Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PANDUAN PRAKTIKUM

BW-3205 MIKROBIOLOGI KEHUTANAN

DISUNTING OLEH:
Anriansyah Renggaman, Ph.D.

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN SEKOLAH ILMU


DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL IX

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN (BW-3205)


SELEKSI MIKROORGANISME SEBAGAI AGEN BIOFERTILIZER
7 APRIL 2021

I. Pendahuluan
Sebagian besar tumbuhan banyak ditemukan berasosiasi dengan mikroorganisme baik
itu mikroorganisme yang menguntungkan maupun merugikan. Keberadaan mikroorganisme
berupa mikroba di daerah rizosfer dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut.
Kelompok mikroba yang memiliki fungsi penting di daerah rizosfer adalah fungi, bakteri dan
protozoa yang membantu pertumbuhan tanaman melalui berbagai mekanisme, seperti
peningkatan penyerapan nutrisi, sebagai kontrol biologi terhadap serangan patogen, dan juga
menghasilkan hormon pertumbuhan bagi tanaman (Brundrett, 2004; Pinto dkk, 2006).
Hormon tanaman merupakan sinyal kimia yang mempengaruhi kemampuan tanaman untuk
beradaptasi terhadap lingkungannya. Hormon merupakan senyawa organik yang disintesis
pada salah satu bagian tanaman kemudian ditransfer ke beberapa bagian yang lain. IAA
(Indole-3-Acetic-Acid) merupakan hormon tumbuh yang memegang peranan penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mikroba yang mampu menghasilkan IAA dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perpanjangan akar sehingga permukaan akar menjadi lebih
luas dan akhirnya tanaman mampu menyerap nutrisi dari dalam tanah lebih banyak (Bolero et
al. 2007). Mikroba penghasil fitohormon diantaranya merupakan kelompok bakteri yang hidup di
daerah perakaran tanaman atau dikenal dengan istilah Plant Growth-Promoting Rhizobacteria
(PGPR). Kemampuan PGPR dalam menghasilkan auksin sangat ditentukan oleh kondisi pH, suhu dan
adanya prekursor tryptophan. Lactobacillus casei, Bacillus megaterium, B.cereus dan B.subtilis
merupakan contoh bakteri PGPR penghasil auksin.

II. Tujuan
1. Menentukan .indeks solubilisasi fosfat dari isolat murni hasil isolasi sampel tanah sekitar
perakaran
2. Menentukan kemampuan fiksasi nitrogen isolat bakteri yang telah diisolasi dari sampel
tanah sekitar perakaran
3. Menentukan kemampuan isolat murni yang telah diisolasi dari sampel tanah sekitar
perakaran dalam menghasilkan IAA.
4. Menentukan pengaruh pemberian Bacillus cereus, kultur bakteri dan fungi penghasil
fitohormon, serta fitohormon komersial terhadap panjang akar dan tinggi tanaman kacang
hijau

III. Alat dan Bahan


Bunsen, kawat oose, penggaris, mikropipet, dan mikrotip. Kultur cair Azotobacter
chrooccum, Bacilus cereus, medium pikovskaya, NaCl steril, alkohol, sentrifuge, ruang
gelap, penggaris, reagen salkowski, kuvet,alumunium foil, benang, gelas plastik, kecambah
kacang hijau, kapas steril, tanah.

IV.Cara Kerja
Isolasi Bakteri Tanah
1. Menyiapkan 7 tabung yang masing-masing berisi 9 ml air aquades steril
2. Menimbang sampel tanah sebanyak 1 gram dan memasukkannya ke dalam tabung
berisi aquades steril. Homogenkan menggunakan vortex.
3. Ambil 1 ml dengan menggunakan mikropipet dan dimasukan ke dalam tabung
pertama pengenceran 10-2
4. Ambil 1 ml sampel dari tabung pertama dan masukan ke dalam tabung kedua
untuk pengenceran 10-2. Diulang pengambilan 1 ml sampai pengenceran 10-6
5. Homogenkan dengan vortex
6. Diinkubasi dalam suhu ruang selama 3-7 hari
7. Kemudian dilakukan pemurnian untuk didapatkan isolat murni. Pemilihan koloni
berdasarkan perbedaan kenampakan koloni baik dari segi warna, elevasi, tekstur
permukaan, garis-garis radial, lingkaran konsentrasi, dan lain sebagainya.
8. Pemurnian dilakukan dengan cara pemindahan mikroba dengan metode garis
yang ditumbuhkan pada isolat NA/NB untuk bakteri, dan pada media PDA untuk
jamur.
9. Kemudian dilakukan identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis dengan
ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya sehingga didapatkan bakteri
Azotobacter croccum dan Bacillus cereus.
Note: tanah yang digunakan yaitu tanah yang berada disekitar perakaran.

A. Uji Mikroorganisme Pensolubilisasi Fosforus


Cara Kerja:
1. Siapkan area kerja aseptik.
2. Bagi capet menjadi dua bagian.
3. Ambil 1 ose mikroba dalam NB yang sudah dilarutkan dalam NaCl
4. Goreskan secara lurus pada capet berisi medium pikovskaya untuk setiap bagian.
5. Inkubasikan selama 48-72 jam.
6. Amati dan ukur IPF/SI
Indeks Pelarut Fosfat =
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 + 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼
𝐼𝐼𝐼 =
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼
B. Uji Fiksasi Nitrogen
Cara Kerja:
1. Siapkan area kerja aseptik.
2. Inokulasikan mikroba ke dalam medium manitol free nitrogen yang telah berisi
bromothymol blue
3. Inkubasikan pada suhu ruang 48-72 jam
4. Hasil positif ditunjukkan oleh perubahan warna medium dari hijau menjadi biru dan
terdapat pelikel tebal pada permukaan medium.

C. Uji IAA
Cara Kerja:
1. Bakteri ditumbuhkan pada medium Yeast Malt Detrose ( YMD) selama 4 hari dengan
penambahan 100mg/Ltryptophan.
2. YMD Broth disentrifugasi dan 1 ml yang dihasilkan dicampur dengan reagen Salkowski
(2% 0.5 FECL3 + 35% Larutan HCLO4) dan diinkubasi di tempat gelap selama 30
menit.
3. Amati perubahan warna yang terjadi. Supernatan yang berubah menjadi warna merah
muda menunjukan positif menghasilkan fitohormon auksin
Pembuatan Reagen Salkowski
Reagen Salkowski dibuat dengan cara FeCl3.6H2O 0,5M ditimbang sebanyak 1,351 gram
kemudian dilarutkan 100 mL lalu H2SO4 pekat sebanyak 150 mL dialirkan secara perlahan
kedalam 100 mL FeCl3. 6H2O. Selanjutnya ditambahkan akuades hingga volume akhir
mencapai 250 mL. Pembuatan reagen Salkowski dilakukan didalam lemari asam.

APLIKASI BIOFERTILIZER PADA PERKECAMBAHAN KACANG HIJAU


Uji Fitohormon
Cara Kerja :
1. Siapkan area kerja aseptik
2. Kecambah kacang hijau berumur 2-3 hari ditanam pada media yang telah disediakan
sebelumnya sebanyak 1-3 biji perwadah ( dilakukan pengukuran awal terlebih dahulu
terhadap panjang akar yang sudah muncul)
3. Dibasahi tanaman dengan menggunakan akuades steril
4. Kultur bakteri bacillus cereus, fitohormon komersial, kultur bakteri B1, kultur campuran
fungi F1 dan F2, kultur bakteri B2 (kontrol negatif) ke dalam masing-masing media
tanam sebanyak 0,1 ml.
5. Tanaman dirawat selama seminggu dan diamati, diukur, dicatat tinggi tanaman dan
panjang akar setiap hari selama 1 minggu. Perindividu, kemudia dirata-ratakan perwadah.

V. MSDS dan PSDS

MSDS: reagen Salkowski, medium manitol free nitrogen, medium pikovskaya, bromothymol
blue, triptofan, Yeast Malt Detrose ( YMD), dan medium NB.
PSDS: Azotobacter chrooccum, Bacilus cereus

VI. Poin Literatur

● Jelaskan definisi Fitohormon, jenis fitohormon, dan peranan atau fungsinya (terutama
pada pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman).
● Jelaskan definisi hormon eksogen dan endogen serta perbedaanya.
● Mengapa populasi mikroorganisme di rizosfer umumnya lebih banyak dan beragam
dibandingkan dengan pada tanah non-rizosfer.
● Jelaskan fungsi medium dan reagen yang digunakan dalam percobaan seleksi potensi
mikroba sebagai agen pupuk hayati.
● Jelaskan yang dimaksud dengan PGPR dan bagaimana mekanisme PGPR dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
● Bagaimana cara menentukan potensi mikroorganisme sebagai agen pupuk hayati.
● Jelaskan mekanisme kerja dari mikroorganisme sebagai agen pupuk hayati dalam
meningkatkan kesuburan tanah.

VII. Hasil Pengamatan

Hasil Uji Fosfat, fiksasi nitrogen dan IAA (kualitatif)

NO Jenis Kultur Diameter Diameter IPF


Koloni Zona Bening

Dst

NOTE: Tabel dipisah setiap uji

Perlakua Panjang akar Penambahan Tinggi Tanaman Penambahan Tinggi


Media
n H0 H7 panjang akar H0 H7 Tanaman

Dokumentasi Pengamatan

No Dokumentasi Keterangan

1 Hasil Pengamatan:
Tanggal Praktikum:
Tanggal Pengamatan:
Kultur:
Umur Kultur:
Medium:
Keterangan:

Dst.

You might also like