Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

F.

Pengertian dan Tujuan Supervisi Pendidikan


Pengertian.
Pengertian supervisi pendidikan menurut Rohani (1991:67) adalah
segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas pendidikan lainnya untuk memperbaiki pembelajaran,
mengembangkan pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi
tujuan pendidikan, bahan-bahan pembelajaran, metode mengajar dan
penilaian pembelajaran. Selanjutnya menurut Sahertian (2000:19) supervisi
pendidikan tidak lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik
secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
pengajaran.( Menurut Mulyasa ( 2002), supervisi adalah segala usaha
pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan
lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode
mengajar serta evaluasi pengajaran.

2. Tujuan.
Sergiovanni sebagaimana dikutip Siahaan dkk (2006) menegaskan
tujuan supervisi pendidikan yaitu: (a) pengawasan

Bab 4 – Pengawas Sekolah | 139


berkualitas, (b) pengembangan profesional, dan (c) peningkatan motivasi
guru. Berikut penjelasannya:
Pengawasan berkualitas.
Dalam supervisi pendidikan, supervisor bisa memonitor kegiatan
proses pembelajaran di kelas. Kelas memonitor ini bisa dilakukan
melalui kunjungan supervisor ke kelas-kelas di saat guru sedang
mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya,
maupun dengan sebagian murid-muridnya.
Pengembangan profesional.
Dalam supervisi pendidikan, supervisor bisa membantu guru
mengembangkan kemampuannya dalam memahami
pembelajaran,kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan
mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-
teknik tertentu. Teknik-teknik tersebut bukan saja bersifat
individual, melainkan juga bersifat kelompok.
Peningkatan motivasi guru.
Dalam supervisi pendidikan, supervisor bisa mendorong guru
menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas mengajarnya, ,(Menurut Mulyasa (2013) tujuan
supervise pendidikan antara lain mempebesar semangat guru dan
meningkatkan motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja
secara maksimal dalam profesinya), mendorong guru
mengembangkan kemampuan sendiri, serta mendorong guru agar ia
memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan
tanggungjawabnya. Pendek kata,
melalui supervisi pendidikan, supervisor bisa menumbuhkan
motivasi kerja guru.

G. Prinsip Supervisi Pendidikan.


Dalam melaksanakan supervisi pendidikan di sekolah harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip
ilmiah, (2) prinsip demokratis, (3) prinsip kerjasama, dan (4) prinsip
konstruktif dan kreatif (Sahertian, 2000:20). Berikut penjelasannya:
Prinsip ilmiah.
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri berikut: (a) kegiatan supervisi
dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam
kenyataan pelaksanaan proses pembelajaran, (b) untuk memperoleh
data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket, observasi,
percakapan pribadi dan seterusnya, dan (c) setiap kegiatan

Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 140


supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontiniu.
Prinsip demokratis.
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-
guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis
mengandung makan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru,
bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa
kesejawatan.
Prinsip kerjasama.
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi
sharing of idea, sharing of experience, memberi support
mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.
Prinsip konstruktif dan kreatif.
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.

Senada dengan penjelasan di atas, prinsip supervisi pendidikan


menurut Indrafachrudi (2006:90) sebagai berikut:
Demokratis dan kooperatif.
Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor adalah seorang pemimpin
yang demokratis. Ia harus menghargai kepribadian guru. Dalam
pembicaraan-pembicaraan bersama, ia memberi kesempatan kepada
guru untuk melahirkan pikiran, perasaan, dan pendapat mereka.
Keputusan diambil melalui jalan musyawarah. Tujuan yang hendak
dicapai adalah tujuan bersama. Dalam suasana yang demikian akan
terpupuklah kerjasama yang baik antara pemimpin dan yang
dipimpin. Guru saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan di
sekolah. Semuanya itu akan mendatangkan manfaat yang besar bagi
anak didik mereka.
Bersifat kreatif dan konstruktif.
Melalui kepemimpinan yang baik, supervisor dapat dijadikan contoh
oleh guru. Ia dpaat mengerti kelebihan dan kekurangan guru. Ia
berusaha memberi dorongan
Bab 4 – Pengawas Sekolah | 141
kepada guru untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan itu untuk
menciptakan sesuatu yang baru demi kepentingan anak didik
mereka. Kekurangan guru juga dipercakapkan bersama guru yang
bersangkutan atau dalam kelompok dan bersama-sama dicari jalan
keluarnya dalam memperbaiki kekurangan itu.
Scientific dan efektif.
Dalam pembicaraan masalah yang dihadapi guru, hendaklah
supervisor bersikap scientific. Hal itu berarti bahwa ia harus
mendengarkan masalah itu dengan penuh perhatian, mengumpulkan
data, mengolahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan serta
mengambil keputusan. Baik supervisor maupun guru yang
bersangkutan harus dapat mengakui nilai scientific pekerjaannya.
Supervisi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran yang
diberikan dalam menggunakan alat-alat pelajaran serta menyusun tes
untuk muridnya secara efektif. Supervisi mengoordinasi teori dan
praktek, sambil menolong guru-guru memahami teori, supervisi
menolong mereka untuk menerapkan teori tersebut dalam
pelaksanaan tugasnya di sekolah. Ia secara setia berusaha
memperbaiki metode dan cara penggunaannya sehingga teori itu
menjadi efektif.
Memberi perasaan aman kepada guru.
Guru-guru harus mengetahui dan memahami bahwa supervisitidak
bermaksud untuk mencari kesalahan, tetapi
membantu guru dalam meningkatkan mutu pekerjaannnya agar guru
merasa bahwa mereka bertumbuh dalam jabatan mereka. Para guru
harus dapat merasakan bahwa supervisor seperti bapak dan saudara
bagi mereka yang senantiasa bersedia membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian akan
terpupuk perasaan aman pada guru tersebut, mereka tidak merasa
tertekan dan mereka merasa bebas mengeluarkan pendapat. Dalam
suasana semacam itu, mereka dapat melakukan pekerjaan dengan
suka cita.
Berdasarkan kenyataan.
Supervisi yang dilaksanakan terhadap guru di sekolah hendaknya
didasarkan pada keadaan yang sebenarnya yang dilihat, disaksikan
dan diketahui. Data-data yang diperoleh bukan data yang dibuat-
buat atau dikira-kira, tetapi merupakan keadaan guru atau keadaan
siswa yang
Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 142
sebenarnya. Lingkungan pembelajaran dan keadaan alat
pembelajaran juga menunjukkan yang sebenarnya. Semua itu
merupakan bahan yang berkarya baginya untuk melaksanakan
tugasnya sebaik mungkin.
Memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk
mengadakan self evaluation.
Agar pelayanan supervisi mendatangkan manfaat yang berharga,
baik bagi kepala sekolah maupun bagi guru, kepala sekolah
sebaiknya mengembangkan dirinya terlebih dahulu. Agar dapat
mengembangkan dirinya, perllu sekali ia mengadakan self
evaluation. Melalui self evaluation ia dapat mengetahui kelebihan,
kekurangan, dan kelemahannya sehingga pada akhirnya ia akan
berusaha memperbaiki kekurangannya. Dengan demikian, ia dapat
membantu guru dalam self evaluation demi kepentingan anak didik.

Menurut Siahaan dkk (2006:18) mencatat 7 (tujuh) prinsip dalam


supervisi pendidikan. Ketujuh prinsip supervisi pendidikan tersebut adalah:
1. Supervisi pendidikan harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang diciptakan harus bersifat terbuka,
kesetiakawanan dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja
antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor
dengan pihak yang terkait dengan program supervisi pendidikan.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus memiliki sifat-sifat
seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, sabar, antusias
dan penuh humor.
2. Supervisi pendidikan harus dilakukan secara
berkesinambungan.
Supervisi pendidikan bukan tugasbersifat sambilan yang hanya
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami,
bahwa supervisi pendidikan merupakan salah satu essential function
dalam keseluruhan program sekolah.
Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti
selesailah tugas supervisor. Pembinaan

Bab 4 – Pengawas Sekolah | 143


dilakukan secara berkesinambungan, mengingat problema-problema
proses pembelajaran selalu berkembang.
Supervisi pendidikan harus demokratis.
Supervisor tidak boleh mendominasi dalam pelaksanaan supervisi
pendidikannya, tetapi penekanan supervisi pendidikan yang
demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan
guru yang dibinanya secara aktif. Tanggung jawab perbaikan
program pendidikan bukan hanya pada supervisor melainkan juga
pada guru. Oleh sebab itu program supervisi pendidikan sebaiknya
direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara
kooperatif dengan guru, kepala sekolah dan pihak lain yang terkait
di bawah koordinasi supervisor.
Program supervisi pengajaran harus integral dengan program
pendidikan.
Program supervisi pendidikan harus integral dengan program
pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat macam-
macam sistem prilaku dengan tujuan sama yaitu tujuan pendidikan.
Sistem prilaku tersebut antara lain berupa sistem prilaku
administratif, sistem prilaku pendidikan, sistem prilaku supervisi
sistem konseling, sistem prilaku supervisi pendidikan. Antara satu
sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral, dengan demikian,
maka program supervisi pendidikan integral dengan program
pendidikan secara keseluruhan. Upaya perwujudan prinsip ini
diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor
dengan semua pihak pelaksanaan program pendidikan.
Supervisi pendidikan harus komprehensif.
Program supervisi pendidikan harus mencakup keseluruhan aspek
pengembangan pendidikan, walaupun mungkin saja ada penekanan
pada aspek-aspek tertentu berdasarkan haasil analisis kebutuhan
pengembangan pendidikan sebelumnya. Prinsip ini tida lain
hanyalah untuk memenuhi tuntutan multitujuan supervisi
pendidikan, berupa pengawasan berkualitas, pengembangan
profesional dan memotivasi guru.
Supervisi pendidikan harus konstruktif.
Supervisi pendidikan bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-
kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisor
pendidikan itu terdapat kegiatan
Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 144
penilaian performansi guru, tetapii tujuannya buka untuk mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi
pendidikan akan mengembangkan pertumbuhan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan
problema-problema pendidikan yang dihadapi.
Supervisi pendidikan harus objektif.
Dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan harus
objektif. Objektifitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisor pendidikan itu harus
disusun berdasarkan kebutuhan pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi
keberhasilan program supervisi pendidikan. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran. Jenis-Jenis Supervisi
Menurut Suhardan (2010), terdapat tiga jenis supervisi, yaitu:

 Supervisi akademik, yaitu supervisi yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah
akademik, yakni hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada
waktu siswa sedang dalam proses pembelajaran.
 Supervisi administrasi, yaitu supervisi yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dengan pelancar terlaksananya pembelajaran.
 Supervisi lembaga, yaitu supervisi yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek
yang berada di sentral madrasah. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan
pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik madrasah
atau kinerja madrasah.
Menurut Sahertian (2008), ada beberapa jenis supervisi pendidikan, diantaranya yaitu:

Supervisi konvensional , yaitu model supervisi yang menganut paham bahwa supervisor sebagai
seseorang yang memiliki power untuk menentukan nasib kepala sekolah dan guru. Dalam kegiatan
supervisinya, supervisor yang bergaya konvensional akan melihat kesalahan kepala sekolah, guru, dan
karyawan bahkan selalu mengawasi kepala sekolah, guru, dan karyawan. Model supervisi ini adalah
supervisor selalu mencari kesalahan orang yang di supervisi, sehingga dalam menjalankan tugasnya
sewenang-wenang tidak mau menerima masukan dari orang yang di supervisi meskipun usulan yang
dikemukakan itu baik.

Supervisi artistik, yaitu model supervisi yang menuntut seorang supervisor dalam melaksanakan
tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki sikap arif. Ciri-ciri model supervisi
artistik diantaranya yaitu:

 Membutuhkan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara.


 Membutuhkan tingkat pengetahuan yang cukup.
 Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan
bagi generasi muda.
 Menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas.
 Membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa yang
dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi
yang diungkapkan itu.
 Membutuhkan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan.
Supervisi ilmiah, yaitu supervisi yang dilaksanakan pengawas atau kepala sekolah untuk menilai kinerja
kepala sekolah atau guru dengan cara memberikan angket untuk diisi oleh kepala sekolah atau guru,
kemudian dicari pemecahannya dilakukan dengan terencana, kesinambungan, sistematis, menggunakan
alat atau instrumen yang dibutuhkan untuk memperoleh data yang diperlukan secara baik dan apa adanya
(objektif). Ciri ciri supervisi yang bersifat ilmiah, diantaranya yaitu:
 Dilaksanakan secara berencana dan berkesinambungan atau berkelanjutan.
 Dilaksanakan dengan sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
 Dilaksanakan dengan menggunakan alat atau instrumen pengumpulan data.
 Dilaksanakan dapat menjaring data yang apa adanya (objektif).
Supervisi klinis, yaitu supervisi yang dilakukan berdasarkan adanya keluhan dari guru yang disampaikan
kepada supervisor. Supervisi klinis ini berbentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
pembelajaran dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan pengamatan serta analisis yang
intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional.

Prinsip dalam Supervisi


Menurut Sahertian (2000), ada empat prinsip dalam supervisi,diantaranya:

 Prinsip ilmiah, prinsip ilmiah mencakup tiga unsur, yaitu: Sistematika (dilaksanakan secara
teratur, berencana dan kontinyu), Objektif (data yang didapat pada observasi yang nyata bukan
tafsiran pribadi) dan Menggunakan alat (instrument) yang dapat memberi informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar-mengajar.
 Prinsip demokratis, yaitu menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang
kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
 Prinsip kooperatif, meliputi seluruh staff dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama
dalam menciptakan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
 Prinsip konstruktif dan kreatif, meliputi membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif
menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan potensi-
potensinya.
Pendekatan dalam Supervisi
Menurut Sahertian (2000), ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam supervisi, yaitu:

Pendekatan direktif (langsung), yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behavioristis. Prinsip
behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap
rangsangan/stimulus.

Pendekatan non-direktif (tidak langsung), yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya
tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih
dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Pendekatan non-direktif ini
berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik yang sangat menghargai orang yang akan dibantu.
Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan
permasalahan yang dihadapi guru.

Pendekatan kolaboratif, yaitu cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-
direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-
sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan
terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi
kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang
pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.

Resource:
https://www.pelajaran.co.id/2019/26/pengertian-supervisi-pendidikan-tujuan-fungsi-jenis-prinsip-
dan-pendekatan-dalam-supervisi-pendidikan.html

http://digilib.uinsby.ac.id/5658/5/Bab%202.pdf

You might also like