Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 15

MAKALAH

MENUMBUHKAN KESADARAN TERHADAP UUD 1945

DISUSUN OLEH :

1. RENI CINTA DANIA


2. SARINA PITRIA LESTARI
3. M. ROVIF
4. ERIK ANDRIAN PUTRA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMPN 16 BENGKULU SELATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan konstisusi negara indonesia terjadi beberapa kali mulai dari orde lama ke orde
baru dan masa reformasi dimana Gerakan reformasi tahun 1998 telah membawa bangsa
Indonesia menuju suatu sistem pemerintahan yang jauh berbeda dengan sistem pemerintahan
sebelum nya yaitu orde lama dan orde baru yang kita ketahui bersama-sama bahwa kedua
orde tersebut sama-sama berlindung di balik konsitusi. Dan gerakan reformasi ini juga
menginginkan sebuah reformasi di bidang konstitusi.
terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalah amandemen UUD 1945 yang
dilakukan oleh MPR hasil pemilu 1999 dalam empat tahap selama empat tahun (1999-2002).
Beberapa perubahan penting dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945 mampu
menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Peranan DPR sebagai lembaga legislatif
diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam pemilu, pengawasan terhadap presiden lebih
diperketat, dan hak asasi manusia memperoleh jaminan yang semakin kuat. Amandemen
UUD 1945 juga memperkenalkan pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil
presiden secara langsung
Berkaitan dengan dasar filsafat pancasila, kita ketahui bersama merupakan sumber dari
segala sumber hukum di indonesia dan merupakan dasar negara, pancasila telah dapat
berdiri kokoh sampai sekarang, karena pancasila dapat menyelesaikan segala permasalahan
yang di hadapi bangsa indonesia. Dan bentuk dari negara hukum harus secara tegas di
sebutkan dalam UUD 1945, yang penulis ketahui bahwa, indonesia ialah negara hukum,
merupakan adopsi dari konsep Anglo Saxon (the rule of law) yang berbeda konsep dengan
bangsa indonesia. Negara hukum yang benar-benar mencerminkan budaya bangsa indonesia
yang gotong royong dan kekeluargaan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah merupakan dasar
Negara Indonesia. Seperti yang termuat dalah pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011
tentang Peraturan Perundang-Undangan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menduduki urutan tertinggi dalam hierarki perundang-undangan di
Indonesia. Hal demikian membawa konsekuensi hukum terhadap peraturan perundang-
undangan di Indonesia, yaitu bahwa peraturan perundang-undangan di bawah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak boleh bertentangan isinya
(materiil) maupun mekanisme pembuatannya (formil) dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar Negara
Indonesia telah mengalami amandemen sebanyak empat kali. Amandemen Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah suatu wujud reformasi hukum yang
dilakukan di Indonesia. Salah satu substansi penting dari perubahan itu tepatnya dalam
amandemen yang keempat, ialah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara
baru yang berdiri sendiri dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Dalam pasal 24 ayat (2) UUDN RI Tahun
1945, disebutkan tentang keberadaan Mahkamah Konstitusi yang kemudian secara lebih
rinci kewenangannya disebutkan dalam pasal 24C ayat (1) dan (2) UUDN RI Tahun 1945.
Sebagai institusi baru yang bebas dari kekuasaan Mahkamah Agung ataupun campur tangan
pemerintah, Mahkamah Konstitusi bisa tumbuh secara sehat dan mampu memainkan tugas
dan fungsinya dengan baik. Meskipun demikian, kelemahan Mahkamah Konstitusi hanya
berwenang menguji keabsahan materi Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, dan
Mahkamah Konstitusi juga tidak bisa menguji pelaksanaan ataupun penerapan Undang-
Undang.
Menurut Dr. Mohammad Mahfud MD, beberapa kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah
Konstitusi adalah adalah uji material Undang-Undang (UU) terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia (UUDN RI) 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga
Negara, memutus pembubaran partai politik serta memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
Dengan kata lain, Mahkamah Konstitusi hanya bisa memeriksa masalah konstitusional
(constitutional question) dan bukan kasus konstitusional (constitutional case). Mahkamah
Konstitusi tidak mempunyai kewenangan untuk memeriksa perkara yang menyangkut
pelanggaran hak-hak kosntitusional individual melalui mekanisme yang dikenal sebagai
komplain konstitusional (complain constitutional).
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa. “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Sebagai sebuah Negara
hukum, Negara mempunyai suatu kewajiban untuk menegakkan hukum dan menciptakan
suasana bernegara yang aman, tertib, serta berkeadilan. Pada dasarnya, Negara mempunyai
tanggung jawab untuk menciptakan rasa adil bagi setiap warga Negara Indonesia.
Di Negara Indonesia, hakim adalah seorang yang berhak dalam memutus suatu
permasalahan hukum. Hakim akan menilai suatu permasalahan hukum dan mempelajarinya
dengan seksama sebelum membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, sudah seharusnya
hakim berusaha agar dapat memutuskan suatu perkara seobyektif mungkin secara
berkeadilan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan-Rumusan masalah adalah
a. Apa Pengertian Hukum dan Konstitusi?
b. Apa Nilai-Nilai konstitusi?
c. Apa Sejarah Konstitusi RI?
d. Bagaimana kedudukan dan fungsi UUD 1945?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian Hukum dan Konstitusi
b. Untuk mengetahui Nilai-Nilai konstitusi
c. Untuk mengetahui Sejarah Konstitusi RI
d. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi UUD 1945
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum dan Konstitusi


Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs. Belanda) –
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa
Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi
menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara.
Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa
kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-
peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang
tidak tertulis berupa konvensi.
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan
dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada
umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau
dapat pula campuran dari dua unsur tersebut.
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau
UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
Contohnya adalah UUD 1945.
Menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi
yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai
peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.
Menurut pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller., konstitusi tidaklah sama dengan
UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di
samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.
B. Nilai-Nilai konstitusi
1. Nilai Normatif. Bagi suatu Bangsa konstitusi itu bukan saja berlaku dalam arti hukum,
tetapi juga merupakan suatu kenyataan (Reality). Dalam arti sepenuhnya diperlukan dan
efektif. Contoh negara yang menganutnya yaitu negara Amerika Serikat.
2. Nilai Nominal. Dalam hal ini konstitusi menurut hukum memang berlaku tetapi
kenyataanya tidak sempurna. Ketidak sempurnaan berlakunya suatu konstitusi ini
jangan dikacaukan bahwa sering kali suatu konstitusi yang tertulis berbeda dari
konstitusi yang dipraktekan oleh negara Indonesia.
3. Nilai Semantik. Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya
hanya sekedar untuk memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan untuk
melaksanakan kekuasaan politik contoh negara Indonesia pada masa Orde Lama.

C. Fungsi Konstitusi
1. Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai suatu fungsi konstitusionalisme;
2. Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintah.
3.Sebagai instrumnen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik
rakyat dalam sistem demokrasi atau raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ
kekuasaan negara;

D. Sifat Konstitusi
1. Formil dan materiil; Formil berarti tertulis. Materiil dilihat dari segi isinya berisikan
hal-hal bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama dengan konstitusi dalam arti
relatif).
2. Flexibel dan rigid, Kalau rigid berarti kaku suliot untuk mengadakan perubahan
sebagaimana disebutkan oleh KC Wheare Menurut James Bryce, ciri flexibel :
a. Elastis.
b. Diumumkan dan diubah sama dengan undang-undang.
3. Tertulis dan tidak tertulis
E. Perubahan Konstitusi
Setiap konstitusi yang tertulis mencantumkan pasalnya tentang perubahan. Hal ini
disebabkan karena suatu Konstitusi, walaupun ia dirancangkan untuk jangka waktu yang
lama, selalu akan tertinggal dari perkembangan masyarakat, sehingga pada suatu saat
kemungkinan perkembangan itu terjadi, maka konstitusi itu perlu dirubah. Suatu konstitusi
pada hakekatnya adalah suatu hukum dasar yang merupakan dasar bagi peraturan
perundangan lainnya. Karena tingkatannya yang lebih tinggi, dan juga yang menjadi dasar
bagi peraturan hukum lainnya, maka pembuat konstitusi menetapkan cara perubahan yang
tidak mudah, dengan maksud agar tidak mudah pula orang merubah hukum dasarnya. Kalau
memang suatu perubahan diperlukan, maka perubahan itu haruslah benar-benar dianggap
perlu oleh rakyat banyak. Tetapi sebaliknya ada pula Konstitusi yang mensyaratkan
perubahan tidak seberat cara diatas, dengan pertimbangan bahwa perkembangan tidak perlu
mempersulit perubahan konstitusi.
Lazimnya, yang menyusun konstitusi adalah konstituante. Konstituante ini adalah suatu
badan yang dibentuk berdasarkan pilihan rakyat, seperti Konstituante hasil pemilu 1955
yang bertugas menyusun UUD pengganti UUDS 1950. Tapi mungkin pula konstitusi
disusun oleh badan yang sejenis dengan konstituante, walaupun mungkin bukan hasil
pemilihan umum, umpamanya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang menyusun
UUD 1945.
Ketidaksempurnaan suatu konstitusi mungkin disebabkan oleh dua hal, pertama konstitusi
adalah hasil karya yang bersifat kompromi dan kedua kemampuan para penyusunnya itu
sendiri terbatas. Karena konstituante itu terdiri dari sekelompok manusia yang tidak
mungkin mempunyai pandangan politik yang sama, dan sering pula kepentingannya
berbeda-beda, maka hasil karya mereka pun yaitu konstitusi merupakan kompromi dari
berbagai aliran dan kepentingan.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan suatu hal
yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara yang
diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi
rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai
perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa
sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan
keinginan semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang
belaka.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek ketatanegaraan
di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa apabila suatu
konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara
keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di dunia.
Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli
tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi
yang asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian
dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.
Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur perubahan kosntitusi:
1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetap
yang dilaksanakan menurut pembatasan-pembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi
melalui tiga macam kemungkinan.
a. Pertama, untuk mengubah konstitusi, sidang pemegang kekuasaan legislatif harus
dihadiri oleh sekurang-kurangnya sejumlah anggota tertentu (kuorum) yang
ditentukan secara pasti
b. Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga perwakilan rakyat harus
dibubarkan terlebih dahulu dan kemudian diselenggarakan pemilihan umum.
Lembaga perwakilan rakyat harus diperbaharui inilah yang kemudian melaksanakan
wewenangnya untuk mengubah konstitusi.
c. Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis dua kamar. Untuk
mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga perwakilan rakyat harus mengadakan
sidang gabungan. Sidang gabungan inilah, dengan syarat-syarat seperti dalam cara
pertama, yang berwenang mengubah kosntitusi.
2. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum. Apabila ada
kehendak untuk mengubah kosntitusi maka lembaga negara yang diberi wewenang
untuk itu mengajukan usul perubahan kepada rakyat melalui suatu referendum atau
plebisit. Usul perubahan konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan
yang diberi wewenang untuk itu. Dalam referendum atau plebisit ini rakyat
menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima atau menolak usul perubahan yang
telah disampaikan kepada mereka. Penentuan diterima atau ditolaknya suatu usul
perubahan diatur dalam konstitusi.
3. Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah
negara bagian. Perubahan konstitusi pada negara serikat harus dilakukan dengan
persetujuan sebagian terbesar negara-negara tersebut. Hal ini dilakukan karena
konstitusi dalam negara serikat dianggap sebagai perjanjian antara negara-negara
bagian. Usul perubahan konstitusi mungkin diajukan oleh negara serikat, dalam hal ini
adalah lembaga perwakilannya, akan tetapi kata akhir berada pada negara-negara
bagian. Disamping itu, usul perubahan dapat pula berasal dari negara-negara bagian.
4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lemabag negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat
dijalankan baik pada Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak
untuk mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibentuklah
suatu lembaga negara khusus yang tugas serta wewenangnya hanya mengubah
konstitusi. Usul perubahan dapat berasal dari pemegang kekuasaan perundang-
undangan dan dapat pula berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan
dapat pula berasal dari lembaga negara khusus tersebut. Apabila lembaga negara khusus
dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang sampai selesai,dengan sendirinya
lembaga itu bubar.

Hans Kelsen mengatakan bahwa kosntitusi asli dari suatu negara adalah karya pendiri negara
tersebut. Dan ada beberapa cara perubahan konstitusi menurut Kelsen yaitu :
1. Perubahan yang dilakukan diluar kompetensi organ legislatif biasa yang dilembagakan
oleh konstitusi tersebut, dan dilimpahkan kepada sebuah konstituante, yaitu suatu organ
khusus yang hanya kompeten untuk mengadakan perubahan-perubahan konstitusi
2. Dalam sebuah negara federal, suatu perubahan konstitusi bisa jadi harus disetujui oleh
dewan perwakilan rakyat dari sejumlah negara anggota tertentu.
Miriam Budiarjo mengemukakan adanya empat macam prosedur perubahan konstitusi, yaitu
1. Sidang badan legislatif ditambah beberapa syarat misalnya ketentuan kuorum dan
jumlah minimum anggota badan legislatif untuk menerima perubahan.
2. Referendum atau plebisit, contoh : Swiss dan Australia
3. Negara-negara bagian dalam suatu negara federal harus menyetujui, Contoh : Amerika
Serikat
4. Musyawarah khusus (special convention), contoh : beberapa negara Amerika Latin
Dengan demikian apa yang dikemukakan Miriam Budiarjo pada dasarnya sama dengan yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen.
Di Indonesia, perubahan konstitusi telah terjadi beberapa kali dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejak Proklamasi hingga
sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam delapan periode yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
4. Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober
5. Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000
6. Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001
7. Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002
8. Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4 tercantum dasar negara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :
1. 16 Bab;
2. 37 Pasal
3. 4 aturan peralihan;
4. 2 Aturan Tambahan.

D. Kedudukan dan Fungsi UUD 1945


1. Pengertian UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 adalah hukum dasar tertulis,dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia
saat ini.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia.

Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil
memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa
Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang
pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno
menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI
membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar
Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang
terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan
UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam
bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945
yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada
masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan
ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus
1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

2. Kedudukan UUD 1945

UUD 1945 adalah:


Hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu
Konvensi)
1. Sebagai (norma) hukum :
a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap
WNRI dan penduduk di RI.
b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara
harus dilaksanakan dan ditaati.
2. Sebagai hukum dasar:
a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP,
Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.
b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.

3. Sifat UUD 1945


1. UUD 1945 bersifat supel (elastis),
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis.
Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak
ketinggalan zaman.

2. Rigid
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan
yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.

4. Fungsi UUD 1945

Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD 1945. Dari pengertian
tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara,
lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka
berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum
dasar yang tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah
haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi.

Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam
pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut
bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD 1945 juga memiliki fungsi
sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam UUD 1945 juga terkandung :

1. Materi pengaturan sistem pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas,


wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara
2. Hubungan negara dengan warga negara baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan
budaya maupun hankam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan Negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum. Aturan pokoknya perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam norma hukum di bawahnya, seperti:
 Ketetapan MPR,
 Undang-Undang,
 Perpu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang),
 Peraturan Pemerintah,
 Keputusan Presiden,
 Peraturan Daerah.
Kita sebagai Mahasiswa dan juga sebagai penerus bangsa merupakan hal yang sangat
penting uantuk mengetahui konstitusi-konstitusi Negara, khususnya Negara kita Indonesia
ini, lebih-lebih konstitusi di yang dipakai diera reformasi ini.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua. Akhir kata,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah
ini. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini yang jauh dari kata
sempurna dan kami menerima saran serta kritik yang bersifat membangun sehingga ke
depannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman, Asep. 2012. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: Asman
Press
Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gamedia
Gatara, A.A. Sahid. 2008. Civic Education: Pendidikan Politik, Nasionalisme Dan
Demokrasi. Bandung: Q-Vision,
Priyanto, A. T Sugeng, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning: Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
http://id.wikipedia.org/wiki/
Mahfud MD, Amandemen Konstitusi menuju Reformasi Tata Negara, UII Press, Yogyakarta,
1999, hal 54
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2008, hal 134
Mukthie Fadjar, Reformasi Konstitusi Dalam Masa Transisi Paradigmatik, Penerbit In-TRANS,
Malang, 2003, hal 41
Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-Unsurnya, Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1995, hal 21
Rukmana Amanwinata, Pengaturan dan Batas Implementasi Kemerdekaan Berserikat dan
Berkumpul Dalam pasal 28 UUD 1945, yang di Kutip Oleh Ellydar Chaidir, Hukum dan
Teori Konstitusi, ToTal Media, Yogyakarta, januari, 2007. Hal 20-21

You might also like