Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

BAB X

HARGA POKOK PROSES (2)


(PRODUK HILANG, DAN PRODUK RUSAK)

1. Produk yang Hilang dalam Pengolahan


Dalam pengolahan produk dapat timbul produk hilang yaitu sebagian produk
yang menguap, mengkristal atau menyusut di dalam pengolahan produk yang dapat
disebabkan karena sifat bahan misalnya mengandung gas yang mudah menguap atau
karena sifat pengolahan produk. Produk hilang tidak memiliki wujud phisik dan
jumlahnya dapat dihitung dari selisih antara jumlah produk yang diolah dengan
jumlah produk yang dihasilkan.
Di dalam praktek umumnya sangat sulit untuk menentukan tingkatan produk hilang,
oleh karena itu untuk tujuan penentuan harga pokok produk terdapat dua metode
perlakuan produk hilang di dalam proses yaitu :
1) Produk hilang dianggap terjadi awal proses.
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada awal proses karakteristik pengaruhnya
terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut :
a. Produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya produksi pada
departemen atau tahap di mana produk hilang.
b. Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses tidak
dimasukkan di dalam produksi ekuivalen.
c. Produk hilang awal proses tidak dibebani harga pokok.
d. Produk hilang awal proses yang terjadi pada departemen lanjutan,
mengakibatkan harus dilakukan penyesuaian harga pojcok satuan yang diterima
dari departemen sebelumnya, oleh karena pemikul biaya jumlahnya
berkurang dan jumlah total biaya sama maka harga pokok satuan dari
departemen sebelumnya menjadi lebih besar (naik).
2) Produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses.
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, karakteristik
pengaruhnya terhadap perhitungan harga pokok produk adalah sebagai berikut :
a. Produk hilang pada akhir proses dianggap telah menikmati biaya produksi pada
departemen di mana produk hilang.
b. Produk hilang akhir proses dimasukkan ke dalam perhitungan produksi
ekuivalen, karena produk hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 25
c. Produk hilang akhir proses diperhitungkan harga pokok, harga pokok produk
hilang tersebut dibebankan kepada produk selesai yang dipindahkan ke
departemen berikutnya atau ke gudang produk selesai.
d. Dengan pembebanan harga pokok produk hilang akhir proses kepada harga
pokok produk selesai, mengakibatkan jumlah total harga pokok produk selesai
menjadi lebih besar, oleh karena pemikul harga pokok jumlahnya tidak
bertambah yaitu sebesar produk selesai maka harga pokok satuan yang
dipindahkan ke gudang produk selesai atau ke departemen berikutnya ikut
bertambah.

Contoh 1: Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk hilang


di dalam pengolahan.
CV Nawangwulan mengolah produk melalui dua departemen, yaitu Departemen I
dan Departemen II. Produk selesai dari Departemen I langsung dipindahkan ke
Departemen II untuk diolah menjadi produk selesai. Karena sifat bahan yang
diproses sebagian produk hilang menguap dalam Pengolahan.
Data produksi dan biaya untuk bulan Januari 200a adalah sebagai ber-ikut :
(1) Produk masuk proses ke dalam Departemen I 12.500 liter, dari jumlah tersebut
11.000 liter telah selesai dan dipindahkan ke Departemen II, produk dalam proses
akhir 1.200 liter penyelesaian 80% biaya bahan dan 40% biaya konversi, 300 liter
hilang dalam proses.
Pada Departemen II sejumlah 11.000 liter produk yang diproses 9.500 liter telah
selesai, 500 liter masih dalam proses penyelesaian 60% biaya konversi, 1.000 liter
hilang dalam proses.
(2) Biaya produksi yang terjadi sebagai berikut :
Elemen Biaya Departemen I Departemen II Jumlah
Bah an Rp 23.920,00 -- Rp 23.920,00
Tenaga Kerja 22.960,00 Rp 9.800,00 32.760,00
Overhead Pabrik 11.480,00 14.700,00 26.180,00
Jumlah Rp 58.360,00 Rp 24.500,00 Rp 82.860,00
Dari data tersebut diminta menyusun laporan harga pokok produksi dan membuat
jurnal, apabila dianggap :
1) Produk hilang terjadinya awal proses.
2) Produk hilang terjadinya akhir proses.
Penyelesaian :
1) Produk hilang terjadinya awal proses.
a. Laporan harga pokok produksi Departemen I, Departemen II .
b. Jurnal apabila produk hilang dianggap terjadi awal proses.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 26
CV Nawangwulan
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan : Januari 200a

Laporan Produksi Jumlah (liter)

Produk masuk proses 12.500


Produk selesai dipindah ke Departemen II 11.000
Produk dalam proses, penyelesaian 80% bahan,
40% konversi 1.200
Produk hilang awal proses 300
12.500

Biaya Dibebankan :
Elemen Biaya Jumlah Produksi ekuivalcn*) Hg.Pokok /liter
Bahan Rp 23.920,00 11.000+1.200(80%) = 11.960 Rp 2,00
Tenaga Kerja 22.960,00 11.000+1.200(40%) = 11.480 Rp 2,00
Overhead Pabrik 11.480,00 11.000+1.200(40%) = 11.480 Rp 1,00
Rp 58.360,00 Rp 5,00
Jumlah

Perhitungan Harga Pokok


Harga pokok produk selesai = 11.000 x Rp 5,00 = Rp 55.000,00
Harga pokok produk dalam proses = 1.200 liter
Biaya Bahan = 1.200 x 80% x Rp 2,00 = Rp 1.920,00
Biaya Tenaga Kerja = 1.200 x 40% x Rp 2,00= 960,00
Biaya Overhead Pabrik = 1.200 x 40% x Rp 1,00= 480,00
Rp 3.360,00
Jumiah biaya diperhitungkan = Rp 58. Rp58.360,00

*; Keterangan :
Produksi ekuivalen = Produk Selesai + Produk Dalam Proses akhir (Tingkat Penyelesaian)

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 27
CV Nawangwulan
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200a

Laporan Produksi Jumlah (liter)


Produk diterima dari Departemen I 11.000
Produk selesai 9.500
Produk dalam proses penyelesaian 60% konversi 500
Produk hilang awal proses 1.000
11.000

Biaya Dibebankan : HargaPokok


Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen Per liter

HP. dari Departemen I Rp 55.000,00 11.000 Rp 5,00


Penyesuaian — (1.000) Rp 0,50
Harga Pokok Disesuaikan Rp 55.000,00 10.000 Rp 5,50
Tambahan di depart.II:
Tenaga Kerja Rp 9.800,00 9.500 + 500(60%) = 9.800 Rp 1,00
Overhead Pabrik 14.700,00 9.500 + 500(60%) = 9.800 Rp 1,50
Jumlah Tambahan Rp 24.500,00 Rp 2,50
Jumlah Dibebankan Rp 79.500,00 Rp 8,00
Perhitungan Harga Pokok
HP. produk selesai = 9.500 x Rp 8,00 = Rp 76.000,00
Harga pokok produk dalam proses 500 liter :
Harga pokok dari Departemen I = 500 x Rp5,5 = Rp 2.750,00
Biaya Tenaga Kerja = 500 x 60% xRp 1,00 = 300,00
Biaya Overhead Pabrik = 500 x 60% x Rpl,50 = 450,00
3.500,00
Jumlah biaya diperhitungkan = Rp 79.500,00

Kererangan :
Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk dalarn proses akhir (Tingkat Penyelesaian)

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 28
CV Nawangwulan
Jurnal Transaksi
Bulan : Januari 200a
Jumlah
No . Nama Rekening dan Keterangan
D K

1. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen 1 Rp 23.920,00


Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 22.960,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depanemen I 11.480,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen 11 9.800,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depart.II 14.700,00
Persediaan Bahan Rp 23.920,00
Biaya Gaji dan Upah 32.760,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen I 11.480,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen II 14.700,00
(Mencatat Pembebanan biaya ke dalam setiap departemen)

2. Barang Dalam Proses – Harga Pokok Depart.I – Depart.II 55.000,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I 22.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Depart.I 22.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depart. I 11.000,00
Mencatat harga pokok Produk Selesai yang dipindahkan ke
Departemen II = 11.000 liter @ Rp 5,00.
Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen 1) 3.360,00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Deparlemen 1 Barang 1.920,00
Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 960,00
barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen I 480,00
(Mencatat harga pokok produk dalam proses Departemen I)
76.000,00
3. Persediaan Produk Selesai
52.250,00
Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I – Depart.II
6.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Depart. II
14.250,00
Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik - Depar.II
(Mencatat harga pokok produk selesai di Departemen II), perincian :
Harga Pokok Depart.I = 9.500 x Rp 5,5 = Rp 52.250,00
Biaya Tenaga Kerja = 9.500 x Rp 1,00 = 9.500,00
Biaya Overhead Pabrik = 9.500 x Rp 1,5 = 14.250,00

4. Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen II) 3.500,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Depart. I –Depart.II 2.750,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 300,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depar-men II 450,00
(Mencatat harga pokok produk dalam proses Deparlemen II)

2) Produk hilang terjadi akhir proses.


a. Laporan harga pokok produksi Departemen I, Departemen II.
b. Jurnal produk hilang pada akhir proses.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 29
CV Nawangwulan
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Januari 200a

Laporan Produksi Jumlah (liter)

Produk diterima dari Departemen 1 11.000


Produk selesai 9.500
Produk dalam proses, penyelcsaian 60% konversi 500
Produk hilang akhir proses 1.000

11.000
Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen (1) per liter

Harga pokok dari


Departemen I Rp 55.083,00 11.000 Rp 5,008

Tambahan di Depart. II
TenagaKerja Rp 9.800,00 9.500+1.000+500(60%) = 10.800 Rp 0,907
Overhead Pabrik 14.700,00 9.500+1.000+500(60%) = 10.800 1,361

Jumlah Tambahan Rp 24.500,00 Rp 2,268

Jumlah Dibebankan Rp 79.583,00 Rp 7,276

Perhitungan harga pokok :


Harga pokok produk selesai = 9.500 x Rp 7,276 = Rp 69.122,00
Produk hilang akhir proses = 1.000 x Rp 7.276 = 7.276,00

Jumlah harga pokok produk selesai 9.500 liter @ Rp 8,042 = Rp 76.399,00 (2)
Harga pokok produk dalam proses 500 liter :
Harga Pokok Departemen I = 500 x Rp 5,008 = Rp 2.504,00
BiayaTenagaKerja = 500x60%xRp 0,907= 272,00
Biaya Overhead Pabrik = 500x60%xRp 1,361= 408,00
3.184,00

Jumlah biaya dibebankan = Rp 79.583,00

(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk hilang akhir proses + produk dalam
proses akhir (Tingkat penyelesaian).
(2) Jumlah seharusnya Rp 76.398,00 ditambah selisih pembulatan Rp 1,00 menjadi
Rp 76.399,00.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 30
CV Nawangwulan
Jurnal Transaksi
Bulan : Januari 200a
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan
D K

1. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Rp 23.920,00


Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 22.960,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen 1 11.480,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 9.800,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Dept. II 14.700,00
Persediaan Bahan Rp 23.920,00
Biaya Oaji dan Upah 32.760,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen I 11.480,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen II 14.700,00
Mencatat pembebanan biaya produksi setiap departemen.

2. Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I - Dept. II Rp 55.088,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Rp 22.046,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Dept. II 22.024,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Dept. II 11.018,00

Mencatat harga pokok produk yang selesai dan dipindahkan ke


Departemen II sebanyak 11.000 liter dibebani pula harga pokok
produk hilang 300 liter, perincian :
Bahan = 11.300 x Rp 1,951 = Rp 22.046,00
Tenaga Kerja = 11.300 X Rp 1,949 = 22.024,00
Overhead Pabrik = 11.300 x Rp 0,975 = 11.018,00

Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen I) 3.277,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I 1.873,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Dept. II 936,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Dept.II 468,00
(Mencatat harga pokok produk dalam proses Departemen I)
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen I 6,00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I 1,00
Barang Dalam Proses - Harga Pokok Depart. I - Dept. II 5,00

Mencatat selisih pembutatan yang dibebankan pada rekening


Barang Dalam Proses - Harga Pokok dari Departemen I
-Departemen II, psrincian :

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 31
Selisih
Elemen Biaya Didebit Dikredit Pembulatan
Bahan Rp 23.920,00 Rp 22.046 + 1.873 = Rp 23.919 Rp 1,00
Tenaga Kerja 22.960,00 Rp 22.024 + 936 = Up 22.960 _
Overhead Pabrik 11.480,00 Rp 11.016 + 468 = Rp 11.486 (6)

Jumlah Rp 58.360,00 Rp 58.365 (5)

3. Persediaan Produk Selesai 76.398,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen 1 – Dept.II 52.584,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Depar- Dept.II 9.523,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Dept.II 14.291,00

Mencatat harga pokok produk selesai dari Departemen II :


Harga Pokok dari Dept.I = 10.500xRp5,0O8 = Rp 52.584,00
Biaya Tenaga Kerja = 10.500 xRp0,907 = 9.523,00
Biaya Overhead Pabrik = 10.500xRpl,361 = 14.291,00

Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen II) Rp 3.184,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I - Dept.II Rp 2.504,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Dept.II 272,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Dept.II 408,00
Mencatat harga pokok produk dalam proses Departemen 11.

Persediaan Produk Selesai 1,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I – Dept.II 5,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Dept.II 5,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Dept.II 1,00
Mencatat selisih pembulatan yang dibebanlcan produk selesai.

Selisih
Elemcn Biaya Didebet Djkredit Pembulalan

Harga Pokok Dept.I Rp 55.083,00 Rp52.584+Rp2.504=Rp55.088 Rp(5,00)


Tenaga Kerja 9.800,00 Rp9.523+Rp 272 = Rp 9.795 5,00
Overhead Pabrik 14.700,00 Rpl4.291+Rp 408 = Rp14.699 1,00
Rp 79.583,00 Rp79.582 Rp 1,00

2. Produk Rusak dalam Pengolahan


Dalam proses pengolahan produk dapat timbul produk rusak yaitu produk yang
kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak
dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 32
teknik dapat diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi
dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Produk rusak mempunyai
ujud phisik akan tetapi kondisinya rusak.
Produk rusak bersifat normal atau bersifat tidak normal karena kesalahan (misalnya
karena kurangnya pengawasan) jadi untuk menilai efisiensi kegiatan produksi, untuk
itu pada awal periode ditentukan persentase kerusakan normal dengan rumus:

Jumlah produk rusak


yang diperkirakan
Persentase kerusakan normal = x 100%
Jumlah taksiran produk
yang dimasukkan proses
Misalnya persentase kerusakan normal 5% dan kerusakan sesungguhnya misalnya
sejumlah 1.000 kilogram dari 10.000 kilogram produk yang diproses atau sebesar
10% yaitu 1.000 / 10.000 x 100%, maka menejemen berkepentingan untuk
mengetahui penyebab kerusakan produk yang sifatnya tidak normal tersebut.
Produk rusak umumnya diketahui setelah selesai diproses, sehingga dalam perhitungan
produksi ekuivalen jumlah produk rusak dianggap sudah menikmati biaya produksi
secara penuh pada departemen di mana produk rusak dan dibebani harga pokok pada
departemen yang ber-sangkutan secara penuh pula. Kecuali apabila diketahui secara
jelas tingkatan penyelesaian produk rusak, maka produk rusak dalam menghitung
produksi ekuivalen dan perhitungan harga pokok disesuaikan dengan tingkat
penyelesaian produk rusak tersebut.
Perlakuan harga pokok produk rusak tergantung pada penyebab terjadinya produk
rusak dan apakah produk rusak laku dijual, metode perlakuan harga pokok produk
rusak adalah sebagai berikut :
I) Produk rusak yang tidak laku dijual.
a. Produk rusak bersifat normal:
Harga pokok produk rusak dibebankan pada produk selesai yang dipin-
dahkan ke gudang produk selesai atau ke departemen berikutnya,
jadi perlakuannya sama dengan produk hilang akhir proses, harga
pokok produk selesai jumlahnya menjadi bertambah sedangkan
jumlah pemikul harga pokok tetap sejumlah produk selesai maka
harga pokok satuan menjadi bertambah.
b. Produk rusak bersifat tidak normal atau karena kesalahan:
Harga pokok produk rusak tidak boleh dikapitalisasi ke dalam harga
pokok produk selesai tetapi diperlakukan sebagai rugi produk rusak.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 33
2) Produk rusak yang laku dijual.
a. Produk rusak bersifat normal, maka penghasilan penjualan produk rusak
dapat diperlakukan sebagai :
(1) Pengurang harga pokok produk selesai.
Perlakuan ini sesuai dengan pembebanan harga pokok produk rusak sebagai
penambah harga pokok produk selesai, maka penghasilan penjualan produk
rusak untuk mengurangi harga pokok produk selesai.
(2) Pengurang semua elemen biaya produksi di departemen di mana
produk rusak.
Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya
produksi pada departemen di mana produk rusak, salah satu metode dapat
digunakan alokasi berdasar perbandingan setiap elemen biaya.
(3) Pengurang biaya overhead pabrik di departemen di mana produk rusak.
Perlakuan ini mudah dipakai akan tetapi metode ini dapat berakibat biaya
overhead pabrik menjadi negatif (minus) apabila harga jual produk rusak
relatif tinggi.
(4) Penghasilan Lain-lain.
Perlakuan ini paling mudah dipakai dan laporan harga pokok produksi
sama dengan apabila produk hilang pada akhir proses, akan tetapi
perlakuan ini tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok produk rusak yang
menambah harga pokok produk selesai. Jurnal yang dibuat dengan adanya
penjualan produk rusak sebagai berikut :
Kas/Pihutang Dagang xx
Penghasilan Lain-lain xx
b. Produk rusak yang laku dijual dan penyebab terjadinya produk rusak karena
kesalahan, penghasilan penjualan produk rusak diperlakukan sebagai
pengurang rugi produk rusak. Perlakuan ini sesuai dengan perlakuan harga
pokok produk rusak yang diperlakukan sebagai rugi produk rusak.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 34
Produk rusak Harga pokok
bersifat normal produk selesai +
Produk rusak
tidak laku dijual
Produk rusak bersifat rugi
tidak normal produk rusak –
Perlakuan
harga pokok
HP produk selesai–
produk rusak
Produk rusak Biaya produksi –
bersifat normal Biaya overhead –
Produk rusak Penghasilan lain
laku dijual, +
penjualannya
diperlakukan Produk rusak bersifat
tidak normal rugi
produk rusak –

Contoh 2. : Pengolahan produk melaiui beberapa tahap, sebagian produk rusak di


dalam pengolahan dan tidak laku dijual.
PT Pratama mengolah produk melalui dua departemen, yaitu Departemen
I dan Departemen II, dalam kedua tahap pengolahan tersebut sebagian produk
mengalami kerusakan dan tidak laku dijual. Data produksi dan biaya dalam bulan
Januari 200b adalah sebagai berikut :
1. Produk masuk proses ke dalam Departemen I sebanyak 15.000 kilogram, dari
jumlah tersebut 10.000 kilogram telah selesai dan dipindahkan ke Departemen
II, 2.500 kilogram produk rusak, dan 2.500 kilogram produk masih
dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 80% biaya
konversi.
Pada Departemen II sejumlah 10.000 kg produk yang diolah, 7.500 kilogram
produk telah selesai, 2.000 kilogram produk rusak, dan 500 kilogram masih dalam
proses dengan tingkat penyelesaian 40ro biaya konversi.
2. Biaya produksi yang terjadi dalam bulan Januari 1982 adalah sebagai berikut:

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 35
Elemen Biaya Departemen I Departemen II Jumlah

Bahan Rp 60.000,00 Rp 60.000,00


Tenaga Kerja I 14.500,00 Rp 19.400,00 33.900,00
Ov erhead Pabrik 43.500,00 29.100,00 72.600,00

Jumlah Rp 118.000,00 Rp 48.500,00 Rp 166.500,00

Dari data tersebut diminta membuat laporan harga pokok dan jurnal yang diperlukan
apabila :
1. Produk rusak bersifat normal dalam pengolahan produk.
2. Produk rusak disebabkan kesalahan atau kurangnya pengawasan (bersifat tidak
normal)
Penyelesaian :
1) Produk rusak bersifat normal dalam pengolahan produk.
a. Laporan harga pokok produk untuk Departemen I, dan Departemen II
dapat dilihat berikut.
b. Jurnal transaksi apabila produk rusak bersifat normal sebagai
berikut :

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 36
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produk
Departemen I
Bulan : Januari 200b
Laporan Produksi Jumlah (kg)
Produk masuk proses 15.000
Produk selesai dan dipindah ke Departemen II 10.000
Produk dalam proses akhir, 100%bahan, 80%konversi 2.500
Produk rusak bersifat normal 2.500
15.000

Biaya Dibebankan :

Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivaien (I) per kg
Bahan Rp 60.000,00 10.000 + 2.500 + 2.500(100%) = 15.000 Rp 4,00
Tenaga Kerja 14.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500( 80%) = 14.500 1,00
Overhead Pabrik 43.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500( 80%) = 14.500 3,00

Jumlah Rp 118.000,00 Rp 8,00

Perhitungan Harga Pokok :


Harga pokok produk selesai = 10.000 x Rp 8,00 = Rp 80.000,00
Produk rusak bersifat normal = 2.500 x Rp 8,00 = 20.000,00
Jumlah harga pokok produk selesai 10.000 kgx Rp 10,00 =Rp 100.000,00
Harga pokok produk dalam proses 2.500 liter.
Biaya Bahan = 2.500 x 100% x Rp4,00 = Rp 10.000,00
Biaya Tenaga Kerja = 2.500 x 80% x'Rp 1.00 = 2,000,00
Biaya Overhead = 2.S00 x 80% x Rp 3,00 = 6.000,00
=Rp 18.000,00
Jumlah harga pokok diperhitungkan =Rp118.000,00

(1) Produksi ekuivaien = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses
akhir (Tingkat Penyelesaian)

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 37
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 38
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b

Laporan Produksi jumlah (kg)

Produk diterima dari Departemen I 10.000


Produk selesai dimasukkan gudang 7.500
Produk dalam proses, penyelesaian 40% konversi 500
Produk rusak bersifat normal 2.000

10.000

Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elernen Biaya •furnish Prodnksi Ekuivalen (I) per kg

Harga Pokok Dept.I Rp 100.000,00 10.000 Rp 10,00


Tambahan Biaya :
Tenaga Kerja Rp 19.400,00 7.500+ 2.000+ 500(40%) = 9.700 Rp 2,00
Overhead Pabrik 29.100,00 7.500+ 2.000+ 500(40%) = 9.700 3,00

Jumlah Tambahan Rp 48.500,00 Rp 5,00

Jumlah Dibebankan Rp 148.500,00 Rp 15,00

Perhitungan Harga Pokok :


Harga pokok produk selesai = 7.500 x Rp 15,00 = = Rp 112.500,00
Produk rusak bersifat normal = 2.000 x Rp 15,00 = 30.000,00

Jumlah harga pokok produk selesai 7.500 kg @ Rp 19,00 = Rp 142.500,00


Harga pokok produk dalam proses 500 kilogram.
Harga pokok Departemen I = 500 x Rp 10,00 = Rp 5.000,00
Biaya Tenaga Kerja = 500 x 40% x Rp 2,00 = 400,00
Biaya Overhead Pabrik = 500 x 40% x Rp3,00 = 600,00
6.000,00

Jumlah biaya diperhitungkan = Rp 148.500,00

(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses akhir
(Tingkat penyelesaian).

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 39
PT Pratama
Jurnal Transaksi
Bulan : Januari 200b
No Jumlah
Nama Rekening dan Keterangan
D K
1 Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Rp 60.000,00
3arang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 14.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen I 43.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 19.400,00
Barang Daiam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen II 29.100,00
Persediaan Bahan Rp 60.000,00
Biaya Gaji dan Upah 33.900,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen I 43.500,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen II 29.100,00
Mencatat pembcbanan biaya pada setiap departemen.

2 Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I – Dept.II Rp 100.000,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I 50.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 12.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Dept.II 37.500,00

Mencatat harga pokok produk selesai dipindah ke Dept.II:


Biaya Bahan = 12.500 x Rp 4,00 = Rp 50.000,00
Biaya Tenaga Kerja = 12.500 x Rp 1,00 = 12.500,00
Biaya Overhead Pabrik = 12.500 x Rp 3,00 = 37.500,00

Persediaan Barang Dalam Proses (Departemen I) Rp 18.000,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Rp 10.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I 2.000,00
Barang DaJam Proses - Biaya Overhead Pabrik- Dept.I 6.000,00

Mencatat harga pokok produk dalam proses Departemen I.

3. Persediaan Produk Selesai Rp 142.500,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen 1- Rp 95.000,00
Dept.II Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen 11
Barang 19.000,00
Barang Dala m Proses - Biaya Overhead Pabrik-Dept.II 28.500,00
Mencatat harga pokok produk selesai Dept.I, perincian :
Harga pokok Departemen I = 9.500xRpI0,00 = Rp95.000,00
Biaya Tenaga Kerja = 9.500xRp 2,00 = 19.000,00
Biaya Overhead Pabrik = 9.500xRp 3,00 = 28.500,00

Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen II) Rp 6.000,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Depanemen 1 Rp 5.000,00
Barang
Dept.IIDalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 400,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - 600,00
Dept.II
Mencatat harga pokok produk dalam proses Bepartemen II.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 40
2) Produk rusak disebabkan kesalahan atau kurangnya pengawasan dalam
pengolahan produk.
a. Laporan harga pokok produksi Departemen I, dan Departemen II.
b. Jurnal transaksi apabila produk rusak karena kesalahan.

PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan : Januari 200b

Laporan Produksi: Jumlah (kg)


Produk masuk proses 15.000
Produk selesai dipindah ke Departemen II 10.000
Produk dalam proses akhir, 100%bahan, 80%konversi 2.500
Produk rusak karena kesalahan 2.500
15.000

Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivaien (1) per kg
Bahan Rp 60.000,00 10.000 + 2.500 + 2.500 (100%) = 15.000 Rp 4,00
TenagaKerja 14.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500 (80%) = 14.500 1,00
Overhead Pabrik 43.500,00 10.000 + 2.500 + 2.500 (80%) = 14.500 3,00

Jumlah Rp 118.000,00 Rp 8,00

Perhitungan Harga Pokok :


Harga pokok produk selesai = 10.000 x Rp 8,00 = Rp 80.000,00
Harga pokok produk rusak = 2.500 x Rp 8,00 = 20.000,00
Harga pokok produk dalam proses 2.500 kilogram =
Biaya Bahan = 2.500 x 100% x Rp 4,00 = Rp 10.000.00
BiayaTenagaKerja = 2.500 x 80% x Rp1,00 = 2.000,00
Biaya Overhead Pabrik = 2.500 x 80% x Rp 3,00 = 6.000,00
18.000,00
Jumlah harga pokok diperhitungkan = Rp 118.000,00

(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses
akhir (Tingkat penyelesaian).

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 41
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b

Laporan Produksi: Jumlah (kg)


10.000
Produk diterima dari Departemen I
Produk selesai dimasukkan gudang 7.500
Produk daiam proses, penyelesaian 40% konversi 500
Produk rusak karena kesalahan 2.000
10.000
Biaya Dibebankan :
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivaien (1) per kg
Harga Pokok Dept.I Rp 80.000,00 10.000 Rp 8,00
Tambahan Biaya:
TenagaKerja 19.400,00 7.500 + 2.000 + 500 (40%)= 9.700 2,00
Overhead Pabrik 29.100,00 7.500 + 2.000 + 500 (40%)= 9.700 3,00

Jumlah Tambahan Rp 48.500,00 Rp 5,00


Jumlah Dibebankan Rp 128.500,00 Rp 13,00

Perhitungan Harga Pokok :


Harga pokok produk selesai = 7.500 x Rp 13,00 = Rp 97.500,00
Harga pokok produk rusak = 2.000 x Rp13,00 = 26.000,00
Harga pokok produk dalam proses 500 kilogram :
Harga Pokok Dept.I = 500 x Rp 13,00 = Rp 4.000.00
BiayaTenagaKerja = 500 x 40% x Rp2,00= 400,00
Biaya Overhead Pabrik = 500 x 40% x Rp 3,00 = 600,00
5.000,00
Jumlah harga pokok diperhitungkan = Rp 128.500,00

(1) Produksi ekuivalen = Produk selesai + Produk rusak + Produk dalam proses
akhir (Tingkat penyelesaian).

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 42
PT.Pratama
Jurnal Transaksi
Bulan: Januari 200b
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan Debet Kredit
1.
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Barang Rp 60.000.00
Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen I Barang 14.500,00
Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen 1 Barang 43.500,00
Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen H Barang 19.400,00
Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Departemen II 29.100,00
Persediaan Bahan Rp 60.000,00
Biaya Gaji dan Upah 33.900,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen I 43.500,00
Biaya Overhead Pabrik Departemen II 29.100,00
Mencatat pembebanan biaya produksi kepada setiap
departemen.

2. Barang Dalam Proses - Harga Pokok Depart. I - Depart. II Rp 80.000,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I Barang Rp 40.000,00
Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen i Barang 10.000,00
Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik –Depart. 1 30.000,00
Mencatat harga pokok produk selesai dipindah ke Departemen
II, perinciannya :
Biaya Bahan = 10.000 x Rp 4,00 = Rp 40.000,00
Biaya Tenaga Kerja = 10.000 x Rp 1,00 = 10.000,00
Biaya Overhead Pabrik = 10.000 x Rp 3,00 = 30.000,00

Rugi Produk Rusak 20.000,00 Rp 10.000,00


Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen I 2.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Depart. I 7.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Depart. I
Mencatat rugi produk rusak =
(2.500 x Rp4,00) + (2.500 x Rp 1,00) + (2.500 x Rp 3,00) =
Rp 20.000,00

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 43
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan Debet Kredit
Persediaan Produk Dalam Proses Rp 18.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan - Departemen 1 Rp 10.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Depart.1 2.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik – Depart.I 6.000,00

Mencatat harga pokok produk dalam proses Departemen I,

3. Persediaan Produk Selesai. Rp 97.500,00


Barang Dalam Proses- Harga Pokok Departemen I- Depart. II Rp 60.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 15.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depart.II 22.500,00
Mencatat harga pokok produk selesai dari Departemen II =
(7.500 X Rp 8,00) + (7.500 x Rp 2,00) + (7.500 X Rp 3,00)

Rugi Produk Rusak Rp 26.000,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I - Depart.II Rp 16.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Departemen II 4.000,00
Sarang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depart.II 6.000,00
Mencatat rugi produk rusak pada Departemen =
{2.000 X Rp 8,00) + (2.000 X Rp 2,00) + (2.000 x Rp 3,00) =
Rp 26.000,00

Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen II) Rp 5.000,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Departemen I - Depart.II Rp 4.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja -Depart.II 400,00
Barang dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Depart.II 600,00
Mencatat harga pokok produk daiam proses Departemen 1.

Contch 3. : Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk rusak


di dalam pengolahan, produk rusak dapat dijual.
Dalam contoh no. 2 yaitu PT Pratama, misalnya produk yang rusak pada
Departemen II dapat dijual Rp 7,425 per kilogram. Diminta untuk membuat jurnal dan
laporan harga pokok produksi Departemen II, apabila :
1. Produk rusak bersifat normal di dalam perusahaan, hasil penjualan produk
rusak diperlakukan sebagai :
a. Pengurang harga pokok produk selesai.
b. Pengurang semua elemen biaya produksi di Departemen II.
c. Pengurang biaya overhead pabrik.
2. Produk rusak karena kesalahan di dalam pengolahan.
BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 44
Penyelesaian :

1. Produk rusak bersifat normal


1a.Apabila hasil penjualan produk rusak mengurangi biaya produksi produk selesai,
maka jurnal yang dibuat dan iaporan harga pokok produksi sama dengan produk
rusak bersifat normal dan tidak laku dijual. Selanjutnya penjualan produk rusak
sebesar 2.000 kilogram @ Rp 7,425 = Rp 14.850,00 dibuat jurnal pencatatan sebagai
berikut :
Kas (Pihutang Dagang) Rp 14.850,00
Persediaan Produk Selesai Rp 14.850,00
Oleh karena itu harga pokok produk selesai di Departemen II menjadi Rp 142.500,00
— Rp 14.850,00 = Rp 127.650,00, harga pokok satuan (kg) produk selesai = Rp
127.650,00 : 7.500 kilogram = Rp 17,02 per kilogram.

lb. Apabila penjualan produk rusak mengurangi semua elemen biaya produksi di
Departemen II, alokasi dari penjualan produk rusak dapat didasarkan atas
perbandingan setiap elemen biaya, dengan perhitungan s ebagai berikut :
Sebelum diku- Aiokasi Setelah dikura-
Elemen Biava rangi Penjualan Penjualan ngi penjualan
produk rusak produk rusak produk rusak

Harga Pokok Dept.I Rp 100.000,00 Rp 10.000,00 Rp 90.000.00


Tenaga Kerja 19.400,00 1.940,00 17.460,00
Overhead Pabrik 29.100,00 2.910,00 26.190.00

Jumlah Rp 148.500,00 Rp 14.850,00 Rp 133.650,00

Jurnal untuk alokasi penjualan produk rusak sebagai pengurang elemen biaya
produksi, sebagai berikut :
Kas (Pihutang Dagang) Rp 14.850,00
Barang Dalam Proses-Harga Pokok Dept.I–Dept.II Rp10.000,00
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja -Dept.II 1.940,00
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik -Dept.II 2.910,00

Laporan harga pokok produksi pada Departemen II apabila hasil penjualan produk
rusak mengurangi semua elemen biaya produksi.

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 45
PTPratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b

Laporan Produksi Jumlah (kg)


Produk diterima dari Departemen I 10.000
Produk selesai dimasukkan ke gudang 7.500
Produk1 dalam proses, penyelesaian 40%konversi 500
Produk rusak bersifat normal 2.000
10.000

Biaya Dibebankan setelah dikurangi penjualan


produk rusak
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen per kg

Harga Pokok Dept.I Rp 90.000,00 10.000 Rp 9,00


Tambahan Biaya :
TenagaKerja Rp 17.460,00 7.500 + 2.000 + 500(40%) = 9.700 Rp 1,8
Overhead Pabrik 26.190,00 7.500 + 2.000 + 500(40%) = 9.700 2,7
Jumlah Tambahan Rp 43.650,00 Rp 4,5

Jumlah Dibebankan Rp 133.650,00 Rp 13,5

Perhitungan Harga Pokok :


Harga pokok produk selesai = 7.500 x Rp 13,5 Rp 101.250,00
Harga pokok produk rusak = 2.000 x Rp 13,5 27.000,00
Jumlah harga pokok produk selesai = 7.500 kg @Rp 17,1 = Rp 128.250,00
Harga pokok produk dalam proses 500 kilogram :
Harga pokok Departemen I = 500 x Rp 9,00 = Rp 4.500,00
Biaya Tenaga Kerja = 500 x 40% x Rp 1,8 = 360,00
Biaya Overhead Pabrik = 500 x 40% xRp 2,7 = 540,00
Rp 5.400,00

Jumlah harga pokok diperhitungkan = Rp 133.650,00

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 46
Sedangkan jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai dan harga pokok
produk dalam proses akhir periode sebagai berikut :
Persediaan Produk Selesai Rp 128.250,00
Barang Dalam Proses - Harga Pokok Dept. I – Dept.II Rp 85.500,00
Barang Dalam Proses -Biaya Tenaga Kerja - Dept.II 17.100,00
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik-Dept.II 25.650,00
Mencatat harga pokok produk selesai, perincian :
Elemcn Biaya: Jumlahnn
Harga Pokok Dept. I = 9.500 x Rp 9 = Rp 85.500,00
Tenaga Kerja = 9.500 xRp 1,8 = 17.100,00
Overhead Pabrik = 9.500xRp 2,7 = 25.650,00

Persediaan Produk Dalam Proses (Departemen II) Rp 5.400,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Dept. I –Dept. II Rp 4.500,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja – Dept. II 360,00
Barang Dlm. Proses - Biaya Overhead Pabrik - Dept. II 540,00
Mencatat harga pokok produk dalam proses Departemen II.

Ic. Apabila hasil penjualan produk rusak sebagai pengurang biaya overhead pabrik
pada Departemen II, jurnal untuk mencatat penjuaian produk rusak sebagai
berikut:
Kas (Pihutang Dagang) Rp 14.850,00
Barang Dalam Proses - Bi.Overhead Pabrik - Dept. II Rp 14.850.00

Dengan adanya jurnal tersebut, dalam laporan harga pokok produksi jumlah
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada Departemen II = Rp 29.100,00 —
Rp 14.850,00 = Rp 14.250,00. Telah dijelaskan di muka bahwa kelemahannya
menjadi minus, apabila harga jual produk rusak cukup tinggi,
Laporan harga pokok produksi pada departemen II apabila hasil penjualan
produk rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya overead pabrik berikut:

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 47
PT Pratama
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan : Januari 200b

Laporan Produksi Jumlah (kg)


Produk diterima dari Departemen I 10.000
Produk selesai dimasukkan ke gudang 7.500
Produk dalam proses, penyelesaian 40% konversi 500
Produk rusak bersifat normal 2.000
10.000

Biaya Dibebankan setelah dikurangi penjualan


produk rusak
Harga Pokok
Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen per kg

Harga Pokok Dept.I Rp 100.000,00 10.000 Rp 10,00


Tambahan Biaya :
TenagaKerja Rp 19.400,00 7.500 + 2.000 + 500(40%) = 9.700 Rp 1,8
Overhead Pabrik 14.250,00 7.500 + 2.000 + 500(40%) = 9.700 1,469
Jumlah Tambahan Rp 33.650,00 Rp 3,469

Jumlah Dibebankan Rp 133.650,00 Rp 13,469

Perhitungan Harga Pokok :


Harga pokok produk selesai = 7.500 x Rp 13,469 Rp 101.018,00
Harga pokok produk rusak = 2.000 x Rp 13,469 26.938,00
Jumlah harga pokok produk selesai = 7.500 kg @ Rp 17,0608 = Rp 127.956,00
Harga pokok produk dalam proses 500 kilogram :
Harga pokok Departemen I = 500 x Rp 10,00 = Rp 5.000,00
Biaya Tenaga Kerja = 500 x 40% x Rp 2,00 = 400,00
Biaya Overhead Pabrik = 500 x 40% xRp 1,469 = 294,00
Rp 5.694,00

Jumlah harga pokok diperhitungkan = Rp 133.650,00

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 48
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk selesai dan harga pokok produk dalam
proses sebagai berikut :
Persediaan Produk Selesai Rp 127.956,00
Barang Dalarn Proses - Harga Pokok Dept.I - Dept. II Rp 95.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - Dept. II 19.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik -Dept. II 13,956.00

Mencatat harga pokok produk selesai, perinciannya :


Elemen Biaya Jumlah
Harga Pokok Dept.I= 9.500 x Rp 10,00 = Rp 95.000,00
Tenaga Kerja = 9.500 x Rp 2,00 = 19.000,00
Overhead Pabrik = 9.500 x Rp 1,469 = 13.956,00

Persediaan Produk Dalam Proses (Depanemen It) Rp 5.694,00


Barang Dalam Proses - Harga Pokok Dept.1 -Dept. II Rp 5.000,00
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja - -Dept. II 400,00
Barang Daiam Proses - Biaya Overhead Pabrik - Dept. II 294,00
Mencatat harga pokok produk daiam proses Departemen II.

2. Produk rusak karena kesalahan di dalam pengolahan


Apabila produk rusak karena kesalahan dalam pengolahan, maka hasil
penjualan produk rusak mengurangi rugi produk rusak di Departemen yang
bersangkutan. Laporan harga pokok produksi dan jurnal yang dibuat sama dengan
produk rusak karena kesalahan dan tidak laku dijual seperti, selanjutnya hasil
penjuaian produk rusak sebesar 2.000 kg @ Rp 7,425 atau Rp 14.850,00 mengurangi rugi
produk rusak dengan jurnal sebagai berikut :
Kas (Pihutang Dagang) Rp 14.850,00
Rugi Produk Rusak Rp 4.850.00

2. Soal

BAB IX – Harga Pokok Proses (2) Produk Hilang, dan Produk Rusak 49

You might also like