Professional Documents
Culture Documents
03 Kendali Mutu
03 Kendali Mutu
03 Kendali Mutu
PENGENDALI MUTU
KODE MA : 2.330
KENDALI MUTU
2007
EDISI KEDUA
Kendali Mutu
ISBN 979-3873-28-0
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………........................………………………………………………… ii
PENDAHULUAN
Modul ini disusun untuk memenuhi materi pemelajaran pada diklat sertifikasi penjejangan
pengendali mutu bagi pejabat fungsional auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP).
Tujuan pemelajaran umum dari modul ini adalah agar setelah mengikuti diklat ini peserta
diharapkan dapat memahami dan menerapkan kendali mutu dalam pelaksanaan audit.
Modul ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengertian, pemahaman, dan
konsep-konsep kendali mutu dalam audit yang terdiri atas:
Bab I Pendahuluan
Bab II Kendali mutu dalam audit yang meliputi kendali mutu laporan audit, sistem
kendali mutu unit kerja audit, dan karakteristik sistem kendali mutu.
Bab III Formulir kendali mutu, kegiatan pengawasan, serta uraian rinci tentang formulir
kendali mutu yang digunakan dalam audit.
D. Metodologi Pemelajaran
Metode pemelajaran ini menggunakan kombinasi proses belajar mengajar dengan cara:
pemaparan materi, tanya jawab, diskusi, dan pembahasan kasus.
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan kendali mutu laporan
audit, sistim kendali mutu unit kerja audit, dan karakteristik sistim kendali mutu.
A. Umum
Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian ekonomi
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan
atau kriteria teoritis, serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.1 Secara
sederhana, audit adalah
pengecekan terhadap suatu
asersi/pernyataan atau laporan
kegiatan yang dilakukan secara
independen. Independensi
auditor merupakan faktor kritis
bagi dihasilkannya laporan audit
yang obyektif. Apapun opini
audit, sepanjang laporan audit tersebut dapat diyakini obyektivitasnya, akan memberikan
bantuan yang sangat berarti bagi pengambilan keputusan. Opini auditor yang menyatakan
menerima pernyataan manajemen atau pengelola, menunjukkan bahwa pengambil keputusan
dapat menggunakan laporan tersebut sebagai salah satu informasi dalam proses pengambilan
keputusan. Sebaliknya, opini auditor yang menyatakan menolak laporan manajemen,
menunjukkan bahwa sebaiknya pengambil keputusan mencari informasi alternatif sebagai dasar
pengambilan keputusannya.
Audit adalah pekerjaan yang unik, karena setiap penugasan audit maupun permasalahan
yang dijumpai dalam penugasan, selalu baru dan tidak pernah dijumpai sebelumnya. Oleh
1
Puslitbang Sistem Pengawasan BPKP, “Klarifikasi Istilah Teknis Auditing di Lingkungan Pengawasan
Pemerintah” Edisi Pertama, 2001, halaman 21.
karena itu bagi orang awam mengukur mutu suatu audit adalah sesuatu yang sulit untuk
dilakukan. Demikian sulitnya, bahkan para pengguna jasa audit sekalipun tetap sulit untuk
melakukan pengukuran terhadap mutu audit. Hanya orang-orang yang telah menjalani pelatihan
dan menjalankan praktek audit dengan benar yang mampu mengukur keberhasilan suatu audit.
1. Standar Audit
Pengukuran mutu audit sangat sulit bagi orang awam sehingga profesi auditor perlu
menerbitkan standar audit yang berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu audit, dan berkaitan
Demikian juga tata cara pelaksanaan audit. Standar audit mengatur secara ketat
bagaimana audit harus dilakukan. Kalimat dalam laporan audit yang berbunyi: "Audit kami
lakukan sesuai dengan standar audit yang lazim, oleh karenanya meliputi..." merupakan
cerminan betapa pekerjaan audit dilakukan dengan derajat pengaturan yang tinggi. Dengan
demikian tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa standar audit adalah ukuran mutu
pekerjaan auditor.
2
Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik”, SA Seksi 150, halaman 150.1,
Salemba Empat, 2001.
bahwa setiap anggota profesi akan melaksanakannya secara 100 persen. Terdapat banyak
alasan seperti persaingan dan keteledoran yang membuat anggota profesi menomor duakan
standar. Sebagai profesi, yang daya hidupnya amat tergantung dari penerimaan masyarakat
yang awam terhadap pelaksanaan jasa profesi, ketaatan terhadap standar sebagai satu-satunya
ukuran mutu adalah hal yang tidak dapat ditawar. Oleh karena itu, untuk lebih memaksakan
ketaatan pada standar, profesi auditor menerbitkan aturan perilaku (kode etik). Kode etik ini
mengatur pola hubungan antara auditor dengan pengguna jasanya dan juga koleganya,
sehingga banyak membantu menghilangkan kendala yang menghalangi kepatuhan auditor
terhadap standar.
Jadi auditor, sebagai seorang profesional sejati, harus mempunyai atribut tertentu yang
menjadikannya berbeda dari orang kebanyakan. Auditor merupakan pribadi-pribadi yang mampu
bekerja mandiri. Kemampuan mereka untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang dijumpai
dalam penugasan adalah hasil pembelajaran yang panjang dan tempaan pengalaman lapangan
yang luas.
Penetapan auditor sebagai suatu profesi membawa konsekuensi bahwa auditor harus
bekerja dengan supervisi yang minimum. Akan tetapi pengakuan bahwa pengalaman memegang
peran sangat penting dalam pembinaan profesi, membawa konsekuensi adanya pengakuan
senioritas dalam audit. Oleh karena itu, fungsi supervisi dan reviu diperlukan dalam rangka
pelaksanaan standar.
Terhadap hal yang mengandung risiko audit yang besar, dalam fungsi audit independen
dikenal pula prosedur partner reviu. Partner reviu ini adalah reviu atas materi audit oleh partner
selain yang melaksanakan penugasan. Partner reviu biasanya dilakukan terhadap penugasan
audit terhadap perusahaan-perusahaan publik. Karena pengguna laporannya sangat luas audit
demikian dipandang mengandung risiko audit yang lebih besar.
Secara periodik terhadap institusi dan firma audit dilakukan peer reviu. Peer reviu adalah
reviu terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh institusi audit yang sejenis. Tujuan dari
peer reviu adalah untuk melihat ketaatan institusi audit terhadap standar audit. Karena yang
mengerti audit hanya profesi audit, maka peer reviu merupakan prosedur paling tepat untuk
menetapkan kesesuaian audit terhadap standar.
Dalam upaya menjalankan setiap ketentuan yang diatur oleh standar audit, auditor
bertanggung jawab untuk mematuhi setiap turunan standar audit. Turunan standar ini dapat
berbentuk pernyataan standar, interpretasi atau pedoman audit khusus. Dalam pemenuhan
tanggung jawab tersebut, institusi audit wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam
menegakkan tanggung jawab profesionalnya. Harus terdapat keyakinan bahwa setiap staf
institusi audit kompeten secara profesional, objektif, dan akan menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Oleh karena itu, institusi
audit harus menerapkan sistem kendali mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang
kesesuaian penugasan profesional dengan pedoman-pedoman yang ada.
Setiap institusi audit wajib menerapkan sistem kendali mutu dan menjelaskan unsur-unsur
kendali mutu dan hal-hal yang terkait dengan implementasi secara efektif sistem tersebut.
Kendali mutu institusi audit, sebagaimana tersebut di atas, harus diterapkan pada semua jasa
audit, atestasi, akuntansi dan reviu, yang masing-masing standarnya telah ditetapkan.
Untuk memudahkan penetapan sistem kendali mutu, organisasi profesi biasanya telah
menetapkan masalah-masalah kritis yang langsung berpengaruh pada kemampuan institusi audit
dalam memenuhi ketentuan standar. AICPA, dan kemudian diadopsi juga oleh IAI, dan di
lingkungan auditor pemerintah diputuskan melalui Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: S-
841/K/1996, mengidentifikasi 9 unsur yang membentuk sistem kendali mutu audit. Institusi audit
wajib mempertimbangkan setiap unsur kendali mutu yang dibahas berikut ini, sejauh diterapkan
dalam praktiknya, dalam menetapkan kebijakan dan prosedur kendali mutunya.
1. Independensi
Independensi mengharuskan setiap personil yang terlibat dalam suatu penugasan agar
memenuhi persyaratan independensi yang diharuskan. AICPA mengharuskan independensi
diukur berdasarkan the AICPA Code of Professional Ethics. Aparat Fungsional Auditor
Pemerintah (APFP) diharuskan memberikan keyakinan yang memadai bahwa pada setiap lapis
organisasi APFP, semua personilnya mempertahankan independensi sebagaimana diatur dalam
Aturan Perilaku Pemeriksa BPKP Tahun 1993 dan Aturan Perilaku Pegawai BPKP Tahun 1994
serta Kode Etik Akuntan Indonesia. Secara rinci, aturan perilaku Pemeriksaan BPKP Tahun 1993
dan Aturan Perilaku Pegawai BPKP Tahun 1994, memuat contoh-contoh penerapan yang
berlaku. The Institute of Internal Auditors (the IIA) menyatakan bahwa auditor adalah independen
jika mereka dapat melaksanakan tugasnya secara bebas dan obyektif. Dengan independensi
auditor akan mampu memberikan pertimbangan profesional dengan tidak memihak dan tidak
bias bagi pelaksanaan audit yang tepat. Independensi ini dapat dicapai melalui status organisasi
dan obyektivitas.
Agar independen, status organisasi departemen audit internal harus cukup tinggi sehingga
memungkinkan untuk mencapai tanggung jawab auditnya. Dukungan manajemen puncak serta
tersedianya jalur komunikasi langsung dengan manajemen puncak merupakan bukti kecukupan
status organisasi departemen audit internal. Jalur komunikasi diperlukan untuk
mengomunikasikan rencana, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan audit internal untuk
mendapatkan perhatian bagi penyempurnaan kendali intern organisasi. Obyektivitas adalah sikap
mental yang harus dijaga oleh internal auditor dalam pelaksanaan auditnya. Obyektivitas
mengharuskan internal auditor untuk melaksanakan audit dengan cara sedemikian sehingga
auditor mempunyai keyakinan terhadap kebenaran hasil kerjanya dan tidak berkompromi
terhadap mutu yang signifikan. Ukuran obyektivitas adalah bahwa auditor tidak berada dalam
suatu kondisi di mana mereka tidak mampu membuat pertimbangan profesional secara obyektif.
2. Penugasan Personel
profesional merupakan tanggung jawab pejabat penanggung jawab audit pada institusi audit.
Pejabat ini harus meyakinkan bahwa personil yang ditugaskan dalam suatu audit secara kolektif
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan disiplin yang diperlukan untuk melaksanakan audit
secara tepat. Harus ditetapkan suatu kriteria yang cocok terhadap pendidikan dan pengalaman
untuk setiap posisi dalam penugasan audit, sejalan dengan luas lingkup pekerjaan dan tingkatan
tanggung jawab yang diemban.
Dalam proses penugasan personil, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan.
Umumnya, apabila personil yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi
secara langsung terhadap personil tersebut, semakin tidak diperlukan.
3. Konsultasi
Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran institusi audit dan
tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana
penugasan.
3. Supervisi
Supervisi adalah suatu metode untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
pelaksanaan penugasan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh institusi audit. Supervisi
dalam audit merupakan proses yang melekat pada seluruh tahapan audit yang dimulai dari saat
perencanaan, dan berlanjut pada keseluruhan pelaksanaan audit, evaluasi, pelaporan dan tindak
lanjut. Secara garis besar supervisi harus mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Meyakinkan bahwa auditor yang ditugaskan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan dalam penugasan.
b. Memberikan instruksi yang tepat selama perencanaan audit dan menyetujui program audit.
c. Meyakinkan bahwa audit program yang telah disetujui dilaksanakan, terkecuali terdapat
perubahan yang telah diperiksa dan disetujui.
d. Menetapkan bahwa kertas kerja audit (KKA) dibuat sedemikian hingga cukup mendukung
temuan audit, kesimpulan audit dan laporan audit.
e. Meyakinkan bahwa laporan audit akurat, obyektif, jelas, langsung pada permasalahan,
bernada konstruktif dan disajikan tepat waktu.
Lingkup supervisi dan reviu yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa
faktor, antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana penugasan, dan lingkup
konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan.
4. Rekrutmen (Hiring)
direkrut harus melalui suatu wawancara. Persetujuan pengangkatan juga harus diberikan oleh
pejabat yang membawahi urusan personil dan pejabat yang membawahi urusan teknis dimana
personil baru tersebut akan ditempatkan.
Manajemen personalia institusi audit harus menetapkan suatu program bagi pemilihan dan
pengembangan sumber daya manusia agar tetap mampu mengatasi risiko penugasan yang
dihadapinya. Beberapa cara dapat dijalankan misalnya, dengan menetapkan program yang
meyakinkan dapat digunakan untuk:
a. Mengembangkan uraian tugas secara tertulis bagi setiap tingkatan jabatan dalam institusi
audit.
5. Pengembangan Profesional
direkomendasikan oleh pejabat yang bertanggung jawab terhadap masalah personil. Untuk
mengantisipasi terbenturnya jadwal kerja auditor dan ketersediaan topik pendidikan profesi pada
suatu saat, angka 40 jam diperbolehkan untuk dilaksanakan secara kumulatif selama 3 tahun
yaitu sebanyak 120 jam.
Hasil akhir dari pengembangan profesional adalah diperolehnya keyakinan yang memadai
bahwa personil memiliki pengetahuan yang memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawabnya.
6. Promosi (Advancement)
Prosedur dasar yang harus dilakukan sebuah institusi audit adalah menilai kinerja
individual pada setiap penugasan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu
bentuk formulir standar untuk evaluasi dapat dikembangkan secara intern sehingga seluruh
aspek auditor yang ingin dinilai dapat diperoleh dengan tepat dan akurat. Hasil penilaian ini
merupakan dasar bagi setiap promosi dan alih tugas yang dilakukan institusi audit.
8. Inspeksi
Sistem kendali mutu institusi audit mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur
yang disusun untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan profesional
dengan pedoman-pedoman yang berlaku. Sistem kendali mutu harus komprehensif dan harus
dirancang selaras dengan tipe dan struktur organisasi institusi audit. Setiap sistem kendali mutu
memiliki keterbatasan bawaan yang dapat berpengaruh terhadap efektivitasnya. Perbedaan
kinerja antar staf dan pemahaman persyaratan profesional, dapat memengaruhi tingkat
kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur kendali mutu yang kemudian memengaruhi
efektivitas sistem tersebut.
Sifat dan lingkup kebijakan dan prosedur kendali mutu yang ditetapkan oleh suatu institusi
audit tergantung pada berbagai faktor, antara lain ukuran institusi audit, tingkat pendelegasian
kewenangan yang diberikan kepada stafnya dan unit-unit kerja di bawahnya, serta pertimbangan
biaya-manfaat. Institusi audit perlu menetapkan hubungan tanggung jawab kepada personilnya
agar kebijakan dan prosedur kendali mutunya dapat dilaksanakan secara efektif. Dalam
penetapan hubungan tanggung jawab, hal-hal yang perlu mendapatkan pertimbangan memadai
adalah kompetensi individu, penetapan wewenang, dan lingkup supervisi yang diberikan.
Umumnya, dokumentasi kebijakan dan prosedur kendali mutu pada institusi audit besar akan
lebih luas cakupannya dibandingkan dengan dokumentasi pada institusi audit yang kecil.
Institusi audit harus memantau efektivitas sistem kendali mutunya secara rutin dengan
mengevaluasi kebijakan dan prosedur, penetapan tanggung jawab dan komunikasinya. Ukuran,
struktur dan sifat praktik institusi audit memengaruhi keterbatasan dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh fungsi pemantauan. Tersirat dalam fungsi pemantauan adalah perubahan rutin
terhadap kebijakan dan prosedur, penetapan tanggung jawab, dan bentuk serta lingkup
komunikasi karena adanya perubahan standar audit. Inspeksi yang merupakan salah satu unsur
kendali mutu, termasuk dalam kegiatan pemantauan, namun kegiatan pemantauan tidak terbatas
pada inspeksi saja.
Latihan Soal
2. Sebutkan dan jelaskan masing-masing unsur-unsur kendali mutu pada organisasi audit!
4. Jika anda ditunjuk sebagai pejabat pengelola personil, persyaratan apa saja yang anda akan
buat untuk meyakinkan bahwa anda mendapat personil yang diinginkan?
5. Jika anda sebagai pengelola/pimpinan insititusi audit, bagaimana menciptakan suatu kendali
mutu audit yang baik?
Setelah mengikuti materi ini diharapkan para peserta akan dapat menjelaskan dan
menggunakan formulir kendali mutu yang digunakan dalam audit
A. Umum
Agar kegiatan pengawasan dapat dilaksanakan dengan lancar, terarah, dan dapat diikuti
perkembangannya diperlukan suatu kendali. Hasil kegiatan kendali dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan tindakan koreksi yang akan dilakukan terhadap perencanaan
dan pelaksanaan pengawasan, baik untuk periode yang sedang berjalan maupun periode
berikutnya, dengan demikian pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan dengan semakin
baik dari hari ke hari.
Di samping itu, melalui formulir kendali mutu juga dihasilkan informasi untuk digunakan
sebagai bahan penilaian angka kredit auditor dalam hubungannya dengan Jabatan Fungsional
Auditor.
Pada bagian ini akan diuraikan kendali pengawasan dengan menggunakan formulir kendali
mutu yang digunakan pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sesuai dengan
Surat Edaran Kepala BPKP No: SE – 448/K/1990 tanggal 11 September 1990 tentang Formulir
Kendali Mutu dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan, terkait dengan penggunaan istilah
pengawasan yang berkembang sampai saat ini, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996 tanggal 2 Mei 1996.
B. Kegiatan Pengawasan
Kegiatan Pengawasan meliputi sub unsur yang mencakup 44 butir kegiatan pengawasan
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996
tanggal 2 Mei 1996, tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, pasal 7 ayat (1)
dan (2). Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dikenal beberapa macam istilah, antara lain
Sub Unsur Kegiatan Pengawasan dan Obyek Pengawasan. Sub Unsur Kegiatan Pengawasan
adalah kegiatan yang mengacu kepada 44 butir kegiatan pengawasan, sedangkan Obyek
Pengawasan adalah besaran spesifik yang dilakukan dalam hubungannya dengan pelaksanaan
pengawasan.
Auditor diharapkan untuk selalu menjaga mutu profesionalitas dalam bekerja. Untuk itu,
auditor diwajibkan melaksanakan kegiatan pengembangan profesi. Kegiatan ini sifatnya wajib,
jadi perlu direncanakan terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam rencana kegiatan tahunan.
1. Jelaskan pendekatan yang digunakan oleh institusi audit dalam penugasan personil,
termasuk perencanaan kebutuhan untuk institusi audit secara keseluruhan, sebagaimana
dituangkan dalam KM1 dan KM2, dan ukuran yang diterapkan untuk mencapai
c. Informasikan kepada para auditor yang akan melaksanakan tugas pengawasan dan
pengembangan profesi pada awal tahun anggaran, dengan demikian, masing-masing
auditor dapat mengetahui rencana kegiatan, rencana pemakaian jam efektif, dan
rencana perolehan angka kredit selama satu tahun anggaran dengan jelas.
d. Hindari pencantuman pre memori (tidak pasti), dengan demikian ada kepastian bagi
setiap auditor dalam mengantisipasi pelaksanaan penugasan dan perolehan angka
kredit, jika terdapat penugasan khusus, misalnya audit khusus, pelaksanaannya dapat
menggeser kegiatan prioritas yang lebih rendah.
2. Tunjuk satu atau lebih personil yang tepat untuk bertanggung jawab dalam penugasan
personil.
(ii) Evaluasi kualifikasi personil, yaitu mengenai pengalaman, posisi, latar belakang
dan keahlian khusus personil.
Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPKP No: SE – 448/K/1990 tanggal 11 September
1990 tentang Formulir Kendali Mutu, formulir kendali mutu bagi kegiatan pengawasan terdiri atas
12 (dua belas) formulir kendali mutu (KM) dan dilengkapi dengan petunjuk pengisiannya. Pada
bagian ini diuraikan ke-12 macam formulir KM tersebut dengan penyesuaian diperlukan dalam
penerapannya pada organisasi pengawasan sesuai perkembangan sekarang. Berurutan formulir
kendali mutu adalah:
2. Rencana Pengawasan 20…. dilihat dari segi obyek pengawasan (Formulir KM2);
5. Laporan Mingguan (perbandingan rencana dan realisasi pekerjaan per auditor) (Formulir
KM 5);
7. Daftar Rincian Pemakaian Hari Kerja yang disusun untuk semua auditor setiap bulan
(Formulir KM 7);
Dengan diselenggarakannya kendali melalui formulir kendali mutu ini, diharapkan disiplin
dan mutu kerja para pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor semakin meningkat.
Dengan demikian perlu ditegaskan kembali bahwa pengisian formulir KM tidak boleh hanya
sekedar formalitas, tetapi harus dihayati dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar
fungsinya sebagai alat kendali dapat dicapai secara optimal.
Formulir KM 1 merupakan
rencana penugasan
pengawasan dan
pengembangan profesi
berdasarkan susunan tim
auditor yang dalam
pelaksanaannya masih
mungkin direvisi. Dengan
formulir KM 1, pimpinan unit
organisasi dapat secara langsung mengetahui rencana kegiatan, rencana pemakaian jam
efektif, dan rencana perolehan angka kredit setiap auditor dalam tahun anggaran yang
bersangkutan, dengan demikian dapat diketahui dan diusahakan optimalisasi
pendayagunaan auditor.
Pada setiap awal tahun anggaran formulir KM 1 diharapkan dapat diinformasikan kepada
para auditor yang akan melaksanakan tugas pengawasan dan pengembangan profesi,
dengan demikian, masing-masing auditor yang bersangkutan dapat mengetahui rencana
kegiatan, rencana jam efektif, dan rencana perolehan angka kredit selama satu tahun
Nomor yang tercantum dalam jadwal pelaksanaan kegiatan dalam formulir KM 1 disusun
sesuai dengan nomor rincian obyek pengawasan yang tercantum dalam formulir KM 2.
Penyusunan formulir KM 1 menjadi tanggung jawab pimpinan unit organisasi yang
bersangkutan berdasarkan masukan dari para pengendali mutu.
2. Hubungan keluarga
3. Hubungan bisnis
Di samping hal tersebut beberapa faktor berikut ini perlu juga dipertimbangkan untuk
mencapai keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan, dan pemanfaatan
personil dalam pelaksanaan penugasan:
2. Ketersediaan personil.
pengawasan dan tema pengembangan profesi, jam audit, jumlah LHP yang dihasilkan, dan
jadwal pelaksanaan kegiatan yang direncanakan akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun
anggaran tertentu.
Pengisian Formulir KM 1 dan 2 harus didasarkan atas rencana stratejik (Renstra) masing-
masing unit organisasi dan sebaiknya sejalan dengan renstra kantor pusat organisasi yang
bersangkutan. Berdasarkan formulir KM 1 dan formulir KM 2 yang telah diisi dengan cermat,
selanjutnya disusun UPKPT dari tahun anggaran yang bersangkutan. UPKPT yang sudah
disetujui oleh pimpinan tertinggi organisasi berubah menjadi PKPT. Apabila terdapat
perbedaan isian antara formulir KM 1 dan KM 2 dengan PKPT, maka formulir KM 1 dan KM
2 ini akan disesuaikan dengan PKPT.
jangka waktu pelaksanaan yang seharusnya 300 jam karena sesuatu hal tidak cukup, maka
dapat diperpanjang menjadi 400 jam.
Formulir KM 3 ini digunakan untuk mencatat anggaran waktu pengawasan dalam rangka
kendali pengawasan mulai dari tahap persiapan pengawasan sampai dengan penyusunan
Laporan Hasil Pengawasan oleh auditor sesuai perannya dalam tim. Formulir anggaran
waktu pengawasan ini terdiri dari 2 formulir yaitu: formulir KM 3 untuk audit keuangan dan
KM 3A untuk audit operasional dan lainnya. Pada dasarnya kedua formulir tersebut baik
format maupun cara pengisiannya adalah sama.
Anggaran waktu pengawasan harus memperhatikan jadwal dan HP auditor yang diperlukan
sebagaimana tercantum pada KM 2. Perubahan jadwal dan HP Auditor harus didasarkan
pada alasan yang jelas dan disetujui oleh pimpinan unit organisasi. Dengan disusunnya
formulir KM 3 tersebut diharapkan kegiatan pengawasan dapat dilakukan dengan tepat
waktu.
Dalam formulir KM 4 ini dapat terlihat antara lain anggaran waktu pengawasan dengan
realisasinya, rencana mulai pengawasan (RMP) dengan realisasinya, dan rencana
penerbitan laporan (RPL) dengan realisasinya. Dengan disusunnya formulir KM 4 tersebut
maka dapat diberikan gambaran menyeluruh mengenai rencana pelaksanaan pengawasan
atas obyek pengawasan yang bersangkutan.
Pengajuan formulir ini kepada pimpinan unit organisasi harus dilampiri dengan ikhtisar hasil
tahap survai yang disusun oleh ketua tim dan disetujui oleh pengendali teknis dan
pengendali mutu. Pimpinan unit organisasi sebelum menyetujui formulir KM 4 perlu
mempertimbangkan sejauh mana tahap survai telah menghasilkan kesimpulan yang
memadai sehingga mudah dilihat pengaruhnya terhadap arah pengawasan dalam
memenuhi tujuan pengawasan serta terhadap langkah-langkah pengawasannya (audit
program).
Formulir KM 5 ini juga merupakan alat komunikasi bagi anggota tim, ketua tim, pengendali
teknis dan pengendali mutu. Setiap terjadi perubahan program kerja yang tidak dapat
dilaksanakan dan usulan alternatif penggantinya harus dikomunikasikan melalui media ini.
Perubahan tersebut harus disetujui oleh pengendali teknis dan diketahui oleh pengendali
mutu.
Dengan Formulir KM 5 tersebut maka penugasan yang dilaksanakan oleh setiap Auditor
setiap hari dalam satu minggu dapat dipantau dan dinilai oleh atasan langsungnya.
Sehingga dapat diketahui apakan tugas-tugas yang telah direncanakan tersebut dapat
direalisasikan dan bila terdapat perbedaan maka harus disertakan alasan yang mendukung
perbedaan tersebut.
Formulir KM. 6 digunakan dalam audit laporan keuangan BUMN/BUMD dan laporan
keuangan proyek berbantuan yang memerlukan pernyataan pendapat akuntan, sedangkan
formulir KM 6 A digunakan dalam audit operasional atas pelaksanaan APBN/APBD dan
BUMN/BUMD serta obyek audit lainnya yang memerlukan rekomendasi perbaikan atas
kelemahan yang ditemukan. Formulir KM 6A juga dapat dipakai dalam audit khusus dengan
tujuan tertentu atau investigasi dengan penyesuaian isinya.
Formulir KM. 6 digunakan untuk mencatat realisasi penggunaan HP auditor setiap minggu
per kelompok kegiatan. Formulir KM. 6 adalah alat kendali untuk menganalisis penggunaan
HP produktif dalam melaksanakan tugas-tugas mingguan per obyek audit. Formulir KM. 6
dibuat bulanan, dengan membandingkan secara bertahap setiap minggu antara anggaran
HP produktif dengan jumlah realisasinya. Formulir KM. 6 ini perlu dipakai oleh pengendali
teknis/mutu audit sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan supervisi yang
efektif.
Dengan disusunnya formulir KM. 6 tersebut diharapkan audit dapat dilakukan dengan tepat
waktu serta mencapai hasil audit yang bermutu.
Setiap akhir tahun anggaran, jumlah hari produktif setahun menurut formulir KM. 7 ini
harus dibandingkan dengan rencana hari produktif menurut formulir KM. 1 baik untuk
setiap pegawai pemeriksa maupun jumlah totalnya. Perbedaan-perbedaannya harus
dianalisis oleh pengendali mutu/pimpinan unit organisasi untuk landasan penyempurnaan
kerja masa-masa berikutnya.
Formulir ini harus diserahkan kepada pengendali mutu setiap kali selesai mengunjungi dan
mengevaluasi tim audit dalam rangka memonitor perkembangan pelaksanaan audit.
Formulir ini harus diparaf ketua tim dan ditanda-tangani oleh pengendali teknis sebagai
tanda telah setuju isinya dan memahami instruksi-instruksi yang diberikan, selanjutnya
direviu oleh pengendali mutu. Sedangkan untuk kunjungan dan atau reviu yang dilakukan
oleh pengendali mutu harus diparaf oleh pengendali teknis dan ditanda-tangani oleh
pengendali mutu sebagai tanda telah menyetujui isinya dan memahami instruksi-instruksi
yang diberikan.
a. Perencanaan Pendahuluan
b. Pelaksanaan supervisi
a. Perencanaan Pendahuluan
1) Ciptakan prosedur yang jelas, agar pengendali mutu & pengendali teknis terlibat
dalam perencanaan awal dan pengarahan pekerjaan?
a) Analisis bidang usaha/atau kegiatan atas obrik yang akan diperiksa dan kegiatan
usaha?
e) Pos-pos dalam laporan keuangan yang mungkin sekali memerlukan koreksi atau
penyesuaian?
g) Sifat laporan hasil audit/laporan akuntan yang akan diterbitkan, seperti laporan
akuntan atas laporan keuangan konsolidasi, laporan akuntan atas laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan ketentuan instansi, atau laporan
lainnya, umpamanya tentang ketaatan terhadap ketentuan kontrak?
Pastikan bahwa supervisi dan penelaahan antara lain dilakukan untuk hal-hal seperti:
3) Masalah perpajakan?
Program pengawasan ini disusun oleh pengendali mutu berdasarkan pada tujuan yang
ingin dicapai dari kegiatan pengawasan dengan memperhatikan KM 3 dan KM 4.
Dengan disusunnya formulir KM 9 dapat diberikan gambaran adanya suatu audit yang
perencanaan dan pelaksanaannya lengkap, menyeluruh, terarah dan terpadu dari sejak
perencanaan sampai dengan realisasinya.
Formulir KM 10 digunakan untuk mencatat hasil reviu final yang dilakukan oleh ketua tim
audit, pengendali teknis dan pengendali mutu audit. KM 10 dibuat dengan tujuan sebagai
salah satu alat kendali dalam rangka “general review" atas perencanaan audit,
pelaksanaan audit sampai dengan penyelesaian audit untuk setiap penugasan.
Formulir KM 11 digunakan dan dibuat oleh pimpinan unit organisasi untuk mengendalikan
ketaatan kepada RMP dan RPL sebagaimana tercantum dalam PKPT. Sebagaimana
dimaklumi penyimpangan dari RMP dapat menimbulkan benturan pelaksanaan audit di
lapangan dengan audit oleh aparat pengawasan fungsional lain atau unit kerja lainnya.
Penyimpangan dari RPL menimbulkan kelambatan penerbitan laporan yang dapat
memengaruhi kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan
Mengingat PKPT hanya memuat RMP dan RPL bulanan, maka angka rencana
mingguannya harus disusun dari data yang secara khusus diberitahukan oleh para
pengendali mutu kepada pimpinan unit organisasi menggunakan formulir KM 12.
Pengendali mutu memperoleh datanya dari para pengendali teknis dan para ketua tim audit
yang menyiapkan rencana detail pelaksanaan penugasan audit dan mengendalikan
ketepatan waktu penerbitan LHP. Hal yang sama berlaku juga untuk data realisasi
mingguan. Penggunaan formulir ini pada unit organisasi hendaknya disesuaikan dengan
struktur organisasinya. Formulir KM 11 ini juga menjadi sumber bagi penyelenggaraan
"display board" oleh para pimpinan unit organisasi.
Formulir KM 12 juga digunakan oleh pengendali teknis dan pengendali mutu untuk melapor
secara berkala kepada pimpinan unit organisasi, pada minggu yang mana dari suatu bulan
LHP dari PP direncanakan akan terbit dan untuk melapor pula secara berkala pada minggu
yang mana dari suatu bulan, realisasi penerbitan LHP tersebut serta status konsep LHP
yang sudah diterima dari ketua tim audit.
Formulir KM 12 merupakan bahan utama bagi pengisian formulir KM 11, yaitu satu-satunya
alat kendali pimpinan unit organisasi terhadap pelaksanaan PKPT yang telah disetujui
pemerintah atau pimpinan pusat unit organisasi maupun terhadap pelaksanaan PP lainnya.
Oleh karena itu, kalau suatu satuan organisasi pengawasan tidak memiliki alat kendali lain
terhadap pelaksanaan PKPT dan formulir KM 11 ini juga tidak diselenggarakan, maka
pelaksanaan PKPT pasti tidak akan terkendalikan. Agar terdapat arus informasi berkala
mengenai realisasi PKPT, maka setiap awal triwulan atau semester, ketua tim audit
hendaknya mengisi formulir KM 12 ini dalam segi rencana mulainya PP untuk masa tiga
atau enam bulan berikutnya dan realisasinya dilaporkan secara mingguan atau periode lain
yang mungkin yang ditetapkan pimpinan unit organisasi. Hal ini juga berlaku untuk
pengendali teknis dan pengendali mutu.
Demikian pula, pengendali tTeknis hendaknya mengisi formulir KM 12 ini dalam segi
rencana akan terbitnya LHP dari setiap PP untuk masa tiga bulan atau enam bulan
berikutnya dan realisasi penerbitan LHP dilaporkan secara mingguan kepada pengendali
mutu. Hal ini juga berlaku untuk pengendali mutu. Untuk mendukung pengisian formulir KM
12 maka bagi setiap konsep LHP harus diselenggarakan routing slip agar terlihat jelas waktu
dan tanggung jawab jika terjadi kelambatan penyelesaian KM 12 ini.
yang melaksanakan pengisian formulir tersebut. Formulir KM-KM tersebut harus diisi
dengan jujur baik oleh anggota dan ketua tim audit, dan pengendali teknis dan mutu audit,
maupun kendali oleh pimpinan organisasi di mana pejabat fungsional tersebut berada.
Secara empiris, aplikasi formulir ini pada organisasi BPKP mempunyai banyak kelemahan
antara lain:
1. Formulir ini tidak lagi sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh BPKP
ataupun tugas pengawasan yang tercantum dalam SK MenPan.
2. Pengisian formulir ini bagi sebagian auditor dirasakan terlalu rumit sehingga
memerlukan beberapa penyesuaian.
3. Informasi dari formulir ini belum memadai seperti yang diinginkan sekarang ini,
misalnya pada KM 11, sebagian unit kerja pada BPKP telah melakukan penyesuaian-
penyesuaian.
Latihan Soal
1. Sebutkan kegiatan pengawasan sesuai dengan Keputusan Menteri PAN No. 19/1996?
2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat jenis-jenis formulir kendali mutu sesuai dengan
Keputusan Kepala BPKP No. 448/K/1990?
3. Jika Saudara ditunjuk sebagai pengendali mutu, dan anggota tim tidak dapat melaksanakan
satu atau lebih program audit yang direncanakan, dari formulir kendali mutu mana Saudara
akan tahu dan apa yang harus Saudara lakukan?
Formulir KM 1
UNIT ORGANISASI: ……………….. RENCANA AUDIT TAHUN 20….
DILIHAT DARI SEGI PELAKSANA AUDIT
Rencana Rencana
No. Hari Perolehan Angka Kredit
NAMA AUDITOR BULAN
Urut Produktif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 setahun Bulan 1-3 Bulan 4-6 Bulan 7-9
(1) (2) (3) (4) (5)
…………………………, …………………… 20 …
( ……………………….)
NIP. ……………………
Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi urut nomor
Kolom 2: Diisi nama-nama auditor
j p sesuai
g dengan Daftar Urutan
y g Kepangkatan
j (DUK) atau menggunakan
y p g urutan lain yang
g
masing auditor. Jumlah hari rencana pelaksanaan penugasan pemeriksaan (PP) kurang dari setengah bulan dibulatkan
menjadi setengah bulan dan jumlah hari lebih dari setengah bulan dibulatkan menjadi satu bulan. Nama mitra kerja
pengawasan dapat pula ditulis dengan kode saja atau lengkap nama mitra kerja dan kodenya. Data mitra kerja diperoleh
antara lain dari KF 1, KF 2 dan KF 3.
Kolom 4: Diisi rencana hari produktif selama setahun. Hari produktif meliputi hari produktif di kantor mitra kerja dan hari
produktif di kantor sendiri. Perhatikan selanjutnya tujuan dan petunjuk pengisian formulir KM. 7 mengenai penggunaan data
dalam kolom ini pada akhir tahun anggaran.
Kolom 5 : Diisi dengan memperhatikan ketentuan perhitungan angka kredit.
Formulir KM 2
…………………………, …………………… 20 …
( ……………………….)
NIP. ……………………
Cara Pengisian:
Kolom 1: diisi nomor urut
Kolom 2: diisi nama mitra kerja dan pengembangan profesi
Kolom 3: diisi jenis pengawasan dan masa yang diawasi seperti audit keuangan (GA), audit operasional, audit dengan tujuan
tertentu dan pengawasan lain yang akan dilakukan.
Kolom 4: diisi lamanya hari pengawasan
Kolom 5: diisi dengan jumlah auditor (P) yang terdiri dari Ketua Tim dan Anggota Tim
Kolom 6: diisi jumlah hari auditor (HP = H x P)
Kolom 7: diisi jumlah Laporan Hasil Pengawasan (LHP) yang akan diterbitkan
Kolom 8: diisi lamanya lamanya pengawasan berupa garis lurus dengan lamanya bulan pengawasan untuk masing-masing
mitra kerja. Jumlah hari kurang dari setengah bulan dibulatkan menjadi setengah bulan dan jumlah hari lebih dari setengah
bulan dibulatkan menjadi satu bulan.
Catatan:
- Tanda panah pada awal garis menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan sudah dimulai (RMP) tahun anggaran
- Tanda panah pada akhir garis, menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan belum selesai pada akhir tahun anggaran/PKPT
yang bersangkutan, sehingga masih perlu ada kelanjutan pengawasan pada tahun anggaran berikutnya atau penerbitan
laporannya (RPL) baru dalam tahun anggaran/PKPT berikutnya.
Formulir KM 3
(…………………………..) (…………………………..)
NIP. …………………. NIP. ………………….
Cara Pengisian:
Formulir KM 3 disusun oleh Ketua Tim dan disetujui oleh Pengendali Teknis
Jumlah HP yang dimasukkan dalam anggaran waktu adalah HP produktif
Jumlah HP untuk Ketua Tim adalah jumlah hari pengawasan yang produktif untuk Ketua Tim yang bersangkutan
Jumlah HP untuk Anggota Tim adalah jumlah hari pengawasan yang produktif untuk setiap Anggota Tim
dikalikan dengan banyaknya Anggota Tim.
Formulir KM 3A
Nama Obyek :
……………………………..
AUDIT AUDIT PENYELESAIAN
PERSIAPAN AUDIT PENDAHULUAN LANJUTAN AUDIT
dari tgl …. dari tgl …. dari tgl ….
dari tgl …. s.d. tgl ……….. s.d. tgl ……….. s.d. tgl ……….. s.d. tgl ………..
Ketua Anggota Jumlah
Jenis-jenis Kegiatan
Tim Tim (HP)
I. PERSIAPAN AUDIT
- Pengumpulan Informasi Umum ……………. ……………. …………….
- Penyusunan Rencana Audit ……………. ……………. …………….
- Pembicaraan pendahuluan ……………. ……………. …………….
- Pengumpulan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan peraturan perundang-undangan ……………. ……………. …………….
- Penyusunan program kerja audit pendahuluan ……………. ……………. …………….
Sub Judul ……………. ……………. …………….
B. AUDIT LANJUTAN
- Pengembangan temuan hasil audit pendahuluan ……………. ……………. …………….
- Evaluasi bukti tambahan ……………. ……………. …………….
- Pembuatan BPAK ……………. ……………. …………….
- Pembuatan keterangan tanggung jawab mutlak ……………. ……………. …………….
- Penyusunan temuan hasil audit lanjutan ……………. ……………. …………….
- Penyusunan Rekomendasi ……………. ……………. …………….
- Pembahasan temuan dengan penanggung
jawab obyek yang diaudit ……………. ……………. …………….
- Pembahasan komentar dari obyek yang diaudit ……………. ……………. …………….
Sub Judul ……………. ……………. …………….
(………………………………..) (…………………………………..)
NIP. …………………………… NIP. ……………………………….
Formulir KM.4
UNIT ORGANISASI:……………..
KARTU PENUGASAN
Nomor : …………………
9. Rencana Mulai Penugasan (RMP) bulan :…Rencana Penerbitan Laporan Bulan (RPL)
bulan:...
Realisasi mulai Penugasan bulan : …….. Realisasi penerbitan laporan bulan : ……
…................, 20……..
Pimpinan Unit Organisasi Pengendali Mutu
………………………. ……………………..
NIP. ………………… NIP. ……………….
……………….., 20……..
Pengendali Teknis Ketua Tim
………………………. ……………………..
NIP. ………………… NIP. ……………….
Cara Pengisian:
a. Kartu Penugasan diajukan oleh Pengendali Mutu atau Pengendali Teknis kepada Pimpinan Unit Organisasi.
b. Nomor urut diisi sesuai dengan urutan penugasan pada unit organisasi yang bersangkutan selama tahun
anggaran berjalan.
c. Nama mitra kerja pengawasan diisikan pada nomor 1a diambil dari formulir KM 2.
d. Alamat dan nomor telpon mitra kerja pengawasan pada nomor 1b diisi dari data yang diperoleh dari mitra
kerja dan atau permanent file.
e. Nomor urut pada formulir KM 2 diisikan pada nomor 2 Kartu Penugasan
f. Kegiatan/program/sasaran pengawasan diisi pada nomor 3a dan 3b. Tujuan pengawasan pada nomor 3c
diambil dari formulir KM 2.
g. Laporan Hasil Pengawasan dikirimkan kepada siapa saja.
h. Pengisian nomor 5 dan 6 berdasarkan pada Surat Tugas.
i. Pengisian nomor 7 disesuaikan dengan rencana kunjungan dan reviu Pengendali Teknis, demikian pula
pengisian realisasi kunjungannya.
j. Pengisian anggaran waktu Tim diambil dari formulir KM 3 atau KM 3A, sedangkan realisasinya diambil dari
formulir KM 6 atau KM 6A.
k. Pengisian RMP dan RPL diambil dari formulir KM 2, sedangkan realisasinya diambil dari pelaksanaan
pengawasan dan penerbitan laporannya (formulir KM 12)
l. Pengisian nomor 10 didasarkan atas kesanggupan Ketua Tim yang disesuaikan dengan formulir KM 3 atau
formulir KM 3A, sedangkan realisasinya diambil dari pelaksanaan penyelesaian penyusunan konsep laporan
(formulir KM 12 dan Routing Slip).
m. Formulir KM 4 dibuat dalam rangkap dua, asli menyertai konsep LHP sedangkan lembar kedua untuk arsip di
KKA yang bersangkutan.
Formulir KM.5
LAPORAN - MINGGUAN
(DISUSUN SECARA PERSEORANGAN OLEH AUDIT)
HARI TERSEDIA : ……HARI 1) PRODUKTIF DI OBRIK : 2) PRODUKTIF DI KANTOR : 3) TIDAK PRODUKTIF : 4) HARI BESAR/CUTI/SAKIT
KARTU PENUGASAN HARI KARTU PENUGASAN HARI DI KANTOR PRIVE
………………………… ………………………… ..……
…………………………. …………………………. ……. ………… hari ………. ……… ……….. ……. hari
# Setiap Ketua Tim dan Anggota Tim diwajibkan mengerjakan formulir KM5.
# Pada hari kerja pertama setiap minggu formulir KM 5 yang sudah diisi oleh Ketua Tim Audit dengan rencana pekerjaannya pada kolom "Jenis Pekerjaan Yang Direncanakan" disampaikan
kepada Pengendali Teknis untuk mendapatkan persetujuannya. Di samping itu, Anggota Tim Audit juga mengisi kolom "Jenis Pekerjaan Yang Direncanakan" yang diserahkan kepada Ketua Tim
Auditnya untuk mendapatkan persetujuan. Jenis Pekerjaan Yang Direncanakan tersebut merupakan pelaksanaan penugasan yang direncanakan setiap hari dalam minggu yang bersangkutan.
Pengisian Jenis Pekerjaan Yang Direncanakan didasarkan pada Program Audit dengan memperhatikan kemajuan audit yang sudah dilaksanakan.
# Untuk perhitungan hari bagi setiap pemeriksa dalam satu bulan, perlu dibuat dua buah formulir KM. 5, kalau pengisian formulir KM. 5 untuk awal bulan tidak jatuh pada hari Senin. Satu formulir
untuk sisa hari dari bulan berjalan dan satu formulir untuk minggu pertama dari bulan berikutnya.
# Dalam kolom "Pekerjaan Yang Dilaksanakan" dicatat realisasi audit setiap hari dalam minggu yang bersangkutan oleh Anggota Tim Audit dan Ketua Tim Audit dengan memperhatikan jenis pekerj
# Dalam mengisi penugasan pada kolom "Jenis Pekerjaan Yang Direncanakan" dan realisasi penugasan pada kolom "Pekerjaan Yang Dilaksanakan" dalam penyajiannya secara jelas harus
dipisahkan ke dalam kelompok Tahap Audit (TP) persiapan audit (I), pelaksanaan audit (II) dan penyelesaian audit (III).
# Formulir KM. 5 setelah diisi lengkap kolom "Pekerjaan Yang Dilaksanakan" wajib diserahkan kepada atasan yang bersangkutan menurut petunjuk atasan tersebut, namun selambat-lambatnya
pada hari kerja pertama setiap minggu berikutnya, atau pada kesempatan pertama. Atasan wajib menganalisis laporan mingguan tersebut dengan membandingkan rencana dengan realisasinya
dan memberi petunjuk yang perlu bila terjadi penyimpangan yang cukup berarti.
# Dalam hal Ketua Tim Audit tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut dalam titik 2, 3, 4 dan 5 di atas (Ketua Tim Audit membawahi beberapa auditee yang terletak berjauhan/di
luar kota), maka tugas menyetujui rencana mingguan dalam kolom "Jenis Pekerjaan Yang Direncanakan" dan menerima serta menganalisis laporan mingguan, dapat didelegasikan kepada salah
# Dalam kolom "Nomor KKA" dicatat nomor kertas kerja audit yang dikerjakan untuk mendukung penugasan yang dilaksanakan.
# KM 5 merupakan bagian dari KKA dalam kelompok Program Audit dan menjadi dasar untuk pengisian formulir KM 6/formulir KM. 6A dan menjadi dasar penghitungan kredit.
Formulir KM.6
UNIT ORGANISASI : ………………………………
Obyek Pengawasan :
……………………………..
Rencana Audit Audit
Nomor : Bulan :
Kartu Penugasan
Nomor
Realisasi waktu Jumlah Hari
Minggu ke Produktif
s/d bln s/d bln
I II III IV V bln ini lalu ini
Hari Ketua Tim …… …… …… …… …… …… …… ……
Pemeriksa Anggota Tim …… …… …… …… …… …… …… ……
Produktif Jumlah …… …… …… …… …… …… …… ……
ANGGARAN
Jenis-jenis Kegiatan
WAKTU
I. PERSIAPAN AUDIT
- Pembicaraan pendahuluan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Survey internal control, permanent data dsb ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Program audit ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Sub Judul ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Formulir KM.6
- Pajak-pajak ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Hutang jangka panjang ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Modal ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Laba yang tidak dibagi ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Cadangan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pendapatan Usaha ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pendapatan lain-lain ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Beban usaha ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Beban umum dan administrasi ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Beban lain-lain ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembicaraan temuan dengan obyek
audit ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Sub Judul ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
(………………………………..) (…………………………………..)
NIP. …………………………… NIP. ……………………………….
Cara Pengisian:
# Daftar ini disiapkan oleh Ketua Tim Audit dan direview oleh Pengendali Teknis/Mutu.
# Daftar ini diselesaikan setiap bulan, kemudian dilanjutkan dengan daftar berikutnya dengan masa bulan berikutnya
sampai laporan selesai.
# Untuk mengisi anggaran waktu dalam daftar ini diambil bahan dari formulir KM. 3 dan realisasinya dari formulir KM. 5
semua auditor yang terkait dengan audit ybs.
# Setelah pengisian bulanan selesai Ketua Tim Audit harus membuat catatan mengenai perbedaan-perbedaan yang
mencolok antara anggaran waktu dengan realisasinya dan hasil analisis sebab-sebabnya. Selanjutnya Pengendali
Teknis/Mutu harus mengemukakan tanggapannya terhadap catatan Ketua Tim Audit terutama catatan terhadap
masalah-masalah yang menunjukkan penyimpangan dari rencana audit dan program audit. Tanggapan Pengawas
Audit tersebut diperlukan untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan audit selanjutnya atau audit yang serupa
berikutnya. Penjelasan tersebut dapat dilampirkan tersendiri apabila perlu.
# Formulir KM.6 merupakan bagian KKA dalam kelompok yang sama dengan formulir KM.8.
Formulir KM.6A
Nama Obyek :
……………………………..
Kartu Penugasan Audit
Nomor : Bulan :
I II III IV V
bln ini s/d bln s/d bln
lalu ini
Ketua Tim …… …… …… …… …… …… …… ……
H.P Produktif Anggota Tim …… …… …… …… …… …… …… ……
Jumlah …… …… …… …… …… …… …… ……
ANGGARAN
Jenis-jenis Kegiatan
WAKTU
I. PERSIAPAN AUDIT
- Pengumpulan Informasi Umum ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan Rencana Audit ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembicaraan pendahuluan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pengumpulan peraturan perundang
undangan dan penelaahan peraturan
perundang-undangan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan program kerja audit
pendahuluan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Sub Judul ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Formulir KM.6A
B. AUDIT LANJUTAN
- Pengembangan temuan hasil audit ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
pendahuluan
- Evaluasi bukti tambahan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembuatan BPAK ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembuatan keterangan tanggung jawab ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
mutlak ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan temuan hasil audit lanjutan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan Rekomendasi ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembahasan temuan dengan penanggung ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
jawab obyek yang diperiksa ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembahasan komentar dari obyek yang ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
diperiksa ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Sub Judul ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
(………………………………..) (…………………………………..)
NIP. …………………………… NIP. ……………………………….
Formulir KM.6B
Nama Obyek :
……………………………..
I. PERSIAPAN TUGAS
- Pembicaraan Pendahuluan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan Rencana Tugas ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pengumpulan peraturan perundang
undangan dan penelaahan peraturan
perundang-undangan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembuatan ikhtisar hasil persiapan tugas ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan proporsal ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
Formulir KM.6B
B. TUGAS LANJUTAN
- Pendalaman masalah evaluasi pendahuluan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penelaahan kepustakaan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Evaluasi Sarana Pendukung ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Perumusan masalah dan alternatif
pemecahan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Penyusunan Rekomendasi ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
- Pembahasan masalah hasil evaluasi dengan ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
pimpinan obyek
- Perumusan kesimpulan akhir ……………. …… …… …… …… …… …… …… ……
……………………,………………… 20
Disetujui oleh ………………….,……………… 20…
Pengendali Teknis Disusun Oleh
Ketua Tim
(………………………………..)
NIP. …………………………… (…………………………………..)
NIP. ……………………………….
Formulir KM.8
KEMAJUAN TUGAS
........................., ....................20....
Dalnis
(...................................................)
NIP. .............................................
Review Daltu :
Diterima Ketua Tim
Nama : Tanggal ..................
Paraf :
Tanggal:
Catatan : (..................................................)
NIP. ...........................................
Cara Pengisian:
Butir I : 1. Diisi dengan nomor program audit yang telah diselesaikan. Jika sudah banyak yang
diselesaikan cukup dicatat jumlahnya saja.
2. Cukup Jelas.
3. Diisi dengan nomor program audit yang belum diselesaikan. Jika masih banyak yang
belum diselesaikan cukup dicatat jumlahnya saja.
Butir II : Diisi oleh Pengendali Teknis apabila terdapat masalah-masalah penting dalam audit termasuk
masalah kelambatan dalam pelaksanaan audit.
Butir III : Diisi oleh Pengendali Teknis berupa berbagai instruksi untuk menangani masalah penting,
termasuk kemungkinan perubahan/pengembangan program audit yang dijumpai pada waktu
mengevaluasi hasil kerja Tim Audit.
Formulir KM. 8 dibuat rangkap dua :
- Lembar ke 1 : Direviu oleh Pengendali Mutu/Pimpinan Unit Organisasi untuk menilai apakah
pemantauan dan instruksi kepada Ketua Tim Audit sudah memadai. Lembar ke 1 ini
setelah direview oleh Pengendali Mutu/Pimpinan Unit Organisasi disimpan dalam KKA
obyek audit yang bersangkutan, satu kelompok dengan formulir KM. 4.
- Lembar ke 2: Untuk Ketua Tim Audit sebagai bagian dari KKA kelompok Daftar Notisi.
Formulir KM.9
Lokasi :
………………….,……………..20……. …………….,…………20….
(……………………………..) (………………………..)
NIP. ………………………… NIP……………………..
(………………………..)
NIP. …………………….
1). Coret yang tidak perlu
Cara Pengisian:
1. Daftar ini disiapkan Ketua Tim Audit dan direviu serta disetujui Pengendali Mutu.
2. Pengisian formulir ini cukup jelas. Prosedur-prosedur audit untuk tahap persiapan, pelaksanaan dan
penyelesaian audit dapat disusun berurutan dalam satu dokumen.
3. Formulir ini sebagai dasar pengisian formulir KM. 3 atau formulir KM. 3A.
Formulir KM.10
UNIT ORGANISASI : ......................................................................
15. Apakah penerbitan LHP sesuai dengan rencananya (RPL) ? ................... .............
Catatan : kalau audit bukan
pelaksanaan PP dalam PKPT (beri Tanggal ...................... .................. .............
tanda untuk yang sesuai ) :
a. Audit khusus : -------: Tanda Tangan ...................... .................. .............
Cara Pengisian:
1. Setiap Ketua Tim, Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu Audit diwajibkan mengisi formulir
KM. 10
2. Formulir KM. 10 dikerjakan setelah Konsep Laporan Hasil Audit selesai disusun.
3. Pengisian Daftar Pengujian Akhir merupakan hasil Reviu dan Counter Review oleh atasan
langsung dalam organisasi audit.
4. Jawaban pengisian Daftar Pengujian Akhir cukup dengan "ya" atau "tidak". Kalau perlu ada
penjelasan singkat mengenai kondisi yang ada hendaknya dibuat sebagai lampiran
tersendiri.
Formulir KM 11
UNIT ORGANISASI: ……………………
RMP RPL
No.
Unit Organisasi
Urut Minggu Jumlah Jumlah s.d. Minggu Jumlah Jumlah s.d.
1 2 3 4 5 Sebulan Bulan ini 1 2 3 4 5 Sebulan Bulan ini
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Ra
1
Re
Ra
2
Re
Ra
3
Re
Ra
4
Re
Ra
5
Re
Ra
6
Re
Ra
7
Re
Ra
Dst
Re
Ra
Jumlah
Re
Rincian PKPT
Khusus Ra
Diluar PKPT
PKPT
Khusus Re
Diluar PKPT
Cara Pengisian:
Kolom 1 : Cukup jelas.
Kolom 2 : Diisi nama Pengendali Mutu atau Pengendali Teknis Audit.
Diisi dengan jumlah PP yang akan dimulai pada minggu yang bersangkutan sebagai angka rencana dan PP yang telah dimulai pada minggu yang
Kolom 3 : bersangkutan sebagai angka realisasi berdasarkan laporan dari Pengendali Mutu dengan menggunakan formulir KM12.
Diisi dengan hasil penjumlahan masing-masing kolom minggu. Jika tidak tersedia data mingguan maka kolom ini untuk rencana diisi dengan data
Kolom 4: menurut PKPT dan sumber lainnya dan untuk realisasi diisi data dari sumber lain yang datanya dapat dipercaya.
Kolom 5: Diisi dengan angka kumulatif jumlah bulan ini dalam kolom (4) ditambah jumlah dalam kolom (5) laporan kendali bulan sebelumnya.
Diisi dengan jumlah LHP yang akan diterbitkan pada minggu yang bersangkutan sebagai rencana dan LHP yang telah terbit pada minggu yang
Kolom 6: bersangkutan sebagai angka realisasi, berdasarkan laporan menggunakan formulir KM. 12 dari Pengendali Mutu/Pimpinan Unit Organisasi.
Diisi dengan hasil penjumlahan masing-masing kolom minggu. Jika tidak tersedia data mingguan maka kolom ini untuk rencana diisi dengan data
Kolom 7: menurut PKPT dan sumber lain dan untuk realisasi diisi data dari sumber lain yang datanya dapat dipercaya.
Kolom 8: Diisi dengan angka kumulatif jumlah bulan ini dalam kolom (7) ditambah jumlah dalam kolom (8) laporan kendali bulan sebelumnya.
Formulir KM 12
UNIT ORGANISASI: ……………………
Sub Jumlah
Sub Jumlah
Sub Jumlah
Jumlah
……………………….., ………………… 20 …
Ketua Tim Audit/Pengendali Teknis/Pengendali Mutu 1)
1) Coret yang tidak perlu
( …………………………………..)
NIP. …………………………….
Cara Pengisian:
Kolom 1: Cukup jelas
Kolom 2: Diisi dengan nomor PP dalam PKPT (atau UPKPT kalau PKPT belum terbit)
Kolom 3: Diisi dengan nama PP atau uraian PP sebagaimana tercantum dalam PKPT dan nama PP untuk audit khusus dan di luar PKPT.
Diisi dengan bulan RMP atau bulan RPL sesuai yang tercantum dalam PKPT, disesuaikan dengan tujuan pelaporannya apakah pelaporan
mengenai RMP dan realisasinya oleh Ketua Tim Audit dan Pengendali Teknis ataukah pelaporan RPL dan realisasinya oleh Pengendali
Kolom 4: Teknis dan Pengendali Mutu.
Diisi dengan tanda/simbol "silang" (x) atau "kaki jalak" (v) pada kolom minggu yang direncanakan sebagai mulainya PP atau terbitnya LHP,
Kolom 5: disesuaikan dengan tujuan pelaporan.
Diisi dengan tanda/simbol "silang" (x) atau "kaki jalak" (v) pada kolom minggu realisasi mulainya PP atau realisasi terbitnya LHP,
Kolom 6: disesuaikan dengan tujuan pelaporan.
Kolom 7: Diisi dengan bulan realisasi mulainya PP atau bulan realisasi terbitnya LHP, disesuaikan dengan tujuan pelaporan.
Kolom 8: Kolom ini baru diisi kalau tuiuan pelaporan adalah melaporkan realisasi RMP. Kolom ini diisi dengan status PP pada tanggal pelaporan.
a. BP = belum mulai audit.
b. SP = sedang dalam pelaksanaan audit
c. DLI = sedang disusun laporan oleh Ketua Tim Audit.
d. PL = proses pembicaraan laporan dengan pimpinan auditee.
e. DLII = konsep laporan sedang direview oleh Pengendali Teknis.
f. DLIII = konsep laporan sedang direview oleh Pengendali Mutu Audit.
g. DLIV = konsep laporan sudah disetujui Pengendali Mutu.
h. PG = konsep laporan dalam proses penggandaan.
i. B = penugasan audit dibatalkan, atau tidak sampai diterbitkan laporan.