Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

BUDAYA VISUAL

BANGUNAN LAMA DI
BAWAH TAHUN 1950
Oleh :
1. Fera Novita Nandasari 220253603940
2. Amelia Alya Lezar Saputri 220253611050
3. Nastahira Candra Arini 220253602525
4. Muhammad Mirza Imadudin H 220253610773
5. Mohammad Dipo Maulana 220253610270
PENDAHULUAN
Gaya arsitektur yang menampilkan sisi bangunan dari SMAK Cor Jesu, Gereja Santa Maria Tak
Bercela, dan Wisma Tumapel yang mana di beberapa area terdapat semacam struktur berbeda
beda. Ciri khas dari setiap bangunan bangunan yag akan di identifikasi ini untuk mengetaui
secara detail mengenai gaya desain antara lain menggunakan metode deskriptif yang
digunakan untuk menguraikan latar belakang perkembangan gaya colonial yang
mempengaruhi desain dari setiap bangunan
SMA K CORJESU
SEJARAH BANGUNAN SMAK COR JESU
Pada tanggal 8 Februari 1900 keinginan Mgr. Staal (satu-satunya uskup di Indonesia) untuk
mendirikan biara dan sekolah di Malang terwujud. Keinginannya terwujud dengan dibelinyatanah di
jalan Celaket milik TuanStenekers.

Pada tanggal 3 Maret 1900, tanah tersebut dibangun oleh arsitek Westmaas dari Surabaya, mulai
digunakan tahun 1930 untuk sekolah Pendidikan guru' dengan nama SPG Santo Agustinus.Pada
masa pendudukan Jepang,sekolah ini dihentikan untuk keperluan Jepang, selanjutnya pada bulan
November 1945 dijadikan sebagai markas sementara sekolah militer Divisi VI Suropati (Sebelum
pindah ke bekas asrama Marine Belanda di jalan Andalas).

Pada saat Clash I 1947 dimana hampir 1000 gedung milik Belanda dibakar oleh pejuang setempat
menghindari Belanda masuk kembali ke Malang.Tanggal 8 April 1951 dimulai pembangunan
kembali besar-besaran dan tanggal 15 Juli 1951 sekolah pendidikan guru Santo Agustinus berubah
menjadiSMA Cor Jesu dan diresmikan oleh Monseigneur tanggal13 Januari 1955.
GAYA DESAIN SMAK COR JESU
SMAK Cor Jesu menggunakan gaya bangunan arsitektur kolonial. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan
diperuntukan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan, Arsitektur kolonial ini
mengadopsi gayaneo-klasik yang bertolak dari Yunani dan Romawi
GEREJA SANTAMARIA TAK BERCELA
SEJARAH BANGUNAN GEREJA SANTAMARIA TAK
BERCELA
Sejarah berdirinya Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela Ngagel di Surabaya secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut
pada tahun 1958 merupakan titik awal tonggak berdirinya parokiSMTB yang dikenaldengan paroki Ngagel.Pada saat itu di
daerahNgagel dan sekitarnya sebagian besar masih merupakan persawahan dan ladang, namun pada

sebagian area telah dimulai pembuatan kapling - kapling perumahan. Keuskupan Surabaya dengan pandangan jauh kedepan
mempergunakan kesempatan tersebut ikut membeli beberapa kapling tanah untuk mempersiapkan pendirian gedung gereja
beserta rumah pasturan dan gedung sekolah dimasa mendatang. Dan situasi politik pada
masa itu mendorong beberapapihak tertentu untuk bertindak diluar hukum, yaitu dalamwaktu singkat daerah ini diserbu oleh
ratusan keluarga dengan mendirikan rumah-rumah secara liar, termasukpendirian bangunan liar diatas lahanyang telah
dibeliKeuskupan Surabaya tersebut.
GAYA DESAIN GEREJA SANTAMARIA TAK
BERCELA
Untuk mengetahui kecenderungan gaya yang memakai landasan teori gaya dari berbagai zaman serta sejarah arsitektur yang
mengupas sejarah gaya bangunan beserta karakteristik dan perkembangannya dari zaman ke zaman.

Berdasarkan landasan teori itu,dalam laporannya mengulas ketiga gereja tersebut dengan fokus penelitian: elemen pembentuk
interior (plafon, kolom, dan jendela) serta elemen pengisi interior (meja altar, gong, jalan salib, railing tangga).Dari pembahasan tadi,
kesimpulan yang menjawab rumusan masalah yang ada, yaitu elemen pembentuk interior ketiga gereja Katolik tersebut cenderung
mengandung unsur gaya Gothic dengan pengaruh gaya arsitektur Kolonial Belanda sedangkan elemen pengisi interior cenderung
mengandung unsur gaya Modern dengan pengaruh lokal Jawa.

Pengorganisasian bangunan pada gereja disusun layaknya sebuah Gereja Katolik pada umumnya tanpa mengubah tatanan
bangunan yang lama sehingga dapat dikatakan bahwa budaya Katolik beradaptasi dengan budaya Tionghoa. Pemanfaatan ruang
yang ada disesuaikan dengan kegiatan gereja. Bagian depan dan dekat dengan pintu

masuk merupakan area yang bersifat publik atau profan dan diperuntukan untuk umat. Basilica merupakan denah yang berbentuk
persegi panjang membentang dan memusat dari pintu masuk sampai ke altar seperti bentukan salib.
WISMA TUMAPEL
SEJARAH BANGUNAN WISMA TUMAPEL

Bangunan yang terletak di Jl. Tumapel, No. 1 , Kec. Klojen, Kota Malang ini dahulu bernama Splendid Inn
milik pemerintah Kolonial Belanda yang digunakan sebagai tempat menginap para petinggi dan
pengunjung dari Belanda.
Pada tahun 1944 bangunan ini direbut oleh Jepang, lalu dialih fungsikan menjadi markas kempetei atau
polisi militer Jepang di Kota Malang. Pada tahun 1950, kepemilikan wisma ini jatuh ke tangan FKIP
Universitas Airlangga (UNAIR) yang digunakan sebagai ruang kelas dan wisma dosen. Hingga berganti
kepemilikan lagi di tahun 1968 dan dipegang oleh Universitas Negeri Malang (UM).
Pada tahun 2016, pihak Universitas Negeri Malang melakukan renovasi tahap pertama dan dilanjutkan
dengan renovasi tahap 2 pada tahun 2018. Bangunan ini direncanakan akan beroperasi Kembali sebagai
penginapan dan pendukung kegiatan manajemen kelembagaan UM.
GAYA DESAIN WISMA TUMAPEL
Bangunan yang telah dibangun sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda ini memiliki gaya desain art deco yang
populer setelah perang dunia pertama. Dilihat dari beberapa elemen pada wisma tumapel, berikut yaitu :
1.Bidang lengkung
Bisa dilihatdari depan bangunanwisma tumapel yang mengelilingi bangunan.Ini adalah bentukkarakteristik bidang
melengkung pada bangunan wisma tumapel
2.Wajah bangunan
yang berupajendela Terlihat dari tampak depanjendela bangunan wismatumapel. Ini merupakan bentuk karakterisitik
jendela pada wajah bangunan wisma tumapel
3. Bentuk geometris
Terlihat dari bentuk bangunan wisma tumapel yang berbentuk segi lima. Ini merupakan karakteristik bangunan wisma
tumapel dalam golongan gaya desain art deco yang berbentuk geometris,
KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dan dianalisa, Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau pengertian faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki . Pengumpulan data tersebut dengan mendapatkan data fisik dan non fisik mengenai hasi
observasi oleh kelompok kami.
Dengan begitu,dapat disimpulkan bahwa kita lebih memahami Eksplorasi bentuk, inspirasi/ide, pemakaian material,
dan teknologi yang dipakai rata-rata yang merujuk pada sebuahbangunan yang ternyatamemiliki karakter dan ciri khas
tersendiri. Kecenderungan dari setiap gaya yang dimiliki setiap bangunan tersebut menjadi keunikan dan daya tarik
sendiri.. dapat disimpulkan juga bahwa gaya desain tersebut masih berdiri di masa kini dan mampu membawa kesan
positif dan pesan yang ingindisampaikan dalam bentuk bangunan.

You might also like