Professional Documents
Culture Documents
Makalah Isue Isue Perkembangan Anak Usia Dini
Makalah Isue Isue Perkembangan Anak Usia Dini
Makalah Isue Isue Perkembangan Anak Usia Dini
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12
ALFIN KHAIRI (2285201018)
NAUFAL DEVARA (2285201065)
ADITIYA DALIMUNTHE (2285201074)
M. ERPAN RIZAL (2285201061)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih
kurang. Oleh kerena itu kami harapakan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang di maksud dengan isu dan problematika PAUD kontemporer?
2) Apa saja yang menjadi isu PAUD kontemporer?
3) Mengapa pentingnya pendidikan PAUD?
4) Apa saja problematika PAUD di tengah masyarakat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK) Raudhatul Atfal
(RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4 –6
tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonforml berbentuk Taman
Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak
usia 0 – <2 tahun, 2 –<4 tahun, 4 – ≤6 tahun dan Program Pengauhan untuk anak usia 0 -
≤6 tahun; Kelompok Bermain (KB) danbentuk lain yang sederajat, menggunakan
program untuk anak usia 2 – <4 tahun dan 4 – 6 tahun. Penyelenggaraan PAUD sampai
saat ini belum memiliki standar yang dijadikan sebagai acuan minimal dalam
penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal, nonformal dan atau informal. Oleh
karena itu, untuk memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan anak, maka perlu disusun Standar PAUD.
Standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan
karakteristik penyelenggaraan PAUD. Standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu:
(1) Standar tingkat pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga
kependidikan; (3) Standarisi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan prasarana,
pengelolaan dan pembiayaan. Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun. Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek
perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya,
bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik. Standar pendidik
(guru, guru pendamping, dan pengasuh) dan tenaga kependidikan memuat kualifikasi dan
kompetensi yang dipersyaratkan Standar isi, proses, dan penilaian meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi terpadu sesuai
dengan kebutuhan anak. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan
mengatur persyaratan fasilitas, manajemen, dan pembiayaan agar dapat
menyelenggaakan PAUD dengan baik.
Adapun isu yang menjadi fokus pembahasan pada bagian ini adalah: a) dikotomi
PAUD dan TPQ, b) guru-guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu pengangguran, c)
kesenjangan hak dan kewajiban guru PAUD, d) wacana wajib belajar 12 tahun yang di
mulai dari TK/RA dan, e) merancang program PAUD di masa depan.
4
A. Dikotomi PAUD dan TPQ
Istilah ”otak” untuk menyebut kecerdasan anak yang di gunakan neurosains di
pahami secara sempit oleh kalangan praktisi pendidikan, khususnya praktisi PAUD.
Implikasinya, pengelolaan PAUD terutama TPA (0-2 tahun) dan KB (2-4 tahun) lebih
condong untuk berintegrasi dengan posyandu (POSPAUD) dari pada Taman
Pendidikan Al-Quran (TPQ). Padahal, posyandu hanya mengontrol kesehatan atau
jasmani anak, termasuk otak anak. TPQ telah mempunyai basis edukasi secara
memadai bahkan kurikulum yang telah ada di selaraskan dengan fitrah, potennsi,
maupun karakter anak, sehingga tumbuh kembang anak tidak sebatas fisik
sebagaimana dalam posyandu, melainkan sosial emosional, fisik motorik, dan lain
sebagainya.
5
C. Kesenjangan Hak dan Kewajiban aguru PAUD
Implikasi lebih lanjut dari realitas guru PAUD diatas adalah kesenjangan hak
dann kewajiban antara guru PAUD dengan guru Non PAUD. Hak guru PAUD lebih
kecil dari guru non PAUD. Pasalnya, guru PAUD bukan sekedar mengajar atau
mendidik melainkan mengasuh, mengasah, dan mengasihi (asih, asuh, dan asah : 3A).
tugas ini jelas berbeda dengan guru non PAUD yang ketika dikelas atau disekolah
hanya menhgajar atau mendidik. Terlebih lagi, guru (ustaz) TPQ hampir tidak
mendapat haknya sebagai guru, meskipun memenuhi kompetensi yang khas. Artinya,
kewajiban beban kerja guru PAUD daan TPQ lebih besar tetapi haknya lebih kecil.
Akibatnya, guru PAUD sekedar “dari pada pengangguran”. Jika hal ini dibiarkan,
yang terjadi adalah banyaknya guru-guru PAUD yang hanya “pelarian” disisi lain,
biaya pendidikan di PAUD sngat mahal, jauh melebihi pendidikan dasar.
Akibatnya, justru banyak orangtua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya
dilembaga PAUD dan menunggun hingga usia 6 tahun kemudian masuk SD karena
gratis. Hal ini berimplikasi secara langsunng terhadap masa keemasan anak (golden
ages) yang secara otommatis terlewatkan. Jika hal ini dibiarkan, akan semakin banyak
anak yang menyia-nyiakan masa keemasannya.diluar negeri, gajih guru PAUD bisa
mencapai 2 kali lipat dari gajih pada umumnya. Hal ini sesuai engan sistem
pendidikan disana yang mensyaratkan guru PAUD sserendah-rendahnya
berkualifikasi S-3 atau Doktor. Meskipun demikian, dengan beban akademik guru-
guru PAUD di indonesia yang sedemikian berat perlu dipertimbangkan kesetaraan
dan keadilan hak dan kewajibannya.
6
membberikan wacana lain bahwa program wajib belajar 12 tahun bisa ditarik
kebelakang, yakni dari PAUD, atau TK/RA hingga SD/MI, dan SMP/MTs.
Jika wacana ini dapat mempengaruhi penganbiilan kebijakan, implikasi, yang
akan ditimbulkan adalah biaya pendidikan PAUD dapat di bebaskan, gur PAUD
setara dengan guru-guru lain yang secara otomatis banyak guru PNS di PAUD dan
mendapat hak yang layak, guru(ustaz) TPQ akan mendapatkan haknya sebagai guru,
terpeliharanya masa keemasan anak sehingga potensinya dapat dioptimalkan.
7
Jika manusia berkarakter adalah insan kamil, sementara unsur-unsur insan
kami adalah jasmani. Rohani dan akal, atau Akil,Naf,Qolb-Ruh, maka neurosains
mengatakan bahwa manusia berkarakter adalah manusia yang mengoptimallisasi
ketiga fungsi otaknya (kanan, kiri dan tengah) seimbang. Oleh karena itu, pendidikan
karakter adalah pendidikan yang mampu mengoptimalisasi berbagai unsur tersebut
secara seimbang. Penyeimbangan itu berlangsung dalam PAUD melalui bermain,
bernyanyi, dan bercerita. Dengan pemanduan berbagai entitas insan kamil tersebut
pendidikan karakter dapat dikonstruksi dalam kerja otak yang secara embriologis atau
neuro-antropo-biologis di regulasi dalam sistem sinaps pada tingkat molekuler.
Artinya, susunan saraf dalam sistem sinaps pada tingkat molekuler yang meregulasi
prilaku anak dapat di ubah melalui berbagai gerak, beberapa di antarannya adalah
bermain, bernyayi, dan bercerita, bahkan ketiga kegiatan tersebut hanya efektif di
lembaga PAUD.
8
hak dan peran, terlebih lagi dibumbui dengan alasan ekonomi keluarga, sebagai
perempuan telah menetapkan kakinya dijalan karir (kerja pagi pulang sore.
Implikasi lebih lanjut adalah pergeseran pola asuh anak-anak dari keluarga ke
pembantu rumah tangga.
9
4) Merancang Program PAUD di Masa Depan
a) PAUD Terdahulu
Pertumbuhan PAUD di Indonesia yang sangat pesat bukan hanya pada
jumlah secara kuantitas, tetapi juga perubahan yang signifikan di berbagai segi.
PAUD (Pra-Sekolah) sepuluh tahun yang lalu sangat berbeda dengan PAUD
sekarang, dan PAUD sepuluh tahun yang akan datang akan sangat berbeda
dengan PAUD sekarang.
Mengenai konsep PAUD terdahulu, telah dijelaskan pada bagian
terdahulu, khususnya sejarah PAUD. Point ini menegaskan bahwa pertumbuhan
PAUD yang semakin pesat berimplikasi pada perubahan disegala bidang. Hal
ini dapat dimaklumi karena perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai fakta,
seperti tingkat ekonomi keluarga, kemajuan sains, dan teknologi, peran orang
tua dilembaga PAUD, dan lain sebagainnya. Berbagai faktor ini secara langsung
berimplikasi pada perubahan PAUD dari waktu ke waktu.
10
Keempat, semakin banyak lembaga PAUD yang menyediakan layanan
sehari penuh atau full days school.
Kelima, program PAUD sekarang jauh lebih menantang mental dan
pikiran anak daripada program sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, beberapa
program PAUD memberi pekerjaan rumah (PR) agar orang tuanya berpatisipatif
mendidik anaknya.
11
2.3. Pentingnya Pendidikan PAUD
A. PAUD Sebagai Dunia Bermain
Menurut frobel bahwa bermaiin merupakan sarana untuk belajar. Dalam dunia
bermain perhatian anak terhadap pelajaran dapat lebih besar oleh karena itu, pelajaran
yan g diberikan lewat permainan akan lebih menarik dan menyenangkan hati anak
sehingga hasilnya akan lebih baik.
Sementara itu menurut J. Piaget mengartikan bermain sebagai kegiatan yang
dilakukan secara berulang-ulang demi kesenangan hal ini berpengaruh besar anak
menjadi terdorong da bersemangat untuk belajar.
Montessori mengartikan kegiatan bermain sebagai latihan jiwa dan badan
demi kehidupan anak dimasa depan.
B. Kesempatan bermain
Betapa besarnya manfaat bermain bagi pendidikan AUD. Oleh karena itu, agar
mereka tumbuh dan berkembang secara wajar, sesuai dengan perkembangan umur
dan kemampuan, mereka perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermain.
C. Pengembangan kemampuan dasar
Sambil bermain, anak-anak sekaligus juga belajar berbagi kemampuan dasar
yaitu, keterampilan motorik, berbahasa, daya pikir dan bermasyarakat. Perkembangan
kemampuan dasar setiap anak tidak sama ada yang cepat dan ada yang lambat.
12
percaya bahwa kegiatan tersebut akan sangat berguna untuk anak dikemudian hari
dalam menghadapi persaingan di zaman yang keras ini.
Di sisi lain, mereka lupa bahwa yang menjalankan itu semua adalah anaknya,
yang belum tentu ska, mampu, dan berminat dalam kegiatan-kegiatan yang di
piloh orang tua. Anak terlahir sebagai manusia yang unuik dengan berbagai
anugrah, sifat, dan bakat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Walaupun terlahir dari orang tuanya, bukan berarti mereka mutlak adalah milik
orang tua yang bisa di bentuk sekehendak hati mereka. Orang tua perlu membantu
anak menjadi diri mereka yang seutuhnya, seperti yang anak inginkan, bukan
sesuai dengan keinginan orang tua. Sungguh pendapat yang menyesatkan bila
orang tua merasabahwa yang mereka lakukan adalah yang terbaik untuk anak.
Sementara anak tertatih-tatih mengikuti apa yang sebenarnya merupakan ambisi
orang tua.
13
karena orang tua melihat anaknya gemar bernyanyi maka ia langsung dimasukkan
kekursus olah vokal si anak justru tertekan dengan les tersebut dampaknya dia
menjadi minder dan malas.
14
belajar memahami dan menyikapi hidup secara bertahap, tetapi orang tua perlu
mengikuti pola pikir dan perkembangan anak dalam membantu proses belajarnya.
4) Harus konsisten
Dalam mengahadapi perilaku anak, orang tua harus selalu bersikap optimis
dan percaya diri bahwa ia mampu mengatasinya.bersikap tegas ddan konsisten
tidak harus dengan cara kaku atau keras.
15
diajukan oleh Straus dan Werner (1942) dalam perkembangannya, kesulitan
belajar cenderung dilihat dari dua sudut. Pertama pada ketidakmampuan anak
didik dalam melakukan tugas tertentu, kedua adanya kerusakan sistem syaraf
sehingga menghambat proses belajar.
Johnson dan Morasky dalam bukunya learning disabilities mengemukakan
karakteristik anak dengan kesulitan belajar sebagai berikut:
a) Kegagalan yang berulang dalam prestasi belajar
b) Adanya kelemahan fisik yang mengganggu belajar anak untuk melaksanakan
tugas belajar dan berprestasi
c) Adanya hambatan dengan guru dan teman
d) Kecemasan dalam diri anak
e) Anak tidak memperoleh metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan
sehingga ia cenderung bosan dan berulah di sekolah.
f) Macam-macam kesulitan belajar terdiri dari kesulitan membaca, menulis, dan
berhitung.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaran pendidikan
yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan
fisik koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual) sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama),
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalaui anak usia dini
Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan saat ini yang
bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan program PAUD di masa depan. Oleh karena itu merespon isu-isu kritis di
dalam PAUD menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu
PAUD kontemporer maksudnya membahas tentang pendidikan anak usia dini yang
sedang berkembang sekarang.
Problematika adalah permasalan-permasalahan yang terdapat di lembaga PAUD itu
sendiri yang mengarah baik dalam hal positif maupun negatif, dan pada dasarnya dngan
adanya problematika ilmu tentang PAUD akan berkembang.
isu yang menjadi fokus pembahasan adalah a) dikotomi PAUD dan TPQ, b) guru-
guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu pengangguran, c) kesenjangan hak dan kewajiban
guru PAUD, d) wacana wajib belajar 12 tahun yang di mulai dari TK/RA dan, e)
merancang program PAUD di masa depan. Oleh karena itu merespon isu-isu kritis di
dalam PAUD menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu
PAUD kontemporer maksudnya membahas tentang pendidikan anak usia dini yang
sedang berkembang sekarang.
17
3.2 Saran
1. Diharapkan guru pendididkan AUD dapat memahami perkembangan anak sesuai
dengan kebutuhan peserta didik sehingga bisa menerapkan pembelajaran yang
sebenarnya sesuai dengan konsep dasar anak usia dini untuk membantu
perkembangan anak..
2. Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang isu-isu dan
problematika dalam PAUD kontemporer sehingga proses belajar dapat berlangsung
secara optimal.
18
DAFTAR PUSTAKA
19