Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

DAN LANDASAN BUDAYA PENDIDIKAN

Penulis

Nama : ANGGINIE PUTRI ARIEZA HAKIM

NPM : 1853031005

P.S. : Pendidikan Ekonomi

Mata Kuliah : Landasan Kependidikan

Dosen : Wardani, S.Pd., M.Pd

Jurusan Pendidikan Ekonomi


Fakultas K.I.P Universitas Lampung
Bandar Lampung
17 September 2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Maka saya sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan
untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan harapan semoga tulisan sederhana ini
semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Atas semua ini saya mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bandar Lampung, 17 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


2. Rumusan masalah ................................................................................ 1
3. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

1. Pengertian Antropologi Dan Kebudayaan Pendidikan……………………….6


2. Sejarah Perkembangan Antropologi..............................................................7
3. Manfaat Antropologi Dan Kebudayaan……………………………………...11
4. Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan Dan Masyarakat……………….12
5. Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan………………………..13
6. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini………………..14
7. Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan………………………………...14
8. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan…………………………………..15
9. Nilai Nilai Budaya Dalam Pendidikan…………………………………………15

BAB III PENUTUP .................................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan
pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh
melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal
tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam
masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi
yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk
memahami kebudayaannya sendiri.
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti,
sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.
Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama
memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang
bertujuan mengumpulkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi
sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan
diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan antropologi ?
3. Apa manfaat landasan antropologi dalam pendidikan ?
4. Apa pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat ?
5. Bagaimana implikasi landasan antropologi dalam pendidikan ?
6. Bagaimana aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini ?
7. Fungsi budaya dalam pendidikan
8. Tujuan budaya dalam pendidikan
9. Nilai nilai budaya dalam pendidikan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan landasan antropologi pendidikan.
3. Untuk mengetahui manfaat landasan antropologi dalam pendidikan .
4. Untuk mengetahui pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
5. Untuk mengetahui implikasi landasan antropologi dalam pendidikan.
6. Untuk mengetahui aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini
7. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
8. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-
nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
9. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa;
10. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian landasan antropologi


Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan
“logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu
dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbanding atau
perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan manjadi
kontroversi sehingga metode antropologi sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan
penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik/biologi
dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi
menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan.
Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat – sifat semua jenis manusia secara
lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran
agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung system penjajahan atas Negara – Negara
di luar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi
antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di Negara – Negara yang
telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan – pembuatan kebijakan dalam rangka
pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli
antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah
maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing –
masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk
mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam antropologi. Dengan
demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli
antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup
manusia secara lebih banyak.

B. Sejarah perkembangan antropologi

Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-
tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase sebagai
berikut :

1. Fase Pertama ( sebelum 1800 )

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi


dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka
banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi
mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian
ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku
asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan
abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut
pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.

2. Fase Kedua ( tahun 1800 )

Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah
karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari
tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat
yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah
satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi
adalah bangsa Eropa sendiri.

Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia
ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.

Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang sejarah
penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan
secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana universitas.

Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )

Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan
mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan
pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks. Berikut panjalasannya :

Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di


daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena
menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar
Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang
di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika
Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.

4. Fase Keempat

Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan


yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini
menyebabkan :
a) Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2

b) Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang
Dunia 2.

Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang
baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru
itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari negara-
negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju pada penduduk
pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam,
dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :

a) Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.

b) Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

C. Manfaat landasan antropologi dalam pendidikan

Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak
memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi
dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki
beberapa manfaat diantaranya:
1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal
maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan
warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat
manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-
kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang
tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan
terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil
inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa
Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.

D. Pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat

Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor


geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub
tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda
dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat
bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia
daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula
masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan
hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud
ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, dimana
manusia tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber
alam relatif mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga
bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn dengan mudahnya
membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di pedesaan, dimana kebutuhan
hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga
masyarakat sangat tinggi. Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih
keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin menipis, dan
perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga
masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang
berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-
negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam
rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan
masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian,
dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
Dari paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena melalui antropologi
bisa membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan
menghargai kebudayaan orang lain.

D. Implikasi landasan antropologi dalam pendidikan

1. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat


Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar. Masyarakat
tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan
perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data
yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2. Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam merancang
kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan
ikut menilai hasil belajar.
3. Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan
kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah,
mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen
2002, dalam Efendi 2009:153).

E. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini

1. Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui
muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan
sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya,
menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka
suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka
memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak
ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai
sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek
belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.

F. Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan

Fungsi landasan budaya dalam pendidikan adalah:

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik;
ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan
karakter bangsa;

2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam


pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan

3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

G. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan

Tujuan landasan budaya dalam pendidikan adalah:

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara


yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-
nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa;

4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,


berwawasan kebangsaan; dan

5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan (dignity).

H. Nilai nilai budaya dalam pendidikan

Nilai-nilai Budaya yang dikembangkan dalam pendidikan diidentifikasi dari sumber-sumber


berikut ini.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara
politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan


kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD
1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik,
hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga
negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang
tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan
dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga
negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur.
Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling
operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Landasan pendidikan sangat penting bagi penyelenggaraan pendidikan karena merupakan pilar
utama atau titik tumpu dalam penentuan kebijakan dan praktik pendidikan ataupun
pertimbangan yang di gunakan dalam pelaksanaan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran
tentang bagaimana layaknya pendidikan di selenggarakan. Penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia antara lain berlandaskan pada filosofis, sosiologis, kultural psikologis. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Asas-asas pendidikan yang terdapat di Indonesia tidak lepas dari kiprah Ki Hajar Dewantara
sang pelopor pendidikan yang mempopulerkan tiga asas penting dalam kegiatan pendidikan yang
masih dijadikan teladan sampai sekarang yaitu asas tut wuri handayani, asas ing ngarso sun
tulodo dan asas ing madyo mangun karso. Ketiga asas ini saling berhubungan hendaknya
menjadi acuan untuk menerapkan sistem pendidikan yang tepat bagi bangsa ini dan terus
menjunjung tinggi kebudayaan nasional daripada kebudayaan asing. Semangat untuk terus
melestarikan “Tut Wuri Handayani” dalam dunia pendidikan dirasa begitu penting, mengingat
makna dari semboyan Ki Hadjar tersebut yaitu membuat orang menjadi pribadi yang mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2013/09/landasan-antropologi-pendidikan_24.html

Hari Senin tanggal 17 september 2018 Pukul 01.15. WIB

http://dian-mutiarasari.blogspot.com/2012/05/makalah-antropologi-pendidikan.html

Hari Senin tanggal 17 september 2018 Pukul 01.35 WIB

http://diarydahlia.blogspot.com/2011/09/landasan-budaya-dalam-pendidikan.html.

Hari Senin tanggal 17 september 2018 Pukul 02.03 WIB

You might also like