Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2021

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa


Wisata Colo, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

Nova Ayu Wardani1, Agnesia Putri Kurnianingtyas2,*


Program Studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Semarang, Jl. Soekarno-Hatta
Tlogosari, Semarang, 50196, Indonesia
1 2
novaayu3999@gmail.com; agnesiaputri@usm.ac.id*

ABSTRACT

The number of tourism village as a strategy of village development is continues to grow in the last
decade. So as Colo Tourism Village as a leading tourism destination in Kabupaten Kudus. One of the
principles of tourism village is community empowerment so that people can act as tourism actors and
get direct benefits from tourism. Thus, community participation plays a major role in the development
of tourism village. However, so far the participation of the Colo’s people in developing their village as
a tourist village has not been identified. Therefore, this study was conducted to identify and describe
the community participation in the Colo Tourism Village. The research method used in this study is
descriptive qualitative. The data collection techniques used are observation, in-depth interviews,
documentation studies and literature studies. The results showed that the people participated both
individually and in community groups such as pokdarwis, gapoktan and the Sunan Muria Foundation.
The community participate a lot by providing labour and ideas for tourism innovation, followed by
financial and material participation especially in religious and cultural matters. While the factors
driving community participation are religious and cultural preservation factors, followed by economic
factors and community awareness factors.

Keywords : tourism village, community participation, CBT

ABSTRAK

Desa wisata menjadi salah satu upaya pengembangan desa yang berkembang pada satu dasawarsa
terakhir. Termasuk pula di Desa Wisata Colo yang kini menjadi wisata unggulan Kabupaten Kudus.
Salah satu prinsip desa wisata adalah pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat berperan
sebagai pelaku wisata sehingga dapat merasakan manfaat langsung pariwisata. Dengan demikian,
partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata sangat berperan besar. Namun sejauh ini
masih belum teridentifikasi bagaimana partisipasi masyarakat Desa Colo dalam mengembangkan
desanya sebagai desa wisata. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan bagaimana partisipasi masyarakat di Desa Wisata Colo. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa partisipasi dilakukan baik melalui kelompok masyarakat seperti pokdarwis,
gapoktan dan Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria maupun secara individu. Bentuk partisipasi
masyarakat Desa Colo dalam pengembangan desa wisata yang mendominasi adalah partisipasi
tenaga dan ide untuk inovasi wisata, yang dilanjutkan pada partisipasi uang dan materi terutama
untuk hal-hal yang bersifat keagamaan dan budaya. Sedangkan faktor pendorong partisipasi
masyarakat adalah faktor agama dan pelestarian budaya, diikuti oleh faktor ekonomi dan faktor
kesadaran masyarakat.

Kata kunci : desa wisata, partisipasi masyarakat, CBT

Wardani & Kurnianingtyas 722


PENDAHULUAN dapat menumbuhkan sikap memiliki dan
rasa tanggung jawab dari masyarakat
Tren pariwisata saat ini mengalami
sehingga baik desa maupun kegiatan
perubahan dimana pariwisata cenderung
pariwisatanya menjadi lebih berkelanjutan.
mengarah pada konsep kembali ke alam
Pengembangan desa wisata berbasis
atau back to nature. Wisatawan
masyarakat mengedepankan keterlibatan
merasakan kejenuhan terhadap bentuk-
dan partisipasi aktif masyarakat dalam
bentuk wisata modern dan ingin kembali
proses pemberdayaan dan kemandirian
merasakan kehidupan di alam untuk
masyarakat (Ramdani & Karyani, 2020).
berelaksasi dan berinteraksi dengan
Adisasmita (2006) dalam (Prabowo,
masyarakat dan aktivitas sosial budaya di
Hamid, & Prasetya, 2016) menjelaskan
desa (Kriska, Andiani, & Simbolon, 2019 ).
bahwa partisipasi masyarakat adalah suatu
Menjawab tren ini, kemudian banyak
pemberdayaan masyarakat dengan peran
muncul wisata pedesaan. Hadiwijoyo
serta kegiatan penyusunan perencanaan
(2012) menyatakan bahwa pariwisata
dan implementasi program atau proyek
pedesaan atau desa wisata adalah
pembangunan dan merupakan aktualisasi
kawasan pedesaan yang memiliki suasana
dari kesediaan dan kemauan atau
yang asli dan khas baik dari segi fisik alam,
kemampuan masyarakat untuk berkorban
arsitektur dan struktur tata ruang desa
dan berkontribusi terhadap implementasi
yang khas, kehidupan sosial-ekonomi,
pembangunan. Partisipasi ini dapat dilihat
budaya dan adat-istiadat, kegiatan
ke dalam beberapa bentuk diantaranya
perekonomian serta potensi menarik untuk
dalam bentuk buah pikir, tenaga fisik,
dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
ketrampilan dan kemahiran, serta harta
Sejalan dengan hal itu, Prabowo (2016)
benda.
dan Anggraini (2021) juga menyatakan
Desa Wisata Colo merupakan salah
bahwa pengembangan desa wisata dapat
satu destinasi wisata unggulan di
memberikan warna baru bagi wisatawan
Kabupaten Kudus. Desa wisata ini
karena wisatawan dapat menikmati
terbentuk pada tahun 2012 dan dirintis
suasana yang jauh berbeda dari kegiatan
oleh pemerintah bersama penduduk desa
wisata yang hanya mengandalkan pusat
dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
perbelanjaan dan keramaian. Wisatawan
Sampai saat ini pengembangan desa
dapat menikmati keasrian desa, makanan
wisata Como menujukkan tren positif,
tradisional, bahkan ikut melakukan
terbukti dengan semakin terkenalnya
aktivitas yang dilakukan masyarakat desa.
kegiatan wisata dan semakin banyaknya
Desa wisata di Indonesia sendiri memiliki
wisatawan yang datang ke desa ini.
peluang pengembangan yang besar
Dilansir dari BPS Kabupaten Kudus,
mengingat Indonesia memiliki
jumlah kunjungan wisata di Desa Colo
pemandangan dan kekayaan alam yang
terus meningkat dari tahun 2015 hingga
berlimpah.
2018 dan menduduki peringkat kedua
Salah satu kunci pengembangan desa
kunjungan wisata setelah Tugu Identitas
wisata adalah prinsip pariwisata berbasis
Kudus.
masyarakat (community based tourism).
Semenjak ditetapkan menjadi desa
Masyarakat ditempatkan sebagai pelaku
wisata, terlihat bahwa pengembangan
utama kegiatan wisata sehingga manfaat
wisata di Desa Colo tidak hanya terpusat
kepariwisataan diprioritaskan untuk
pada Makam Sunan Muria.
masyarakat (Rizkianto & Topowijono, 2018
Pengembangan wisata juga pada
). Melalui prinsip CBT, masyarakat
beberapa titik lain dengan fokus utama
diberdayakan agar dapat menjadi tuan
berupa pengembangan wisata alam
rumah yang baik bagi para wisatawan
(ekowisata) dengan membuka wisata Bukit
yang berkunjung, serta memiliki kesadaran
Sepuser dan Bukit Puteran, mengingat
akan peluang dan kesiapan menangkap
lokasinya yang berada di lereng Gunung
manfaat yang dapat dikembangkan dari
Muria. Atraksi wisata yang juga banyak
kegiatan pariwisata untuk meningkatkan
dikembangkan adalah wisata budaya
kesejahteraan ekonomi masyarakat.
sedekah bumi dan sewu kupat, serta
Pemberdayaan masyarakat diharapkan

Wardani & Kurnianingtyas 723


wisata edukasi seperti membatik dan hektar (Ha), memiliki jarak 11 Km ke
edukasi kopi. Kecamatan Dawe dan 18 Km jarak dari
Masyarakat Desa Colo yang semula kota Kudus. Dari aspek fisik, Desa Wisata
mayoritas bekerja sebagai petani kini Colo memanfaatkan keberadaannya yang
banyak yang juga berkerja di bidang termasuk ke daerah dataran tinggi yang
pariwisata, seperti pengelola wisata, berada di Kabupaten Kudus karena desa
pedagang dan ojek wisata. Hal ini ini terletak di ketinggian ±700 meter diatas
menunjukkan bahwa pariwisata telah permukaan laut. Desa Colo memiliki iklim
memberikan dampak bagi masyarakat tropis dan bertemperatur sedang.
Desa Colo, salah satunya adalah berupa Desa Wisata Colo terbentuk pada tahun
perluasan lapangan pekerjaan di desa. 2012 dan dirintis oleh pemerintah bersama
Namun bagaimana keterlibatan penduduk desa. Dalam pengembangan
masyarakat dan partisipasi masyarakat desa wisata tersebut dibentuk pula
dalam pengembangan Desa Wisata Colo Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang
masih belum teridentifikasi sampai sejauh kemudian bertugas menjadi pengelola
ini. Padahal sebagaimana yang telah desa wisata. Seluruh Desa Colo
diuraikan sebelumnya, salah satu prinsip dikembangkan sebagai desa wisata.
dalam pengembangan desa wisata adalah Namun, pengelola menjadikan fokus
partisipasi masyarakat. Oleh karena itu pengembangan wilayah di sepanjang jalan
maka penelitian ini dilakukan untuk Gerbang Selamat Datang sampai dengan
mengkaji partisipasi masyarakat dalam Makam Sunan Muria.
pengembangan Desa Wisata Colo Desa Wisata Colo merupakan salah
satu wisata unggulan di Kabupaten Kudus
yang mengalami tren peningkatan jumlah
METODE PENELITIAN pengunjung tiap tahunnya. Di tahun 2015
Penelitian ini dilakukan di Desa Colo, tercatat terdapat 826.832 kunjungan wisata
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan meningkat menjadi sebesar 964.302
dengan menggunakan pendekatan kunjungan di tahun 2018.
penelitian kualitatif yang diuraikan dengan
secara deskriptif. Fokus penelitian ini
adalah potensi wisata yang ada di Desa
Colo, bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
serta faktor pendorong masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam pengembangan
desa wisata Colo. Pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi lapangan,
wawancara mendalam, dokumentasi, dan
telaah dokumen. Instrumen penelitian ini
adalah peneliti sendiri, pedoman
wawancara, recorder dan buku catatan. Gambar 1 Grafik Perkembangan Jumlah
Tahapan penelitian terdiri dari Kunjungan Wisata Kabupaten Kudus
pengumpulan data, reduksi data, penyajian
dan pendeskripsian data hasil wawancara Terdapat empat kelompok daya tarik
dan observasi, serta penarikan wisata di Desa Wisata Colo, yaitu wisata
kesimpulan. religi, wisata alam, wisata budaya, dan
wisata minat khusus berupa pendakian
gunung. Wisata religi ziarah makam
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan daya tarik wisata utama di
Potensi dan Daya Tarik Desa Wisata desa Wisata Colo mengingat di desa ini
Colo terdapat makam Sunan Muria.
Secara geografis, Desa Wisata Colo a. Wisata Religi Makam Sunan Muria
berada di lereng Gunung Muria, lebih Lahir dengan nama Raden Umar Said,
tepatnya terletak di Kecamatan Dawe, Sunan Muria merupakan wali termuda
Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. yang menyebarkan ajaran agama Islam di
Desa Colo memiliki luas lahan seluas 584 Jawa. Makam Sunan Muria tidak pernah

Wardani & Kurnianingtyas 724


sepi dari para peziarah dan pengunjung Tradisi dan budaya di Desa Colo
baik hari biasa maupun hari libur. Puncak menjadi salah satu daya tarik yang cukup
kunjungan biasanya terdapat di bulan besar, karena tradisi budaya ini sangat erat
Ramadan, setelah Idul Fitri pada saat kaitannya dengan Sunan Muria serta
perayaan sewu kupat, dan pada bulan tradisi budaya umat muslim. Terdapat
Syuro tepatnya pada saat buka luwur atau tradisi Buka Luwur, Ngguyang Cekathak
ritual penggantian kain penutup makam. dan tradisi Sewu Kupat yang rutin
b. Wisata Alam diselenggarakan setiap tahunnya. Tradisi
Potensi wisata lain di Desa Wisata Colo Buka Luwur merupakan ritual peringatan
adalah wisata alam mengingat kondisi hari wafatnya para wali dan bentuk
geografis Desa Colo berada pada dataran penghormatan terhadap Sunan Muria
tinggi yaitu kawasan Gunung Muria. dengan mengadakan prosesi penggantian
Potensi wisata alam tersebut diantaranya kelambu makam wali setiap tanggal 15
adalah Taman Ria Colo, wisata alam Bukit Muharram. Tradisi Guyang Cekathak
Sepuser, Bukit Puteran dan Omah Alas. merupakan sebuah ritual dimana pelana
Taman Ria Colo diresmikan sebagai kuda milik Sunan Muria dimandikan. Selain
objek wisata di Desa Wisata Colo sejak sebagai bentuk penghormatan terhadap
tahun 2012. Taman Ria Colo dikelola oleh Sunan Muria, tradisi ini juga digunakan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai ritual memohon hujan. Upacara
Kabupaten Kudus dan CV. Muria Indah. Ngguyang Cekathak diselenggarakan pada
Taman Ria Colo menyasar keluarga dan hari Jum’at Wage bulan September.
anak-anak untuk pasar wisatanya. Namun Sedangkan Tradisi Sewu Kupat
wisata ini belum mampu menyaingi jumlah diselenggarakan setiap bulan Syawal
kunjungan wisata di Makam Sunan Muria. sebagai simbol rasa syukur setelah
Bukit Sepuser dan Bukit Puteran melewati bulan Ramadan. Pada awalnya
menawarkan daya tarik berupa tradisi ini hanya berupa tradisi lebaran
pemandangan alam tanpa harus kupat yang bersifat lokal saja, tetapi
mengeluarkan tenaga untuk mendaki kemudian tradisi ini dikemas menjadi
gunung. Di kedua bukit tersebut festival dengan skala yang cukup besar
pengunjung dapat melihat pemandangan sebagai bentuk pelestarian tradisi
Kudus dari ketinggian baik view di siang sekaligus promosi budaya pada skala yang
hari maupun view malam hari berupa lebih luas.
citylight. Tidak hanya itu, pengunjung juga Selain tradisi budaya yang berkaitan
dapat berkemah di area tersebut. dengan agama Islam, terdapat pula tradisi
Sebagai area berkemah, Bukit Sepuser sedekah bumi dan tradisi Wiwit Kopi di
dapat menampung lebih banyak tenda Desa Colo. Tradisi sedekah bumi diadakan
dibandingkan Bukit Puteran. Terdapat pula sebagai ungkapan rasa syukur kepada
gardu pandang dan aula sebagai fasilitas Sang Pencipta yang telah memberi nikmat
pelengkap. Bukit ini juga direncanakan dari hasil bumi. Sedangkan tradisi wiwit
untuk dikembangkan sebagai wisata religi kopi dilakukan sebagai penanda akan
karena terdapat petilasan Mbah Sepuser dimulainya panen raya kopi. Pada tradisi
dan terdapat akses yang dapat langsung ini selain doa bersama terdapat pula acara
terhubung menuju Makam Sunan Muria. hiburan yang dapat dinikmati oleh
Bukit Sepuser sendiri dibuka sejak bulan wisatawan.
Januari 2021 atas kerjasama antara PR. d. Wisata Edukasi
Sukun dan Pokdarwis. Wisata edukasi merupakan atraksi
Sedangkan di Omah Alas, atraksi yag wisata yang baru dikembangkan sejak
ditawarkan antara lain berupa kegiatan tahun 2013 seiring berkembangnya
flying fox dan penyelenggaraan budaya. kegiatan wisata di Desa Colo. Wisata
Omah Alas resmi dibuka sebagai objek edukasi dikembangkan dan dikelola oleh
wisata di Desa Wisata Colo pada tahun Pokdarwis dan diantaranya adalah wisata
2012. Omah Alas dikelola oleh Kelompok edukasi membatik, edukasi kopi, dan
Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Paguyuban kunjungan home industry. Wisata edukasi
Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH). membatik dan kunjungan home industry
c. Wisata Budaya ditujukan kepada wisatawan secara umum,

Wardani & Kurnianingtyas 725


sedangkan paket wisata edukasi kopi resmi belum ada basecamp pendakian
sejauh ini baru dikembangkan untuk anak- Puncak Argopiloso dari Desa Wisata Colo.
anak. Namun pendakian Puncak Argopiloso
e. Wisata Minat Khusus Pendakian dapat dilakukan melalui paket wisata yang
Gunung ada di Desa Wisata Colo yang dikelola
Puncak Argopiloso adalah salah satu oleh Pokdarwis.
puncak yang ada di Gunung Muria. Secara

Gambar 2. Sebaran Obyek Wisata di Desa Colo

Keterlibatan Masyarakat dalam 1. Yayasan Masjid Makam Sunan Muria


Pengembangan Desa Wisata Colo (YS2SM)
Tugas YM2SM adalah mengelola
Berdasarkan hasil wawancara masjid dan makam Sunan Muria. Strategi
mendalam, masyarakat di Desa Wisata program yang dilakukan oleh YM2SM
Colo cukup banyak terlibat dalam kegiatan untuk mengembangkan wisata religi
wisata baik secara individu maupun sebagai wisata unggulan di Desa Wisata
kelompok masyarakat. Adapun kelompok- Colo adalah dengan melakukan penataan
kelompok masyarakat yang ada di Desa dan pembangunan kios-kios untuk
Wisata Colo antara lain: pedagang, mengadakan kegiatan

Wardani & Kurnianingtyas 726


keagamaan seperti pengajian Maulid Nabi menyampaikan isu pelestarian hutan pada
tiap Rabi’ul Awal, pengajian kitab pada saat hotbah Sholat Jum’at.
hari Kamis Wage, pengajian Nuzulul
5. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Qur’an, pembacaan Shalawat Manakib
tiap malam Jum’at Legi, Khotmil Qur’an Dalam mengembangan Desa Wisata
pada tiap malam Kamis Wage, dan Colo, Gapoktan selalu memastikan bahwa
pembacaan Sholawat Nariyah pada tanaman yang dihasilkan berkualitas
malam Rabu Pon. khususnya untuk tanaman kopi dan
2. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) parijoto. Bersama dengan Dinas
Pokdarwis memiliki peran motivator, Pertanian, dilakukan sosialisasi kepada
penggerak dan komunikator untuk petani mulai dari peningkatan kualitas
mengupayakan peningkatan kesiapan dan hasil tani hingga inovasi olahan hasil tani.
kepedulian masyarakat sekitar objek Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam
wisata agar dapat menjadi tuan rumah Pengembangan Desa Wisata
yang baik serta memiliki kesadaran Partisipasi yang dikaji dalam penelitian
adanya potensi yang dapat dikembangkan ini terdiri dari 4 bentuk yaitu partisipasi
demi meningkatkan kesejahteraan dalam bentuk buah pikir, tenaga fisik,
ekonomi masyarakat. Strategi program ketrampilan dan kemahiran, serta harta
yang dilakukan Pokdarwis adalah dengan benda (Ira & Muhamad, 2019 ).
memperkuat daya tarik wisata dengan a. Partisipasi Dalam Bentuk Buah Pikir
menerapkan Sapta Pesona serta Partisipasi buah pikir berkaitan dengan
perlindungan lingkungan dengan sumbangan ide tentang kekurangan atau
kebijakan pelestarian lingkungan. kelebihan Desa Wisata Colo. Partisipasi
3. Asosiasi Angkutan Sepeda Motor Muria buah pikir banyak dilakukan oleh
(AASM) Pokdarwis selaku pengelola utama desa
Selain menyediakan jasa pelayanan wisata serta kelompok-kelompok
ojek, AASMM juga berpartisipasi dalam msayarakat lainnya. Pokdarwis sebagai
memelihara jalur akses dari terminal Colo salah satu penggerak utama desa wisata
sampai dengan Peziarahan Sunan Muria cukup banyak memiliki ide gagasan bagi
dengan cara melakukan kerja bakti rujin pengembangan Desa Wisata Colo,
yang dilakukan setiap hari Rabu legi. diantaranya adalah gagasan untuk
Strategi program pengembangan Desa pengembangan inovasi wisata tradisi
Wisata Colo yang dilakukan oleh AASMM budaya serta ide pengembangan
adalah dengan mengadakan sosialisasi ekowisata sebagai daya tarik lain selain
terkait disiplin pada organisasi, menjaga Makam Sunan Muria. Terbukti, kegiatan-
citra organisasi, menjaga etika, rute jalur kegiatan perayaan keagamaan dikemas
khusus ojek, mengutamakan kenyamanan menjadi lebih menarik. Banyak wisata
dan keselamatan penumpang, berpakaian baru seperti Bukit Sepuser, Bukit Puteran
dengan santun, bersih, dan rapi dan Omah Alas yang dibuka dengan
4. Paguyuban Masyarakat Pelindung melibatkan masyarakat setempat sebagai
Hutan (PMPH) pengelola, serta adanya inovasi paket-
PMPH adalah perkumpulan paket wisata edukasi. Selain itu Pokdarwis
masyarakat yang bertugas untuk menjaga beserta Gapoktan dan instansi terkait juga
hutan dari perusakan dan pembalakan mengembangkan ide gagasan
liar. PMPH selalu melakukan patrol ke pengolahan hasil tani dan kuliner yang
dalam hutan secara rutin bahkan sering khas di Desa Colo seperti kopi, parijoto,
menginap selama 2-3 hari di hutan. Selain dan pakis.
reboisasi dan pengecekan hutan, strategi b. Partisipasi Dalam Bentuk Tenaga Fisik
yang dilakukan oleh PMPH adalah Partisipasi tenaga fisik merupakan
gerakan pelestarian hutan sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan
gerakan moral dengan cara mendatangi fasilitas atau infrastruktur pengembangan
para Ulama dan tokoh agama desa wisata. Berdasarkan hasil
masyarakkat terutama setiap malam jumat wawancara, pihak desa dan pengelola
untuk menitip pesan agar para Ulama wisata cukup menyadari dengan baik
bahwa keterbatasan dana pembangunan

Wardani & Kurnianingtyas 727


dapat diselesaikan dengan adanya Sedangkan untuk penyediaan
partisipasi tenaga dari masyarakat atas homestay masih belum banyak diminati
dasar gotong-royong dan swadaya. Dari oleh masyarakat. Selain faktor
masyarakat sendiri juga cukup memiliki keengganan bahwa ada orang asing yang
kesadaran untuk mengikuti anjuran baik menginap di rumah, fasilitas penginapan
dari pemerintah desa, pokdarwis, tokoh sudah cukup banyak tersedia di Desa ini.
masyarakat maupun tokoh agama. d. Partisipasi Dalam Bentuk Harta Benda
Tenaga yang diberikan masyarakat Selain ketiga bentuk partisipasi di atas,
diantaranya adalah pembangunan fasilitas masyarakat Desa Colo juga memberikan
ibadah, kerja bakti untuk kebersihan partisipasi dalam bentuk harta benda.
kawasan, dan kerja bakti dan persiapan Partisipasi ini berupa iuran rutin untuk
kegiatan ritual tahunan. Seperti pada saat kegiatan tradisi sedekah bumi dimana
ritual Buka Luwur, masayrakat laki-laki uang hasil iuran selain digunakan untuk
banyak terlibat pada persiapan properti, membeli bahan pangan untuk sedekah
pelaksana, serta keamanan selama acara. bumi, konsumsi panitia/penyelenggara,
Sedangkan masyarakat perempuan juga untuk membayar tanggapan kesenian
menyiapkan nasi jangkrik atau nasi daun jawa berupa wayang kulit dan ketoprak.
jati untuk para peziarah dan sesaji yang Tidak hanya itu, amal dan sedekah juga
dibutuhkan untuk upacara adat. memberikan sumbangsih yang cukup
Masyarakat di sekitar Bukit Sepuser dan besar. Berada di dekat Makam Sunan
Bukit Puteran juga ikut memberikan Muria dengan tradisi keislaman yang kuat,
tenaga dalam proses persiapan masyarakat percaya bahwa dengan
pembukaan obyek wisata tersebut. beramal atau bersedekah dapat membuat
Bahkan secara khusus, setiap hari Rabu kehidupan mereka menjadi lebih baik.
legi Asosiasi Angkutan Sepeda Motor Hasil dari amal dan sedekah itu umumnya
Muria selalu mengadakan kerja bakti dipakai untuk pembangunan fasilitas
untuk membersihkan jalur dari arah keagamaan dan pelaksanaan kegiatan
Terminal Colo menuju Peziarahan Makam keagamaan di Desa Colo.
Sunan Muria. Kerja bakti tersebut Faktor Pendorong Partisipasi
dilakukan secara sukarela untuk menjaga Masyarakat di Desa Wisata Colo
jalur agar tetap aman dan nyaman Faktor Internal
dilewati. a. Peluang peningkatan ekonomi
c. Partisipasi Dalam Bentuk Ketrampilan Sebagai wisata unggulan Kabupaten
dan Kemahiran Kudus dan adanya Makam Sunan Muria,
Partisipasi ini merupakan keterlibatan masyarakat Desa Colo mendapati bahwa
pada pengembangan usaha penunjang hampir setiap hari ada wisatawan yang
atraksi desa wisata. Pada Desa Colo, masuk ke desanya. Fenomena itulah
partisipasi ini dapat dilihat pada menjadikan masyarakat Desa Wisata Colo
pengelolaan kegiatan wisata yang melihat peluang untuk meningkatkan
sebagian besar bersumber dari tingkat perekonomian mereka. Di tahap
masyarakat sendiri. Artinya, masyarakat awal, peluang ekonomi tersebut terpusat
desa sudah cukup memiliki ketrampilan di area Makam Sunan Muria dimana
dalam mengelola obyek wisata dan paket- masyarakat mendapatkan lapangan
paket wisata seperti yang telah diuraikan pekerjaan baru yaitu pekerja di tempat
sebelumnya. wisata, pedagang dan ojek wisata.
Ketrampilan dan kemahiran lain yang Melihat hal tersebut, pokdarwis
dimiliki masyarakat Desa Colo berkaitan bersama dengan kelompok-kelompok
dengan penyelenggaraan tradisi dan masyarakat lainnya kemudian mengajak
budaya yang ada di Desa Colo karena masyarakat untuk memperbesar peluang
pelaksana kegiatan tersebut didominasi ekonomi dengan mengembangkan obyek-
oleh masyarakat asli Desa Colo. Selain obyek wisata baru dan paket-paket wisata
itu, ketrampilan dan kemahiran lainnya agar semakin banyak masyarakat
masyarakat di bidang industri rumah yang mendapatkan kebermanfaatan
tangga pengolahan makanan dan kuliner langsung dari pariwisata.
khas Desa Colo.

Wardani & Kurnianingtyas 728


b. Latar belakang agama penetapan kebijakan dibidang
Sunan Muria merupakan salah satu pengembangan wisata, pembinaan pelaku
tokoh agama yang berperan besar dalam wisata, dan penyedia fasilitas wisata.
penyebaran agama Islam khususnya di Dinas Pariwisata Kabupaten Kudus
area Gunung Muria dan sangat disegani berperan sebagai penyedia fasilitas wisata
masyarakat. Masyarakat Desa Colo berupa Pasar Wisata Colo. Dengan
menganggap Makam Sunan Muria adanya pasar wisata tersebut masyarakat
sebagai sebagai tempat suci yang harus memiliki kesempatan untuk bekerja
dijaga keasliannya dan dirawat agar tidak sebagai pedagang dan petugas
terbengkalai. Desa Colo juga masih kebersihan. Dinas Pertanian Kabupaten
memiliki karakter masyarakat pedesaan Kudus berperan dalam pemberdayaan
yang terbuka dan gotong royong. masyarakat melalui Gabungan Kelompok
Dengan latar belakang agama dan Tani (Gapoktan). Pemberdayaan
budaya tersebut, masyarakat Desa Colo masyarakat yang dilakukan oleh Dinas
cukup mudah diajak berpartisipasi Pertanian untuk mengembangkan Desa
terutama dalam penyelenggaraan tradisi- Wisata Colo adalah dengan melakukan
tradisi keagamaan dan budaya, gotong kegiatan sosialisasi dan pelatihan kepada
royong, maupun iuran kegiatan. petani yang ada di Desa Wisata Colo.
c. Kesadaran masyarakat b. Dukungan swasta
Walaupun tidak semua masyarakat PR. Sukun adalah sebuah perusahaan
Desa Colo bekerja di sektor wisata, perusahaan rokok yang ada di Kabupaten
namun masyarakat cukup paham bahwa Kudus. Bersama dengan masyarakat, PR.
desanya adalah salah satu desitiasi wisata Sukun mengembangkan wisata Bukit
di Kabupaten Kudus. Dengan kesadaran Supeser. PR. Sukun memberikan bantuan
demikian, masyarakat cukup mudah untuk berupa fasilitas dan pendampingan
diajak berpartisipasi dalam kegiatan kepada masyarakat, sementara
pengembangan wisata. Setidaknya, pengelolaan wisata diserahkan kepada
masyarakat ikut berkontribusi dalam masyarakat setempat.
menciptakan sapta pesona wisata di Desa c. Tingginya minat wisatawan
Colo. Masyarakat juga cukup ramah dan Hampir setiap hari terdapat wisatawan
terbuka kepada orang baru karena dari luar Desa Wisata Colo yang
seringnya berhadapan dengan wisatawan. mengunjungi Desa Wisata Colo. Hal ini
Kesadaran lain yang juga ada di membuat masyarakat Desa Colo semakin
masyarakat adalah kesadaran untuk bersemangat untuk berkontribusi dalam
menjaga alam. Setiap hari selalu ada pengembangan wisata di desanya.
pengecekan pohon dan tanaman di hutan
dan perbukitan apakah masih hidup atau
sudah mati yang dilakukan oleh Pokdarwis SIMPULAN
dan PMPH. Apabila mati, pihak tersebut Bentuk partisipasi masyarakat dalam
akan segera melakukan penghijauan pengembangan Desa Wisata Colo adalah
dengan memperhatikan jenis pohon yang adalah partisipasi ide atau buah pikir,
cocok dan diperkirakan akan tumbuh tenaga fisik, ketrampilan dan kemahiran,
subur di Desa Wisata Colo serta harta benda. Partisipasi buah pikiran
Faktor Eksternal lebih banyak diberikan oleh kelompok-
a. Dukungan pemerintah kelompok masyarakat seperti Pokdarwis,
Sebagai destinasi wisata unggulan, PMPH, Gapoktan, dan YM2SM.
Pemerintah Kabupaten Kudus Sedangkan partisipasi tenaga, kemahiran
memberikan perhatian cukup tinggi dalam dan ketrampilan serta harta benda
pengembangan Desa Wisata Colo. diberikan baik oleh kelompok masyarakat
Setidaknya terdapat 3 dinas yang aktif maupun individu.
mendampingi pengembangan desa wisata Partisipasi masyarakat di Desa Colo
yaitu Dinas Pariwisata, Dinas dilandasi oleh faktor internal dan
Perdagangan dan Dinas Pertanian. eksternal. Faktor internal adalah faktor
Dinas Pariwisata Kabupaten Kudus kesadaran mayarakat terhadap peluang
berperan sebagai perumusan dan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

Wardani & Kurnianingtyas 729


dari sektor wisata; faktor pelestarian Falah, A. (2012). Spiritualitas Muria:
agama, tradisi dan budaya; dan faktor Akomodasi Tradisi dan Wisata. Jurnal
kesadaran masyarakat terhadap sapta Walisongo Volume 20 Nomor 02 tahun
pesona dan pelestarian alam. Sedangkan 2012, 429-451.
faktor eksternal meliputi dukungan Hadiwijoyo, S. (2012). Perencanaan
pemerintah daerah untuk pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
desa wisata dukungan swasta untuk (Sebuah Pendekatan Konsep).
pengembangan desa wisata; dan Yogyakarta: Graha Ilmu.
kunjungan wisatawan yang cenderung Hurairah, A. (2011). Pengorganisasian dan
tidak pernah berhenti. Pengembangan Masyarakat Model &
Strategi Pembangunan Berbasis
Kerakyatan. Bandung: Humaniora.
SARAN Ira, W. S., & Muhamad. (2019 ). Partisipasi
Bagi pemerintah daerah dan Masyarakat Pada Penerapan
Pokdarwis, usaha pariwisata yang telah Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
berjalan sekarang ini perlu dikembangkan (Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul,
secara berkelanjutan (sustainable tourism) Kabupaten Malang). Jurnal Pariwisata
dengan penerapan pembangunan Terapan Vol 3 No 2 , 124-135.
berkelanjutan (sustainavle development) Kriska, M., Andiani, R., & Simbolon, T. G.
yang tetap memperhatikan aspek (2019 ). Partisipasi Masyarakat dalam
ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Community Based Tourism di Desa
Kegiatan wisata pada tetap harus Wisata Puton Watu Ngelak Kabupaten
memperhatikan daya dukung dan daya Bantul. JSEP Vol 12 No 1 Maret 2019 ,
tampung Kawasan. Arah pengembangan 11-18.
pariwisata juga sebaiknya tetap Prabowo, S. E., Hamid, D., & Prasetya, A.
memperhatikan prinsip partisipasi sesuai (2016). Analisis Partisipasi Masyarakat
potensi lokal desa. Pemerintah, Gapoktan Dalam Pengembangan Desa Wisata
dan Pokdarwis juga dapat melakukan (Studi Pada Desa Pujonkidul
peningkatan kegiatan desa wisata yang Kecamatan Pujon Kabupaten Malang).
berorientasi pada sektor perekonomian Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol 33
terutama dalam hal olahan hasil pangan. No 2 April 2016, 18-24.
Pokdarwis juga dapat lebih Puspasari, D. A. (2021). Peran Kelompok
mengembangkan paket-paket wisata desa Usaha Wisata dalam Penyediaan
dan wisata alam agar pangsa pasar dapat Fasiltas Wisata di Desa Colo,
lebih meluas lagi. Bagi perusahaan Kabupaten Kudus. Sustainable,
swasta yang akan mengadakan kegiatan Planning and Culture (SPACE) : Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 3
CSR juga sebaiknya tetap memperhatikan
No 1 tahun 2021.
prinsip desa wisata dimana program-
program CSR lebih diperuntukkan untuk Ramadhan, F., & Khadiyanto, P. (2014).
peningkatan partisipasi dan partisipasi Masyarakat Dalam
pemberdayaan masyarakat. Mendukung Kegiatan Pariwisata di Desa
Wisata Bejiharjo, Gunungkidul,
Yogyakarta. Jurnal Teknik PWK Volume
3 Nomor 4 Tahun 2014, 949-963.
DAFTAR PUSTAKA
Ramdani, Z., & Karyani, T. (2020). Partisipasi
Anggraini, R. (2021). Partisipasi Masyarakat Masyarakat Dalam Pengembangan
Dalam Community Based Tourism Desa Agrowisata dan Dampaknya Terhadap
Wisata Sembulang Pulau Galang Kota Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi
Batam. Jurnal Pendidikan dan Keluarga Kasus Pada Agrowisata Kampung Flory,
Vol 13 No 01 tahun 2021, 60-68. Sleman, Yogyakarta). MIMBAR
BPS Kabupaten Kudus. (2018 ). Kecamatan AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran
Dawe Dalam Angka tahun 2018 . Kudus Masyarakat Ilmiah Berwawasan
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Agribisnis Vol 6 No 2 tahun 2020, 675-
Kudus . 689.

Wardani & Kurnianingtyas 730


Rizkianto, N., & Topowijono. (2018 ). Kabupaten Trenggalek) . Jurnal
Penerapan Konsep Community Based Administrasi Bisnis Vol 58 No 1 Tahun
Tourism Dalam Pengelolaan Daya Tarik 2018 , 20-26.
Wisata Berkelanjutan (Studi Pada Desa
Wisata Bangun, Kecamatan Munjungan,

Wardani & Kurnianingtyas 731

You might also like