Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Nama: Aqil Abyan

Nim : 2110113004
Kelas : P.I.H 1.9

LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN

A. Pengertian lingkungan hidup

Lingkungan hidup merupakan salah satu istilah yang melekat pada kehidupan
kita sehari – hari dan kerapkali dijadikan suatu objek pengkajian di dalam
rumpun ilmu manapun sehingga memiliki definisi yang beragam berkaitan
dengan kedudukan dan sudut pandangnya jika ditinjau dari rumpun ilmu
tertentu. Menurut Emil Salim, lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi,
keadaan, dan pengaruh yang terdapat di dalam ruangan yang tempati makhluk
hidup. Adapun dalam pandangan St. Munajat Danusaputra, lingkungan hidup
adalah jumlah semua benda, kondisi, dan aktivitas makhluk hidup di dalam
suatu ruang lingkungan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dari
makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan. (Samadi, 2007)1
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.2

B. Perlindungan lingkungan hidup

Pasal 1 Angka 2 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup “Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,

1
La Ode Angga, dkk. HUKUM LINGKUNGAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG BERKELANJUTAN,
(Bandung: Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung, 2021), hal, 43
2
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP pasal 1 angka 1
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum”
Dalam Penjelasan juga dinyatakan pertama, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang
baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku
kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar
lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup
bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain Indonesia juga berada pada
posisi yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampak tersebut
meliputi
turunnya produksi pangan, terganggunya ketersediaan air, tersebarnya hama
dan penyakit tanaman serta penyakit manusia, naiknya permukaan laut,
tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan punahnya keanekaragaman hayati
Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata,
sedangkan kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang
semakin meningkat.

Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya


pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya
dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada
akhirnya menjadi beban sosial. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia
harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung
jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan
lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan
budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehatihatian, demokrasi
lingkungan,
desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan
kearifan lingkungan. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut
dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan
secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah. Perkembangan
hukum lingkungan dipengaruhi oleh hukum keperdataan dan hukum
administrasi, maka hukum lingkungan yang menggandung nilai-nilai, tidak
terlepas pula dari nilai nilai moral yang dianut oleh masyarakat setempat dalam
bentuk hukum adat atau kebiasaan.
Ruang Lingkup lingkungan hidup dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pasal 4 meliputi:
1. Perencanaan;
2. pemanfaatan;
3. pengendalian;
4. pemeliharaan;
5. pengawasan; dan
6. penegakan hukum.3

C. hukum lingkungan di ranah internasional

1. sebelum Stockholm Declaration 1972


Meskipun negara-negara telah mencantumkan klausul pencegahan
pencemaran dalam perjanjian-perjanjian internasional mereka, akan tetapi
perhatian yang secara menyeluruh tidak terlihat sampai dengan dibuatnya
Konvensi London tahun 1933 dan Konvensi Washington, D.C. 1940. Pada
akhir tahun 1960-an dimulai suatu gerakan yang potensial mengenai
perlindungan lingkungan yang ditandai oleh dua hal: (1) adanya dukungan
dari negara-negara; (2) adanya gerakan dalam level internasional. Pengakuan
terhadap adanya masalah baru ini diberikan oleh organisasi internasional
seperti "the United Nations Economic Commission for Europe" yang
mempelajari mengenai pembuangan limbah dan pencemaran perairan
pedalaman di Eropa. Pada tahun 1968, "The Council of Europe" membuat
langkah penting dengan mengeluarkan dokumen umum tentang lingkungan
pertama yang dikeluarkan oleh organisasi internasional yaitu "the
Declaration on Air Pollution Control"4

2. Deklarasi Stockholm 1972

Konferensi Stockholm diadakan pada tahun 1972 dan dihadiri oleh kurang
lebih 6000 orang yang terdiri dari 113 delegasi negara, perwa-kilan dan

3
Prof. Dr. Suhaidi S.H., M.H, Dr. Vita Cita Emia Tarigan S.H., L.LM, Riadhy Alhayyan S.H., M.Hum, HUKUM
LINGKUNGAN, (Medan, oktober 2021), hal 60-62
4
Ibid. hal 223
pengamat dari hampir semua organisasi non pemerintah, dan sekitar 1500
wartawan dari seluruh dunia. Konferensi ini mendapatkan pengakuan secara
intemasional terutama dengan banyaknya dokumen-dokumen yang disahkan
selama acara penutupan, diantaranya adalah "Declaration on Human
Environment" yang diterima secara aklamasi. The Stockholm Declaration on
the Human Environment menge-luarkan pemyataan bahwa:
" ... man is at once the creature and molder of his environment: the natural
element and the manmade are essential to his well-being and to the full
enjoyment of
basic human rights, even the rights to life itself".
Deklarasi mengakui bahwa:
"... the natural growth of world population continously poses problems for
the preservation of the environment"
akan tetapi juga menyadari bahwa kemampuan manusia untuk mening-
katkan lingkungan dapat diperkuat dengan perkembangan sosial dan evolusi
dari produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil penting lainnya dari
Konferensi Stockholm adalah "the Action Plan for the Human Environ-
ment" yang terdiri dari 109 resolusi. Atas dasar usulan dari Konferensi
Stockholm pada tahun 1972, Sidang Umum PBB kemudian membentuk
badan khusus pembantu yaitu "the United Nations Environment Program"
(UNEP).5

5
Ibid. hal 225-336

You might also like