Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

TUGAS MAKALAH

Konsep Pendidikan Islam dan Tujuannya dalam


Perspektif Al-Qur’an dan Hadits
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu: Mufrodi, M.A.Pd.

Disusun oleh:
Ratu Putri Intan Shafira 211230106
Siti Sopiah 211230110

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


TADRIS BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
SERANG 2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan yang diharapkan. Sebelum membahas lebih jauh tentang judul makalah
kami “Konsep Pendidikan Islam dan Tujuannya dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits”, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Mufrodi M.A.Pd., selaku
dosen pengampu. Dengan penyusunan makalah ini, sebagai mahasiswa, kita
mendapatkan pengetahuan baru dan gambaran tentang apa itu Konsep Pendidikan
Islam dan Tujuannya dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mohon kritik dan saran yang membangun dengan sikap terbuka dari para
pembaca, baik dari dosen pengampu maupun dari selain dosen pengampu. Kami
memohon restunya dari dosen maupun pembaca, semoga Allah SWT selalu
meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Serang, 17 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penelitian 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Hakikat pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits 2

2.2 Urgensi pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits 2

2.3 Tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadits 2

2.4 Relasi ilmu pengetahuan dan manusia terhadap pendidikan 2

2.5 Metode dan media pendidikan 2

2.6 Pendidik dan peserta didik 2

2.7 Kurikulum dan evaluasi pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits
2

BAB III PENUTUP 3

3.1 Kesimpulan 3

3.2 Saran 3

Daftar Pustaka 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Islam, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai


petunjuk dan pedoman untuk segala urusan manusia, termasuk
kebutuhannya. Seperti dalam firman Allah SWT pada surah Al-Baqarah
ayat 2, zalikal-kitabu la rayba fiih hudan lil-muttaqiin, yang menunjukkan
bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang tidak dapat diragukan lagi
kebenarannya. Termasuk perkara perihal pendidikan sudah diajarkan
dalam Al-Qur’an, bahkan termasuk sebuah kewajiban bagi seorang
muslim untuk belajar mencari ilmu dan didik mendidik. Kebutuhan
manusia akan pendidikan pun telah tercakup di dalam Al-Qur’an yang
mulia ini.

Begitu halnya dengan Hadits yang berdasarkan sunnah Rasulullah


SAW. Banyak Hadits yang memaparkan tentang keutamaan pendidikan.
Contohnya ialah hadist keutamaan menuntut ilmu:

‫ُاْطُلُبْو ا الِع ْلَم َو َلْو بالِّصيِن‬

Artinya: Carilah ilmu sampai ke negeri Cina.

Hadits tersebut menunjukkan keutamaan belajar dan mengejar pendidikan.


Dapat kita mengerti dari Hadits ini kita harus dan wajib untuk menuntut
ilmu.

Semasa hidupnya Nabi berdakwah termasuk dalam mendidik umat


manusia kepada agama yang benar. Pada masa hidup Nabi juga terdapat
lembaga pendidikan, di antaranya: Dar al-Arqam, Kuttab, Masjid, dan juga
Suffah. Rumah Abi al-Arqam yang digunakan sebagai tempat para sahabat
berlajar disebut dengan Dar Al-Arqam, sementara Kuttab ialah lembaga
pendidikan yang sudah ada sebelum datangnya islam di arab. Selain
sebagai tempat peribadatan, masjid juga berfungsi sebagai tempat
halaqah, yaitu dimana Nabi dan para sahabat duduk melingkar dan
membahas seputar agama dalam kehidupan sehari-hari. Sementara Suffah
adalah majlis ilmu yang bersambung dengan masjid tempat bagi para
sahabat Nabi yang belum punya tempat tinggal bermukim, mereka disebut
Ahl As-Suffah.

Sejak zaman Nabi, bahkan zaman sebelum Nabi sampai dengan


sekarang, pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan yang urgent. Bukan
soal yang diragukan lagi, bahwa pendidikan itu penting karena banyak
disinggung terkait pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Walaupun
telah terjadi dikotomi ilmu antara ilmu umum dan ilmu agama, dan
sekarang banyak yang mengejar ilmu umum dibandingkan dengan ilmu
agama, pendidikan Islam juga tidak kalah pentingnya untuk kehidupan
kita. Ibarat tanaman yang tidak disirami air, iman kita bisa luntur tanpa
ilmu agama dan kita akan berjalan tanpa arah di muka bumi ini. Maka,
banyak lembaga pendidikan berbasis Agama Islam didirikan untuk
mengintegrasikan antara ilmu rasional dan ilmu agama ke dalam suatu
kesatuan seperti di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Karena inilah
penting diketahui dasar-dasar agama (dalil-dalil) dari pendidikan dalam
Tafsir dan Hadits Tarbawi yang dijadikan sandaran dalam menuntut ilmu.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa itu hakikat pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan
Hadits?
2. Apa itu urgensi pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits?
3. Apa itu tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadits?
4. Apa itu relasi ilmu pengetahuan dan manusia terhadap
pendidikan?
5. Apa itu metode dan media pendidikan?
6. Apa itu pendidik dan pesertan didik?
7. Apa itu kurikulum dan evaluasi pendidikan menurut Ilmu Al-
Qur’an dan Hadits?

2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hakikat pendidikan menurut Ilmu
Al-Qur’an dan Hadits.
2. Untuk mengetahui apa itu urgensi pendidikan dalam Al-Qur’an
dan Hadits
3. Untuk mengetahui apa itu tujuan pendidikan menurut Al-
Qur’an dan Hadits.
4. Untuk mengetahui apa itu relasi ilmu pengetahuan dan
manusia terhadap pendidikan
5. Untuk mengetahui apa itu metode dan media pendidikan.
6. Untuk mengetahui apa itu pendidik dan pesertan didik
7. Untuk mengetahui apa itu kurikulum dan evaluasi pendidikan
menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits

2.1.2 Al-Tarbiyyah

Secara etimologis, istilah al-tarbiyyah merupakan bentuk mashdar dari


kata rabbaa, rabba, rabaa (fi’l madhi.)1 Istilah al-tarbiyyah, walaupun tidak
disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an, tetapi istilah turunannya seperti al-
rabb, rabbayaanii, nurabbii, ribbiiyyuun, dan rabbaanii berjumlah cukup banyak.
Istilah-istilah tersebut memiliki konotasi makna yang berbeda-beda pula. Apabila
al-tarbiyyah diidentikkan dengan al-rabb, maka al-tarbiyyah berarti pemilik,
tuan, Yang Maha Memperbaiki, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Mengubah,
dan Yang Maha Menunaikan2 atau bermakna al-tanmiyah, yang berarti
pertumbuhan dan perkembangan.3

Kata turunan al-tarbiyyah ditunjuk dalam bentuk maadi, rabbayaanii,


sebagaimana dalam QS. Al-Isra/17:24, kamaa rabbayaanii sagiiran, dan bentuk
mudaari’-nya, nurabbii sebagaimana dalam QS. Al-Syu’ara/26:18, alam
nurabbika waliyyan, berarti mengasuh, menanggung memberi makan,

1
’Abd al-Rahman Al-Nahlawi, Ushul Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah Wa Asalibuha (Damaskus: Dar al-
Fikr, 1988); ’Abd al-Rahman Al-Albani, Madkhal Ila Al-Tarbiyyah Fi Daw’ Al-Islam (al-Maktab al-
Islami, 1983).
2
Ibn ’Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, Jilid I. (Kairo: Durus
al-Sya’b, n.d.).
3
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, ed. E. Kuswandi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2018).
mengembangkan, memelihara, memproduksi, membesarkan, menjinakkan, baik
ynag mencakup aspek jasmani maupun rohani.4

Istilah pendidikan yang ditunjuk dengan makna rabbaaniyyiin dan


rabbaanii dapat dilihat pula dalam sabda Nabi Saw. melalui riwayat Ibn ‘Abbas.

‫ َو ُك ْو ُنوا َر َّباِنِّييَن ُح َلَم اَء ُفَقَهاَء‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬, ‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َرِض َي ُهللا قاَل‬
‫ َو ُيَقاُل الَّرَّباِني اَّلِذ ى ُيَر ِّبي الَّناَس ِبِص َغاِر اْلِع ْلِم َقْبَل ِكَباِر ه‬, ‫ ُع َلَم اَء‬.

Artinya: Dari Ibn 'Abbas, Nabi Saw. bersabda: "Jadilah kalian para pendidik yang
penyantun (hulama'), ahli ilmu (fuqaha') dan berilmu ('ulama'). Seseorang
dikatakan rabbani apabila ia telah mendidik seseorang dengan ilmu dari yang
sekecil-kecilnya menuju yang tinggi."

Berdasarkan Hadits tersebut, al-rabbani diidentikkan dengan al-tarbiyyah,


berarti proses transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan secara bertahap
(tadarruj). Proses tersebut dilakukan melalui pengenalan, hafalan, dan ingatan
yang belum menjangkau proses pemahaman dan penalaran. 5 Dalam konteks
pendidikan Islam, Nabi Muhammad Saw. merupakan tokoh utama yang berperan
sebagai pendidik.

Rabbaa-yurabbi dalam hal ini diketahui sebagai akar kata dari pendidikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah al-tarbiyyah mencakup segala aspek
pendidikan, seperti aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Jasmani maupun
rohani, secara integral dan holistik. Secaara esensial, istilah al-tarbiyyah memiliki
dua makna, yakni:

1. Pertama, pendidikan sebagai proses transformasi kepada sebuah


kesempurnaan yang terjadi dengan bertahap, secara esensial dengan
penekanan pada kata transformasi (tablig). Dalam asumsi ini, manusia
lahir tanpa pengetahuan sedikitpun tentang apa-apa, yang lalu
diberikan piranti dalam bentuk potensi-potensi nalar agar dapat
memahami stimulus-stimulus yang datang dari luar dirinya (QS. An-
4
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
5
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Nahl/16:78) Seperti halnya dalam kasus Adam, yang pada mulanya
tidak mengerti apa-apa, namun seiring akalnya berkembang melalui
tingkatan-tingkatan, ia akhirnya dapat menangkap fenomena alam
sebagai ilmu yang dapat melengkapinya untuk kebutuhan hidupnya.
Pendidikan dalam konteks esensial makna yang pertama ini merupakan
upaya untuk mentransformasikan nilai yang diajarkan dan dipelajari
agar dapat dipahami dan dilaksanakan.6
2. Kedua, pendidikan sebagai proses aktualisasi secara bertahap dan
terencana sehingga mencapai batas kesempurnaan atau disebut juga
kedewasaan. Dalam konteks ini, esensi makna diberikan penekanan
pada kata aktualisasi (al-insyaa). Dalam asumsi ini, manusia dianggap
telah memiliki seperangkat kemampuan (potensi) yang hanif (lurus)
secara intelektual, emosional, ekonomi, agama, keluarga dan lain-lain. 7
Pendidikan dalam konteks ini hanya bertugas untuk mengembangkann
nilai-nilai yang telah ada dalam peserta didik dan menjadikannya
teraktualisasi secara nyata dan dinamis. Mengacu kepada teori
konstruktivistik, pendidikan berupaya menumbuhkembangan potensi-
potensi yang ada dalam diri peserta didik agar menjadi optimal sesuai
dengan nilai-nilai ilahiah.8

Berdasarkan dua makna esensial ini, al-Maragi mengelompokkan


pendidikan pada dua hal; pertama, tarbiyyah khuluqiyyah, yakni pembinaan dan
pengembangan jasad, jiwa dan akal dengan petunjuk yang bermacam-macam; dan
kedua, tarbiyyah diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pembinaan jiwa dengan wahyu
untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa.9

Berdasarkan berbagai komentar tentang pendidikan dalam Islam dalam


istilah al-tarbiyyah ini, pendidikan bermakna esensial untuk: 1) memelihara
potensi tumbuh kembang peserta didik hingga menuju kedewasaan, 2)

6
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
7
Al-Nahlawi, Ushul Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah Wa Asalibuha.
8
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
9
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Jilid I. (Beirut: Dar al-Fikr, n.d.).
mengembangkan potensi peserta didik dengan menggunakan sarana-sarana yang
Allah berikan (pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal, ruh dan hati),
3) mengorientasikan seluruh potensi peserta didik kepada kesempurnaan akal
secara optimal, dan 4) pendidikan dilaksanakan secara bertahap sesuai tahap
tumbuh kembang peserta didik.10

‘Atiyyah al-Arbasyi menjelaskan bahwa makna pendidikan dalam istilah


al-tarbiyyah berarti upaya mempersiapkan individu dengan mencakup
keseluruhan aspek pendidikan. Al-tarbiyyah tidak hanya bertujuan untuk
perkembangan kognitif, namun juga perkembangan afektif dan psikomotor. ‘Abd
al-Fattah Jalal menjelaskan bahwa makna pendidikan dalam istilah al-tarbiyyah
merupakan proses persiapan dan pengasuhan manusia pada fase bayi dan kanak-
kanak yang terjadi dalam lingkungan. Pengertian ini sebagai tafsiran dari kata
rabbayaanii dalam QS. Al-Isra/17:24 dan kata nurabbii dalam QS.
Asy-Syuara’/42:18. Al-Galayaini menegaskan bahwa istilah al-tarbiyyah dalam
konteks pendidikan dimaknai sebagai penanaman etika yang mulia pada anak
yang sedang bertumbuh dengan cara memberikan petunjuk dan nasihat, sehingga
ia memiliki kompetensi dan potensi jiwa yang mantap yang dapat membuahkan
sikap bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi lingkungannya.11

2.1.3 Al-Ta’lim

Istilah al-ta’lim adalah bentuk mashdar dari kata ‘allama yang maknanya
adalah mengajar, pengajaran, bersifat memberi pemahaman, pengetahuan dan
keterampilan. Pengertian pendidikan dalam istilah al-ta’lim ini dapat ditemukan
dalam QS. Al-Baqarah/2:31, ‘allama Adama asmaa’a kullaha. Jika melihat dari
batasan makna al-ta’lim, pengertiannya mencakup artian yang luas. Pendidikan
dimaknai sebagai proses transformasi seperangkat nilai antarmanusia, yang
ditransformasikan secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Allah mendidik dan
mengajari Adam akan peristiwa-peristiwa alam yang bermuara pada pengakuan
akan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Ini adalah aspek afektif yang ingin

10
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
11
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
dikembangkan, yakni menekankan pada perilaku yang baik, bukannya
kesombongan dan keangkuhan.12

Ayat-ayat lain yang menguatkan makna dari al-ta’lim ini di antaranya


terdapat dalam QS. Yunus/10:5. Allah menciptakan berbagai macam ilmu dan
atau tentang peristiwa alam dengan tetap berpusat pada nilai-nilai ilahiah agar
13
manusia selalu ingat dan beribadah kepada Allah. Pendidikan dalam artian al-
ta’lim merupakan suatu proses berkesinambungan yang terjadi dari lahir sampai
tua atau wafat (QS. An-Nahl/16:78), wallah akhrajakum min butuuni
ummahatikum laa ta’lamun syai’an, sampai manusia menua atau meninggal dunia
(QS. Al-Hajj/22:50), ilaa ardzal al-‘umuri likailaa ya’lama min ba’di ilma
syai’an.14

Selain daripada itu, surah lain menunjukkan bahwa niscaya Rasulullah


Saw. diutus untuk menjadi pengajar, yu’allimukum al-kitaab wa al-hikmah,
sebagaimana telah dicantumkan dalam QS. Al-Jumu’ah/62:2.

‫ُهَو اَّلِذ ي َبَع َث ِفي اُأْلِّم ِّييَن َر ُس واًل ِم ْنُهْم َيْتُلو َع َلْيِهْم آَياِتِه َو ُيَز ِّك يِهْم َو ُيَع ِّلُم ُهُم اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة َوِإْن َكاُنوا ِم ْن َقْبُل َلِفي َض اَل ٍل‬
‫ُم ِبيٍن‬

Artinya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Berdasarkan ayat tersebut, Rasulullah terimplikasikan sebagai pengajar


yang tidak hanya sekedar membaca, namun mengajarkan dengan renungan,
refleksi, pemberian pemahaman, tanggung jawab dan amanah. Sehingga para
sahabat mencapai tazkiyah, yakni kesucian jiwa dan memungkinkan untuk
mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai luhur agama Islam dengan baik.

12
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
13
’Abd al-Fattah Jalal, Min Al-Ushul Al-Tarbiyyah Fi Al-Islam, n.d.
14
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Beberapa pakar pendidikan menggunakan istilah al-ta’lim untuk merujuk
kepada pendidikan Islam. Misalnya Rasyid Rida menerangkan bahwa istilah al-
ta’lim sebagai proses transmisi ilmu tanpa batas kepada seseorang. 15 Istilah al-
ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dewasa. Al-Attas menyamakan al-
ta’lim dengan pengajaran tanpa pengenalan secara mendasar. Apabila
dibandingkan dengan al-tarbiyyah, al-ta’lim mempunyai makna yang lebih
mendasar dan umum.16

2.1.4 Al-Ta’dib

Diturunkan dari kata aduba-ya’dubu, secara etimologis istilah al-ta’dib


sebgai makna pendidikan berarti “melatiih” atau mendisiplinkan diri. Atau berarti
“menjamu” atau “memberi jamuan dengan santun.” Pendapat lain menyatakan
bahwa al-ta’dib merupakan mashdar dari ‘adduba yang berarti “mendisiplinkan”
atau menanamkan sopan santun, budi pekerti, dan sebagainya.17

Pendidikan dalam istilah al-ta’dib ini sebaai upaya menjamu, melayani,


menanamkan, menanamkan atau mempraktekkan sopan santun, budi pekerti, dan
sebagainya kepada seorang peserta didik agar berperangai baik dan disiplin.
Sopan santun adalah bagian dari aspek afektif-psikomotorik dari pendidikan,
karena peserta didik diajak untuk berperilaku positif, terampil dan berdisiplin.
Itulah sebab mengapa ada yang memaknai al-ta’dib sebagai makna pendidikan.18

Menurut al-Attas, al-ta’dib merupakan pengenalan secara bertahap dari


dasar yang ditanamkan dalam diri peserta didik menurut tingkatannya sehingga
membimbing kepada kesadaran dan pengakuan akan kebesaran Allah Swt. dalam
tatanan eksistensinya. Pendidikan dalam konteks al-ta’dib mencakup semua
wawasan ilmu (pengetahuan), teoetis praaktis, yang trformulasikan dengan nilai-
nilai tanggung jawab. Semangat ilahiah dalam bentuk pengabdian kepada
ilahinya.19

15
Muhammad Rasyid Rida, Tafsir Al-Manar, Jilid I. (Kairo: Dar al-Manar, 1353).
16
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
17
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
18
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
19
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2.2 Urgensi pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits

Ilmu pengetahuan baik secara khusus ilmu agama dan secara umum ilmu
pengetahuan merupakan bagian dari ciri khas manusia. Tidak ada makhluk lain di
muka bumi ini yang mampu mengembangkan sebuah peradaban seperti manusia.
(QS. Al-Baqarah/2:31 dan 32). Sifat-sifat seperti kasih sayang, keberanian,
kekuatan, kemurahan hati dapat dimiliki oleh manusia maupun makhluk lain
seperti binatang. Namun hanya manusia yang dapat mengembangkan akalnya dan
menjadikan sebuah peradaban.20

Untuk kelanjutan sebuah peradaban, maka diperlukan suatu cara untuk


melestarikan ilmu-ilmu yang sudah manusia dapatkan dari hasil pengalamannya
terhadap alam semesta. Banyak cara untuk melakukan itu dan salah satunya
adalah memiliki keturunan dan menempuh pendidikan. Apabila kita hanya
memiliki keturunan saja tanpa pendidikan, apa bedanya kita dengan binatang yang
hanya berkembang biak. Maka dari itu, pendidikan itu penting sehingga menjadi
sebuah kebutuhan bagi keberadaan makhluk hidup yang disebut manusia.

2.3 Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadits

Allah tidak menciptakan manusia untuk sia-sia atau sekedar bermain-main


saja. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk, ada tujuan dan
maksud daripadanya. Seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Qiyamah/74:36.

‫َاَيْح َس ُب اِاْل ْنَس اُن َاْن ُّيْتَرَك ُسًد ۗى‬

Artinya: Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?

Dalam QS. Al-Mu’minuun/23:115.

‫َأَفَح ِس ْبُتْم َأَّنَم ا َخ َلْقَناُك ْم َعَبًثا َو َأَّنُك ْم ِإَلْيَنا اَل ُتْر َجُعوَن‬

20
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan, I. (Jakarta: Kencana (Divisi dari
PRENADAMEDIA GROUP), 2015).
Artinya: Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?

Sebenarnya manusia diciptakan dengan membawa tugas dan tujuan


tertentu. Tujuan manusia hidup adalah hanya untuk Allah Swt. Sebagaimana
tertera dalam QS. Al-An’am/6:162.

‫ُقْل ِإَّن َص اَل ِتي َو ُنُس ِكي َوَم ْح َياَي َوَمَم اِتي ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن‬

Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.21

Inti tujuan dari pendidikan dalam Islam tidaklah berbeda dari tujuan
ditugaskannya manusia di atas bumi ini, yakni untuk Allah Swt. Menurut Munzir
Hitami ada tiga tujuan pendidikan dalam Islam yaitu:

1. Tujuan yang bersifat teleologik, yakni kembali kepada Allah.


2. Tujuan yang bersifat aspiratif, yakni kebahagiaan dunia akhirat.
3. Tujuan yang bersifat direktif, yakni mengabdi kepada Allah.22

2.4 Relasi ilmu pengetahuan dan manusia terhadap pendidikan

Istilah “ilmu” berasal dari bahasa Arab al-‘ilm yang berarti “sesuatu yang
jelas” atau “tidak kabur”. Istilah ilmu juga dimaknai al-idrak atau tangkapan yang
sering dimaknai secara metaforis dalam dua arti. Pertama, dalam arti ilmu yang
berupa fisik atau terpisah dari diri manusia, baik dalam bentuk buku, atau
masalah-masalah atau disiplin-disiplin ilmu. Kedua, dalam artian malakah atau
kecakapan, kemampuan dan penguasaan yang mengacu pada kelestarian ilmu
dalam diri manusia.23

21
Muhammad Zaim, “Tujuan Pendidikanislam Perspektif |Al-Quran Dan Hadis,” Muslim Heritage
4, no. 2 (2019): 239–260.
22
Zaim, “Tujuan Pendidikanislam Perspektif |Al-Quran Dan Hadis.”
23
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Menurut para ahli, ilmu berarti memahami hakikat sesuatu atau memahami
hukum yang berlaku pada sesuatu. Istilah ilmu juga ditemui dalam ratusan ayat
Al-Qur’an dan ratusan Hadits sehingga pengertiannya menjadi popular di
kalangan ulama dan kaum Muslimin selama berabad-abad. Istilah ilmu yang dapat
dijadikan contoh antara lain QS. Maryam/19:42-43.24

Istilah al-‘ilm dalam ayat tersebut berarti pengetahuan yang berisi risalah
Tuhan yang diterima Nabi Ibrahim as. yang berisi tentang penghambaan terhadap-
Nya sebagai implementasi dari tauhid dan aturan-aturan yang mesti dipatuhi.
Ajaran tauhid tersebut dapat mengantarnya ke jalan yang benar. Ayat tersebut
secara implisit menunjukkan manfaat dari pengetahuan bagi manusia.25

QS. Maryam/19:42-43 memiliki relevansi dengan QS. Al-Alaq/96:3-5.


Ayat ke-4 surat tersebut menyebutkan bahwa Allah memberi nikmat untuk
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal tersebut menunjukkan
kemuliaan belajar dan ilmu. Ayat pertama dimulai dengan perintah membaca, lalu
menyebutkan penciptaan manusia secara khusus dan umum. Hal ini dimaksudkan
agar manusia tahu bahwa belajar bukan hanyalah sebuah pencarian, melainkan
sebagai sarana untuk dapat mengantarkan kepada keyakinan dan kesadaran dan
sikap positif terhadap fenomena dan kehidupan sebagai sistem ilahiah, yang
bermuara pada kesadaran dan keyakinan akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
dalam kesehariannya.26

Ada tiga kata kunci yang dapat kita pahami tentang relasi ilmu
pengetahuan dengan pendidikan, yakni al-‘ilm, al-‘alim, dan al-ma’lum. Ilmu,
atau al-‘ilm, merupakan gambaran hakikat sesuatu, baik berupa kualitas, kuantitas,
maupun substansi. Al-‘alim, orang yang berhasil menangkap sesuatu tersebut, dan
al-ma’lum adalah objek yang dijadikan kajiannya.27

24
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
25
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
26
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
27
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, manusia memiliki kemampuan
dan potensi yang haru diolah dan dipahami oleh orang tua dan pendidik, selaku
pengawas bagi pertumbuhkembangan manusia-manusia yang masih muda untuk
mencapai kesempurnaan (kedewasaan), untuk diberikan perlakuan atau bimbingan
yang tepat untuk perkembangannya secara menyeluruh, yang meliputi aspek
jasmani, rohani, emosi, agama, kognitif intelektual dan sosial yang harus
diberikan perhatian dengan seimbang. Karena kegagalan dalam memperhatikan
aspek pertumbuhan ini akan berdampak pada keberhasilan dan kesuksesan anak di
kemudian hari.28

Setiap anak telah memiliki fitrah atau suatu potensi yang ada dalam
dirinya, namun orang tuanyalah yang memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan potensi tersebut. Potensi anak itu layaknya permata yang belum
diukir, seperti perkataan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, “sebagai
permata indah (jauhar) yang belm diukir, dibentuk dalam suatu rupa apapun.”
Permata itu bagaikan amanah dari Allah Swt. kepada orang tua. Maka dari tiu,
menurut al-Ghazali orang tua harus memperhatikan perkembangan anak-anaknya
dan dididik sesuai dengan tahapan perkembangannya.29

Poteni-potensi yang ada dalam diri manusia berkembang dari kondisi


lemah menjadi kuat, lalu melemah lagi seperti semula. Seperti firman Allah Swt.
dalam QS. Ar-Rum/30:54.

‫ُهَّللا اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َض ْع ٍف ُثَّم َجَعَل ِم ْن َبْع ِد َض ْع ٍف ُقَّو ًة ُثَّم َج َعَل ِم ْن َبْع ِد ُقَّوٍة َض ْع ًفا َو َشْيَبًةۚ َيْخ ُلُق َم ا َيَشاُء ۖ َو ُهَو اْلَعِليُم‬
‫اْلَقِد يُر‬

Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa.30

28
Hasbiyallah and Moh. Sulhan, Hadis Tarbawi, I. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015).
29
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
30
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
Dalam aspek pendidikan, fitrah merupakan faktor penentu. Jumiarti (2011:
12) menyatakan bahwa keutamaan dan keunggulan manusia dibandingkan
makhluk lainnya terletak pada “fitrah”. Para pemikir muslim cenderung
memaknai kata iftrah berdasarkan QS. Ar-Rum/30:30, yakni sebagai “potensi
manusia untuk beragama”. Ada juga yang memaknai fitrah sebagai “bawaan yang
diberikan Allah kepada manusia sejak dalam rahim.”31

Hasan Langgulung memahami fitrah manusia sebagai potensi yang


dimiliki manusia, yang tersimpul dalam Asma’ul Husna, dalam artian, apabila
Allah Maha Mengetahui, maka manusia pun punya potensi untuk mengetahui.
Hanya apabila pengetahuan Allah meliputi segalanya, maka pengetahuan manusia
hanyalah terbatas, karena sifatnya yang terbatas sementara Allah memiliki sifat
kemahasempurnaan. Hal inilah yang membuat manusia tergantung kepada dan
inilah fitrah mengapa manusia beragama.32

Abdurrahman Shaleh Abdullah juga sependapat dengan uraian di atas.


Beliau memahami fitrah sebagai bawaan manusia yang diberikan Allah sejak
dalam rahim. Potensi tersebut belum bersifat final, melainkan sebuah proses.
Muhammad Ibn Asyur, seperti yang dikutp oleh M. Quraish Shihab,
mendefinisikan fitrah manusia sebagai “bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah
dalam setiap makhluk, sedangkan fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah
apa yang berkaitan dengan kemampuan jasmani dan akalnya.” Dari pengertian
tersebut dapat dipahami fitrah adalah potensi yang diberikan Allah Swt. kepada
manusia agar dapat melaksanakan amanat yang sudah menjadi kewajibannya.33

Dari sekian pengertian yang ada tentang fitrah dapat diambil kata kunci
bahwa fitrah adalah potensi manusia. Menurut Ibnu Taimiyah, manusia memiliki
setidaknya 3 potensi fitrah selain potensi agama, yaitu:

1. Daya intelektual;
2. Daya ofensif;
31
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
32
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
33
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
3. dan daya defensif.34

Menurut Muhammad Ibn Asyur menyebutkan ada juga beberapa potensi


manusia, di antaranya sebagai berikut:

1. Potensi jasadiah;
2. Potensi akliah;
3. dan potensi ruhaniah.35

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan beberapa


macam potensi manusia di antaranya adalah:

1. Potensi agama
2. Potensi akal yang mencakup spiritual
3. Potensi fisik atau jasadiah
4. Potensi ruhaniah yang mencakup hati dan nafsu. (Samsul Nazar, 2001.
42-44).

Semua potensi tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak dapat


terpisahkan dengan pendidikan. Manusia tidak akan menjadi manusia seutuhny
tanpa pendidikan, begitu halnya pendidikan hanya dapat dilakukan pada manusia.
Manusia tidak terdidik hanyalah manusia pada rupanya, namun perilaku dan
akalnya jauh dari sisi kemanusiaannya.

2.5 Metode dan media pendidikan

Banyak hadis yang mengajarkan suatu materi keislaman menggunakan


metode tertentu. Bahkan Nabi un terkadang menyampaikan suatu materi
menggunakan metode yang berbeda dalam kondisi yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa menggunkan metode dalam pembelajaran merupakan hal
yang penting agar dapat diterima dengan baik. Metode pembelajaran adalah alat
untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan. Merumuskan tujuan dengan
sejelas-jelasnya adalah persyaratan yang penting untuk menentukan metode

34
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
35
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
pembelajaran yang akan digunakan. Ketidakjelasan dalam merumuskan tujuan
dapat menyebabkan kesulitan dalam menentukan metode pembelajaran yang
tepat.36

Banyak orang mengabaikan metode pembelajaran, padahal metode lebih


penting daripada isi. Banyak orang mengabaikan media, padahal media dapat
mereduksi verbalisme bahan ajar. Metode dan media merupakan teaching aid atau
instructional aid. Metode dan media penting diperhatikan, karena menentukan
sampai atau tidaknya materi yang sedang disampaikan.37

Berikut beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan:

1. Metode drill dan eksperimen


2. Metode asistensi
3. Metode tanya jawab
4. Metode drama
5. Belajar secara bertahap
6. Metode reward dan punishment
7. Metode nasihat dengan humor (gurauan)
8. Metode praktik
9. Metode gambar
10. Metode berbaur bersama anak38

2.6 Pendidik dan peserta didik

Pendidik bagi peserta didik dapat disebut dengan “bapak spiritual”, yang
memberikan asupan jiwa peserta didik dengan pengetahuan dan pengalaman
untuk meluruskan perilaku yang bengkok. Pendidik dalam perspektif filsafat
pendidikan Islam memiliki kedudukan yang mulia dan penting. Misalnya dalam
QS. At-Taubah/9:122 pendidik disejajarkan dengan para pejuang.39

36
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
37
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
38
Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan; Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
39
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
Kedudukan pendidik dalam Islam sangat mulia dan terhormat, sehingga
pendidik memiliki tugas yang mulia pula. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan bahwa tugas nabi dan rasul adalah seperti tugas pendidik pada
umumnya. Maka, dapat dikatakan pendidikan merupakan tugas estafet dalam
rangka mempertahankan eksistensi di muka bumi. Di antara ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tugas pendidik adalah QS. Al-Baqarah/2:129.40

‫َر َّبَنا َو اْبَع ْث ِفيِهْم َر ُس واًل ِم ْنُهْم َيْتُلو َع َلْيِهْم آَياِتَك َو ُيَع ِّلُم ُهُم اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة َو ُيَز ِّك يِهْم ۚ ِإَّنَك َأْنَت اْلَع ِزيُز اْلَح ِكيُم‬

Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.

Juga QS. Ali ‘Imran/3:104.

‫َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِرۚ َو ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Pelaksanaan tugas seorang pendidik bukanlah perkara mudah. Pendidik


dituntut untuk harus berinteraksi dengan baik kepada peserta didik. Menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif dapat membentuk sikap yang
positif pada peserta didik untuk menerima pelajaran. Akan timbul keikhlasan
dalam hati pesert didik dalam mengikuti pelajaran sehingga pelajaran pun
berbekas di benak para peserta didik.41

Untuk dapat berinteraksi dan menjadi pendidik yang baik bagi muridnya,
seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat berikut:

1. Amanah.
40
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
41
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2. Jujur.
3. Rasa persaudaraan.
4. Adil.
5. Pemaaf.
6. Malu.
7. Kasih sayang.
8. Sabar.
9. Tolong menolong.42

Pendidik dalam kegiatan belajar mengajar harus memahami hakikat


peserta didik sebagai objek pendidikan. Kesalahpahaman akan hakikat peserta
didik dapat menjadi kegagalan total seorang pendidik dalam menjalankan
tugasnya. Anak didik bukanlah orang dewasa. Mereka punya dunianya sendiri
sehingga metode dan strategi tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Proses
pendidikan dapat disesuaikan dengan irama dan tempo perkembangan peserta
didik. Kadar kemampuan pesert didik dapat dilihat dari usianya. Usia dapat
menentukan tingkat pengetahuan, emosi, bakat, minat dilihat baik dari biologis,
psikologis, maupun didaktis.43

Pendidik memiliki etikanya tersendiri terhadap peserta didik, begitupun


sebaliknya. Peserta didik memiliki seperangkat etika yang harus diterapkan ketika
berinteraksi dengan pendidik. Pertama, tidak boleh berbicara mendahului seorang
guru. Kedua, tidak boleh meninggikan suara lebih tinggi dari suara seorang guru.
Ketiga, jangan menanyakan hal sepele yang tidak penting atau dapat dijawab
sendiri. Keempat, dilarang memanggil guru selayaknya seorang teman. Kelima,
bersikap tawadhu’-lah kepada guru dan rasa sayang karena pengalamannya dapat
memberikan bimbingan dan nasihat. Etika pergaulan ini dapat dipedomani oleh
peserta didik di manapun, pada tingkat apapun, sehingga aktivitas belajar
mengajar dapat terlaksana dengan baik dan kondusif.44

42
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
43
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
44
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2.7 Kurikulum dan evaluasi pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan
Hadits

2.7.1 Kurikulum menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits

Realitas permasalahan hari ini ialah banyaknya pemahaman keliru bahwa


kurikulum adalah hanya dipahami sebatas bahan ajar dalam kelas. Pemahaman
yang beredar saat ini sangatlah school centric dan terbatas dalam kelas saja.
Kurikulum selain matter of study, subject matter, ia juga adalah segala
pengalaman dan budaya yang diciptakan di sekolah untuk membangun
kemandirian.45

Dalam studi hadis tarbawi, kurikulum merupakan bentangan nilai, budaya,


karakter, dan prinsip, ajaran yang terbentang dalam khazanah hadis, yang
merupakan contoh dari penerapan Al-Qur’an oleh Nabi Muhammad Saw. Al-
Qur’an sebagaimana dikemukakan oleh para ahli ilmu pengetahuan merupakan
salah satu sumber ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kedudukan Al-Qur’an ini
mendorong para penafsir untuk melakukan ijtihad kreatif, eksplorasi dan
elaborasi, kandungan ayat-ayat Al-Qur’an menjadi sebuah pijakan untuk
pendidikan dalam Islam. Dalam hal ini Al-Qur’an menjadi sumber pembelajaran.
Apabila hal ini disepakati, maka seluruh isi Al-Qur’an merupakan materi
pendidikan.46

Hadis riwayat Hakim menyebutkan bahwa Al-Qur’’an dan Sunnah


merupakan bekal hidup untuk menghindari kesesatan. Dengan demikian, ilmu-
ilmu yang terkait dengan Al-Qur’an dan Sunnah menjadi bagian dari bahan ajar
yang termuat dalam kurikulum pendidikan. Namun demikian, karena kurikulum
tidak hanya berisi bahan ajar, maka kurikulum pendidikan Islam pun mengatur
interaksi yang baik antara guru, murid, dan juga wali serta menciptakan
lingkungan sosial budaya yang baik dalam setiap lembaga pendidikan.47

45
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
46
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
47
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2.7.2 Evaluasi pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadits

Evaluasi adalah bagian penting dari proses pendidikan. Pendidikan apabila


diartikan sebagai proses pencarian dan transformasi pengetahuan yang ditujukan
untuk merubah perilaku dan kapasitas akal, maka evaluasi adalah alat untuk
mengukur perubahan itu. Evaluasi menjadi pengukur berhasil atau gagalnya suatu
proses pembelajaran dalam pendidikan.48

Ada beberapa istilah yang menunjukkan makna evaluasi menurut


perspektif Al-Qur’an dan Hadits, di antaranya:

1. Al-Balaa (ujian/cobaan)
2. Al-Imtihan (mencoba/menguji)
3. Al-Fitnah (ujian/cobaan)
4. Al-Hisab (perhitungan)
5. An-Nadzhar (memperhatikan, merenungi)
6. Al-Inba’ (berita)
7. Al-Wazn (timbangan)
8. At-Taqdir (ketentuan/jumlah)49

Berdasarkan pengertian evaluasi yang disebutkan dalam Al-Qur’an,


setidaknya ada lima tujuan pedagogis dari evaluasi Allah terhadap manusia.

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia dalam menghadapi


problema dalam hidup.
2. Untuk mengetahui batas dan tingkat hasil pendidikan wahyu yang
telah disampaikan Rasulullah Saw.
3. Untuk mengetahui tingkatan-tingkatan keimanan manusia di sisi-Nya.
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang
diberikan kepadanya.

48
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
49
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
5. Untuk memberikan reward bagi yang beramal baik dan punishment
bagi yang beramal buruk.50

Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan dalam Islam:

1. Prinsip komprehensif
2. Prinsip kontiniutas
3. Objektivitas51

Jenis-jenis evaluasi pendidikan dalam Islam:

1. Evaluasi formatif
2. Evaluasi sumatif
3. Evaluasi penempatan (placement test)
4. Evaluasi diagnostik52

Teknik evaluasi dalam pendidikn Islam:

1. Evaluasi lisan
2. Evaluasi dengan unjuk kinerja
3. Psycho test
4. Evaluasi dengan pembobotan nilai.53

BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan umat. Fitrah


manusia adalah belajar, maka dari itu pendidikan adalah sebuah keharusan yang
dibutuhkan dalam kehidupannya. Manusia diberikan segala indera dan akal adalah

50
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
51
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
52
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
53
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
untuk membantunya belajar, dan menghadapi setiap masalah yang muncul dalam
kehidupannya. Tujuan manusia hidup di muka bumi ini adalah semata-mata untuk
Allah, menyembah-Nya dan kembali kepada-Nya. Begitu pula pendidikan,
merupakan sarana bagi manusia untuk terhubung dengan Allah Swt. Manusia
adalah pemimpin di muka bumi, dan untuk memimpin bumi dengan baik maka
dibutuhkan pendidikan.

Banyak disinggung tentang pendidikan di dalam Al-Qur’an dan Hadits,


bahkan seluruh isinya merupakan sumber pendidikan. Al-Qur’an dan Hadits
sudah sepantasnya menjadi kurikulum pendidikan bagi seorang muslim sejati
dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan estafet mulia yang diturunkan dari
nabi-nabi untuk kelestarian umat manusia. Potensi yang dimiliki seorang manusia
sejak lahir haruslah diolah dan dikembangkan oleh orang dewasa yang
bertanggung jawab mendidik anak itu sejak lahir. Untuk dapat mengolah potensi
anak tersebut dibutuhkan pendidikan, dan pendidikan membutuhkan pendidik.

Pendidik haruslah kompeten dan paham hakikat anak didik, karena apabila
tidak memahami hakikatnya, pendidik akan gagal. Anak didik mempunyai
dunianya sendiri, oleh sebab itu tidak dapat disamakan dalam metode
mengajarnya dengan orang dewasa. Pendidik juga harus mempunyai sifat jujur,
solidaritas yang tinggi, amanah, malu, adil, pemaaf, kasih sayang, dan tolong
menolong agar dapat menjadi pendidik yang baik. Pendidik yang baik dapat
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif sehingga peserta didik
dapat belajar dan menerima pelajaran dengan nyaman.

Selain etika pendidik, peserta didik juga memiliki etika pada gurunya.
Murid tidak boleh mendahului guru berbicara, bertanya hal yang tidak penting,
harus tawadhu’, sayang terhadap gurunya, dan meninggikan suara. Murid juga
harus punya etika ketika berinteraksi dengan murid lain di kelas dan jangan
sampai membuat kegaduhan. Itu semua agar suasana kelas nyaman dan tenang
untuk dipakai belajar.
Setelah proses pembelajaran, dalam pendidikan, tentu diperlukan evaluasi.
Evaluasi adalah cara bagi seorang pendidik untuk mengukur, menguji kemampuan
siswa atas suatu pelajaran. Sama halnya seperti Allah Swt., yang memberikan kita
ujian untuk mengukur dan menguji ketahanan kita dalam menghadapi masalah.
Setelah diuji, setiap manusia akan terlihat tingkatan dan derajatnya, baik diuji oleh
manusia lain maupun Allah Swt. Tingkatan dan derajat itulah yang menempatkan
kita kepada suatu kedudukan tertentu, terutama di sisi-Nya.

REFERENSI

Al-Albani, ’Abd al-Rahman. Madkhal Ila Al-Tarbiyyah Fi Daw’ Al-Islam. al-


Maktab al-Islami, 1983.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maragi. Jilid I. Beirut: Dar al-Fikr, n.d.

Al-Nahlawi, ’Abd al-Rahman. Ushul Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah Wa Asalibuha.


Damaskus: Dar al-Fikr, 1988.

Hasbiyallah, and Moh. Sulhan. Hadis Tarbawi. I. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2015.

Ibn ’Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi. Tafsir Al-Qurtubi.


Jilid I. Kairo: Durus al-Sya’b, n.d.

Jalal, ’Abd al-Fattah. Min Al-Ushul Al-Tarbiyyah Fi Al-Islam, n.d.

Karman, M. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Edited by E. Kuswandi. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2018.

Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan. I. Jakarta:


Kencana (Divisi dari PRENADAMEDIA GROUP), 2015.

Rida, Muhammad Rasyid. Tafsir Al-Manar. Jilid I. Kairo: Dar al-Manar, 1353.

Zaim, Muhammad. “Tujuan Pendidikanislam Perspektif |Al-Quran Dan Hadis.”


Muslim Heritage 4, no. 2 (2019): 239–260.

You might also like