Professional Documents
Culture Documents
Landasan Antropologi Pendidikan
Landasan Antropologi Pendidikan
Penulis
NPM : 1853031005
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Maka saya sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan
untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan harapan semoga tulisan sederhana ini
semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini saya mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan
pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh
melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal
tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam
masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi
yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk
memahami kebudayaannya sendiri.
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti,
sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.
Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama
memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang
bertujuan mengumpulkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi
sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan
diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan antropologi ?
3. Apa manfaat landasan antropologi dalam pendidikan ?
4. Apa pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat ?
5. Bagaimana implikasi landasan antropologi dalam pendidikan ?
6. Bagaimana aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini ?
7. Fungsi budaya dalam pendidikan
8. Tujuan budaya dalam pendidikan
9. Nilai nilai budaya dalam pendidikan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan landasan antropologi pendidikan.
3. Untuk mengetahui manfaat landasan antropologi dalam pendidikan .
4. Untuk mengetahui pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
5. Untuk mengetahui implikasi landasan antropologi dalam pendidikan.
6. Untuk mengetahui aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini
7. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
8. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-
nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
9. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa;
10. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-
tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase sebagai
berikut :
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan
abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut
pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah
karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari
tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat
yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah
satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi
adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia
ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang sejarah
penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan
secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan
mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan
pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks. Berikut panjalasannya :
4. Fase Keempat
b) Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang
Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang
baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru
itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari negara-
negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju pada penduduk
pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam,
dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
a) Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
b) Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak
memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi
dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki
beberapa manfaat diantaranya:
1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal
maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan
warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat
manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-
kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang
tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan
terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil
inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa
Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.
1. Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui
muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan
sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya,
menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka
suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka
memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak
ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai
sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek
belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.
1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik;
ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan
karakter bangsa;
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa;
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan (dignity).
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara
politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang
tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan
dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga
negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur.
Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling
operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Landasan pendidikan sangat penting bagi penyelenggaraan pendidikan karena merupakan pilar
utama atau titik tumpu dalam penentuan kebijakan dan praktik pendidikan ataupun
pertimbangan yang di gunakan dalam pelaksanaan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran
tentang bagaimana layaknya pendidikan di selenggarakan. Penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia antara lain berlandaskan pada filosofis, sosiologis, kultural psikologis. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Asas-asas pendidikan yang terdapat di Indonesia tidak lepas dari kiprah Ki Hajar Dewantara
sang pelopor pendidikan yang mempopulerkan tiga asas penting dalam kegiatan pendidikan yang
masih dijadikan teladan sampai sekarang yaitu asas tut wuri handayani, asas ing ngarso sun
tulodo dan asas ing madyo mangun karso. Ketiga asas ini saling berhubungan hendaknya
menjadi acuan untuk menerapkan sistem pendidikan yang tepat bagi bangsa ini dan terus
menjunjung tinggi kebudayaan nasional daripada kebudayaan asing. Semangat untuk terus
melestarikan “Tut Wuri Handayani” dalam dunia pendidikan dirasa begitu penting, mengingat
makna dari semboyan Ki Hadjar tersebut yaitu membuat orang menjadi pribadi yang mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2013/09/landasan-antropologi-pendidikan_24.html
http://dian-mutiarasari.blogspot.com/2012/05/makalah-antropologi-pendidikan.html
http://diarydahlia.blogspot.com/2011/09/landasan-budaya-dalam-pendidikan.html.