Professional Documents
Culture Documents
Konsep Pendidikan Islam Dan Tujuannya Perspektif Alquran Dan Hadis
Konsep Pendidikan Islam Dan Tujuannya Perspektif Alquran Dan Hadis
Disusun oleh:
Ratu Putri Intan Shafira 211230106
Siti Sopiah 211230110
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan yang diharapkan. Sebelum membahas lebih jauh tentang judul makalah
kami “Konsep Pendidikan Islam dan Tujuannya dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits”, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Mufrodi M.A.Pd., selaku
dosen pengampu. Dengan penyusunan makalah ini, sebagai mahasiswa, kita
mendapatkan pengetahuan baru dan gambaran tentang apa itu Konsep Pendidikan
Islam dan Tujuannya dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mohon kritik dan saran yang membangun dengan sikap terbuka dari para
pembaca, baik dari dosen pengampu maupun dari selain dosen pengampu. Kami
memohon restunya dari dosen maupun pembaca, semoga Allah SWT selalu
meridhoi segala usaha kita, Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.7 Kurikulum dan evaluasi pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits
2
3.1 Kesimpulan 3
3.2 Saran 3
Daftar Pustaka 4
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hakikat pendidikan menurut Ilmu
Al-Qur’an dan Hadits.
2. Untuk mengetahui apa itu urgensi pendidikan dalam Al-Qur’an
dan Hadits
3. Untuk mengetahui apa itu tujuan pendidikan menurut Al-
Qur’an dan Hadits.
4. Untuk mengetahui apa itu relasi ilmu pengetahuan dan
manusia terhadap pendidikan
5. Untuk mengetahui apa itu metode dan media pendidikan.
6. Untuk mengetahui apa itu pendidik dan pesertan didik
7. Untuk mengetahui apa itu kurikulum dan evaluasi pendidikan
menurut Ilmu Al-Qur’an dan Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Al-Tarbiyyah
1
’Abd al-Rahman Al-Nahlawi, Ushul Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah Wa Asalibuha (Damaskus: Dar al-
Fikr, 1988); ’Abd al-Rahman Al-Albani, Madkhal Ila Al-Tarbiyyah Fi Daw’ Al-Islam (al-Maktab al-
Islami, 1983).
2
Ibn ’Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, Jilid I. (Kairo: Durus
al-Sya’b, n.d.).
3
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, ed. E. Kuswandi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2018).
mengembangkan, memelihara, memproduksi, membesarkan, menjinakkan, baik
ynag mencakup aspek jasmani maupun rohani.4
َو ُك ْو ُنوا َر َّباِنِّييَن ُح َلَم اَء ُفَقَهاَء: َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم, َع ِن اْبِن َعَّباٍس َرِض َي ُهللا قاَل
َو ُيَقاُل الَّرَّباِني اَّلِذ ى ُيَر ِّبي الَّناَس ِبِص َغاِر اْلِع ْلِم َقْبَل ِكَباِر ه, ُع َلَم اَء.
Artinya: Dari Ibn 'Abbas, Nabi Saw. bersabda: "Jadilah kalian para pendidik yang
penyantun (hulama'), ahli ilmu (fuqaha') dan berilmu ('ulama'). Seseorang
dikatakan rabbani apabila ia telah mendidik seseorang dengan ilmu dari yang
sekecil-kecilnya menuju yang tinggi."
Rabbaa-yurabbi dalam hal ini diketahui sebagai akar kata dari pendidikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah al-tarbiyyah mencakup segala aspek
pendidikan, seperti aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Jasmani maupun
rohani, secara integral dan holistik. Secaara esensial, istilah al-tarbiyyah memiliki
dua makna, yakni:
6
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
7
Al-Nahlawi, Ushul Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah Wa Asalibuha.
8
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
9
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Jilid I. (Beirut: Dar al-Fikr, n.d.).
mengembangkan potensi peserta didik dengan menggunakan sarana-sarana yang
Allah berikan (pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal, ruh dan hati),
3) mengorientasikan seluruh potensi peserta didik kepada kesempurnaan akal
secara optimal, dan 4) pendidikan dilaksanakan secara bertahap sesuai tahap
tumbuh kembang peserta didik.10
2.1.3 Al-Ta’lim
Istilah al-ta’lim adalah bentuk mashdar dari kata ‘allama yang maknanya
adalah mengajar, pengajaran, bersifat memberi pemahaman, pengetahuan dan
keterampilan. Pengertian pendidikan dalam istilah al-ta’lim ini dapat ditemukan
dalam QS. Al-Baqarah/2:31, ‘allama Adama asmaa’a kullaha. Jika melihat dari
batasan makna al-ta’lim, pengertiannya mencakup artian yang luas. Pendidikan
dimaknai sebagai proses transformasi seperangkat nilai antarmanusia, yang
ditransformasikan secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Allah mendidik dan
mengajari Adam akan peristiwa-peristiwa alam yang bermuara pada pengakuan
akan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Ini adalah aspek afektif yang ingin
10
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
11
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
dikembangkan, yakni menekankan pada perilaku yang baik, bukannya
kesombongan dan keangkuhan.12
ُهَو اَّلِذ ي َبَع َث ِفي اُأْلِّم ِّييَن َر ُس واًل ِم ْنُهْم َيْتُلو َع َلْيِهْم آَياِتِه َو ُيَز ِّك يِهْم َو ُيَع ِّلُم ُهُم اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة َوِإْن َكاُنوا ِم ْن َقْبُل َلِفي َض اَل ٍل
ُم ِبيٍن
Artinya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
12
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
13
’Abd al-Fattah Jalal, Min Al-Ushul Al-Tarbiyyah Fi Al-Islam, n.d.
14
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Beberapa pakar pendidikan menggunakan istilah al-ta’lim untuk merujuk
kepada pendidikan Islam. Misalnya Rasyid Rida menerangkan bahwa istilah al-
ta’lim sebagai proses transmisi ilmu tanpa batas kepada seseorang. 15 Istilah al-
ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dewasa. Al-Attas menyamakan al-
ta’lim dengan pengajaran tanpa pengenalan secara mendasar. Apabila
dibandingkan dengan al-tarbiyyah, al-ta’lim mempunyai makna yang lebih
mendasar dan umum.16
2.1.4 Al-Ta’dib
15
Muhammad Rasyid Rida, Tafsir Al-Manar, Jilid I. (Kairo: Dar al-Manar, 1353).
16
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
17
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
18
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
19
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2.2 Urgensi pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits
Ilmu pengetahuan baik secara khusus ilmu agama dan secara umum ilmu
pengetahuan merupakan bagian dari ciri khas manusia. Tidak ada makhluk lain di
muka bumi ini yang mampu mengembangkan sebuah peradaban seperti manusia.
(QS. Al-Baqarah/2:31 dan 32). Sifat-sifat seperti kasih sayang, keberanian,
kekuatan, kemurahan hati dapat dimiliki oleh manusia maupun makhluk lain
seperti binatang. Namun hanya manusia yang dapat mengembangkan akalnya dan
menjadikan sebuah peradaban.20
Artinya: Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?
َأَفَح ِس ْبُتْم َأَّنَم ا َخ َلْقَناُك ْم َعَبًثا َو َأَّنُك ْم ِإَلْيَنا اَل ُتْر َجُعوَن
20
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan, I. (Jakarta: Kencana (Divisi dari
PRENADAMEDIA GROUP), 2015).
Artinya: Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?
ُقْل ِإَّن َص اَل ِتي َو ُنُس ِكي َوَم ْح َياَي َوَمَم اِتي ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن
Inti tujuan dari pendidikan dalam Islam tidaklah berbeda dari tujuan
ditugaskannya manusia di atas bumi ini, yakni untuk Allah Swt. Menurut Munzir
Hitami ada tiga tujuan pendidikan dalam Islam yaitu:
Istilah “ilmu” berasal dari bahasa Arab al-‘ilm yang berarti “sesuatu yang
jelas” atau “tidak kabur”. Istilah ilmu juga dimaknai al-idrak atau tangkapan yang
sering dimaknai secara metaforis dalam dua arti. Pertama, dalam arti ilmu yang
berupa fisik atau terpisah dari diri manusia, baik dalam bentuk buku, atau
masalah-masalah atau disiplin-disiplin ilmu. Kedua, dalam artian malakah atau
kecakapan, kemampuan dan penguasaan yang mengacu pada kelestarian ilmu
dalam diri manusia.23
21
Muhammad Zaim, “Tujuan Pendidikanislam Perspektif |Al-Quran Dan Hadis,” Muslim Heritage
4, no. 2 (2019): 239–260.
22
Zaim, “Tujuan Pendidikanislam Perspektif |Al-Quran Dan Hadis.”
23
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Menurut para ahli, ilmu berarti memahami hakikat sesuatu atau memahami
hukum yang berlaku pada sesuatu. Istilah ilmu juga ditemui dalam ratusan ayat
Al-Qur’an dan ratusan Hadits sehingga pengertiannya menjadi popular di
kalangan ulama dan kaum Muslimin selama berabad-abad. Istilah ilmu yang dapat
dijadikan contoh antara lain QS. Maryam/19:42-43.24
Istilah al-‘ilm dalam ayat tersebut berarti pengetahuan yang berisi risalah
Tuhan yang diterima Nabi Ibrahim as. yang berisi tentang penghambaan terhadap-
Nya sebagai implementasi dari tauhid dan aturan-aturan yang mesti dipatuhi.
Ajaran tauhid tersebut dapat mengantarnya ke jalan yang benar. Ayat tersebut
secara implisit menunjukkan manfaat dari pengetahuan bagi manusia.25
Ada tiga kata kunci yang dapat kita pahami tentang relasi ilmu
pengetahuan dengan pendidikan, yakni al-‘ilm, al-‘alim, dan al-ma’lum. Ilmu,
atau al-‘ilm, merupakan gambaran hakikat sesuatu, baik berupa kualitas, kuantitas,
maupun substansi. Al-‘alim, orang yang berhasil menangkap sesuatu tersebut, dan
al-ma’lum adalah objek yang dijadikan kajiannya.27
24
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
25
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
26
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
27
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, manusia memiliki kemampuan
dan potensi yang haru diolah dan dipahami oleh orang tua dan pendidik, selaku
pengawas bagi pertumbuhkembangan manusia-manusia yang masih muda untuk
mencapai kesempurnaan (kedewasaan), untuk diberikan perlakuan atau bimbingan
yang tepat untuk perkembangannya secara menyeluruh, yang meliputi aspek
jasmani, rohani, emosi, agama, kognitif intelektual dan sosial yang harus
diberikan perhatian dengan seimbang. Karena kegagalan dalam memperhatikan
aspek pertumbuhan ini akan berdampak pada keberhasilan dan kesuksesan anak di
kemudian hari.28
Setiap anak telah memiliki fitrah atau suatu potensi yang ada dalam
dirinya, namun orang tuanyalah yang memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan potensi tersebut. Potensi anak itu layaknya permata yang belum
diukir, seperti perkataan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, “sebagai
permata indah (jauhar) yang belm diukir, dibentuk dalam suatu rupa apapun.”
Permata itu bagaikan amanah dari Allah Swt. kepada orang tua. Maka dari tiu,
menurut al-Ghazali orang tua harus memperhatikan perkembangan anak-anaknya
dan dididik sesuai dengan tahapan perkembangannya.29
ُهَّللا اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َض ْع ٍف ُثَّم َجَعَل ِم ْن َبْع ِد َض ْع ٍف ُقَّو ًة ُثَّم َج َعَل ِم ْن َبْع ِد ُقَّوٍة َض ْع ًفا َو َشْيَبًةۚ َيْخ ُلُق َم ا َيَشاُء ۖ َو ُهَو اْلَعِليُم
اْلَقِد يُر
Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa.30
28
Hasbiyallah and Moh. Sulhan, Hadis Tarbawi, I. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015).
29
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
30
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
Dalam aspek pendidikan, fitrah merupakan faktor penentu. Jumiarti (2011:
12) menyatakan bahwa keutamaan dan keunggulan manusia dibandingkan
makhluk lainnya terletak pada “fitrah”. Para pemikir muslim cenderung
memaknai kata iftrah berdasarkan QS. Ar-Rum/30:30, yakni sebagai “potensi
manusia untuk beragama”. Ada juga yang memaknai fitrah sebagai “bawaan yang
diberikan Allah kepada manusia sejak dalam rahim.”31
Dari sekian pengertian yang ada tentang fitrah dapat diambil kata kunci
bahwa fitrah adalah potensi manusia. Menurut Ibnu Taimiyah, manusia memiliki
setidaknya 3 potensi fitrah selain potensi agama, yaitu:
1. Daya intelektual;
2. Daya ofensif;
31
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
32
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
33
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
3. dan daya defensif.34
1. Potensi jasadiah;
2. Potensi akliah;
3. dan potensi ruhaniah.35
1. Potensi agama
2. Potensi akal yang mencakup spiritual
3. Potensi fisik atau jasadiah
4. Potensi ruhaniah yang mencakup hati dan nafsu. (Samsul Nazar, 2001.
42-44).
34
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
35
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
pembelajaran yang akan digunakan. Ketidakjelasan dalam merumuskan tujuan
dapat menyebabkan kesulitan dalam menentukan metode pembelajaran yang
tepat.36
Pendidik bagi peserta didik dapat disebut dengan “bapak spiritual”, yang
memberikan asupan jiwa peserta didik dengan pengetahuan dan pengalaman
untuk meluruskan perilaku yang bengkok. Pendidik dalam perspektif filsafat
pendidikan Islam memiliki kedudukan yang mulia dan penting. Misalnya dalam
QS. At-Taubah/9:122 pendidik disejajarkan dengan para pejuang.39
36
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
37
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
38
Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan; Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
39
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
Kedudukan pendidik dalam Islam sangat mulia dan terhormat, sehingga
pendidik memiliki tugas yang mulia pula. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan bahwa tugas nabi dan rasul adalah seperti tugas pendidik pada
umumnya. Maka, dapat dikatakan pendidikan merupakan tugas estafet dalam
rangka mempertahankan eksistensi di muka bumi. Di antara ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tugas pendidik adalah QS. Al-Baqarah/2:129.40
َر َّبَنا َو اْبَع ْث ِفيِهْم َر ُس واًل ِم ْنُهْم َيْتُلو َع َلْيِهْم آَياِتَك َو ُيَع ِّلُم ُهُم اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة َو ُيَز ِّك يِهْم ۚ ِإَّنَك َأْنَت اْلَع ِزيُز اْلَح ِكيُم
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.
َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِرۚ َو ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Untuk dapat berinteraksi dan menjadi pendidik yang baik bagi muridnya,
seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat berikut:
1. Amanah.
40
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
41
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2. Jujur.
3. Rasa persaudaraan.
4. Adil.
5. Pemaaf.
6. Malu.
7. Kasih sayang.
8. Sabar.
9. Tolong menolong.42
42
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
43
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
44
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2.7 Kurikulum dan evaluasi pendidikan menurut Ilmu Al-Qur’an dan
Hadits
45
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
46
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi.
47
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
2.7.2 Evaluasi pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadits
1. Al-Balaa (ujian/cobaan)
2. Al-Imtihan (mencoba/menguji)
3. Al-Fitnah (ujian/cobaan)
4. Al-Hisab (perhitungan)
5. An-Nadzhar (memperhatikan, merenungi)
6. Al-Inba’ (berita)
7. Al-Wazn (timbangan)
8. At-Taqdir (ketentuan/jumlah)49
48
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
49
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
5. Untuk memberikan reward bagi yang beramal baik dan punishment
bagi yang beramal buruk.50
1. Prinsip komprehensif
2. Prinsip kontiniutas
3. Objektivitas51
1. Evaluasi formatif
2. Evaluasi sumatif
3. Evaluasi penempatan (placement test)
4. Evaluasi diagnostik52
1. Evaluasi lisan
2. Evaluasi dengan unjuk kinerja
3. Psycho test
4. Evaluasi dengan pembobotan nilai.53
BAB III
KESIMPULAN
50
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
51
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
52
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
53
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
untuk membantunya belajar, dan menghadapi setiap masalah yang muncul dalam
kehidupannya. Tujuan manusia hidup di muka bumi ini adalah semata-mata untuk
Allah, menyembah-Nya dan kembali kepada-Nya. Begitu pula pendidikan,
merupakan sarana bagi manusia untuk terhubung dengan Allah Swt. Manusia
adalah pemimpin di muka bumi, dan untuk memimpin bumi dengan baik maka
dibutuhkan pendidikan.
Pendidik haruslah kompeten dan paham hakikat anak didik, karena apabila
tidak memahami hakikatnya, pendidik akan gagal. Anak didik mempunyai
dunianya sendiri, oleh sebab itu tidak dapat disamakan dalam metode
mengajarnya dengan orang dewasa. Pendidik juga harus mempunyai sifat jujur,
solidaritas yang tinggi, amanah, malu, adil, pemaaf, kasih sayang, dan tolong
menolong agar dapat menjadi pendidik yang baik. Pendidik yang baik dapat
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif sehingga peserta didik
dapat belajar dan menerima pelajaran dengan nyaman.
Selain etika pendidik, peserta didik juga memiliki etika pada gurunya.
Murid tidak boleh mendahului guru berbicara, bertanya hal yang tidak penting,
harus tawadhu’, sayang terhadap gurunya, dan meninggikan suara. Murid juga
harus punya etika ketika berinteraksi dengan murid lain di kelas dan jangan
sampai membuat kegaduhan. Itu semua agar suasana kelas nyaman dan tenang
untuk dipakai belajar.
Setelah proses pembelajaran, dalam pendidikan, tentu diperlukan evaluasi.
Evaluasi adalah cara bagi seorang pendidik untuk mengukur, menguji kemampuan
siswa atas suatu pelajaran. Sama halnya seperti Allah Swt., yang memberikan kita
ujian untuk mengukur dan menguji ketahanan kita dalam menghadapi masalah.
Setelah diuji, setiap manusia akan terlihat tingkatan dan derajatnya, baik diuji oleh
manusia lain maupun Allah Swt. Tingkatan dan derajat itulah yang menempatkan
kita kepada suatu kedudukan tertentu, terutama di sisi-Nya.
REFERENSI
Rida, Muhammad Rasyid. Tafsir Al-Manar. Jilid I. Kairo: Dar al-Manar, 1353.