Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jl. Mekongga Indah Kel. Tahoa Telp. (0405) 21065 Kolaka 93517

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I
TAHUN ANGGARAN
METODE
2021 PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan
Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan dilakukan dalam 4 (empat) tahap
yaitu Persiapan & Pendahuluan, Survey Lapangan (Pengumpulan Data Primer),
Analisis Data & Perhitungan serta Analisis dan Perencanaan serta Rencana Anggaran
Biaya. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan terarah, maka dibuat langkah kerja
yang akan dilakukan, seperti terlihat dalam bagan alir pada gambar berikut.

3.2. Pekerjaan Persiapan/Pendahuluan


Data yang dikumpulkan dalam pekerjaan ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari pengukuran langsung di lokasi pekerjaan yang
meliputi pengukuran topografi, hidrometri, kuaitas air, geologi dan sosial, ekonomi
dan budaya. Data sekunder terdiri dari data sosial ekonomi, hidrologi serta
klimatologi.
3.3. Pengumpulan Data Sekunder
3.3.1. Pengumpulan Data Hidrologi
1) Pengumpulan Data Klimatologi
Pengumpulan data cuaca/iklim selama minimum 5 tahun berturut-turut dari
stasiun iklim terdekat.
 Data cuaca tersebut mencakup temperatur rata-rata bulanan, kelembaban,
kecepatan angin, lama hari cerah dan curah hujan, meliputi sedikitnya periode 5
tahun.
 Evapotranspirasi referensi tanaman diperhitungkan dari data cuaca rata-rata
untuk setiap bulan dengan menggunakan metode Penman Modifikasi.
2) Pengumpulan Data Curah Hujan Bulanan Rata-rata
Data hujan bulanan rata-rata dikumpulkan dari semua stasiun curah hujan
terdekat dengan lokasi yang memiliki catatan curah hujan 10 tahunan atau lebih,
berturut-turut.
 Untuk stasiun yang memiliki catatan curah hujan 10 tahunan atau lebih, curah
hujan rata-rata per bulanditentukan, serta curah hujan minimum per bulan
dengan kemungkinan kelebihan sebesar 80 %, 50 % dan 20%.
 Selanjutnya hujan bulanan rata-rata bersama-sama dengan data klimatologi
dipergunakan sebagai dasar dalam perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air
(water balance) bagi budidaya tanaman pangan dengan menggunakan Model
F.J. Mock.
3) Data Curah Hujan Harian Maximum
Data curah hujan harian dikumpulkan dari semua stasiun curah hujan
terdekat dengan lokasi proyek sekurang-kurangnya 10 tahun yang berurutan atau
lebih dengan menggunakan metode Annual Maximum Series.
 Menggunakan data harian yang diperoleh dari stasiun yang mewakili dan yang
paling dapat diandalkan, dilakukan analisa frekuensi terhadap curah hujan
maksimum tahunan dengan menggunakan beberapa metode yakni distribusi
Normal, Log Normal, Gumbel, dan Log Pearson type III.
 Dari ke empat metode tersebut dilakuan uji kesesuaian distribusi untuk
menentukan distribusi mana yang cocok dengan data curah hujan yang ada. Uji
kesesuaian yang digunakan adalah uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-
Kuadrat,
 Data curah hujan harian maximum selanjutnya akan dipakai sebagai dasar
dalam penentuan debit banjir sungai di lokasi rencana bendung, dengan
menggunakan metode Rational Modifikasi, Hidrograf Satuan Sintetik, dan
Metode Gama I.
Jika data curah hujan harian dikumpulkan dari semua stasiun curah hujan
terdekat dengan lokasi proyek kurang dari 10 tahun, maka dalam menentukan data
curah hujan yang akan dianalisis frekuensi adalah menggunakan metode Partial
Series (data curah hujan setiap tahunnya diurutkan dari besar ke kecil, kemudian
diambil minimal dua data curah hujan besar berurutan).
3.3.2. Data Sosial Ekonomi
Pelaksanaan pekerjaan pengambilan data sosial ekonomi ini meliputi
pengambilan data mengenai keadaan kehidupan sosial dan keadaan ekonomi pada
daerah yang akan dilaksanakan Penyediaan Air Baku.
Metode pelaksanaan pengambilan data ini di lapangan adalah dengan
mengadakan sosialisasi dengan masyarakat dan penduduk sekitar. Beberapa data
sekunder yang dipakai dalam penyusunan laporan ini, yaitu Kabupaten Dalam Angka
tahun 2020 dan 2021 dan Kecamatan Dalam Angka tahun 2020 dan kurun waktu 5
tahun terakhir, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kolaka.
3.4. Survey Lapangan (Data Primer)
3.4.1. Survei Topografi
Survei ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi rupa bumi di lokasi
pekerjaan dan daerah di sekitamya beserta dengan obyek-obyek dan bangunan-
bangunan penting didalamnya dalam rupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan. Hasil survei ini akan menjadi tambahan data dari data yang telah ada
dari hasil survei pada pekerjaan sebelumnya. Secara garis besar pengukuran dan
pemetaan situasi meliputi pemasangan patok, BM (bench mark) dan CP (control
point), penentuan azimuth awal, pengukuran poligon dan waterpass, pengukuran
profil melintang sungai/jalan/lahan, pengukuran situasi detail, kerangka vertikal
horizontal, dan lain-lain.Pada gambar di bawah ini ditunjukkan bagan alir survei dan
analisis topografi.

A. Pengukuran Pengikatan
Salah satu kegiatan survei pengukuran adalah pengukuran pengikatan yaitu
pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi
vertikal.
Peralatan yang Digunakan :
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei pengukuran pengikatan adalah:
 Theodolite T2 atau Total Station & Prisma.
 Bak ukur (rambu ukur),
 Statif/Trifoot,
 Payung untuk melindungi alat jika terjadi hujan
 GPS untuk penentuan koordinat UTM di BM,
 Formulir data ukur dan alat tulis.

1. Theodolit Digital
Theodolite terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan
bagian atas. Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu tabung
dan plat yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu yang
dimasukkan ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah sumbu
tegak atau sumbu pertama (S1). Di atas S1 diletakkan lagi plat yang berbentuk
lingkaran yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari plat bagian bawah. Pada dua
tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca yang disebut nonius (N0). Suatu nivo
diletakkan pada atas plat nonius untuk membuat sumbu tegak lurus. Bagian atas
terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S2), pada S2 diletakkan plat
berbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan skala lingkaran. Pada
lingkaran tegak ini di tempatkan kedua nonius pada penyangga S2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran
mendatar dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar
bila teropong diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca skala sudut
mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru akan berputar bila teropong
diputar terhadap S2. Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring.
Cara penggunaan theodolite digital :
1. Cara setting optis
 Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong
untuk centering optis.
 Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke tanah dan
dikunci atau di kencangkan lagi.
 Gelbendungan nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran.
 Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.
 Mengatur nivo tabung yang lain.
 Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong.
2. Cara penggunaan alat
 Memasukkan baterai ke dalam tempatnya kemudian melakukan centering
optis ke atas.
 Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.
 Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang
dikehendaki kemudian membaca pada display.
 Untuk membaca sudut vertikal, teropong diarahkan secara vertikal dan
kemudian dibaca pada display.

Gambar III-1. Alat Ukut Theodolite Digital

Keterangan gambar theodolit digital (DT 20 ES) :


1. Nivo kotak
2. Klem pengunci
3. Penggerak halus
4. Tempat battery
5. Klem pengunci lingkaran horisontal
6. Penggerak halus lingkaran horisontal
7. Klem pengatur nivo tabung
8. Handle / pembawa
9. Lensa okuler
10. Klem pengatur fokus benang
11. Tombol ON / OFF
12. Nivo tabung
13. Display
14. Keyboard ( papan tombol )
15. Plat dasar

2. Rambu Ukur
Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala
pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besamya merupakan huruf E. Panjang
rambu adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium.
Rambu berguna untuk membantu theodolite dalam menentukan jarak secara optis.
Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam memegang rambu harus tegak lurus
terhadap titik yang ditinjau.
3. Patok Kayu
Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya 90
centimeter yang salah satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku
payung agar pembacaan nonius lebih akurat.
4. Payung
Payung digunakan untuk melindungi theodolit dari sinar matahari dan hujan.
Sebaiknya payung tersebut bukan terbuat dari bahan logam.
5. Pendulum
Alat ini digunakan untuk membantu dalam meletakkan alat dalam kondisi
tegak lurus terhadap titik yang ditinjau. Karena salah satu syarat utama dalam
pengukuran sudut adalah sumbu vertikal harus tegak lurus sumbu horisontal. Untuk
peralatan modem pendulum diganti dengan cara optis dengan bantuan teropong.
6. Roll Meter
Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk mengukur
tinggi alat. Roll Meter yang dipergunakan ini mempunyai panjang 50 m.
Gambar III-2. Roll Meter

B. Tahap Pelaksanaan Survei Topografi


1) Orientasi Lapangan
Untuk mengetahui lokasi pengukuran, perlu dilakukan orientasi lapangan yang
bertujuan untuk :
a) Mengetahui kondisi medan yang sebenamya;
b) Menentukan Rencana Kerja dan Peta Kerja untuk pelaksanaan pengukuran;
c) Rencana kerja meliputi :
 batas areal pemetaan,
 titik referensi dan titik awal,
 lokasi pemasangan titik kontrol,
 rencana semua jalur pengukuran;
d) Peta Kerja dapat menggunakan Peta Topografi skala 1 : 50.000 hasil pengukuran
dan pemetaan topografi BAKOSURTANAL (BIG) dan dari studi-studi sebelumnya.
2) Persiapan
Sebelum melakukan pengukuran topografi maka perlu dilakukan persiapan
peralatan ukur dan koordinasi tenaga yang akan digunakan sehingga pada saat
pelaksanaan pengukuran tidak terjadi gangguan terutama pada kemampuan kerja
alat. Tahapan ini meliputi :
a) Penyiapan buku ukur;
b) Persiapan peralatan pengukuran dan kalibrasi alat ukur seperti theodolite,
waterpass, bak ukur dan roll meter;
c) Melakukan koordinasi diantara anggota tim tentang cara pengukuran, arah
pengukuran dan data yang diperlukan;
d) Mengumpulkan data pendukung seperti peta topografi skala 1 : 50.000 dan data
pendukung lainnya;
e) Penyiapan peralatan tulis dan formulir data.
3) Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok Kayu
Pemasangan Bench Mark akan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) Konstruksi cukup tahan untuk jangka waktu yang lama;
b) Pemasangan dilaksanaan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah
ditemukan kembali bila diperlukan;
c) Pemasangan pada tanah yang stabil.
Setiap Bench Mark akan dibuat deskripsinya yang memuat data-data sebagai
berikut :
a) Koordinat X, Y dan Z;
b) Sketsa letak Bench Mark lengkap dengan jarak yang diperlukan;
c) Dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan nomor dan bentuk Bench Mark
(BM) secara utuh serta keterangan seperlunya.
 Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y).
Dalam proses pemetaan BM dipakai sebagai referensi horisontal (X, Y) yang
diikatkan pada koordinat global. Titik-titik referensi ini dilalui atau termasuk
dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik
poligon.
 Titik Referensi Posisi Vertikal (Z).
Sebagai referensi ketinggian diikatkan terhadap elevasi yang mempunyai
datum (elevasi 0.00 m) pada Low Water Level (LWL) atau Mean Sea Level (MSL).
4) Kerangka Dasar Pemetaan
Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan
digunakan sebagai pengikatan titik awal maupun akhir pengukuran. Kegiatan yang
dilakukan dalam kaitannya dengan penyusunan kerangka dasar pemetaan adalah
sebagai berikut :
a) Pemasangan Patok
Selain BM pada jalur poligon dipasang titik bantu poligon, yaitu patok kayu yang
dibuat dari kayu lurus (dolken) dan kualitas baik dengan ukuran 2 x 3 cm dan
panjang 40 cm dan ditancapkan ke tanah sedalam 25 cm.
b) Pengukuran Poligon
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka
dasar horisontal/posisi horisontal (X,Y), digunakan metode poligon. Dalam
pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan.
 Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarakantara
titik-titik poligon maksimum 50 m.

Gambar III-3. Pengukuran Jarak pada Daerah Miring

 Pengukuran harus dimulai dari titik ikat dan pengukuran poligon harus
tertutup (dimulai dari titik ikat dan berakhir pada titik yang sama atau
ditutuppada titik lain yang sudah diketahui koordinatnya sehingga
kesalahan-kesalahansudut maupun jarak dapat di kontrol).
 Pengukuransudut jurusan dengan menggunakan sistem triangulasi.
- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan
Invarbasis) atausejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 2 (dua) seri biasa - luar biasa.
Selisih sudut antara bacaan tidak boleh lebih dari 10 detik.
 Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada salah
satu BM yangtelah dibuat.
c) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal
 Titik kontrol yang diukur dilakukan dengan cara poligon tertutup dan
diikatkan pada titik dasar, yaitu Bench Mark yang telah terpasang;
 Jalur pengukuran poligon dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan kring
(loop) tertutup;
 Sudut poligon diukur dalam satu seri ganda.
Gambar III-4. Pengukuran Sudut Jurusan

 Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar
biasa. Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut:
 Jarak antara titik-titik poligon adalah  50 meter.
 Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
 Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
 Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2)
 Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik)
 Ketelitian jarak linier (K1).
d) Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
 Titik kontrol yang diukur dilakukan dengan pengukuran sipat datar
(Waterpass) secara tertutup,
 Dilaksanakan disepanjang jalur poligon dengan mengukur beda tinggi antara
2 titik polyangon,
 Sebelum dan sesudah pengukuran akan dilakukan pengecekan besamya
kesalahan garis bidik alat yang digunakan,
 Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap
benang atas, benang tengah, dan benang bawah,
 Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2
mm,
 Jarak rambu ke alat maksimum 50 m,
 Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik,
 Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:

T =( 8 √ D ) mm , dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal


dalam satuan km.
 Pembacaan rambu dilakukan dengan sistem membaca ketiga benang silang,
yaitu benang atas (ba), benang bawah (bb) dan benang tengah (bt). Hasil
bacaan benang tersebut harus memenuhi persyaratan matematis sebagai
berikut : 2 bt – (ba + bb) < 2 mm
5) Pengukuran penampang memanjang dan melintang
a) Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50 m.
b) Untuk trase atau jalur yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dan
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya,
yaitu kurang dan 50 m.
c) Sketsa pengukuran harus dibuat rapi dan jelas untuk memudahkan
penggambaran.
6) Pengukuran Situasi detail
a) Pengukuran situasi detail dilakukan dari patok poligon yang sudah diketahui
kedudukan planimetris dan elevasinya dari pengukuran sipat datar,
b) Alat yang dipergunakan adalah Theodolit T0 Wild atau yang sejenis dan
setingkat ketelitiannya,
c) Semua tampkan yang ada baik alamiah maupun buatan manusia diambil
sebagai titik detail antara polyangon.
d) Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan design
baru diambil posisinya.
e) Setiap ujung bangunan existing diambil posisinya dan jarakantara ujung-ujung
bangunan yang bersebelahanjuga harus di ukur (guna pengecekan).
3.4.2. Survei Geologi / Mekanika Tanah
Pekerjaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang cukup tentang sifat-
sifat dan karakteristik tanah untuk keperluan desain pondasi bendungan, lokasi
material (quary), dan lain-lain. Penyelidikan ini dapat berupa test pit, sondir, dan jika
diperlukan dilakukan pemboran inti (bor mesin) terutama pada lokasi bangunan
utama. Penyelidikan diutamakan pada lokasi rencana as bendungan, lokasi rencana
spillway, lokasi rencana pengelak (jika dibutuhkan) serta pada lokasi bangunan-
bangunan penunjang lainnya.
1) Test Pit
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu
deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat
dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan
pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan
endapan-endapan berlapis.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai
menembus batuan dasar.

Gambar III-5. Sketsa Pembuatan Sumur Uji


2) Sondir
Cone Penetration Test (CPT) atau lebih sering disebut sondir adalah salah satu
survey lapangan yang berguna untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras. Tes
ini baik dilakukan pada lapisan tanah lempung. Dari tes ini didapatkan nilai
perlawanan penetrasi konus. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah
terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Sedangkan
hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam
gaya per satuan panjang. Nilai perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat
dapat diketahui dari bacaan pada manometer.
Komponen utama sondir adalah konus yang dimasukkan kedalam tanah
dengan cara ditekan. Tekanan pada ujung konus pada saat konus bergerak kebawah
karena ditekan, dibaca pada manometer setiap kedalaman 20 cm. Tekanan dari atas
pada konus disalurkan melalui batang baja yang berada didalam pipa sondir (yang
dapat bergerak bebas, tidak tertahan pipa sondir). Demikian juga tekanan yang
diderita konus saat ditekan kedalam tanah, diteruskan melalui batang baja didalam
pipa sondir tersebut ke atas, ke manometer.
Data hasil pengujian sondir disajikan dalam bentuk tabel serta dalam bentuk
kurvahubungan kedalaman dengan nilai konus, qc dan nilai kumulatif total friksi.
Berdasarkan data hasil uji sondir selanjutnya dapat diperkirakan karakteristik
lapisantanah yang ada di lokasi pengujian.
3) Pengambilan contoh tanah asli dan penelitian laboratorium
Pengambilan contoh tanah/batuan dilakukan sesuai kebutuhan untuk
pengujian di laboratorium mekanika tanah yang terakreditasi.Pengambilan contoh
tanah asli dan uji laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan nilai-nilai sebagai
berikut ini dengan spesifikasi pengujian mengikuti ASTM yaitu :
- Grain size
- Atterberg limit
- In situ bulk and dry density
- Natural moisture content
- Shear strength characteristic
- Consolidation
- Permeability
- Triaxial test.

You might also like