Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

KOMAIDILA / 042186238

TUGAS 1

1. Jelaskan konsep keadaan sakit dan peran sakit sebagaimana yang dikemukakan oleh
Parsons !

2. Analisislah alasan Parson yang melihat bahwa untuk berjalannya suatu sistem sosial
dengan lancar maka masalah kesehatan menjadi hal penting yang harus dipahami oleh
masyarakat ! Berikan contoh

JAWAB

1. Peran sakit merupakan pola perilaku individu yang mengidap sebuah penyakit. Menurut
Parsons, setidaknya ada tiga karakteristik dari peran tersebut, yaitu:

· Penyakit 'membebaskan' orang-orang dari kewajiban rutinnya.

Mengidap suatu penyakit dapat menjadi alasan bagi orang yang sakit untuk tidak melakukan
aktivitas rutinnya, seperti bekerja atau pergi ke sekolah. Namun, orang yang sakit tidak dapat
langsung mengakui dirinya sedang sakit. Perlu sebuah keterangan dari ahli kesehatan agar
orang yang sakit bisa menganggap dirinya benar-benar sakit supaya mendapat izin untuk
tidak bekerja atau tidak menghadiri kelas di sekolah.

· Orang yang sakit pasti ingin sehat kembali.

Tidak ada satu orang pun yang ingin sakit, kecuali pada orang-orang yang berpura-pura sakit.
Peran sakit bermanfaat bagi mereka demi menghindar dari tanggung jawab atau hanya
sekedar mencari perhatian.

· Orang yang sakit harus meminta tolong kepada yang berkompeten.

Orang yang sakit sudah seharusnya pergi ke praktisi kesehatan yang berkompeten untuk
berobat atau berkonsultasi mengenai kesehatannya. Jika tidak, kemungkinan besar manfaat
dari peran sakit tidak akan didapatkan.

Sementara peran pengobat atau physician's role merupakan suatu peran yang berfungsi
memeriksa orang benar-benar sakit atau tidak dan berusaha untuk menyembuhkannya. Untuk
melakukannya, menurut Parsons, pengobat menggunakan pengetahuan khusus masing-
masing. Mereka menggunakan informasi personal dari pasien dalam proses penyembuhan
dan mengikuti saran dokter yang berguna dalam proses perawatan.

Seringkali hubungan antara dokter dan pasien bersifat hierarkis, meski berbeda-beda di tiap
masyarakat. Seperti contohnya di Jepang, dokter mempunyai kewenangan yang besar
terhadap pasiennya. Mereka memiliki kewenangan dalam memutuskan seberapa banyak
informasi mengenai penyakit yang akan diberitahukan kepada pasien. 30 tahun yang lalu,
para dokter di Amerika Serikat juga melakukan hal yang sama. Hingga muncullah sebuah
gerakan membela hak para pasien dengan meminta dokter untuk memberitahukan informasi
medis pasiennya secara lengkap. Selanjutnya, hubungan antara dokter dan pasien pun
menjadi lebih setara, baik di Eropa atau bahkan di Jepang.
Analisis dari Parsons ini menunjukkan bahwa penyakit dan pengobatannya terhubung dengan
organisasi masyarakat yang semakin meluas. Konsep peran sakit atau sick role juga
berkembang dan berguna pada fenomena non-penyakit seperti kehamilan. Meskipun konsep
tersebut sebenarnya masih terbatas pada penyakit dengan kondisi akut (seperti flu atau patah
tulang) dan belum sampai pada kondisi penyakit kronis (seperti penyakit jantung).
Pada akhirnya, kemampuan orang sakit untuk sembuh tergantung pada sumber daya. Hal
itulah yang menyebabkan orang-orang miskin tidak mudah dalam mendapatkan perawatan
kesehatan. Kritik pun dilayangkan kepada analisis Parson yang secara tidak langsung
menunjukkan bahwa dokter memikul tanggung jawab utama dalam masalah kesehatan.
Padahal dengan pendekatan yang berorientasi pada pencegahan akan membuat kedudukan
dokter dan pasien menjadi sama dalam menangani masalah kesehatan.

2. Kesehatan dan pengobatan dalam analisis ini dianggap terkonstruksi secara sosial oleh
interaksi orang-orang. Kesehatan yang terkonstruksi secara sosial dapat dilihat pada
masyarakat miskin yang menganggap kelaparan dan malnutrisi merupakan hal yang wajar.
Sama halnya dengan masyarakat kelas atas yang tidak terlalu memikirkan efek samping dari
pola makannya.

Respon terhadap suatu penyakit juga merupakan konstruksi sosial, seperti pengidap AIDS
yang punya rasa takut dan kefanatikan tak logis, siswa yang tidak peduli dengan penyakit saat
masa liburan tetapi merasa sakit di masa menjelang ujian tengah semester. Oleh karena itu,
bagaimana seseorang merasakan sebuah penyakit pastinya akan berpengaruh pula pada
perasaannya. Keadaan itu sering disebut gangguan psychosomatic.

Tindakan pengobatan dan perawatan juga terkonstruksi secara sosial. Salah satu contohnya
adalah pendekatan dramaturgi dari Erving Goffman yang menjelaskan bagaimana seorang
dokter mengatur ruangan dan perilakunya agar pasien dapat merasa nyaman dan menganggap
dokter tersebut berkompeten.

Sosiolog Joan Emerson (1970) juga memberi gambaran mengenai cara seorang dokter pria
yang melakukan tes ginekologi. Seorang pria yang menyentuh alat genital wanita bisa saja
dianggap sebagai tindakan seksual atau bahkan pelecehan. Maka dari itu, demi menjaga
profesionalitas dan meyakinkan pasien, dokter pria itu menghias ruangan tesnya penuh
dengan peralatan medis.

Ia juga mengenakan seragam dan bersikap profesional, menganggap menyentuh genital


wanita sama seperti menyentuh bagian tubuh lainnya. Seorang perawat wanita juga biasanya
menemani dokter tersebut dalam tes ginekologi. Selain untuk membantu dokter, kehadiran
perawat juga berfungsi menghilangkan kesan negatif "pria dan wanita berduaan di satu
ruangan".Sehingga dapat disimpulkan, analisis interaksi-simbolik memiliki kelebihan untuk
mengungkap apa yang orang-orang pandang sebagai sesuatu yang sehat atau berbahaya,
tergantung faktor-faktor lain baik medis atau non-medis. Analisis ini juga menunjukkan
bahwa dalam prosedur kesehatan, secara tidak langsung staf medis dan pasiennya saling
tterlibat satu sama lain. Sayangnya, analisis ini belum bisa memberikan jawaban yang
obyektif tentang standar dari keadaan yang baik dan sehat.

You might also like