Professional Documents
Culture Documents
JHF Template 2023
JHF Template 2023
JHF Template 2023
Volume :
Issues : Article 1
E-ISSN :
Penulis Pertama
Leonardus Dheanova Alfando Wibowo
alfando1711@gmail.com
Penulis Kedua
Program Studi, Jurusan/Fakultas, Universitas (11 pt)
Penulis1@email.com (10 pt)
Penulis Ketiga
Program Studi, Jurusan/Fakultas, Universitas (11 pt)
Penulis1@email.com (10 pt)
III - IV, and IV - V, but to categorize the II-III do not show the existence of
difference. This matter indicate that the each category of emergency
condition of head trauma patient lead the category I - V need the different
handling as according to requirement and condition of patient. (3) wounded
Patient lead the category I obtain;get the longer treatment action (mean
98,33 minute) and wounded patient lead the category V obtain;get the
quicker treatment action (mean 33,91 minute
pasien cedera kepala yang masuk ke Instalasi Gawat dengan menempatkan satu observer pada tiap shift
Darurat rumah sakit Dr Moewardi. Pengambilan jaga, baik shift pagi, siang dan malam. Observer
sampel dengan cara non probabilitas dengan diambil dari perawat di Instalasi Gawat Darurat
demikian maka peneliti memberikan hak yang tidak RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Saat pasien datang
sama kepada setiap subyek untuk memperoleh di depan pintu IGD maka dicatat sebagai dimulaianya
kesempatan (chance) di pilih menjadi sampel waktu tanggap tindakan keperawatan, setelah
(Arikunto, 2002 Peneliti menggunakan teknik kuota ditentukan diagnosa kerja dan kategori
sampling 10%, yang dikategorikan menjadi lima, kegawatannya, maka pencatatan dilanjutkan sesuai
setiap kategori 12 pasien (n = 12). Kriteria Inklusi: format yang ada. Untuk menghindari hilangnya data
pasien cedera kepala yang masuk IGD, penderita waktu yang overlaping maka dipakai penunjuk waktu
dengan cedera kepala sebagai masalah kesehatan dan pencatat waktu berupa jam dengan memakai
utama di IGD.\, dan penderita cedera kepala yang Waktu Indonesia Bagian Barat sebagai dasar
diakibatkan oleh kecelakaan. Kriteria Eklusi: pasien perhitungannya. Observer melakukan pencatatan
cedera kepala disertai cedera lain yang membuat dengan mengikuti pasien mulai dari saat dilayani dan
cedera kepala bukan sebagai masalah utama, pasien mencatat semua jenis tindakan keperawatan di IGD
cedera kepala yang mengalami kematian sebelum sesuai petunjuk pada format observasi. Hasil
sampai rumah sakit, dan pasien cedera kepala yang observasi tindakan keperawatan menggunakan
disebabkan bukan oleh karena kecelakaan (misal: catatan waktu dalam hitungan menit. Hasil observasi
stroke). Cedera kepala merupakan suatu masalah dicatat pada lembar pedoman observasi dengan
kesehatan pada daerah kepala yang didapat.dialami ditangatangani oleh observer. Karakteristik
sebagai akibat suatu kejadian dimana terjadi interaksi responden menurut usia menunjukkan bahwa dari 60
berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak orang pasien cedera kepala, distribusinya didominasi
dikehandaki sehingga menimbulkan cedera. Pada oleh usia antara 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 28
penelitian ini cedera kepala dibedakan menjadi 5 orang atau 46,7%, diikuti oleh kelompok usia 31- 40
kategori kegawatan yaitu kategori I, II, III, IV dan V. tahun sebanyak 30%, dan terendah adalah responden
Waktu tanggap pelayanan adalah waktu yang yang berumur lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 6
dibutuhkan untuk melayani pasien saat datang orang atau 10%. Hal ini sesuai dengan pendapat
didepan pintu IGD sampai layak dinyatakan untuk Pusponegoro (1997) yaitu bahwa kelompok usia
keluar dari IGD baik kekamar Perbedaan Waktu antara 15 – 45 tahun lebih banyak meninggal karena
Tanggap Tindakan Keperawatan … (Nunuk Haryatun trauma dan termasuk umur kelompok produktif.
dan Agus S ) 71 operasi, IRNA, ICU, RGB atau Listiono (1998) menyatakan bahwa distribusi kasus
pulang. Waktu tanggap tindakan keperawatan pasien cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia
cedera kepala dalam hitungan menit yaitu dihitung produktif yaitu antara 15 – 44 tahun (dengan usia
dari persiapan sampai selesai. Analisis data dilakukan rata-rata tiga puluhan tahun). Demikian pula pada
untuk tujuan menjawab hipotesis penelitian. Analisis hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan
diskriptif digunakan untuk menggambarkan waktu bahwa ternyata usia 21 – 30 tahun merupakan usia
tanggap tindakan keperawatan pasien cedera kepala dimana jumlah penderita cedera kepala yang paling
yang ada di RS dr. Moewardi Surakarta. Nilai mean besar. Tabel 1 Waktu Tanggap Tindakan
yang didapat dipakai sebagai masukan untuk Keperawatan Pasien Berdasarrkan Kategori Cedera
membuat standar waktu tanggap tindakan Kepala I-V
keperawatan pasien cedera kepala Masing-masing
mean kategori dianalisa dengan menggunakan uji
statistik yaitu anova dan t-test untuk mengetahui
perbedaan antara kategori I-V. Apakah ada beda
antara kategori I dengan kategori II, kategori II
dengan III, kategori III dengan IV, kategori IV
dengan V. n s X o t − µ = t = nilai t yang dihitung X
= nilai rata-rata (mean) µo = nilai yang
dihipotesiskan s = simpangan baku sampel n =
jumlah baku anggota sampel
Dari tabel 1 hasil pengamatan terhadap waktu
tanggap tindakan keperawatan 12 orang pasien
DISCUSSION cedera kepala pada masing-masing kategori I – V di
Penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen RSUD Dr. Moewardi Surakarta diperoleh hasil
berupa observasi. Peneliti dalam melakukan bahwa rata-rata waktu tanggap pasien cedera kepala
penelitian dibantu oleh tiga (3) orang observer kategori V adalah paling cepat dengan rata-rata
waktu tanggap 33,92 menit, kemudian waktu tanggap pasien dengan keadaan seperti rasa pusing ringan,
paling lama (lambat) adalah pada pasien cedera luka lecet atau luka yang superfisial. Waktu tanggap
kepala kategori I dengan rata-rata waktu tanggap tindakan keperawatan yang paling lama adalah upaya
98,33 menit. Tindakan keperawatan pasien cedera pemberian motivasi kepada keluarga pasien yang
kepala kategori V sangat cepat dengan total waktu membutuhkan waktu selama 15 menit, kemudian
tindakan selama 33,92 menit karena pasien datang 72 pemasangan infus membutuhkan waktu selama 7
Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1. menit, dan tindakan yang paling cepat adalah
No.2, Juni 2008 69-74 tidak dengan tanda-tanda pengaturan posisi pasien yang hanya membutuhkan
kegawatan klinis, pasien hanya merasa khawatir waktu 2 menit. Pasien cedera kepala Kategori V
dengan kondisinya. Pasien kategori V dengan cedera memerlukan waktu pelayanan paling cepat yaitu rata-
kepala ringan dan bisa rawat jalan. Pasien cedera rata hanya 33,92 menit. Pasien kategori V merupakan
kepala kategori I memerlukan waktu rata-rata 98,33 pasien yang datang ke IGD tidak dengan indikasi
menit. Pasien kategori ini merupakan pasien yang kegawatan menurut medis tetapi merasa gawat
memerlukan resusitasi segera, pasien cedera kepala seperti kecelakaan atau cedera kepala tanpa keluhan
berat, dengan gangguan sistem pernafasan, gangguan secara fisik. Waktu tanggap tindakan keperawatan
sistem peredaran darah atau pasien dengan penurunan yang paling lama justru pada pemberian motivasi
kesadaran. Dengan gejala awal paling serius seperti kepada keluarga pasien yang membutuhkan waktu
peningkatan tekanan intracranial, tanda-tanda selama 13 menit, kemudian pengukuran tanda-tanda
neurologis lokal atau cedera tembus, dilakukan vital membutuhkan waktu selama 7 menit, dan
konsultasi bedah saraf dan CT-Scan emergency. wawancara dengan pasien atau keluarga
Waktu tanggap tindakan keperawatan yang paling membutuhkan waktu 6 menit.
lama adalah heacting atau penjahitan luka robek
membutuhkan waktu selama 31 menit, kemudian
memberi suntikan membutuhkan waktu selama 20
menit, dan tindakan yang paling cepat adalah
pemberian oksigen yang membutuhkan waktu 2
menit. Pasien dengan kategori I, hampir semua Dari tabel 2 perbedaan waktu tanggap pada pasien
tindakan dilakukan. Pasien cedera kepala Kategori II cedera kepala antar kategori, dilakukan analisis
memerlukan waktu pelayanan rata-rata 79,08 menit. varians (anova) satu jalur. Berdasarkan hasil analisis
Pasien kategori II merupakan pasien yang bila tidak data diperoleh nilai Fhitung sebesar 118,753 lebih
dilakukan pertolongan dengan segera akan menjadi besar dari Ftabel = 2,54 pada taraf signifikansi 5%,
lebah buruk, seperta pasien cedera kepala mual-mual yaitu 118,753> 2,54 dengan p<0,05, sehingga H0
atau muntah. . Tindakan yang dianjurkan antara lain (hipotesis nol) ditolak dan Ha diterima. Artinya
tanda-tanda vital (pengukuran tensimeter, nadi, terdapat perbedaan yang signifikan waktu tanggap
respirasi, suhu badan), pertimbangan untuk CT-scan tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala
atau radiografi foto polos serta konsultasi bedah kategori I - V.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
saraf. Waktu tanggap tindakan keperawatan yang terdapat perbedaan yang signifikan waktu tanggap
paling lama adalah pemberian motivasi kepada tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala
keluarga pasien yang membutuhkan waktu selama 18 kategori I - V. Hasil uji anova memperoleh nilai
menit, kemudian menjahit luka membutuhkan waktu Fhitung yang diterima pada taraf signifikansi 5%.
selama 17 menit, dan tindakan yang paling cepat Waktu tanggap pelayanan tindakan keperawatan
adalah pemberian oksigen yang hanya membutuhkan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani
waktu 2 menit. Pasien kategori II, tindakan penderita dari persiapan sampai selesainya tindakan
keperawatan diprioritaskan untuk airway, breathing, keperawatan. Perbedaan waktu tanggap karena
dan sirkulasi, sehingga perlu pengamatan yang ketat dipengaruhi oleh keadaan pasien serta sarana dan
untuk mengetahui apakah ada kenaikan tekanan prasarana rumah sakit. Lamanya waktu tanggap
intracranial atau tidak. Pasien cedera kepala Kategori pelayanan ini dapat dipakai sebagai indikator mutu
III memerlukan waktu pelayanan rata-rata 78,92. pelayanan dan salah satu indikator mutu pelayanan
Pasien kategori III merupakan pasien urgen yaitu berupa waktu tanggapWaktu tanggap dikatakan tepat
pasien cedera kepala disertai dengan keadaan lain waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang
seperti luka robek, rasa pusing, yang memerlukan diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar
bedah minor dengan tanda-- tanda dan gejala awal yang ada. Pasien bedah karena cedera kepala yang
minimal seperti nyeri kepala pusing. Waktu tanggap masuk IGD RS. Dr. Moewardi Surakarta mayoritas
tindakan keperawatan yang paling lama adalah disebabkan karena kecelakaan. Kategori cedera
heacting atau penjahitan luka robek membutuhkan kepala dinilai berdasarkan data-data klinis
waktu paling lama yaitu 35 menit, memberi suntikan (Departement of Emergency, 1999):
membutuhkan waktu selama 18 menit, dan
pemberian motivasi kepada keluarga pasien yang
DOI: 5
JHV: Journal of Healthy Five EISSN :
2. Sosialisasi pelatihan waktu tanggap tindakan Wiroatmojo, Karjadi, 2002, Makalah: Penanganan
keperawatan pasien cedera kepala di RSUD. Dr. Penderita Gawat Darurat di Indonesia, di sampaikan
Moewardi Surakarta. dalam seminar Dokter Emergensi, 29 Juni 2002 di
3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan Yogyakarta.
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi lamanya waktu tanggap
tindakan keperawatan pasien cedera kepala.
CONFLICT ON INTEREST
In this section it can be written if there is
a conflict of interest
FUNDING (OPTIONAL)
Expressions of thanks can be given to
parties who have helped in research,
agencies which are the object of
research, and can also be given to
parties who have helped in the
publication of articles
REFERENSI
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Edisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
Brunner dan Suddarth, 2001. Keperawatan Medical
Bedah Edisi 8. EGC: Jakarta. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1992, Pedoman Pelayanan
Gawat Darurat, Depkes RI, Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1998, Petunjuk
Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Ruma Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1999. Pedoman
Pelayanan Gawat Darurat. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Khusus
dan Swasta. Jakarta. Doenges Marilyn E, Moorhouse,
Mary F. Geissler, Alice C, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC, Jakarta. Fulde Gordian W.C.
2002, Makalah: The Rote of Emergency Physician,
Disampaikan dalam seminar Dokter Emergensi Sabtu
29 Juni 2002 di Yogyakarta. Henderson, K.I.M,
Coasts, I.J, Hassan, T.B, Brohi, K, 2000, Audit of
Time to Emergency Trauma Laporatomy Accident
and Emergency Departement, Royal London Hospital
Trust, British Journal of Surgery, Vol. 87, 472-476.
Listiono L.D. 1998. Ilmu Bedah Syaraf Satya Negara,
Edisi III, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Mucthi, T.A. Murtedjo, V, 1997. Waktu
Respon di Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Muwardi, 2003, Materi Pelatihan
PPGD, Surakarta. Pusponegoro, A.D. Soedarmo, S.
1997. Sistem Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). Edisi 2, Komisi Trauma
Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia
“IKABI”. Soegiyono, Metode Penelitian
Administrasi, Edisi X 2003, CV Alfabeta Bandung.
DOI: 7