Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA DALAM

PENULISAN PUISI KELAS IX SMP NEGERI 27 MALANG


1Condro Ayu Mukti Kuncoro, 2Natasya Risma Wardani, dan 3Kharismatul Aziziyah
Rhada Putri
Universitas Negeri Malang
e-mail : am.smpn27malang@gmail.com

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur fisik dan
kebatinan pada puisi karya siswa kelas IX C SMP Negeri 27 Malang, khususnya
pada citraan dan diksi yang dibatasi pada bentuk kata konotatif dan simbol.
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pencitraan, simbol, dan
penggunaan kata konotatif yang terdapat dalam puisi karya siswa kelas IX C SMP
Negeri 27 Malang beserta maknanya serta dari ketiga unsur yang diteliti mana
yang paling dominan dipakai oleh siswa IX C ketika menulis puisi. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik penyediaan
menggunakan metode teknik baca dan teknik catat. Teknik penyajian hasil analisis
data menggunakan teknik informal. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui
bahwa puisi karya siswa kelas IX C SMP Negeri 27 Malang banyak menggunakan
citraan untuk mempertegas makna imaji seperti citraan indera penglihatan,
pendengaran, perabaan, gerak, dan intelektual. Selain itu, perkembangan dalam
memilih diksi ditunjukkan oleh banyaknya data berupa kata konotasi yang
digunakan siswa.
Kata Kunci: puisi, citraan, konotasi

Abstract : The purpose of this study was to find out the physical and mystical elements in
poetry by class IX C students of SMP Negeri 27 Malang, especially in imagery and diction
which are limited to connotative word forms and symbols. The problem in this study is how
imagery, symbols, and the use of connotative words are contained in poetry by class IX C
students of SMP Negeri 27 Malang along with their meanings and which of the three
elements studied is the most dominant used by students IX C when writing poetry. This
study uses a qualitative descriptive method with provision techniques using reading
techniques and note-taking techniques. The technique of presenting the results of data
analysis uses informal techniques. Based on the results of the analysis it can be seen that
poetry by class IX C students of SMP Negeri 27 Malang uses imagery a lot to emphasize
the meaning of images such as imagery of the senses of sight, hearing, touch, motion, and
intellectual. In addition, the development in choosing diction is shown by the amount of
data in the form of connotative words used by students.

Keywords: poetry, imagery, connotation

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan mungkin menghindari
penggunaan bahasa, baik secara tulis maupun lisan. Bahasa merupakan
keterampilan yang dimiliki setiap orang, yang dimulai dari
mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, hingga menulis. Penggunaan
bahasa yang baik akan mempermudah penyampaian informasi yang ditujukan
kepada seseorang. Bahasa dipergunakan pada seluruh komponen pendidikan serta
mata pelajaran. Pelajaran bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran wajib yang
dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan dimasukkan sebagai syarat
kelulusan ujian. Bahasa dimanfaatkan sebagai alat komunikasi di sekolah, artinya
bahasa ialah pengantar dan juga alat yang selalu dipergunakan dalam proses
belajar mengajar.
Manusia memerlukan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran
serta gagasan kepada pihak lain pada suatu masyarakat. Melalui bahasa, manusia
mampu mengemukakan pikiran maupun perasaan melalui rangkaian kata-kata,
salah satu contoh ialah tulisan yang bernilai estetik. Tulisan bernilai estetik bukan
semata-mata lahir begitu saja. Hal tersebut didasari adanya kolaborasi pada
keempat keterampilan berbahasa berupa penguasaan kosa kata yang banyak lewat
salah satu keterampilan berbahasa yaitu membaca. Selanjutnya akan diproses
menuju kepada keterampilan menulis yang membutuhkan latihan secara teratur
yang berorientasi kepada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, seperti puisi.
Tulisan yang bernilai estetik tersebut akan menciptakan gaya bahasa. Pembelajaran
sastra di sekolah merupakan sarana yang dibutuhkan untuk mengetahui
bagaimana gaya bahasa yang dikuasai oleh peserta didik dalam sebuah karya
sastra, yang di nantinya akan dibahas melalui teori serta praktik.
Selama ini, puisi masih mendapat tempat terhormat dalam setiap budaya
yang menjunjung tinggi karya sastra. Puisi banyak digemari oleh semua lapisan
masyarakat dan dianggap sebagai hiburan yang mempunyai arti kehidupan bagi
pembacanya karena banyak menuangkan kiasan yang indah sehingga
menghidupkan puisi tersebut. Wellek dan Warren dalam Pradopo (2017:14)
berpendapat bahwa puisi itu adalah sebab yang memungkinkan timbulnya
pengalaman. Sedangkan, Wordsworth berpendapat puisi adalah pernyataan
perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
Hal ini juga dikemukakan oleh Nugraha & Pramon (2019) bahwa karya
sastra puisi jika dilihat dari bahasanya memiliki ciri tersendiri, terbentuk dari unsur
yang saling mengikat dan membentuk suatu makna sebagai ungkapan perasaan
atau pikiran seseorang. Puisi karya siswa dapat dikategorikan dalam puisi remaja.
Puisi remaja ditulis oleh remaja tingkat SMP dan SMA. Siswa-siswi SMP dan SMA
sudah mulai belajar memahami makna konotatif, sehingga puisi-puisi yang dipilih
sebagai bahan ajar dapat berupa puisi yang mengandung makna baik denotatif
maupun konotatif dengan selalu mempertimbangkan kemampuan atau tingkat
berpikirnya. Puisi remaja memiliki ciri, antara lain (1) tema-tema yang diolah
beragam, mulai dari masalah cinta, pergaulan dalam dunia remaja, kepedulian
terhadap lingkungan dan keadaan sekitarnya, sampai renungan kehidupan dan
kematian, (2) ekspresi cenderung bersifat langsung, (3) penggunaan bahasa kiasan
dalam taraf sederhana, (4) makna puisi mudah dipahami, (5) dibandingkan puisi
anak-anak yang singkat, puisi remaja lebih panjang (Setya, 2003: 7).
Puisi sebagai sebuah karya seni dapat dikaji bermacam-macam aspeknya.
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat puisi itu adalah
struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana kepuitisan.
Struktur fisik puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara
visual.Unsur-unsur tersebut meliputi : diksi, pengimajinasian/citraan, majas, kata
kongkret, ritma, tipografi. Struktur fisik puisi merupakan salah satu yang dapat
diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya
dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan pikiran pembaca. Struktur batin puisi
akan sulit dipahami sebelum memahami struktur fisik puisi terlebih dahulu. Maka
dari itu struktur fisik dibahas terlebih dahulu.
Merujuk pada penjelasan tersebut bagian struktur puisi yang paling banyak
dikaji karena kemenarikannya yaitu pada diksi yang mana peranan penting dalam
mengemas puisi sebagai sebuah karya sastra, setiap kata-kata memuat gaya bahasa
yang dipergunakan secara sengaja agar terlihat indah serta mampu meningkatkan
efek dengan jalan memperkenalkan dan membandingkan suatu situasi, benda atau
hal dengan hal lain. Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam penulisan puisi
umumnya diusahakan menggunakan kata-kata yang indah dan menarik. Diksi
dapat diartikan sebagai pilihan kata-kata yang dilakukan oleh pengarang dalam
karyanya guna menciptakan efek makna tertentu. Al Ma’ruf (2017: 52) mengatakan
bahwa diksi merupakan unsur bahasa yang paling esensial dalam karya sastra.
Karena itu, dalam pemilihannya para sastrawan berusaha agar kata-kata yang
digunakannya mengandung kepadatan dan intensitasnya serta agar selaras
dengan sarana puitis lainnya. Kata yang dikombinasikan dengan kata-kata lain
dalam berbagai variasi mampu menggambarkan bermacam-macam ide, angan,
dan perasaan. Selain diksi yang tepat, puisi juga akan mencapai keindahan dengan
menggunakan unsur pembangun puisi yang lain yaitu berupa citraan. Menurut
Waluyo (2002) penyair menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam membuat
puisi.
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat diperjelas atau
memper konkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau
dirasa (imaji taktil). Jadi imaji atau citraan merupakan suatu kata atau susunan
sebuah kata yang seolah-olah dapat digambarkan dengan bayang-bayang yang
dapat dilihat, dirasa, dan didengar pembaca puisi. Sehingga pembaca dapat
merasakan isi dan mengerti arti sebuah makna puisi tersebut. setelah mengetahui
mengenai unsur pembangun puisi, khususnya mengenai diksi dan citraan,
kemudian penulismeng implikasinya dengan pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya teori tentang sastra yaitu berupa teori unsur pembangun puisi.
Pembelajaran sastra (puisi) diharapkan dapat mencapai aspek tujuan yaitu
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pembelajaran di sekolah mengenai teori tentang
sastra, diharapkan siswa dapat menulis atau menghasilkan karya sastra yaitu
berupa puisi ataupun karya sastra yang lain dengan mengetahui unsur-unsur
pembangun puisi, siswa dapat menuliskan pengalaman pribadinya menjadi
sebuah karya sastra berupa puisi dengan menggunakan diksi dan citraan yang
dipilihnya.
Akan tetapi, seringkali kita jumpai kenyataan dilapangan bahwa siswa
merasa kesulitan dalam menulis puisi. Faktor yang menyebabkan hal tersebut ialah
karena siswa kesulitan mencari kata-kata yang dirasa tepat untuk digunakan
bahkan tidak jarang siswa kehabisan kata-kata. Keraf (2010) berpendapat bahwa
persoalan pemilihan terkait diksi pada dasarnya berkisar dalam dua persoalan,
yakni ketepatan pilihan kata dalam upaya mengungkapkan sebuah hal atau
gagasan yang akan diamanatkan. Yang kedua, kecocokan atau kesesuaian dalam
mempergunakan kata tersebut. Ada beberapa variabel yang harus diperhatikan
agar mencapai ketepatan pemilihan kata, yaitu penggunaan makna denotatif dan
konotatif, kata bersinonim, dan kata idiomatik, kata umum dan khusus, kata ilmiah
dan populer, kata jargon dan slang, kata asing dan tetapan, kata konkret dan
abstrak.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji puisi karya
siswa yang disajikan dalam tema kedisiplinan dalam kehidupan di sekolah
maupun di masyarakat. Penelitian dibatasi pada citraan dan diksi penggunaan
bentuk kata konotatif serta simbol yang ditemukan pada puisi karya siswa kelas IX
C SMP Negeri 27 Malang secara langsung berhubungan dengan peristiwa-
peristiwa atau kegiatan keseharian siswa yang mendukung tema.

METODE
Pada dasarnya, setiap karya sastra akan cocok untuk dipahami dengan
menggunakan pendekatan tertentu, sesuai dengan karakteristik masing-masing.
Menurut Abrams (dalam AlMa’ruf, 2017:42) mengemukakan ada empat macam
pendekatan dalam pengkajian sastra, yaitu: pendekatan objektif, pendekatan
ekspresif, pendekatan mimetik, dan pendekatan pragmatik. Menurut Ratna (2004:
55) model pendekatan penelitian sastra, diantaranya pendekatan objektif,
pragmatik, ekspresif, mimesis, mitopoik, historis, antropologis, psikologis,
sosiologis, dan biografis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan objektif. Pendekatan objektif dapat dikatakan sebagai pendekatan
intrinsik, yang serupa dengan pendekatan struktural (Al-Ma’ruf, 2017:42). Dalam
aplikasinya, pendekatan objektif dapat dilaksanakan dengan cara mengkaji
struktur atau unsur-unsur karya sastra, misalnya dalam unsur-unsur puisi seperti:
tema, nada, suasana, citraan, rima, irama, dan gaya bahasa.
Menurut Moleong (2017:157) sumber data penelitian kualitatif adalah
tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tulisan yang dicermati oleh peneliti, dan
benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat diungkapkan makna yang
tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan adalah kumpulan puisi
karya siswa kelas IX C SMP Negeri 27 Malang dan sumber data sekunder adalah
berbagai acuan yang selaras dengan objek dan tujuan penelitian. Data sekunder
meliputi: jurnal, teori-teori sastra, hasil penelitian ilmiah dan sumber lain yang
berkaitan erat dengan data primer. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis merupakan metode
dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dianalisis. Data yang
terkumpul dianalisis untuk mendapatkan jawaban tentang masalah yang diajukan
dalam penelitian. Data akan dianalisis berupa kata, frasa, kalimat dalam kumpulan
puisi karya siswa kelas IX C SMP Negeri 27 Malang.

HASIL & PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada kumpulan puisi
karya siswa kelas IX C SMP Negeri 27 Malang, ditemukan beberapa macam
citraan, bentuk konotatif, dan simbol pada kumpulan puisi tersebut. Hasil
penelitian menunjukan terdapat 54 data yaitu citraan penglihatan 10 data, citraan
pendengaran 7 data, citraan gerak 9 data, citraan perabaan 5 data, dan citraan
intelektual 2 data. Sedangkan diksi yang terdapat di dalam penelitian ini terdiri
dari kata konotatif 17 data dan simbol 4 data.
1. Citraan penglihatan
Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul oleh penglihatan. Pelukisan
karakter tokoh misalnya keramahan, kemarahan, kegembiraan, dan fisik
(kecantikan, kejantanan, ketegasan, keluwesan), sering ditemukan pengarang
melalui citraan visual. Dalam karya sastra, selain pelukisan karakter tokoh
cerita, citraan penglihatan sangat produktif dipakai oleh pengarang untuk
melukiskan keadaan tempat, pemandangan, atau bagunan. Citraan visual itu
mengusik indera penglihatan pembaca sehingga akan membangkitkan
imajinasi untuk memahami karya sastra. Perasaan estetis akan lebih mudah
terangsang melalui citraan visual (AlMa’ruf, 2017:58).
Data (1)
..........
Sunyi membelah malam
Hembusan angin menerobos menggelitik kulit
Enggan rasanya terus duduk karena mata telah mengantuk
Laju membaca materi disertai doa ibuku
Yang akan membuktikan lewat nilai ujian terbaikku

Berdasarkan kutipan puisi di atas terdapat citraan penglihatan yaitu kata


"Laju membaca materi." Melalui indera penglihatan penyair mengajak
pembaca untuk membayangkan bahwa si penyair tengah membaca buku
materi pelajaran. Kata laju membaca digunakan penyair sebagai citraan
penglihatan di mana penyair menyampaikan di dalam puisinya bahwa
kecepatan membaca buku materinya tetap konsisten diiringi doa sang ibu.
2. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran, citraan yang ditimbulkan oleh pendengaran. Citraan
pendengaran sama produktifnya dengan citraan penglihatan, yang mana
sering dipakai dalam karya sastra. Berbagai peristiwa dan pengalaman hidup
yang berkaitan dengan pendengaran tersimpan dalam memori pembaca akan
mudah bangkit dengan adanya citraan audio. Pelukisan dengan citraan
pendengaran akan mudah merangsang imaji pembaca dalam pencapaian efek
estetik (Al-Ma’ruf, 2017:58).
Data (2)
.............
Alarm hp ku telah menerobos masuk ke indra pendengaranku.
Lantas, aku harus menyiapkan diri untuk maju.
Berhasil atau tidak, aku harus tetap berusaha...
Entah rintangan apa yang berusaha menggagalkanku.
Rangkaian rangkaian tantangan mungkin dapat menggoyahkan
Tetapi jika aku yakin pasti aku bisa.

Berdasarkan data di atas terdapat citraan pendengaran yaitu “Alarm hp ku


telah menerobos masuk ke indra pendengaranku. “ Alarm Hp yang dipasang
sesuai jadwal untuk membangunkan si penulis dari tidurnya agar tidak
terlambat bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Jadi, pembaca dapat
membayangkan bunyi yang dihasilkan alarm hp hingga membuat si penulis
bangun.
3. Citraan Perabaan
Citraan perabaan adalah citraan yang ditimbulkan melalui perabaan.
Berbeda dengan citraan penglihatan dan pendengaran yang produktif, citraan
perabaan hanya sedikit dipakai oleh sastrawan dalam karya sastra. Dalam fiksi
citraan perabaan terkadang dipakai untuk melukiskan keadaan emosional
tokoh. Biasanya citraan perabaan digunakan untuk lebih menghidupkan imaji
pembaca dalam memahami teks karya sastra sehingga timbul efek estetis (Al-
Ma’ruf, 2017:59).
Data (3)
..........
Sunyi membelah malam
Hembusan angin menerobos menggelitik kulit
Enggan rasanya terus duduk karena mata telah mengantuk
Laju membaca materi disertai doa ibuku
Yang akan membuktikan lewat nilai ujian terbaikku

Berdasarkan kutipan puisi di atas menunjukan adanya citraan perabaan


yaitu kata "Hembusan angin menerobos menggelitik kulit." Di dalam kutipan
puisi tersebut seolah pembaca ikut merasakan keadaan dingin yang dihasilkan
oleh hembusan angin yang menerpa kulit pada waktu malam. Dengan
demikian, kata angin menerobos menggelitik kulit termasuk ke dalam citraan
perabaan.
4. Citraan Gerak
Citraan gerakan adalah melukiskan sesuatu yang sesungguhnya tidak
bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak ataupun gambaran gerak
pada umumnya. Citraan gerak dapat membuat sesuatu menjadi terasa hidup
dan terasa menjadi dinamis. Citraan gerak sangat produktif dipakai dalam
karya sastra karena mampu membangkitkan imaji pembaca. Melalui pelukisan
gerak imaji pembaca mudah sekali dibangkitkkan mengingat di dalam
perkiran pembaca tersedia imaji gerakan itu (Al-Ma’ruf, 2017:59).
Data (4)
...........
Air jernih yang terus mengalir
Nuansa indah Matahari terbit
Dengan niat tulus hati terdalam
Harapan orangtua yang terpendam
Aku melangkah menuntut ilmu
Rasa semangat yang menggelora
Akan kubuktikan aku bisa mewujudkannya.

Berdasarkan kutipan puisi di atas menunjukan adanya citraan gerak yaitu


kata “Aku melangkah menuntut ilmu.” Pembaca di ajak oleh penyair melalui
puisinya, pembaca seolah mengikuti langkah jalan sang penyair untuk
menuntut ilmu melalui rajin ke sekolah. Kata melangkah termasuk ke dalam
citraan gerak.
5. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan melalui asosiasi-
asosiasi intelektual disebut citraan intelektual. Guna menghidupkan imajinasi
pembaca, sastrawan memanfaatkan citraan intelektual. Dengan jenis citraan ini
sastrawan dapat membangkitkan imajinasi pembaca melalui asosiasi-asosiasi
logika dan pemikiran. Membaca citraan jenis ini, maka intelektualitas pembaca
menjadi terangsang sehingga timbul asosiasi-asosiasi dalam dirinya. Berbagai
pengalaman intelektual yang pernah dirasakannya dapat dihidupkan kembali
dengan citraan intelektual. Jenis citraan ini termasuk sering digunakan dalam
karya sastra guna merangsang intelektualitas (Al-Ma’ruf, 2017:60).
Data (5)
........
Putaran jam yang telah berlalu.
Ulat menjadi kupu-kupu
Terlalu lelah diriku tuk menghadap langit
Ratusan poin pelanggaran Sudah ku timbun
Itu yang teringat ingat dikepalaku.
Saya terlalu malas tuk pergi ke sekolah
Entah perasaan apa ini
Lantas apa yang harus kulakukan.
Aku akan keluar dari lingkaran setan

Berdasarkan kutipan puisi di atas menunjukan adanya citraan intelektual


yaitu pada kata “poin”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti
kata poin adalah titik. Arti lainnya dari poin adalah angka. Poin adalah sebuah
homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi
maknanya berbeda. Poin memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda
sehingga poin dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua
benda dan segala yang dibendakan. Poin termasuk dalam ragam bahasa
cakapan. Dalam puisi di tas poin diibaratkan sebagai nilai. Pembaca seolah
diminta mencari tahu mengenai maksud kata poin, untuk menambah
pengetahuan dan wawasan. Sehingga kata poin dalam puisi tersebut termasuk
ke dalam citraan intelektual.

Diksi yang terdapat dalam penelitian ini dibatasi hanya pada kata konotatif.
Kata konotatif adalah kata yang mengandung makna komunikatif yang terlepas
dari makna harfiahnya yang didasarkan atas perasaan dan pikiran atau persepsi
pengarang tentang sesuatu yang dibahasakan (Al-Ma’ruf, 2017:56).
● Data (6)
SETIAWAN
S = Setiap pagi saya bangan pagi
E = entah telat apa tidak
T = Tak lupa ku awali hari dengan semangat
I = itulah usahaku yang sederhana
A = agar aku menjadi orang sukses
W = waktuku sangat berharga
A = aku akan memanfaatkan dengan baik
N = niat ini akan aku patri dalam hati
Berdasarkan kutipan di atas terdapat kata konotatif yaitu kata “patri” dalam
kalimat “niat ini akan aku patri dalam hati”. Pemilihan kata patri dimaksudkan
oleh penyair agar menambah kesan dalam dan indah pada puisi. Kata patri
diklasifikasikan sebagai kata nomina (kata benda). Namun dapat juga dimasukkan
dalam adjektiva atau kata sifat dan kata kiasan seperti: tempa; teguh; dan tetap.
Oleh karena itu, patri dalam penggalan puisi di atas disiratkan sebagai niat yang
diteguhkan oleh sang penyair dalam hati.
● Data (7)
......
Jika hidup hanya sekali
Entah siapa, kapan, dan dimana?
Seharusnya kita menerapkan sifat disiplin
Itulah salah satu cara menuju kesuksesan
Kalaupun gagal setidaknya sudah berusaha
Andaikan belum berhasil kita tidak boleh berkecil hati

Berdasarkan kutipan di atas terdapat kata konotatif yaitu kata “berkecil


hati”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti berkecil hati adalah agak
marah. Arti lainnya dari berkecil hati adalah tersinggung. Jadi, secara tidak
langsung penyair menyampaikan pesan berupa nasihat untuk menjadi orang yang
terus semangat dan jangan mudah marah dan menyerah karena sebuah kegagalan.
Selain diksi pada bentuk kata konotatif, unsur kebatinan dalam puisi berupa
simbol juga terdapat pada beberapa puisi karya siswa kelas IX C SMP Negeri 27
Malang, antara lain:
Data (8)
........
Putaran jam yang telah berlalu.
Ulat menjadi kupu-kupu
Terlalu lelah diriku tuk menghadap langit
Ratusan poin pelanggaran Sudah ku timbun
Itu yang teringat ingat dikepalaku.
Saya terlalu malas tuk pergi ke sekolah
Entah perasaan apa ini
Lantas apa yang harus kulakukan.
Aku akan keluar dari lingkaran setan

Dari data di atas dapat ditemukan dua kalimat yang saling berhubungan utuk
mengungkapkan satu makna simbol yaitu waktu. Penyair ingin memunculkan
waktu yang disimbolkan pada kalimat “Ulat menjadi kupu-kupu” menunjukkan
proses yang memerlukan waktu. Hal ini didukung dengan simbol dari kalimat
sebelumnya yaitu “Putaran jam yang telah berlalu” menunjukkan waktu. Jadi,
bila digabungkan penyair berusaha mengajak pembaca membayangkan proses
waktu yang tidak bisa dikatakan sebentar atau singkat untuk meraih sesuatu.

SIMPULAN
Setelah melalui seleksi dan klasifikasi data dari 28 puisi karya siswa dipilih
17 karya yang memuat diksi dan citraan. Hasil penelitian menunjukan terdapat 54
data yaitu citraan penglihatan 10 data, citraan pendengaran 7 data, citraan gerak 9
data, citraan perabaan 5 data, dan citraan intelektual 2 data. Sedangkan diksi yang
terdapat di dalam penelitian ini terdiri dari kata konotatif 17 data dan simbol 4
data. Implikasi Pembelajaran diksi dan citraan pada kumpulan puisi karya siswa
kelas IX C SMP Negeri 27 Malang tergolong cukup berkembang degan
ditemukannya banyak data pada penggunaan kata konotatif. Pembelajaran
sabagai suatu proses yang bertujuan untuk membantu kegiatan belajar siswa yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk
mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar yang bersifat internal.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap guru Bahasa Indonesia ke depannya akan
lebih memperhatikan pengenalan mendalam tentang unsur fisik dan unsur
kebatian dalam puisi kepada pembelajaran menulis puisi siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Mar’uf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika
bahasa. Solo: Cakrabooks.
Al-Mar’uf, Ali Imron dan Nugrahani Farida. 2017. Pengkajian Sastra, Teori dan
Aplikasi. Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press.
Farihi Amad, Mulyani Sri, Riyanto Agus. 2021. Citraan dalam kumpulan puisi Parto
bilang iya parti bilang mboten karya tri mulyono dan implikasinya terhadap
pembelajaran sastra di SMA. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Volume 4 Nomor 2, Juni 2021.g 1-10.
Faruk. 2017. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Haslinda. 2019. Kajian Apresiasi Prosa Fiksi. Makassar: LPP Unismuh Makassar.
Herthalia Regina Ayu, Andalas Maharani Intan. 2019. Diksi dalam kumpulan puisi
Sarinah karya Esha Tegar Putra: Kajian Stilistika. Jurnal Sastra Indonesia. Vol.
8, No. 2. 2019. 157-163.
Moleong, Lexy J. 2017 (Cet. Ke-36). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2017. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016(Cet. Ke-6). Teori Kesusastraan. (Terjemahan
Melani Budianta) Jakarta: Gramedia.
Wicaksono, Andri. 2019. Apresiasi Puisi Indonesia. Bandar Lampung: CV.
Anugrah Utama Raharja

You might also like