mudah dipakai akan tetapi metode ini dapat berakibat biaya
overhead pabrik menjadi negatif (minus) apabila harga jual produk rusak
relatif tinggi.
(4) Penghasilan Lain-lain.
Perlakuan ini paling mudah dipakai dan laporan harga pokok produksi
sama dengan apabila produk hilang pada akhir proses, akan tetapi
perlakuan ini tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok produk rusak yang
menambah harga pokok produk selesai. Jurnal yang dibuat dengan adanya
penjualan produk rusak sebagai berikut :
Kas/Pihutang Dagang xx
Penghasilan Lain-lain xx
b. Produk rusak yang laku dijual dan penyebab terjadinya produk rusak karena
kesalahan, penghasilan penjualan produk rusak diperlakukan sebagai
pengurang rugi produk rusak. Perlakuan ini sesuai dengan perlakuan harga
pokok produk rusak yang diperlakukan sebagai rugi produk rusak.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 34
Produk rusak Harga pokok
bersifat normal produk selesai +
Produk rusak
tidak laku dijual
Produk rusak bersifat rugi
tidak normal produk rusak –
Perlakuan
harga pokok
HP produk selesai–
produk rusak
Produk rusak Biaya produksi –
bersifat normal Biaya overhead –
Produk rusak Penghasilan lain
laku dijual, +
penjualannya
diperlakukan Produk rusak bersifat
tidak normal rugi
produk rusak –
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 35
Elemen Biaya Departemen I Departemen II Jumlah
Dari data tersebut diminta membuat laporan harga pokok dan jurnal yang diperlukan
apabila :
1. Produk rusak bersifat normal dalam pengolahan produk.
2. Produk rusak disebabkan kesalahan atau kurangnya pengawasan (bersifat tidak
normal)
Penyelesaian :
1) Produk rusak bersifat normal dalam pengolahan produk.
a. Laporan harga pokok produk untuk Departemen I, dan Departemen II
dapat dilihat berikut.
b. Jurnal transaksi apabila produk rusak bersifat normal sebagai
berikut :
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 36
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produk
Departemen I
Bulan : Januari 200b
Laporan Produksi Jumlah (kg)
Produk masuk proses 15.000
Produk selesai dan dipindah ke Departemen II 10.000
Produk dalam proses akhir, 100%bahan, 80%konversi 2.500
Produk rusak bersifat normal 2.500
15.000
Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivaien (I) per kg
Bahan Rp 60.000,00 10.000 + 2.500 + 2.500(100%) = 15.000 Rp 4,00
Tenaga Kerja 14.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500( 80%) = 14.500 1,00
Overhead Pabrik 43.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500( 80%) = 14.500 3,00
(1) Produksi ekuivaien = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses
akhir (Tingkat Penyelesaian)
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 37
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 38
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b
10.000
Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elernen Biaya •furnish Prodnksi Ekuivalen (I) per kg
(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses akhir
(Tingkat penyelesaian).
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 39
PT Pratama
Jurnal Transaksi
Bulan : Januari 200b
No Jumlah
Nama Rekening dan Keterangan
D K
1 Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Rp 60.000,00
3arang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 14.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen I 43.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 19.400,00
Barang Daiam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen II 29.100,00
Persediaan Bahan Rp 60.000,00
Biaya Gaji dan Upah 33.900,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen I 43.500,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen II 29.100,00
Mencatat pembcbanan biaya pada setiap departemen.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 40
2) Produk rusak disebabkan kesalahan atau kurangnya pengawasan dalam
pengolahan produk.
a. Laporan harga pokok produksi Departemen I, dan Departemen II.
b. Jurnal transaksi apabila produk rusak karena kesalahan.
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan : Januari 200b
Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivaien (1) per kg
Bahan Rp 60.000,00 10.000 + 2.500 + 2.500 (100%) = 15.000 Rp 4,00
TenagaKerja 14.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500 (80%) = 14.500 1,00
Overhead Pabrik 43.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500 (80%) = 14.500 3,00
(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses
akhir (Tingkat penyelesaian).
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 41
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b
(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses
akhir (Tingkat penyelesaian).
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 42
PT.Pratama
Jurnal Transaksi
Bulan: Januari 200b
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan Debet Kredit
1.
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Barang Rp 60.000.00
Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I Barang 14.500,00
Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen 1 Barang 43.500,00
Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen H Barang 19.400,00
Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen II 29.100,00
Persediaan Bahan Rp 60.000,00
Biaya Gaji dan Upah 33.900,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen I 43.500,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen II 29.100,00
Mencatat pembebanan biaya produksi kepada setiap
departemen.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 43
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan Debet Kredit
Persediaan Produk Dalam Proses Rp 18.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen 1 Rp 10.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Depart.1 2.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Depart.I 6.000,00
lb. Apabila penjualan produk rusak mengurangi semua elemen biaya produksi di
Departemen II, alokasi dari penjualan produk rusak dapat didasarkan atas
perbandingan setiap elemen biaya, dengan perhitungan s ebagai berikut :
Sebelum diku- Aiokasi Setelah dikura-
Elemen Biava rangi Penjualan Penjualan ngi penjualan
produk rusak produk rusak produk rusak
Jurnal untuk alokasi penjualan produk rusak sebagai pengurang elemen biaya
produksi, sebagai berikut :
Kas (Pihutang Dagang) Rp 14.850,00
Barang Dalam Proses-Harga Pokok Dept.I–Dept.II Rp10.000,00
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja -Dept.II 1.940,00
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik -Dept.II 2.910,00
Laporan harga pokok produksi pada Departemen II apabila hasil penjualan produk
rusak mengurangi semua elemen biaya produksi.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 45
PTPratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 46
Sedangkan jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai dan harga pokok
produk dalam proses akhir periode sebagai berikut :
Persediaan Produk Selesai Rp 128.250,00
Barang Dalam Proses - Harga Pokok Dept. I – Dept.II Rp 85.500,00
Barang Dalam Proses -Biaya Tenaga Kerja - Dept.II 17.100,00
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik-Dept.II 25.650,00
Mencatat harga pokok produk selesai, perincian :
Elemcn Biaya: Jumlahnn
Harga Pokok Dept. I = 9.500 x Rp 9 = Rp 85.500,00
Tenaga Kerja = 9.500 xRp 1,8 = 17.100,00
Overhead Pabrik = 9.500xRp 2,7 = 25.650,00
Ic. Apabila hasil penjualan produk rusak sebagai pengurang biaya overhead pabrik
pada Departemen II, jurnal untuk mencatat penjuaian produk rusak sebagai
berikut:
Kas (Pihutang Dagang) Rp 14.850,00
Barang Dalam Proses - Bi.Overhead Pabrik - Dept. II Rp 14.850.00
Dengan adanya jurnal tersebut, dalam laporan harga pokok produksi jumlah
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada Departemen II = Rp 29.100,00 —
Rp 14.850,00 = Rp 14.250,00. Telah dijelaskan di muka bahwa kelemahannya
menjadi minus, apabila harga jual produk rusak cukup tinggi,
Laporan harga pokok produksi pada departemen II apabila hasil penjualan
produk rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya overead pabrik berikut:
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 47
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 48
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai dan harga pokok produk dalam
proses sebagai berikut :
Persediaan Produk Selesai Rp 127.956,00
Barang Dalarn Proses - Harga Pokok Dept.I - Dept. II Rp 95.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Dept. II 19.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik -Dept. II 13,956.00
2. Soal
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 49