Bab I Dan Bab II Agregat Covid 19

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Wabah Covid-19 telah mengubah kehidupan masyarakat di seluruh dunia melalui
penyebarannya yang cepat, jumlah kematiannya yang semakin meningkat, dan hancurnya
perekonomian (Wu et al, 2020). Virus corona mulai dikenal pada bulan Desember tahun
2019 yang menyebabkan pneumonia di Wuhan, dan pada bulan Maret 2020 virus corona
menyerang lebih dari 100 Negara yang ada di dunia (Nguyen, 2020). Menurut data dunia
World Health Organization (WHO) Amerika menjadi negara yang membawa insiden
Covid19 tertinggi pada bulan September 2020 yang melaporkan jumlah kasus baru
sebesar 38% dan 52% dari semua kasus kematian yang dilaporkan pada bulan September
akhir (WHO, 2020).
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi oleh
WHO (WHO, 2020). Pemerintah Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 2020 menyatakan bahwa COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat
(Kemenkes, 2020). Perawat komunitas turut berperan untuk memperkuat penanggulangan
COVID-19 karena merupakan tenaga kesehatan profesional yang memiliki hubungan
penting dengan lintas sektoral yang merupakan kontributor inti dalam penanggulangan
efektif COVID-19 di komunitas. Perawat komunitas berkontribusi dalam penanggulangan
COVID-19, seperti skrining, merujuk, memberi dukungan bagi perawatan di rumah,
kebutuhan tenaga pusat isolasi berbasis komunitas, menjalankan surveilans, pelacakan
kontak, komunikasi risiko, dan bekerjasama dengan lintas sektor (WHO dan UNICEF,
2020).
Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas mempunyai
peran dan tanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan masyarakat/komunitas dengan
tetap memperhatikan protokol kesehatan melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian
COVID-19. Perawat komunitas memberikan promotif dan preventif dalam menyikapi
kepanikan masyarakat perlu mengedukasi masyarakat dengan benar, dan berinovasi
dengan tantangan kelangkaan APD untuk tetap dapat memberikan pelayanan maksimal
dengan keamanan optimal. Situasi pandemi membuat perawat komunitas harus
menyesuaikan peran dan tanggung jawab perawat dalam konteks pandemi COVID-19,
penting untuk menghindari burnout, kelelahan, kekosongan layanan, penurunan kualitas,
dan peningkatan risiko infeksi. Skrining awal dan tindakan PPI (Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi) yang tepat harus menjadi bagian dalam semua kegiatan pelayanan
kesehatan berbasis komunitas untuk menjaga keselamatan perawat komunitas. Kepatuhan
untuk selalu menggunakan kewaspadaan standar harus diperkuat, terutama kebersihan
tangan, pembersihan dan disinfeksi permukaan dan lingkungan, dan penggunaan APD
secara tepat. Kebutuhan akan tindakan PPI tambahan bergantung pada penularan COVID-
19 setempat dan jenis kontak yang diperlukan selama kegiatan, physical distancing/ jaga
jarak fisik harus dijalankan sebaik mungkin. Perencanaan logistik, anggaran, serta
pengelolaan limbah untuk persediaan APD dan kebersihan tangan harus menjadi
kebutuhan perawat komunitas. Kemungkinan kekurangan APD harus dipersiapkan secara
proaktif. Harus ada panduan yang jelas tentang penyesuaian kegiatan dan layanan esensial
jika APD tidak tersedia (WHO dan UNICEF, 2020).
Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama (FKTP) termasuk didalamnya adalah Puskesmas
menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Peran perawat komunitas di garda
terdepan khususnya dalam upaya promotif preventif dalam masa pandemi COVID-19 ini
sangat penting terutama dalam mencegah terjadinya kematian ibu dan bayi, stunting,
masalah kesehatan lingkungan, tuberculosis, dan penyakit tidak menular. Perawat
komunitas dan tenaga kesehatan di Puskesmas terus melakukan rangkaian 3T, Tracing,
Testing, dan Treatment dengan masif serta terus mengedukasi masyarakat agar selalu
mematuhi protokol kesehatan untuk melindungi diri, keluarga, masyarakat dan bangsa
dari pandemi COVID-19. Dalam acara Jambore Virtual bagi peserta tenaga kesehatan di
FKTP dalam rangkaian HKN, peserta tenaga kesehatan FKTP mengungkapkan berbagai
kendala saat melakukan pelayanan kepada masyarakat. Umumnya, kondisi yang dihadapi
berupa kendala geografis, keterbatasan sarana dan prasarana, serta kendala akibat adanya
pandemi COVID-19 (pusatkrisis.kemkes.go.id). Berbagai kendala ini menjadi tantangan
bagi perawat komunitas dalam melakukan pelayanan di masa pandemi COVID-19.
COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin
(droplet) dan udara (airborne). Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah
orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19 juga perawat komunitas baik yang melakukan pelayanan maupun yang
melakukan tracing kontak erat pasien COVID-19. Penambahan jumlah kasus COVID-19
berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Berdasarkan situasi
terkini perkembangan COVID-19 (covid19.kemkes.go.id) Pada tanggal 5 November
2020, dilaporkan total kasus di dunia yang konfirmasi positif COVID-19 sebanyak
47.362.304 kasus konfirmasi dengan 1.211.986 kasus meninggal (CFR 2.6 %). Indonesia
pertama kali melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020
sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 5 November 2020, di Indonesia sudah
melaporkan 425.796 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 357.142 kasus sembuh, 55.943
kasus suspek dan 14.348 kasus meninggal dunia. Persebaran COVID-19 di Provinsi Jawa
Timur pada tanggal 5 November 2020 menunjukkan kasus terkonfirmasi 53.791 kasus
dengan jumlah sembuh 47.772 kasus, dan meninggal 3.853 kasus
(infocovid19.jatimprov.go.id).
Secara global, lebih dari 3.000 tenaga kesehatan harus kehilangan nyawa karena
COVID 19. WHO memperkirakan kasus COVID 19 pada tenaga kesehatan berkisar 10%
dari total kasus secara global. Ketua DPW PPNI Profesor Nursalam mengatakan, dari
catatan PPNI Pusat, jumlah perawat Indonesia yang meninggal akibat COVID-19
mencapai lebih dari 90 orang. Angka kematian perawat di jawa timur adalah tertinggi
dengan jumlah 29 orang. Sementara itu untuk jumlah perawat di Jawa Timur yang
terkonfirmasi positif COVID-19 dan menjalani perawatan maupun isolasi mandiri
mencapai 1.014 orang perawat. (daerah.sindonews.com).
Namun beberapa perawat tidak melakukan isolasi mandiri dengan tertib sehingga
menimbulkan keresahan antar staf. Bertambahnya kasus konfirmasi COVID-19 baik pada
masyarakat maupun tenaga kesehatan menjadi tantangan yang dihadapi perawat
komunitas untuk menekan angka kasus penularan COVID-19 semakin besar dan
tantangan melindungi diri ketika berinteraksi dengan orang lain di masyarakat maupun di
puskesmas, alat pelindung diri yang terbatas membuat perawat komunitas semakin
beresiko tinggi tertular COVID-19 dan stigma negatif dari masyarakat terhadap perawat
komunitas akan berpengaruh pada kinerja perawat dalam pencegahan dan pengendalian
COVID-19 karena perawat komunitas bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri
dan berperan dalam penyehatan masyarakat. Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat
dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya
banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus dilakukan oleh semua
unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukum serta
komponen masyarakat lainnya. Perawat komunitas mempunyai kewajiban melakukan
pelayanan selama pandemi bahkan men-tracing orang-orang yang kontak erat dengan
pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan merujuk pasien terkonfirmasi serta memantau
proses isolasi mandiri pasien jika pasien adalah OTG oleh karena itu perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian COVID-19 oleh perawat sesuai protocol kesehatan di
fasyankes.
Sedangkan Untuk meminimalkan risiko terjadinya pajanan COVID-19 kepada
petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip pencegahan
dan pengendalian risiko penularan menurut Kemenkes, 2020 sebagai berikut:
a) Menerapkan kewaspadaan isolasi
b) Menerapkan pengendalian administrasi
c) Melakukan pendidikan dan pelatihan.

Pencegahan penularan COVID-19 dihimbau untuk mejaga jarak dengan lingkungan


sosial (Social distancing), menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain (physical
distancing), bekerja dari rumah, dan beribadah dirumah namun hal ini tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan karena memiliki tugas dan kewajiban dalam pelayanan kesehatan di
masyarakat maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Berbagai langkah-langkah
pencegahan masih terus di perbarui untuk meminimalisir penyebaran wabah. Pembatasan
aktifitas rutin Puskesmas juga sempat ditunda seperti posyandu, ANC terpadu,
penyuluhan masyarakat, dan kegiatan lain yang mengumpulkan massa. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur
menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari
kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar, menghindari kontak dekat dengan
siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin (WHO,
2020)

Sebagai langkah antisipasi penyebaran COVID-19 penggunaan masker baik saat


sehat, sakit maupun saat beraktifitas di luar rumah. Masker bedah dan N95 untuk tenaga
kesehatan, sedangkan masyarakat umum memakai masker berbahan kain (Kemenkes,
2020). Himbauan dari pemerintah terkait pencegahan dan pengendalian COVID-19 sudah
di informasikan melalui media sosial, media massa dan ledang informasi keliling ke
wilayah wilayah cakupan puskesmas dengan pusling oleh petugas puskesmas bersama
lintas sektor di tingkat kecamatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah resiko dan hambatan terhadap perawat komunitas dalam pencegahan dan
pengendalian COVID-19 di Puskesmas.

1.3 Tujuan Umum


Mengetahui resiko dan hambatan terhadap perawat komunitas dalam pencegahan dan
pengendalian COVID-19 di Puskesmas
1.4 Tujuan Khusus
1.4.1 Mengetahui resiko yang dialami terhadap perawat komunitas yang bekerja saat
pandemi COVID-19
1.4.2 Mengetahui hambatan hambatan terhadap perawat komunitas yang bekerja saat
pandemi COVID-19
1.5 Manfaat Makalah
1.5.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan intervensi
Keperawatan Kesehatan Komunitas dengan mempertimbangkan resiko dan
hambatan terhadap perawat komunitas dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian COVID-19.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat instansi
Makalah akan disampaikan kepada bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan sebagai rekomendasi terhadap
program pencegahan dan pengendalian penyakit menular khususnya pada
perawat komunitas yang terdampak COVID 19.
2. Bagi profesi keperawatan
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian COVID-19 di lingkup wilayah kerja puskesmas
yang melibatkan perawat komunitas sebagai pelaksana dan yang terdampak.
3. Bagi perawat komunitas
Makalah ini dapat digunakan sebagai informasi terhadap pencegahan
dan pengendalian COVID-19 terhadap perawat komunitas yang terdampak
serta menjadi evaluasi atas pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang
telah dilakukan selama bekerja.
4. Bagi penulis berikutnya
Makalah ini dapat digunakan sebagai landasan untuk makalah yang
akan datang mengenai aspek lain tentang pencegahan dan pengendalian
COVID-19 terhadap perawat komunitas
BAB II
KONSEP KELOMPOK KHUSUS

2.1 Konsep Kelompok Khusus Covid 19

Definisi Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat. Peran dan
fungsi perawat komunitas Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peran dan
fungsi dalam meningkatkan kesehatan komunitas. Peran perawat yang lebih dominan, yaitu
upaya-upaya pengobatan (kuratif). Perlu dipahami, puskesmas memiliki enam dasar
pelayanan. Yakni, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan keluarga, perbaikan
gizi, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan. Selain itu, ada
upaya pengembangan yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Di antaranya, upaya
kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, keperawatan kesehatan masyarakat, kesehatan kerja,
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan mata, kesehatan lanjut usia, serta pembinaan pengobatan
tradisional.

Tenaga Kesehatan komunitas menyesuaikan peran dan tanggung jawab tenaga


kesehatan komunitas dalam konteks pandemi COVID-19 dapat meliputi penyusunan
pendekatan baru dalam kegiatan yang sudah ada dan menyesuaikan tugas tenaga yang sudah
ada atau merekrut tenaga tambahan (15). Dalam perubahan semacam itu, penting untuk
menghindari burnout, kelelahan, kekosongan layanan, penurunan kualitas, dan peningkatan
risiko infeksi. Karena ketersediaan layanan rujukan mungkin terbatas di tengah meningkatnya
permintaan pada sistem kesehatan, semua tenaga kesehatan harus siap untuk menanggung
tanggung jawab tambahan terkait tatalaksana awal sindrom-sindrom utama yang mengancam
nyawa (16). Jika keadaan COVID-19 mengharuskan perubahan beban kerja, penggantian
tugas, atau perekrutan, semua tenaga kerja harus secara hati-hati dan memadai diberi sumber
daya, dilatih, dilengkapi, dan diawasi, dengan memanfaatkan cara-cara digital jika ada.
Remunerasi yang tepat waktu dan kondisi kerja yang wajar akan membantu tenaga kerja tetap
bekerja selama dan setelah penanggulangan COVID-19. Untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja tenaga kesehatan komunitas, semua tenaga kesehatan harus diberi alat
pelindung diri (APD) yang memadai dan dilatih penggunaan serta pembuangan aman APD.
Bekerja dalam konteks COVID-19 dapat menimbulkan stigma (17). Tenaga kesehatan juga
membutuhkan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial. Isu-isu gender perlu mendapat
perhatian khusus (18). Tenaga berusia lebih tua dan yang memiliki kondisi berisiko tinggi
harus diberi tugas yang tidak memberi risiko tambahan.

Perjuangan dalam penanganan pandemi COVID-19 dirasakan oleh seluruh komponen


masyarakat. Para petugas kesehatan dalam hal ini khususnya perawat menjadi komponen
yang paling rentan pada penularan COVID-19 karena melakukan kontak langsung dengan
para pasien. Pandemi COVID-19 menimbulkan kepanikan terutama dalam penggunaan
masker, meningkatnya pembelian masker menyebabkan kelangkaan masker bagi petugas
kesehatan dan mengurangi efektifitas petugas kesehatan dalam pengendalian pandemi
COVID-19 (H. –I. Wu et al, 2020). Selain keterbatasan alat pelindung diri (APD) perawat
komunitas juga mendapatkan stigma negatif, perkembangan media sosial banyak
mengandung informasi yang bersifat negatif, baik berupa berita provokatif yang disertai isu
terkini, ujaran kebencian, dan berita bohong (hoax).

Berdasarkan sebuah penelitian ilmiah oleh Ashley, et. al. (2021), yang telah
dipublikasikan secara internasional pada International Journal of Nursing Studies, Nakes
memiliki risiko tiga kali lebih besar terinfeksi Covid-19 meskipun berada pada negara dengan
proses pengendalian Covid-19 yang baik. Menurut Tim Sub Bidang Data Monitoring dan
Evaluasi – Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 – Bidang Perlindungan Nakes – Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), faktor-faktor yang mempengaruhi Nakes sehingga mudah
terinfeksi Covid-19 bahkan dapat mengakibatkan kematian diantaranya: jam kerja
berlebih/panjang dan beban kerja berlebih dengan jumlah pasien yang cenderung terus
bertambah (working overload), mempunyai riwayat penyakit penyerta atau komorbid, stress,
dan obesitas. Selain itu, faktor-faktor lain yang juga dapat memicu keterpaparan Covid-19
pada Nakes adalah: ancaman mutasi virus Covid-19, gangguan tidur, ketidakseimbangan
kerja dan kehidupan, dilema mental antara tuntutan keselamatan dalam bekerja terhadap
keselamatan keluarga, keluarga terlantar, kurangnya informasi yang akurat, kelelahan
(burnout), dan misleadership di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya (Raudenská,
et. al., 2020).

Transmisi Covid-19 dari pasien ke Nakes (viral load) juga dapat menjadi salah satu
penyebab terpaparnya Covid-19 pada Nakes. Ditemukan bahwa viral load dari pasien
asimptomatis adalah sama banyak dengan yang bergejala (Zou et al., 2020). Transmisi ini
dapat terjadi melalui droplet (35%), inhalasi (57%), dan kontak langsung (8.2%) (Jones,
2020). Perlu juga diperhatikan bahwa transmisi Covid-19 melalui aerosol tidak hanya berupa
batuk atau bersin, tapi juga nafas normal. Saat menghembuskan nafas, sebanyak 1.03 x
105 hingga 2.25 x 107 RNA SARS-CoV-2 virus per jam (n=14) ke ruangan (26.9%, n=52).
Kemudian, pada permukaan bekas sentuhan di rumah sakit ditemukan sebanyak 7.10 x
103 hingga 1.72 x 105 virus/cm2 (Ma et al., 2020). Sistem ventilasi yang kurang baik pada
gedung rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya juga diduga dapat memicu
risiko keterpaparan Covid-19 pada Nakes.

2.2 Kebijakan pemerintah tentang kelompok khusus

Berdasarkan data hasil kajian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa
rekomendasi kebijakan kepada pemerintah, instansi, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan
lainnya dalam rangka mengurangi risiko keterpaparan dan tingkat insidensi Covid-19 pada
Nakes, yang sejalan dengan Program Perlindungan Nakes dari Satgas Covid-19 Bidang
Perlindungan Nakes BNPB, sebagai berikut:

Sebelum terdampak Covid-19 (Preventive Actions)

1. Melakukan sistem pencatatan dan pelaporan data riwayat kesehatan Nakes secara
rutin dan terintegrasi serta ditunjang dengan monitoring dan evaluasi kualitas input
data secara berkesinambungan sehingga meningkatkan validitas dan reliabilitas data
untuk dapat digunakan sebagai dasar pemantauan, skrining komorbid, dan identifikasi
risiko yang valid;

2. Melakukan pengkategorian tingkat risiko penularan Covid-19 terhadap Nakes


berdasarkan data riwayat kesehatan yang telah dikumpulkan (terutama terkait
informasi komorbid/penyakit penyerta/kronis) yang dimiliki;

3. Memberikan perlakuan khusus terhadap Nakes yang memiliki komorbid dengan


risiko tinggi dan Nakes yang sedang dalam kondisi hamil/menyusui melalui
pemberian vitamin, pengaturan jadwal kerja, dan penyediaan logistik yang memadai,
terutama Alat Pelindung Diri (APD) standar untuk mencegah dan mengurangi risiko
terpapar Covid-19;

4. Melakukan pemeriksaan swab PCR secara berkala terhadap Nakes untuk deteksi dini;
5. Membuat Surat Keputusan atau Standard Operational Procedure (SOP) tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus Pandemi Covid-19 sebagai pelindung
dan panduan dalam kerja untuk meningkatkan rasa aman dalam menjalankan tugas;

6. Melakukan monitoring dan evaluasi lingkungan tempat kerja dan lingkungan


sekitarnya sesuai SOP yang berlaku di poin e) secara berkala;

7. Menurunkan tingkat viral load di lingkungan kerja dengan cara membuat sirkulasi
udara/ventilasi udara yang memadai, atau menyediakan alat khusus dan standar untuk
dapat menangkap droplet, virus, dan partikel pollutan;

8. Memberikan vaksinasi sebagai upaya perlindungan/pencegahan terhadap paparan


Covid-19;

9. Mengedukasi dan melakukan komunikasi dua arah dengan Nakes tentang ketahanan
fisik (menyeimbangkan antara kerja dan istirahat, melakukan diet sehat dan seimbang
untuk menambah daya tahan tubuh, menjaga kesehatan dengan berolah raga dan
mendapatkan sinar matahari yang cukup), ketahanan mental (menyeimbangkan beban
kerja dan mampu mengenali diri sendiri atau teman yang mengalami gangguan
mental/stress management), serta bantuan sosial/jaminan K3;

10. Setiap Nakes wajib mengerti SOP penggunaan APD standar yang baik dan benar
untuk mencegah penularan Covid-19 dari pasien positif maupun tanpa gejala; dan

11. Setiap Nakes wajib disiplin menerapkan protokol kesehatan ketika berada di rumah
untuk mencegah penularan Covid-19 kepada anggota keluarga atau sebaliknya.

Penanganan saat terpapar/positif Covid-19 (Treatment/Curative Actions)

1. Memberikan jalur khusus perawatan/penanganan Covid-19 untuk Nakes di rumah


sakit yang ada wilayah kerja masing- masing;

2. Melakukan perjanjian kerjasama (MoU) antar rumah sakit untuk penanganan Nakes
yang terpapar Covid-19;

3. Menyediakan ruang isolasi mandiri khusus/rawat inap isolasi untuk Nakes yang
bergejala ringan, sedang, dan berat dengan fasilitas dan penaganan yang baik serta
sesuai dengan SOP yang berlaku;

4. Menyediakan sistem pelaporan data penanganan Nakes yang terpapar Covid-19 ke


Tim Satgas yang dapat diakses secara terbuka;
5. Melakukan kajian secara ilmu pengetahuan dan sains data tentang Nakes yang
terpapar Covid-19, baik yang dirawat, sembuh, maupun meninggal dunia untuk
mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan tindakan/kebijakan pada
proses pencegahan, perawatan, dan penyembuhan;

6. Memberikan bantuan sosial serta dukungan moral, spiritual, dan material bagi Nakes
yang terpapar Covid-19; dan

7. Melakukan penyesuaian antara kebutuhan safety dan pembiayaan.

Pasca Covid-19 dan persiapan kebiasaan baru (Post Care Actions)

1. Memberikan konsep dan regulasi kebiasaan baru, seperti penyesuaian jam dan durasi
kerja berdasarkan faktor risiko yang dimiliki Nakes;

2. Melakukan adaptasi kebiasaan baru terhadap institusi, rumah sakit, fasilitas kesehatan,
dan Nakes dalam menghadapi tatangan baru dengan semangat baru; dan

3. Saling bekerja sama dan mendukung untuk melakukan monitoring dan evaluasi (self-
assessment) secara rutin.

Dalam rapat koordinasi Dewan Pengarah Gugus Tugas Percepatan Penanganan


Covid-19, yang diikuti Menko PMK Muhadjir Effendy, Menko Polhukam Mahfud MD,
Menkeu Sri Mulyani, Mendagri Tito Karnavian, Menkes Terawan Agus Putranto, dan Ketua
Gugus Tugas Doni Monardo, diperoleh keputusan, pemerintah akan menjamin kesejahteraan
bagi tenaga kesehatan yang bertugas menjadi garda terdepan penanganan pandemi
ini. Disampaikan oleh Menkeu Sri Mulyani, pemerintah akan memberikan insentif bagi
tenaga kesehatan yang bertugas menjadi garda terdepan penanganan Covid-19 ini. Selain
keputusan soal insentif, beberapa keputusan dihasilkan dari rapat. Kemenkeu dan Kemenkes
akan mengusahakan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi paramedis yang bertugas.
Pemerintah pun saat ini memperoleh sebanyak 100.000 APD dari pihak swasta dan siap
didistribusikan. Nantinya daerah yang sangat perlu akan dipetakan untuk didistribusikan.

Kebijakan kebijakan pemerintah seperti Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah,


menerbitkan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor M/8/HK.04/V/2020 tentang
Perlindungan Pekerja/Buruh Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada Kasus Penyakit
Akibat Kerja Karena Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). SE tertanggal 28 Mei 2020 ini
ditujukan kepada Para Gubernur Se-Indonesia dengan mempertimbangkan banyaknya kasus
pekerja/buruh yang terinfeksi Covid-19, dan beberapa di antaranya meninggal
dunia.Terbitnya SE ini didasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Penyakit Akibat Kerja. Di mana Covid-19 dapat dikategorikan sebagai Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dalam klasifikasi penyakit yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas
pekerjaan, yaitu kelompok faktor pajanan biologi.“Untuk itu, pekerja/buruh dan/atau tenaga
kerja yang mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK) karena Covid-19 berhak atas manfaat
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,” kata Ibu Ida Jakarta, pada Senin (1/6).

Dalam SE tersebut, Ibu Ida menjelaskan, pekerja/buruh yang dapat dikategorikan


memiliki risiko khusus/spesifik yang dapat mengakibatkan PAK karena Covid-19 yaitu:

1. Tenaga medis dan tenaga kesehatan, yang meliputi tenaga kerja medis dan tenaga
kerja kesehatan yang bertugas merawat/mengobati pasien di rumah sakit, fasilitas
kesehatan, dan/atau tempat Iain yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tempat
untuk merawat/mengobati pasien terinfeksi Covid-19;“Tenaga medis dan tenaga
kesehatan tersebut yaitu dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis,
tenaga keperawatan, kebidanan, tenaga teknik biomedika, serta ahli teknologi
laboratorium medik, tenaga kefarmasian seperti apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian, dan tenaga kesehatan masyarakat seperti epidemiolog kesehatan,” kata
Ibu Ida.
2. Tenaga pendukung/supporting kesehatan pada rumah sakit, fasilitas kesehatan,
dan/atau tempat lain yang ditetapkan untuk menangani pasien terinfeksi Covid19.
Mereka di antaranya cleaning service, pekerja laundry, dan lainnya; dan (3) tim
relawan yang bertugas menanggulangi pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, Ibu Ida dalam SE ini meminta kepada Para Gubernur untuk memastikan
setiap pemberi kerja (perusahaan/instansi/lembaga/organisasi) pada pekerjaan yang berisiko
terkena Covid-19 melakukan upaya pencegahan seoptimal mungkin dan memaksimalkan
Posko K3 Covid -19, agar tidak terjadi kasus PAK karena Covid-19 sesuai regulasi dan
standar K3, serta protokol kesehatan terkait pencegahan dan pengendalian Covid-19.

Pemerintah terus mengupayakan pelaksaan suntik vaksin Covid-19 untuk seluruh


masyarakat di Indonesia. Mulai dari awal tahun 2021 hingga saat ini vaksin Covid-19 tengah
didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia. Pemberian vaksin ini merupakan solusi
yang dianggap paling tepat untuk mengurangi dan memutus rantai penularan Covid-19.
Kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19 saat ini adalah tenaga kesehatan yang
memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19, lansia (>50 tahun), dan orang dengan pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi tertular. Kemudian vaksinasi akan dilanjutkan ke kelompok
penerima lainnya, mulai dari masyarakat usia 18 tahun keatas. Berdasarkan rekomendasi
terbaru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), saat ini penyintas
Covid-19 harus segera mendapatkan vaksin Covid-19 dengan rentang waktu 3 bulan setelah
dinyatakan bebas Covid-19. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terinfeksi Covid-19
untuk kedua kalinya tetapi dengan varian yang berbeda.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS COVID 19

3.1 Pengkajian
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Wawancara Puskemas X ini berdiri pada tahun 1970,
merupakan puskesmas tertua di kota X. puskesmas
Data Sekunder ini memiliki 2 puskesmas pembantu dan memiliki 7
kelurahan sebagai wilayah kerja. Program kerja
pokok yang dilakukan oleh Puskesmas X salah
satunya adalah pelayanan kesehatan terhadap
seluruh penduduk termasuk terhadap masyarakat
miskin melalui program dari pemerintah yaitu
Jamkesmas dan Jamkesda yang bergeser menjadi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu
Badan Pelenggara Jaminan Sosial (BPJS) baik JKN
maupun bukan JKN PBI. Puskemas X ini memiliki
SDMK sebanyak 50 orang yang terdiri dari 2 orang
pejabat structural, 4 orang dokter umum, 1 orang
dokter gigi, 1 orang apoteker, 2 orang asisten
apoteker, 10 orang perawat, 10 orang bidan, 3 orang
tenaga laboratorium, 3 orang tenaga penyuluh
kesehatan, 2 orang tenaga rekam medis, 9 orang
tenaga penunjang kesehatan, dan 3 orang tenaga
cleaning service. Sebanyak 10 orang perawat
terinfeksi virus Covid 19.
3.2.1 Data demografi

Jenis Kelamin

52% Perempuan
48% Laki-laki

Usia Perawat
6

4
Usia Perawat
3

0
Usia 24 - 30 Usia 30 - 39 Usia 40 - 49

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Sekunder 1. Usia
(KK, data 24 – 30 : 4 orang
Puskesmas) 30 – 39 : 5 orang
40 – 49 : 1 orang
2. Jenis Kelamin
Laki-laki : 48 % laki-laki
Perempuan : 52 % perempuan
3. Suku Bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 100%
5. Tingkat Pendidikan : D3 Keperawatan, D4
Keperawatan, S1 Ners

Pengkajian Hal yang dikaji


Data Subyektif Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil :
(wawancara) - Perawat melayani pasien yang kemungkinan
terinfeksi virus Covid 19
- Perawat memiliki daya tahan tubuh lemah
- Perawat terinfeksi virus Covid 19 di jalan
atau di luar Puskesmas
Data Obyektif Berdasarkan observasi :
- Perawat mematuhi penggunaan APD
- Perawat rajin mencuci tangan dengan benar
- Berdasarkan data catatan di Puskemas
terdapat 3 dari 10 perawat terinfeksi Covid
19

Pengkajian Hal yang dikaji


Data Obyektif - Perawat dan para tenaga kesehatan
maupun yang non kesehatan memakai
APD
- Perawat dan tenaga yang lainnya saling
menjaga jarak, tidak berkerumun
- Ruangan jaga memiliki ventilasi udara
yang kurang baik, jendela kecil
- Ruangan tampak penuh dengan perabot
dan dokumen-dokumen
- Beberapa area tampak berdebu dan ada
sampah yang tidak dibuang pada
tempatnya
- Ruangan memiliki AC sebanyak 2 buah
dengan suhu 22°C

3.1.2 Analisa Data


No. Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
1. DS : Berdasarkan hasil Kompleksitas sistem Manajemen Kesehatan
pelayanan kesehatan Tidak Efektif (D.0114)
wawancara didapatkan
hasil :
- Perawat
melayani pasien
yang
kemungkinan
terinfeksi virus
Covid 19
- Perawat
memiliki daya
tahan tubuh
lemah
- Perawat
terinfeksi virus
Covid 19 di
jalan atau di luar
Puskesmas
DO : Berdasarkan
observasi :
- Perawat
mematuhi
penggunaan
APD
- Perawat rajin
mencuci tangan
dengan benar
- Berdasarkan
data catatan di
Puskemas
terdapat 3 dari
10 perawat
terinfeksi Covid
19
2. DS : - Ketidakcukupan Pemeliharaan Kesehatan
DO : - Ruangan jaga sumber daya (fasilitas) Tidak Efektif (D.0116)

memiliki ventilasi udara


yang kurang baik,
jendela kecil
- Ruangan tampak
penuh dengan
perabot dan
dokumen-
dokumen
- Beberapa area
tampak berdebu
dan ada sampah
yang tidak
dibuang pada
tempatnya

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan kompleksitas sistem
pelayanan kesehatan
b. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakcukupan
sumber daya (fasilitas)
3.3 Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Manajemen Kesehatan Setelah dilakukan Observasi :
asuhan keperawatan 1. Identifikasi
Tidak Efektif
berhubungan dengan selama 3x24 jam kesiapan dan
diharapkan : aktifitas kemapuan
kompleksitas sistem
hidup sehat sehari- menerima
pelayanan kesehatan hari efektif memenuhi informasi
tujuan kesehatan 2. Identifikasi faktor-
meningkat faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunan
motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat
Teraupeutik :
1. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan fakto
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
2. Pemeliharaan Setelah dilakukan Observasi :
asuhan keperawatan 1. Identifikasi
Kesehatan Tidak
selama 3x24 jam kesiapan dan
Efektif berhubungan diharapkan kemapuan
pemeliharaan menerima
dengan
kesehatan meningkat : informasi
ketidakcukupan kemampuan 2. Identifikasi faktor-
menjalankan perilaku faktor yang dapat
sumber daya (fasilitas)
sehat meningkatkan dan
menurunan
motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat
Teraupeutik :
1. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan fakto
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

3.4 Planning of Action


Masalah Tujuan Kegiatan Sasara Wakt Tempat Sumber Medi PJ
Keperawatan n u Dana a
Manajemen Setelah Penyuluha Perawat 09.00 Puskesma Mahasisw Power Mahasisw
Kesehatan dilakukan n dan sX a point a
Tidak Efektif penyuluhan sosialisasi, dan
berhubungan aktifitas menjalin leaflet
dengan hidup sehat hubungan
kompleksitas sehari-hari kerjasama
sistem efektif
pelayanan memenuhi
kesehatan tujuan
kesehatan
meningkat
Pemeliharaan Pemeliharaa Edukasi Perawat 10.00 Puskesma Mahasisw Power Mahasisw
Kesehatan n kesehatan sX a point a
Tidak Efektif meningkat, dan
berhubungan mampu leaflet
dengan menjalankan
ketidakcukupa perilaku
n sumber daya sehat
(fasilitas)

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaannya rata rata tenaga kesehatan sudah mengerti cara mencegah
terpaparnya Covid 19 terhadap dirinya. Ketidakpatuhan dalam melaksanaan aturan aturan
yang berlaku dan seringnya kontak dengan pasien Covid 19 menjadi hambatan dan resiko
terpaparnya Covid 19 terhadap tenaga Kesehatan terutama perawat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adhikari, S. P., Meng, S., Wu, Y., Mao, Y., Ye, R., Wang, Q…Zhou, H. (2020).
Novel Coronavirus during the early outbreak period: Epidemiology, causes, clinical
manifestation and diagnosis, prevention and control. Infectious Disease Poverty,
9(29), 1–12. https://link.springer.com/article/10.1186/s40249-020-00646-x
2. Coronavirus disease (COVID-19): resources for practitioners. Helpful guidance for
front-line workers responding to the COVID-19 pandemic [website]. New York:
United Nations Children’s Fund; 2020 (https://www.unicef.org/coronavirus/covid-19-
resources-practitioners, diakses 29 April 2020)
3. https://www.kemenkopmk.go.id/pemerintah-jamin-kesejahteraan-tenaga-medis-yang-
tangani-covid-19
4. TIM PAKAR PERCEPATAN PENANGANAN COVID 19 ULM : Analisis
Keterpaparan Covid-19 dan Program Perlindungan Pada Tenaga Kesehatan di
Provinsi Kalimantan Selatan Oleh: Dewi Anggraini, S.Si., M.App.Sci., Ph.D
5. https://disnaker.sumutprov.go.id/artikel/tenaga-medis-hingga-relawan-covid-19-
berhak-atas-jaminan-kecelakaan-kerja
6. https://dinkes.surakarta.go.id/pentingnya-vaksinasi-covid-19/
7. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
8. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
9. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

You might also like