Professional Documents
Culture Documents
7181 21745 1 PB
7181 21745 1 PB
Abstract
This study focuses on analyzing the story of the prophet Musa and the prophet Khidir in Q.S.
al-Kahfī [18]: 60-82. The aim is to uncover and discover the branches of disciplines that are
integrated into it, both general science and a religious science. This is important in order to
understand a story in the Qur'an holistically and comprehensively. The approach used in this
study is a qualitative approach using library research and data analysis using content
analysis methods. The results of this study indicate that the story of the prophet Musa and the
prophet Khidir contains several integrated scientific disciplines. For example, when the
prophet Khidir made the decision to leak the boat, he had considered the risks he faced. First, if
the boat is not leaked it will be confiscated and will never be returned so that the boat owner
loses his job. Second, if the boat is leaked then the boat is damaged. Both of these decisions
have risks, but the prophet Khidir took a less risky decision, which was to leak the boat. In this
story, there are disciplines that are integrated with it, namely Management science which is
illustrated by two points, namely; decision making and risk management. In addition, the
author also identifies the existence of various other disciplines such as; Sufism, psychology,
education and logic.
Keywords: Knowledge Integration, Story of Prophet Musa and Prophet Khidir, Q.S. al-Kahf
[18]: 60-82
Abstrak
Penelitian ini fokus menganalisis kisah nabi Musa dan nabi Khidir dalam Q.S. al-Kahfī [18]:
60-82. Tujuannya untuk mengungkap dan menemukan cabang-cabang disiplin ilmu yang
terintegrasi di dalamnya, baik ilmu umum maupun ilmu agama. Hal ini penting agar dapat
memahami suatu kisah di dalam al-Qur’an secara holistik dan komprehensif. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan
kajian pustaka (library research) serta analisis data menggunakan metode content analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kisah nabi Musa dan nabi Khidir memuat beberapa
disiplin ilmu yang terintegrasi. Misalnya ketika nabi Khidir mengambil keputusan untuk
membocorkan perahu, ia sudah mempertimbangakan resiko yang dihadapi. Pertama, jika
perahu itu tidak dibocorkan maka akan dirampas dan tidak akan pernah dikembalikan
sehingga pemilik perahu kehilangan pekerjaannya. Kedua, jika perahu dibocorkan maka
perahunya rusak. Kedua keputusan ini masing-masing memiliki resiko, tetapi nabi Khidir
mengambil keputusan yang resikonya lebih ringan yaitu membocorkan perahu. Dalam kisah
ini terdapat disiplin ilmu yang terintegrasi di dalamnya yaitu ilmu Manajemen yang
tergambar dari dua poin, yaitu; pengambilan keputusan dan manajemen resiko. Selain itu,
penulis juga mengidentifikasi adanya berbagai disiplin ilmu lain seperti; ilmu tasawuf, ilmu
psikologi, ilmu pendidikan dan ilmu logika.
Kata Kunci: Integrasi Ilmu, Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, Q.S. al-Kahfi [18]: 60-82
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
76
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
Nusantara mempertegas dikotomi tersebut maka perlu dilakukan suatu
ilmu dan agama. Pemerintah Belanda upaya mengintegrasikan keduanya
berusaha mendikotomi pendidikan seperti zaman klasik di mana kajian
dengan memisahkan ilmu agama dari keilmuan bersifat menyeluruh tanpa
kurikulum sekolah. Akibatnya materi- ada pemisahan terminologi antara
materi keagamaan sama sekali tidak ilmu agama dan ilmu umum.
diajarkan di sekolah. Pelajaran agama Ian G. Barbour memaparkan
hanya diberikan di lembaga-lembaga setidaknya, ada empat pola hubungan
non-formal di luar sekolah seperti antara agama dan sains, yaitu Konflik
pondok pesantren, surau atau masjid (bertentangan), Independensi (masing-
dan sebagainya.4 Dikotomi ini semakin masing berdiri sendiri), Dialog
tajam dan mengkristal menyebabkan (berkomunikasi) dan Integrasi
adanya pengingkaran validitas dan (menyatu dan bersinergi). Ia
status ilmiah antara ilmu umum dan berpandangan bahwa integrasi bukan
ilmu agama. Pihak tradisionalis hanya soal menyatukan antara sains
(agamawan) menganggap bahwa dan agama, akan tetapi bagaimana
ilmu-ilmu umum itu bid’ah atau menjadikan keduanya sebagai mitra
bahkan menjadi haram karena yang sistematis dan ekstensif sehingga
bersumber dari orang kafir. Sementara ada interaksi dan sinergi, karena pada
para pendukung ilmu umum hakikatnya keduanya memiliki, telaah,
menganggap ilmu agama sebagai rancangan dan tujuan yang sama,
mitologi semata karena tidak mungkin yaitu menemukan kebenaran.6
mencapai tingkatan ilmiah dan tidak Al-Qur’an selain sebagai kitab
berbicara fakta yang empiris.5 yang berisi petunjuk (hudan) juga
Demikian begitu besar pengaruh merupakan kitab yang komprehensif.
negatif dikotomi ilmu agama dan ilmu Di dalamnya terdapat berbagai macam
umum. Untuk mengurai masalah informasi termasuk kisah-kisah para
nabi dan umat terdahulu. Kisah-kisah
4 Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, 435.
5 6
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Ian G. Barbour, When Science Meets Religion:
Rekonstruksi Holistik (Bandung: Mizan Pustaka, 2005), Enemies, Strangers, or Partuers, Terj. E. R Muhammad,
20. Juru Bicara Tuhan (Bandung: Mizan, 2002), 40-42.
77
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
di dalam al-Qur’an merupakan salah Kahfī, kisah nabi Musa dan nabi
satu sumber ilmu yang jika dikaji Khidir di dalamnya terdapat banyak
secara mendalam maka akan diperoleh ilmu yang terintegrasi baik ilmu
pelajaran serta hikmah di dalamnya. umum maupun ilmu agama. Misalnya
Sebagaimana firman Allah swt dalam ketika nabi Khidir membocorkan
surat Yusuf ayat 111; perahu. Jika ditinjau dari perspektif
ilmu agama tentu semua keputusan
nabi Khidir merupakan petunjuk dari
Allah Swt (wahyu). Akan tetapi jika
dilihat dari persektif ilmu umum, akan
didapatkan teori ilmu manajemen
Ashab al-Kahfī (ayat 9-25), kisah pemilik kebun (ayat dengan; pertama, selamatnya mereka
32-44), kisah nabi Musa dan nabi Khidir (ayat 60-82),
dan kisah Dzul Qarnain (ayat 83-101). Lihat Musā dari perampasan sang raja karena
Shahin Lashīn, al-Lāli’ al-Ḥisān fī ‘Ulūm al-Qur’ān
(Kairo, Dār al-Shurūq 2002), 264-265. Lihat al- tidak tertarik dengan perahu yang
Qur’an, 12:111.
78
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
rusak. Kedua, selamatnya perahu Metode Penelitian
sebagai mata pencaharian orang-orang Jenis penelitian dalam tulisan
miskin. Kemudian ketika nabi Khidir ini adalah kajian pustaka (library
mempertimbangkan risiko yang research), dengan mengumpulkan data-
timbul (risk management). Risiko data tertulis yang memiliki relevansi
pertama jika perahu tidak dibocorkan dengan masalah yang dibahas.9
maka dirampas oleh raja, sedangkan Adapun pendekatan yang digunakan
perahu tersebut adalah satu-satunya yaitu pendekatan deskriptif-kualitatif
alat untuk mata pencaharian mereka. untuk mengkaji secara mendalam
Risiko kedua jika dibocorkan maka tentang permasalahan yang diteliti
perahunya rusak. Maka dalam hal ini sehingga diperoleh pemahaman yang
nabi Khidir mengambil keputusan utuh dan holistik. Selanjutnya, peneliti
membocorkan perahu karena mengumpulkan data yang terkait
resikonya lebih kecil yakni perahu dengan objek yang dibahas yaitu surat
bocor/rusak namun masih bisa al-Kahfī ayat 60-82 berikut dengan
diperbaiki. argumen para mufasir untuk dianalisis
Peneliti bermaksud untuk menggunakan pendekatan penelitian
menemukan integrasi ilmu-ilmu kualitatif dengan metode penelitian
agama dan umum lainnya di dalam content analysis (tahlily).10 Sumber data
kisah nabi Musa dan nabi Khidir yang digunakan dalam penelitian ini
tersebut. Hal ini tidak lain adalah sumber tertulis berupa al-Qur’an, kitab
sebagai upaya peneliti untuk menggali 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
ilmu dari sebuah kisah secara penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), 55.
10 Weber menyatakan bahwa kajian isi
integratif yaitu dari perspektif ilmu
adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan
agama dan umum, sehingga seperangkat prosedur untuk manarik kesimpulan yang
benar dari sebuah buku atau dokumen, lihat Lexy J.
didapatkan pemahaman yang Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), 220. Secara sederhana
komprehensif dan holistik dari kisah operasional metode analisis isi dimulai dengan
merumuskan apa yang akan diteliti (menemukan
tersebut. lambang/simbol), memilih objek yang menjadi
sasaran analisis (Klasifikasi data), kemudian
menganalisa data (prediksi). Lihat Burhan Bungin,
Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana,
2010), 156.
79
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
Dalam Pembelajaran IPA”, Jurnal Kebijakan dalam Adian Husaini, Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan
Pendidikan, Vol. xxviii, No. 3 (2013), 201. Islam, (Depok: Gema Insani, 2013), 7.
80
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
Ihya’ ‘Ulūm al-Dinnya misalnya, namun yang membedakan mereka
tidaklah menjadi masalah. Akan tetapi dengan klasifikasi yang dilakukan oleh
yang menjadi masalah selanjutnya Al-Ghazali adalah karena adanya
adalah pengklasifikasian itu justru penekanan pertimbangan religius dan
berimplikasi kepada adanya moral daripada sekedar daftar/indeks
pembagian atas keduanya sehingga semata.17 Akibatnya, dengan adanya
terjadi dikotomi antara dua konsep penekanan moral dalam bentuk
yang seakan-akan saling pembedaan kemuliaan serta anjuran
bertentangan.15 Sebagai contoh Al- prioritas mempelajari satu disiplin
Ghazali misalnya menegaskan adanya ilmu dibanding disiplin ilmu yang lain
perbedaan kemuliaan atau derajat dalam klasifikasi Al-Ghazali ini lah
ilmu dalam konteks ‘ilm fardu ‘ain- yang menurut penulis telah
fardu kifayah dan ‘ilmu mahmudah-ilmu mempengaruhi cara pandang
mazmumah, ilmu syar’iyyah-ilmu dikotomis umat Islam terhadap ilmu.
‘aqliyyah dimana ilmu-ilmu syar’iyyah Jadi dalam hal ini bukan al-Ghazali
beliau tegaskan sebagai ilmu yang yang salah melainkan umat islam
paling mulia dari segala jenis ilmu setelahnya yang berfikir konservatif
lainnya. Sehingga ada kesan hukum dan dikotomis terhadap ilmu.
mempelajari ilmu-ilmu syar’iyyah Pandangan yang sama dikemukakan
bersifat wajib sedangkan mempelajari oleh Al-Attas yang menyatakan bahwa
ilmu-ilmu pengetahuan umum bersifat integrasi ilmu (islamisasi ilmu) itu
mubaḥ/boleh. 16
dilatarbelakangi oleh keadaan umat
Hasan menuturkan bahwa Islam yang terbelakang dan tertinggal
meskipun beberapa ilmuwan muslim dari masyarakat Barat modern karena
sebelumnya juga telah memaparkan kasalahan cara pandang dan pahaman
berbagai klasifikasi ilmu pengetahuan, mereka terhadap ilmu, yang
menyebabkan tercerabutnya “ilmu”
15 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam:
Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: dari agama. Selain itu, ilmu-ilmu yang
Kalam Mulia, 2015), 326.
16 Imam Abu Hamid Muhammad Al-
Ghazali, Mukhtasor Iyha Ulumuddin atau Al-Mursidul 17 Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam
Amin Ila Mauidzotil Mu’minin, (Darul Kitab Islamiyah, Klasik: Gagasan Pendidikan Abu Hamid Al-Ghazali,
2004), 111-114. (Medan: IAIN Press, 2012), 93.
81
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
Islamisasi Ilmu atau Sains. Istilah ini (ghulām); kelima, penegakan dinding
Raji al-Faruqi, dengan menerbitkan perpisahan nabi Musa dan nabi Khidir.
Principle and Workplan, istilah lain yang Pemuda (Q.S. al-Kahfi [18]; 60-64).
Dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI”, Jurnal 20 Fakhruddīn al-Rāzī, Mafātiḥ al-Ghaib Jilid
Ushuluddin, Vol. 25, No.1, Januari-Juni (2017), 20. 11 (Kairo: Maktabah al-Taufīqiyyah, t.tp.), 146.
82
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
kita cari". Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak
mereka semula (64).
Pertemuan nabi Musa dengan
nabi Khidir tidak dijelaskan secara
detail kapan dan di mana tempatnya
serta tidak disebutkan permulaannya,
namun dalam hadis yang
diriwayatkan al-Bukhari dijelaskan
penyebabnya. Ibnu Abbas mendengar
Dan (ingatlah) ketika Musa
berkata kepada muridnya: "Aku Ubai bin Ka’ab berkata bahwa ia
tidak akan berhenti (berjalan) mendengar Rasulullah saw bersabda;
sebelum sampai ke pertemuan
dua buah lautan; atau aku akan “Musa berdiri khutbah di hadapan
berjalan sampai bertahun- Bani Israil, kemudian ia ditanya, ’Siapa
tahun” (60). Maka tatkala
mereka sampai ke pertemuan Manusia yang paling pintar?’ Musa
dua buah laut itu, mereka lalai menjawab, ‘Saya’”. Atas jawaban
akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya tersebut Allah swt mencela nabi Musa
ke laut itu (61). Maka tatkala yang tidak mengembalikan ilmu
mereka berjalan lebih jauh,
berkatalah Musa kepada kepada Allah swt. Kemudian Allah
muridnya: "Bawalah kemari swt mewahyukan kepada nabi Musa
makanan kita; sesungguhnya
kita telah merasa letih karena bahwasannya seorang hamba-Ku
perjalanan kita ini" (62). berada di tempat bertemunya dua laut
Muridnya menjawab: "Tahukah
kamu tatkala kita mencari dia lebih pintar daripadamu.
tempat berlindung di batu tadi, Kemudian nabi Musa bertanya,
maka sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu “Bagaimana aku dapat bertemu
dan tidak adalah yang dengannya?” Allah swt berfirman,
melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali “Ambillah seekor ikan lalu tempatkan
syaitan dan ikan itu mengambil ia di wadah. Maka, di mana engkau
jalannya ke laut dengan cara
yang aneh sekali" (63). Musa
berkata: "Itulah (tempat) yang
83
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
kehilangan ikan itu, di sanalah dia. pertemuan kedua nabi itu di tempat
(HR. Bukhari).21 bertemunya dua pantai.25 Kisah yang
Al-Maraghi menyebutkan kata menyebutkan bahwa air berbentuk
fatā (pemuda) dalam ayat bernama jembatan ataupun terowongan
Yusa’, dalam hadis riwayat imam tidaklah wajib bagi kita untuk
Bukhori disebutkan pemuda itu adalah meyakininya kecuali ada nash qat’i
Yusa’ bin Nun.22 Kemudian Quraish yang menyebutkannya, jelas al-
Shihab menjelaskan, kata huquban () ُﺣﻘُﺒًﺎ Maraghi.26 Kemudian permintaan nabi
menunjukkan waktu yang lama ada Musa untuk diambilkan makanannya,
yang berpendapat setahun, 70 tahun, mengingatkan pemuda kepada ikan,
atau 80 tahun, bahkan sepanjang maka ia pun menyampaikan perkara
masa.23 Al-Maraghi menjelaskan, nabi ikan tersebut kepada nabi Musa.
Musa tertantang untuk menemui Menurut al-Maraghi makanan tersebut
hamba shalih itu, meski harus menjadi hikmah yang mengingatkan
bersusah payah dan menempuh pemuda pada ikan.27 Terkait
perjalanan yang panjang.24 Pendapat penuturan pemuda tentang ikan, ia
Ibnu Asyur dalam Tafsir al-Misbah menyalahkan setan yang telah
menyebutkan bahwa ikan itu melupakannya karena peristiwa yang
menghilang menuju terowongan dialaminya benar-benar aneh (ajaib).
(saraban) dan nabi Musa kemudian Kata ‘ajaban ( )ﻋَﺠَﺒًﺎsendiri ada yang
mengikuti jalan itu. Akan tetapi, memahaminya dengan keadaan
pendapat ini ditolak mayoritas ulama. tempat itu mengherankan manakala
Mereka cenderung memahami ikan berjalan ke laut.28
21
2. Pertemuan Nabi Musa dan Nabi
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-
Bukhāri, Jami’ Shahih al-Mukhtaṣar min Umuri Rasūlillāh Khidir (Q.S. al-Kahfi [18]; 65-70)
wa Sunāninhi wa Ayyāmih (Beirut: Daar Ibnu Katsir,
1987), Cet. III, Juz 4, 1757.
22 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-
25 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,
Bukhori, Jami’ Shahih al-Mukhtashor min Umuri
Rasulillah wa Sunaninhi wa Ayyamih, Juz. 4, 1757. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, 91.
23 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 26 Ahmad Musṭafa al-Maraghi, Tafsir al-
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Maraghi, Juz. 15, 175-176.
Hati, 2004) Cet. II, Vol. 8, 89. 27 Ahmad Musṭafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz.
24 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-
15, 176.
Maraghi (Mesir: Maktabah Musṭafa al-Babi al-Halabi 28 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,
wa Awladih, 1946) Juz. 15, 175. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, 93.
84
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
diajarkan kepadamu?" (66). Dia
menjawab: "Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama aku
(67). Dan bagaimana kamu
dapat sabar atas sesuatu, yang
kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup
tentang hal itu?" (68). Musa
berkata: "Insya Allah kamu
akan mendapati aku sebagai
orang yang sabar, dan aku tidak
akan menentangmu dalam
85
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
86
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
membuktikan adanya seorang yang
memiliki pengetahuan yang tidak
dimiliki oleh nabi Musa.33 Jawaban
nabi Khidir menurut al-Maraghi Maka berjalanlah keduanya,
maksudnya adalah “jangan engkau hingga tatkala keduanya
menaiki perahu lalu Khidir
meminta jawaban atas sesuatu yang melobanginya. Musa berkata:
engkau ingkari sampai aku "Mengapa kamu melobangi
perahu itu akibatnya kamu
menyebutkan kebenarannya”. Karena menenggelamkan
sesungguhnya aku (nabi Khidir) tidak penumpangnya?"
Sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu kecuali itu adalah berbuat sesuatu kesalahan yang
hal yang benar dalam urusanku besar (71). Dia (Khidir) berkata:
"Bukankah aku telah berkata:
meskipun secara ẓahir bertolak "Sesungguhnya kamu sekali-
belakang dengan ilmu yang engkau kali tidak akan sabar bersama
dengan aku" (72). Musa berkata:
(nabi Musa) ketahui. Sebagai adab "Janganlah kamu menghukum
pelajar kepada guru maka nabi Musa aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani
menerima syarat yang diberikan oleh aku dengan sesuatu kesulitan
nabi Khidir.34 dalam urusanku" (73).
sebelum menaiki perahu— mereka
telah mengetahui apa yang terjadi
jika tidak melubanginya dan
pelubangan itu merupakan tekadnya
sejak semula.35 Kata inṭalaqa (َ)إِﻧْﻄَﻠَﻖ
33
dipahami dalam arti berjalan dan
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, 100-101.
34 Ahmad Musṭafa al-Maraghi, Tafsir al- 35 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,
Maraghi, Juz. 15, 178. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, 102-103.
87
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
88
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
kamu telah melakukan suatu kamu telah melakukan suatu yang
yang mungkar" (74). Khidir
mungkar”. Al-Maraghi menjelaskan,
berkata: "Bukankah sudah
kukatakan kepadamu, bahwa bantahan nabi Musa karena remaja
sesungguhnya kamu tidak akan
yang dimaksud adalah remaja yang
dapat sabar bersamaku?" (75).
Musa berkata: "Jika aku bersih dari dosa tanpa membunuh
bertanya kepadamu tentang
yang diharamkan? Dalam hal ini
sesuatu sesudah (kali) ini, maka
janganlah kamu pembunuhan dikhususkan bukan
memperbolehkan aku
karena kekafiran setelah iman, zina
menyertaimu, sesungguhnya
kamu sudah cukup memberikan setelah menikah karena itulah yang
uzur padaku" (76).
nampak pada peristiwa tersebut.
Pengingkaran nabi Musa kepada nabi
Setelah selamat dari
Khidir dalam peristiwa ini
tenggelamnya perahu, mereka turun
ditunjukkan dengan lebih tegas. Hal
dan berjalan di pantai kemudian nabi
itu terlihat dari penggunaan nukran
Khidir melihat seorang anak remaja
()ﻧﱡ ۡﻜ ًﺮا, yaitu kemungkaran yang besar.38
yang bermain dan dengan serta merta
Pada ayat 76 nabi Musa
ia membunuhnya. Al-Qur’an tidak
menyadari akan perbuatannya yang
menyebutkan bagaimana nabi Khidir
telah melakukan dua kesalahan.
membunuh anak itu, jelas al-
Namun tekadnya yang kuat untuk
Maraghi.37 Melihat hal itu, nabi Musa
meraih ma’rifat mendorongnya
dengan penuh kesadaran,
memohon untuk diberi kesempatan
sebagaimana yang dikutip Quraish
terakhir. Nabi Musa berkata; “jika aku
Shihab dari Sayyid Qutub, nabi Musa
bertanya kepadamu tentang sesuatu
tidak lupa lagi tapi dia benar-benar
sesudah (kali) ini”, maksudnya, jika
sadar lantaran besarnya peristiwa itu.26
aku menanyakan kepadamu tentang
Nabi Musa berkata kepada nabi
perbuatan-perbuatan asing yang aku
Khidir; “Mengapa kamu membunuh
saksikan serta aku meminta penjelasan
jiwa yang bersih, bukan karena dia
hikmahnya darimu, “maka janganlah
membunuh orang lain? Sesungguhnya
Maraghi, Juz. 15, 179. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, 104.
89
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
90
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
mereka, kemudian keduanya mengeluarkan simpanannya itu,
mendapatkan dalam negeri itu sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dinding rumah yang hampir dan bukanlah aku
roboh, maka Khidir melakukannya itu menurut
menegakkan dinding itu. Musa kemauanku sendiri. Demikian
berkata: "Jikalau kamu mau, itu adalah tujuan perbuatan-
niscaya kamu mengambil upah perbuatan yang kamu tidak
untuk itu" (77). Khidir berkata: dapat sabar terhadapnya" (82).
"Inilah perpisahan antara aku
dengan kamu; kelak akan Setelah peristiwa pembunuhan
kuberitahukan kepadamu
itu, keduanya berjalan sampai bertemu
tujuan perbuatan-perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar dengan sebuah desa, mereka meminta
terhadapnya (78). Adapun
makanan, namun penduduk desa itu
bahtera itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang enggan untuk menjamu mereka.
bekerja di laut, dan aku
Dalam sebuah hadis disebutkan,
bertujuan merusakkan bahtera
itu, karena di hadapan mereka “mereka, penduduk negeri itu adalah
ada seorang raja yang
orang-orang tercela lagi pelit”.
merampas tiap-tiap bahtera (79).
Dan adapun anak muda itu, Adapun penjelasan, “tetapi penduduk
maka keduanya adalah orang-
negeri itu tidak mau menjamu
orang mukmin, dan kami
khawatir bahwa dia akan mereka”, dengan tidak menyebutkan
mendorong kedua orang tuanya
‘tidak mau memberi makan’
itu kepada kesesatan dan
kekafiran (80). Dan kami menambahkan kehinaan mereka dan
menghendaki, supaya Tuhan
mensifati mereka dengan kerendahan
mereka mengganti bagi mereka
dengan anak lain yang lebih serta kebakhilan. Sebab, seorang yang
baik kesuciannya dari anaknya
mulia tentu hanya menolak seorang
itu dan lebih dalam kasih
sayangnya (kepada ibu yang meminta diberi makanan, bukan
bapaknya) (81). Adapun
menghinanya. Sebaliknya orang yang
dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak mulia tidak akan mengusir tamu asing,
yatim di kota itu, dan di
tandas al-Maraghi.40 Pendapat yang
bawahnya ada harta benda
simpanan bagi mereka berdua, sama juga dilontarkan Qurais Shihab
sedang ayahnya adalah seorang
bahwa penyebutan penduduk negeri
yang saleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada 40 Ahmad Musṭafa al-Maraghi, Tafsir al-
kedewasaannya dan Maraghi, Juz. 16, 5.
91
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
92
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
orang miskin yang tak mampu untuk makna ini tidak tepat, karena Allah
membela diri dari kezaliman. Padahal tidak mungkin takut. Oleh karenanya,
mereka telah bekerja sekuat tenaga. Quraish Shihab menambahkan kami
“Dan aku bertujuan merusakkan takut ‘bahkan tahu’ dalam mengartikan
bahtera itu, karena di hadapan mereka kata ini. Sementara itu ada juga yang
ada seorang raja yang merampas tiap- memaknainya secara majazi, yaitu
tiap bahtera”. Hal ini dilakukan oleh ‘kami iba dan penuh rahmat
nabi Khidir karena merupakan kepadanya’. Dalam hal ini, sang anak
kebiasaan raja tersebut merebut secara adalah anak yang kedurhakaannya
paksa setiap perahu yang masih bagus luar biasa. Hal ini terlihat dari
dan layak, tegas al-Maraghi.43 penggunaan kata ṭugyānan ( )طُ ۡﻐ ٰﯿَﻨًﺎyang
Selanjutnya, ayat ke 80-81 berati kesesatan. Banyak ulama yang
menjelaskan tentang mengapa nabi memahami pelaku kedurhakaan dan
Khidir membunuh anak yang menurut kekufuran yang dikhawatirkan adalah
pandangan nabi Musa adalah seorang kedua orang tua anak ini. Akan tetapi
anak yang suci dari dosa. Nabi Khidir ada juga yang memahami pelakunya
mengetahui bahwa anak itu adalah adalah anak itu, tutur Quraish
anak yang kafir sedang kedua orang Shihab.44
tuanya adalah orang mukmin. Kemudian pada ayat ke 82 ini
Kekhawatiran nabi Khidir jika kelak merupakan penutup dari rangkaian
anak itu menjadi penyebab kekafiran peristiwa kisah nabi Musa dan nabi
kedua orang tuanya lantaran kecintaan Khidir. Ayat ini menjelaskan tentang
mereka terhadap anak itu, membuat perbuatan nabi Khidir pada sebuah
nabi Khidir membunuh anak itu. Kata negeri yang dihuni oleh penduduk
khasyah (ْ)ﺧَﺸْﯿَﺔ, pada mulanya bermakna tercela lagi bakhil, namun nabi Khidir
takut. Tapi, kata kami yang menjadi justu malah menegakkan dinding pada
pelaku ayat ini menunjuk kepada nabi sebuah bangunan yang hampir roboh
Khidir bersama Allah swt, tentu tanpa meminta imbalan. Tujuan nabi
Maraghi, Juz. 16, 8. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, 108.
93
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
ada harta benda simpanan bagi kisah nabi Musa dan nabi Khidir,
adalah seorang yang saleh. Maka Allah tergambar dari tiga poin berikut,
swt menghendaki agar supaya mereka yakni; Ilmu Laduni, Sabar dan
hampir roboh adalah bukan semata- para nabi dan rasul saja tetapi
yang kamu tidak dapat sabar Dalam kisah nabi Musa dan
94
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
bertemu dengan seorang hamba kesulitan, kepahitan dan
di antara hamba-hamba Kami, sejenisnya.50 Dalam kisah nabi
yang telah Kami berikan Musa dan nabi Khidir, nabi
kepadanya rahmat dari sisi Khidir menanamkan prinsip
Kami, dan yang telah Kami kesabaran ketika nabi Musa
ajarkan kepadanya ilmu dari hendak belajar.“jika engkau
sisi Kami” (Q.S. al-Kahfi [18]: mengikutiku, maka janganlah
65).47 Hal yang sama juga bertanya kepadaku tentang
tergambar dari pernyataan nabi apapun, sampai aku sendiri
Khidir yang mengatakan bahwa yang akan menerangkannya
apa yang ia lakukan bukanlah kepadamu” (Q.S. al-Kahfi [18]:
atas kemauannya sendiri tetapi 70). Ungkapan nabi Khidir ini
atas perintah Allah melalui ilmu mengajarkan kepada nabi Musa
yang telah diajarkan-Nya. "Dan tentang arti kesabaran.51
bukanlah aku melakukannya itu c. Tawāḍu’
menurut kemauanku sendiri."48 Sikap tawāḍu’ merupakan salah
(Q.S. al-Kahfi [18]: 82) satu akhlak kaum sufi. Mereka
b. Sabar sangat antusias memperaktek-
Sabar merupakan salah satu kan sikap itu sebagai upaya
maqam dalam ajaran dunia meneladani Rasulullah saw.
tasawuf.49 Kata shabr berarti Tawāḍu’ berarti bersedia tunduk
menahan diri atau tabah pada kebenaran dan
menghadapi sesuatu yang sulit, mematuhinya, mau menerima,
berat dan mencemaskan. Kata mau mengatakan dan mau
sabar mengandung tuntunan mendengarkan dari orang lain.
untuk tabah menerima segala Walaupun nabi Musa memiliki
keilmuan yang cukup luas, hal
48Ibid., 320.
49 Abī ‘Abdillāh Muhammad bin Abī Bakr 50 Tim Penyusun, Ensiklopedia al-Qur’an: Arti
bin Ayyūb Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madārij al- Kosa kata (Jakarta; Lentera Hati, 2007), Vol. 3, 891.
Sālikīn (Kairo: Muassasat al-Mukhtȃr, 2001), Jilid 1, 51 Muhammad Mutawallī al-Sha’rāwī, Qaṣaṣ
95
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
96
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
merampas perahu. Sedangkan pencaharian mereka. Risiko
perahu tersebut milik orang-orang kedua jika dibocorkan maka
miskin yang menggantungkan perahunya rusak. Maka dalam
hidup dari perahu tersebut. Bisa hal ini nabi Khidir mengambil
dibayangkan betapa menderitanya keputusan membocorkan
mereka jika perahu tersebut perahu karena resikonya lebih
dirampas (intelligence activiy). kecil.
Langkah strategis (design aktivity) 3. Ilmu Psikologi
yang diambil nabi Khidir adalah Dalam kisah nabi Musa dan
membocorkan perahu sebagai nabi Khidir, ilmu psikologi
bentuk perusakan agar tidak terindikasi dari interaksi antara
menarik untuk dirampas. Langkah nabi Musa dan nabi Khidir serta
ini terbukti sukses dengan; pertama, respon atas peristiwa yang terjadi.
selamatnya mereka dari Dalam kaitannya dengan kisah
perampasan oleh sang raja karena nabi Musa dan nabi Khidir, teori-
tidak tertarik dengan perahu yang teori ilmu psikologi tercermin dari
rusak. Kedua, keputusan tersebut dua poin berikut, yaitu; emosi dan
telah menyelamatkan mata persepsi. Emosi menurut William
pencaharian orang-orang miskin James (1842-1910 M) adalah
dari perahu tersebut (choise kecenderungan untuk memiliki
activity). perasaan yang khas bila
Kemudian ketika nabi berhadapan dengan objek tertentu
Khidir mempertimbangkan risiko dalam lingkungan.53 Terkait
yang timbul (risk management). dengan kisah nabi Musa dan nabi
Risiko pertama jika perahu Khidir, ditemukan beberapa
tidak dibocorkan mereka bentuk emosi yang muncul,
kehilangan perahu karena diantaranya; marah (kesal) dan
dirampas oleh raja, sedangkan memaafkan. Sikap marah (kesal)
perahu tersebut adalah satu-
53 Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta:
satunya alat untuk mata
Rineka Cipta, 2009), 4.
97
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
telihat ketika nabi Musa melihat terjadi (lihat Q.S. al-Kahfi [18]: 71,
tindakan nabi Khidir 74, 77). Mulai dari tindakan nabi
membocorkan perahu dan Khidir membocorkan perahu,
membunuh anak (lihat Q.S. al- membunuh anak, dan
Kahfi [18]: 71, 74). Hal ini tentunya memperbaiki dinding rumah.
karena nabi Musa belum Peristiwa-peristiwa tersebut
mengetahui hakikat perbuatan merupakan stimulus yang
tersebut. Kemudian sikap ditangkap oleh indra penglihatan
memaafkan ditunjukkan nabi dalam (nabi Musa) yang disebut
Khidir kepada nabi Musa ketika ia dengan sensasi. Sensasi tersebut
dua kali melanggar perjanjian kemudian memunculkan persepsi
(lihat Q.S. al-Kahfi [18]: 72, 75). nabi Musa terhadap nabi Khidir
Kemudian dalam ilmu sebagai perbuatan yang keliru dan
psikologi, persepsi erat kaitannya tidak masuk akal.
dengan sensasi. Sensasi adalah 4. Ilmu Pendidikan
penerimaan stimulus atau Ilmu pendidikan dalam
ransangan melalui indra. kisah nabi Musa dan nabi Khidir
Sedangkan persepsi adalah terindikasi dari keinginan nabi
penafsiran stimulus atau ransangan Musa belajar ilmu kepada nabi
tersebut oleh otak. Dalam Khidir. Dari rangkaian kisah
pengertian lain, persepsi diartikan tersebut menunujukkan posisi nabi
pandangan seseorang mengenai Khidir sebagai guru dan nabi Musa
bagaimana mengartikan dan sebagai peserta didik. Hal ini
menilai sesuatu.54 Dalam kaitannya tercermin dalam permohonan nabi
dengan kisah nabi Musa dan nabi Musa agar ia berkenan
Khidir, dapat kita temukan mengajarkan ilmu. Nabi Musa
bagaimana persepsi nabi Musa berkata kepada nabi Khidir:
terhadap peristiwa-peristiwa yang "Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan
54 Akyaz Azhari, Psikologi Umum dan
kepadaku ilmu yang benar di
Perkembangan (Jakarta: Teraju/Mizan, 2004), 107.
98
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
antara ilmu-ilmu yang telah benar.55 Dalam kisah nabi Musa
diajarkan kepadamu?" (Q.S. al- dan nabi Khidir, teori ilmu logika
Kahfi [18]: 66). Nabi Khidir sebagai yang digambarkan adalah tentang
seorang guru benar-benar tulus penalaran kausalitas oleh nabi
mendidik nabi Musa. Walaupun Musa. Ketika nabi Musa melihat
berkali-kali nabi Musa melakukan nabi Khidir membocoran perahu,
kesalahan dan melanggar ia menggunakan penalaran
perjanjian yang telah disepakati. apriori.56 Perbuatan nabi Khidir
Akan tetapi nabi Khidir sebagai membocorkan perahu dikatakan
pendidik memaafkannya karena ia sebagai sebab, sementara prediksi
mengetahui ketidaktahuan nabi tenggelamnya para penumpang
Musa terhadap perkara gaib dibalik perahu dikatakan sebagai akibat di
peristiwa. Demi kebaikan nabi masa yang akan datang. "Mengapa
Musa sebagai pembawa risalah kamu melobangi perahu itu
kaumnya, nabi Khidir bersedia akibatnya kamu menenggelamkan
menerima kembali nabi Musa penumpangnya?" (Q.S. al-Kahfi
sebagai peserta didiknya. [18]: 71).57 Penalaran apriori juga
5. Ilmu Logika digunakan ketika nabi Musa
Ilmu logika dalam kisah melihat nabi Khidir memperbaiki
nabi Musa dan nabi Khidir dinding rumah. Nabi Musa
terindikasi dari bagaimana cara memandang pekerjaan
berpikir nabi Musa dalam memperbaiki dinding rumah
menyikapi peristiwa-peristiwa
55 Muhammad Nur Ibrahimi, Ilmu Logika,
yang terjadi. Logika adalah metode Terj. Achmad Bahrur Rozi (Yogyakarta: IRCiSoD,
t.th.), 16.
56 Penalaran apriori adalah proses berfikir
yang mengarahkan cara berfikir
guna mencari akibat dari sebab yang sudah diketahui.
agar terbebas dari kesalahan. Penalaran ini bersifat bergerak ke masa depan karena
penalaran ini digunakan untuk memprediksi hal-hal
Keberadaan logika menjadi yang akan terjadi di masa mendatang berdasarkan
sebab-sebab yang terjadi di masa lalu ataupun
penting karena proses berfikir akal sekarang. Misalnya seorang murid yang malas
berubah menjadi rajin karena menyadari bahwa
manusia tidak selamanya kemalasan akan menjadi penyebab kegagalan di masa
yang akan datang. Lihat Muhammad Nur Ibrahimi,
menghasilkan kesimpulan yang Ilmu Logika, 16.
57 Al-Qur’an, 18:71.
99
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
100
Moh. Wildan Romadhoni, M. Madichus Surur, Ica Fauziah Husnaini
INTEGRASI ILMU DALAM KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR
DALAM Q.S. AL-KAHFI [18]: 60-82
tersebut. Penulis menemukan 10. Faizin. “Integrasi Agama Dan Sains
Dalam Tafsir Ilmi Kementerian
sedikitnya ada 5 disiplin ilmu antara Agama RI”, Jurnal Ushuluddin, Vol.
lain; ilmu tasawuf, ilmu manajemen, 25, No.1, Januari-Juni, 2017.
11. Ghazali (al), Imam Abu Hamid
ilmu psikologi, ilmu pendidikan dan Muhammad. Mukhtasor Iyha
Ulumuddin atau Al-Mursidul Amin
ilmu logika. Hal ini dibuktikan dengan Ila Mauidzotil Mu’minin. Darul Kitab
adanya materi ilmu-ilmu yang secara Islamiyah, 2004.
12. Ibrahimi, Muhammad Nur. Ilmu
praktis ditunjukkan oleh nabi Musa Logika, Terj. Achmad Bahrur Rozi.
Yogyakarta: IRCiSoD, t.th.
dan nabi Khidir dalam kisah tersebut.
13. Jauziyyah (al), Abī ‘Abdillāh
Muhammad bin Abī Bakr bin Ayyūb
Ibnu Qayyim. Madārij al-Sālikīn.
Referensi
Kairo: Muassasat al-Mukhtār, 2001.
1. Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. 14. Kartanegara, Mulyadhi. Integrasi
Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik.
2. Armas, Adnin dan Dinar Dewi Kania Bandung: Mizan Pustaka, 2005.
dalam Adian Husaini. Filsafat Ilmu: 15. Kathīr, Abū al-Fidā Ismā’īl Ibnu.
Perspektif Barat dan Islam. Depok: Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm. Beirut: Dȃr
Gema Insani, 2013. al-Ma’rifah, 1987.
3. Asari, Hasan. Nukilan Pemikiran 16. Kusmana, ed., Integrasi keilmuan:
Islam Klasik: Gagasan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abu Hamid Al-Ghazali. Medan: IAIN Menuju Universitas Riset. Jakarta:
Press, 2012. UIN Jakarta Press, 2006.
4. Azhari, Akyaz. Psikologi Umum dan 17. Lashīn, Musā Shahin. Al-Lāli’ al-Ḥisān
Perkembangan. Jakarta:
fī ‘Ulūm al-Qur’ān. Kairo: Dār al-
Teraju/Mizan, 2004.
Shurūq 2002.
5. Baharudin, dkk,. Dikotomi
Pendidikan Islam. Bandung: Remaja 18. Marāghī (al), Ahmad Muṣṭafā. Tafsīr
Rosdakarya, 2011. al-Marāghī. Mesir: Maktabah Musṭafa
6. Barbour, Ian G. When Science Meets al-Babi al-Halabi wa Awlādih, 1946.
Religion: Enemies, Strangers, or 19. Moleong, Lexy J. Metodologi
Partuers. Terj. E. R Muhammad. Juru penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Bicara Tuhan. Bandung: Mizan, 2002. Rosdakarya, 2013.
7. Bukhārī (al), Muhammad bin Ismail. 20. Muspiroh, Novianti. “Integrasi Nilai
Jami’ Shahih al-Mukhtashor min Islam Dalam Pembelajaran IPA”,
Umuri Rasulillah wa Sunaninhi wa Jurnal Kebijakan Pendidikan, Vol.
Ayyamih. Beirut: Dār Ibnu Katsīr, xxviii, No. 3. 2013.
1987. 21. Najati, Muhammad Utsman. Ilmu
8. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Psikologi dalam al-Qur’an. Terj. Zaka
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan al-Farisi. Bandung: Pustaka Setia,
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. 2005.
Jakarta: Kencana, 2010. 22. Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam:
9. Departemen Agama RI. Al-Qur’an Analisis Filosofis Sistem Pendidikan
dan Terjemahannya. Bandung: PT. Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
Syaamil Cipta Media, 2005. 23. ______. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
101
El-Afkar Vol. 11 Nomor. 1 Januari-Juni 2022
102