Professional Documents
Culture Documents
Ilide - Info-Laporan-Praktikum-Polarisasi Chy
Ilide - Info-Laporan-Praktikum-Polarisasi Chy
FISIKA
PERTEMUAN VI
POLARISASI CAHAYA
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN IMANUEL
YOGYAKARTA
2012
1
Bab. 1 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan dapat:
1. Meng
Mengam
amat
atii polar
polarisa
isasi
si cahay
cahaya.
a.
2. Menguk
Mengukur
ur aktiv
aktivita
itass optik
optik larut
larutan
an gula.
gula.
Bab. 2 Teori
2.1 Cahaya terpolarisasi linear.
Menurut teori elektromagnetika cahaya adalah gelombang elektromagnetik, yaitu
gelom
gelomban
bang
g transv
transversa
ersall yang
yang meramb
merambatk
atkan
an medan
medan listrik
listrik dan medan
medan magnet
magnet
8
dengan
dengan laju c=2,99
c=2,99.10
.10 m/s.
m/s. Arah
Arah vekt
vektor
or meda
medan
n magn
magnetet tega
tegakk luru
luruss arah
arah
perambatannya seperti digambarkan pada Gambar 1. Cahaya yang terpolarisasi
sepe
sepert
rtii pada
pada Gamb
Gambarar 1 dina
dinama
maka
kan
n caha
cahaya
ya yang
yang terp
terpol
olar
aris
isas
asii line
linear
ar atau
atau
terpolarisasi bidang.
E E
B B
B B
E E
Karena hubungan antara kuat medan listrik dengan besar induksi magnetic adalah
E=cB maka arah getar gelombang
gelombang electromagnet
electromagnet seperti pada Gambar
Gambar 1 cukup
ditinjau dalam arah vektor madan listrik E saja. Bila arah rambat gelombang
adalah kea rah sumbu z positif maka gelombang pada Gambar 1 dapat dinyatakan
sebagai:
E(z,t) = E0cos(kz-ωt) (1)
ω
k = v ; v adalah kecepatan rambat gelombang
Vektor E0 tegak lurus dengan arah perambatan, yaitu sumbu z positif; jadi terletak
pada bidang xy sehingga persamaan (1) dapat dinyatakan
dinyatakan sebagai:
2
Semua gelombang terpolarisasi linear kea rah sumbu z positif dapat dinyatakan
sebagai superposisi dua gelombang terpolarisasi linear yang saling tegak lurus,
dalam hal ini adalah gelombang dalam arah getar x dan gelombang dalam arah
getar y. Tampak bahwa kedua komponen arah getar kea rah x, E x, dan ke arah y,
Ey, mempunyai fase yang sama. Gelombang terpolarisasi linear dapat diperoleh
pula sebagai superposisi Ex dan Ey yang mempunyai beda fase 180 o.
y y
ωt
ωt x x
E
Gambar 2: Vektor medan listrik gelombang terpolarisasi lingkaran dilihat kea rah
datang gelombang.
Jika beda fase antara dua gelombang dengan arah getar saling tegak lurus tidak
sama dengan 90 o dan juga tidak sama dengan 0 o atau 180o maka superposisinya
3
akan berupa gelombang terpolarisasi elips putar kanan atau putar kiri. Demikian
pula halnya apabila amplitude kedua gelombang tersebut tidak sama. Secara
umum gelombang terpolarisasi elips dapat dinyatakan sebagai persamaan (6):
E = i.E0cos(kz-ωt)
E0 E
= [i.cos(kz-ωt) + j.sin(kz-ωt)] + 0 [i.cos(kz-ωt) + j.sin(kz-
1 2
ωt)]
4
polarisator. Prinsip kerja salah satu jenis polarisator (polaroid) digambarkan pada
Gambar 3
kisi-kisi konduktor
Bahan transparan
Gambar 3: Prinsip kerja polarisator polarid. Polarisator poraid tersusun dari bahan
transparan yang pada permukaannya terdapat kisi-kisi konduktor sejajar yang
sangat tipis. Jarak antara kisi yang satu dengan yang lain sangat kecil dalam orde
panjang gelombang cahaya. Cahaya dengan medan listrik dalam arah tegak lurus
deangan kiri konduktor dilakukan sedangkan yang sejajar diserap.
Pada polaroid terdapat kisi-kisi sejajar amat tipis yang bersifat sebagai konduktor.
Elektron-elektron dapat bergerak sepanjang kisi-kisi tersebut yaitu sepanjang
sumbu x seperti pada gambar 3, oleh karena pengaruh medan listrik dalam arah
sumbu x. Tetapi medan listrik dalam arah sumbu y tidak berpengaruh apa-apa
karena elektron tidak dapat bergerak partikal. Jadi energi medan listrik dalam arah
sumbu x diserap oleh elektron-elektron dalam kisi untuk gerak elektron sepanjang
kisi. Energi ini selanjutnya akan didisipasikan menjadi panas oleh tumbukan
electron dengan atom-atom kisi konduktor. Proses demikian mengakibatkan
hilangnya komponen medan listrik dalam arah sejajar dengan kisi-kisi konduktor.
Jadi tinggal cahaya dengan komponen E y saja yang diteruskan oleh polaroid,
menghasilkan cahaya terpolarisasi linear dalam arah polarisasi sumbu y.
Polarisator pada gambar 3 dikatakan mempunyai sumbu polarisasi ke arah sumbu
y.
I = I0cos2ø
5
sumbu polarisasi
sumbu polarisasi
I0
cahaya
Analisator
Polarisator
I = I0cos2ø (8)
d
x
y 6
E
z
arah penjalaran cahaya
Gambar 5: Perputaran arah polarisasi cahaya dalam bahan. Setelah nmenempuh
jarak sejauh d ke arah sumbu z, arah polaritas terputar sebesar susut β.
Pada bagian 3.2 dijelaskan bahwa cahaya terpolarisasi linear dapat dinyatakan
sebagai jumlah (superposisi) cahaya terpolarisasi lingkaran putar kanan dan putar
kiri yang memiliki tetapan gelombang k= ω/v yang sama (lihat persamaan (7)).
Terputarnya arah polarisasi cahaya pada suatu bahan dapat dijelaskan bahwa
tetapan gelombang k untuk komponen putar kanan dan putar kiri berbeda. Misal
tetapan gelombang komponen putar kanan dan kiri berturut-turut adalah k a dan ki,
vektor medan listrik cahaya dalam bahan dapat dituliskan sebagai:
Persamaan (8) menunjukkan bahwa menuju kea rah z positif, vektor E berputar ke
kiri jika ka-k1>0 dan berputar ke kanan jika k a-k1<0, dilihat dari sumbu z (ke arah
datang).
7
β= 2 d (9)
Besaran β/d disebut daya putar spesifik yang menunjukkan aktivitas optik suatu
molekul. Besarnya tergantung pada struktur molekul dan tergantung pada panjang
gelombang sinar yang digunakan.
Gula mempunyai k a-k1<0, berarti kecepatan cahaya terpolarisasi lingkaran putar
kanan lebih besar dari pada kecepatan untuk putar kiri, yang menunjukkan bahwa
cahaya terpolarisasi lingkaran putar kiri lebih kuat berinteraksi dengan molekul
gula. Hal ini berkaitan dengan stuktur molekul gula yang berbentuk heliks. Jika
gula dilarutkan dalam air, maka larutan gula ini pun bersifat putar kanan karena
setiap molekul gula akan memutar arah polarisasi cahaya yang melaluinya ke
kanan. Besar sudut putar total α dalam larutan gula berbanding lurus dengan β/d
(daya putar spesifik) molekul gula, berbanding lurus dengan jumlah gula yang
terlarut dalam air dan berbanding lurus dengan jarak tempuh cahaya dalam larutan
gula. Berdasarkan hal tersebut besar sudut putar arah polarisasi cahaya dalam
larutan gula dalam percobaan ini dapat dinyatakan dengan persamaan (10):
α = K.d.c
lensa
kolimator polarisator
filter analisator
lampu
larutan gula pengamat
8
Kemudian larutan gula dengan konsentrasi tertentu diletakkan diantara analisator
dan polarisator. Sesuai dengan sifat aktif optik larutan gula pada keadaan ini arah
polarisasi cahaya yang memasuki analisator tidak lagi tegak lurus sumbu
polarisasi analisator, sehingga diperoleh pengamatan yang bukan paling gelap.
Selanjutnya analisator diputar sampai diperoleh pengamatan paling gelap kembali.
Sudut putar analisator ini sama dengan α pada persamaan (10).
9
lebar bak 5
tinggi bak 5
= p.l.t = 10.5.5 = 250 ml
10
Derajat Derajat αA αA=Δ gula/volume air filter
Gula
αP α
1. 20 90o 15o 75o Gelap
2. 20 90o 20o 70o Terang
0,08 gram biru
3. 20 90o 55o 35o Gelap
4. 20 90o 70o 20o Terang
Δα = 50o
11
Polarisator Analisator αP- C=massa Warna
Massa
No. Derajat Derajat αA αA=Δ gula/volume air filter Keterangan
Gula
αP α
1. 60 90o 35o 55o Gelap
2. 60 90o 15o 75o Terang
0,24 gram hijau
3. 60 90o 55o 35o Gelap
4. 60 90o 60o 30o Terang
Δα = 48,75o
12
Polarisator Analisator αP- C=massa Warna
Massa
No. Derajat Derajat αA αA=Δ gula/volume air filter Keterangan
Gula
αP α
1. 100 90 o 10o 80o Gelap
2. 100 90 o 50o 40o Terang
0,40 gram merah
3. 100 90 o 60o 30o Gelap
4. 100 90 o 50o 40o Terang
Δα = 47,5o
13
2. 120 90 o 30o 60o Terang
3. 120 90 o 40o 50o Gelap
4. 120 90 o 80o 10o Terang
Δα = 40o
14
Polarisator Analisator αP- C=massa Warna
Massa
No. Derajat Derajat αA αA=Δ gula/volume air filter Keterangan
Gula
αP α
1. 160 90 o 80o 5o Gelap
2. 160 90 o 75o 15o Terang
0,64 gram merah
3. 160 90 o 5o 85o Gelap
4. 160 90 o 33o 57o Terang
Δα = 40,5o
Tabel α grafik
Massa
No. α Merah α Hijau α Biru C/gram/cm3
Gula
1. 20 38,75 o 61,25o 50o 0,08 gram/cm 3
2. 40 47,5o 46,25o 40o 0,16 gram/cm 3
3. 60 50o 48,75o 35 o 0,24 gram/cm 3
4. 80 36,75 o 33,75o 51,25o 0,32 gram/cm 3
5. 100 47,5 o 46,25o 21,25o 0,40 gram/cm 3
6. 120 33,75 o 40o 38,75o 0,48 gram/cm 3
7. 140 32,5 o 40o 34,5o 0,56 gram/cm 3
8. 160 40,5 o 34,25o 26,25o 0,64 gram/cm 3
α Merah = α Biru = α Hijau =
Rata-rata C = 0,36 gram/cm 3
40,90o 43,81o 37,12o
15
α merah = α grafik – α rumus
= 47,5o – ( -23,75o)
= 71,25o
Δα
Δy*=
36
Δc
Δy Δα
a = Δ x =Δ c
23
=0,2
16
= 115
Δ α* = Δ y*
Δ α*
Δa = 2 Δ
. c(xn – x1)
atau
Δ α*
Δa = 2 .Δ c(cn – c1)
36
=2. = 642,8
0,2.0,56
α
kd
=. c
71,25o
=3,6 = 19,79
Δa Δd
Δk = a
(642,8 +d
) .k
=( 115 + 10 ) . 19,79
0,005
Δ
α
Δy* =
38 Δc
17
Gambar Grafik α Hijau
Δy Δα
a = Δ x =Δ c
24
=
0,16
= 150
Δ α* = Δ y*
Δ α*
Δa = 2 Δ
. c(xn – x1)
atau
Δ α*
Δa = 2 .Δ c(cn – c1)
38
=2. = 848,22
0,16.0,56
α
kd
=. c
71, 84 o
=3,6 = 19,95
Δa Δd
Δk = a
(848,22 0,005) . k
+d
=( 150 + 10 ) . 19,79
18
Perhitungan Grafik α Biru
Δα
Δy* =
30
Δc
Δy Δα
a = Δ x =Δ c
18
=
0,14
19
= 128,57
Δ α* = Δ y*
Δ α*
Δa = 2 Δ
. c(xn – x1)
atau
Δ α*
Δa = 2 .Δ c(cn – c1)
30
=2. = 0,0784
0,14.0,56
α
kd
=. c
74,31o
=3,6 = 20,6
Δa Δd
Δk = a
(765,3 0,005) . k
+d
=(128,57 + 10 ) . 19,79
Bab 4. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil perhitungan tabel gelap-terang dan tabel gelap-gelap diperoleh
α rumus = -23,75 o.
2. Dari hasil perhitungan tabel α grafik diperoleh α merah = 71,25o, α biru
= 71, 84o, dan α hijau = 73,69o.
3. Dari hasil perhitungan diperoleh ΔC = 0,36 gram/cm3.Perhitungan grafik
α merah, α hijau, dan α biru membantu perhitungan ralat α merah, α
hijau, dan α biru.
20