ANALISIS JURNAL Konsep Keperawatan Komunitas

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ANALISIS JURNAL

KAJIAN AL QUR’AN HADIST TENTANG KESEHATAN KOMUNIKASI

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Keperawatan
Komunikasi

Dosen Pengampu : Bapak Miftahul Falah,M.Kep

Disusun Oleh :

Putri Nur Sabrina C2114201010

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
Jurnal 1 Jurnal 2

Judul KESEHATAN DAN KESEHATAN MENURUT


PEROBATAN DALAM TRADISI PANDANGAN AL-QUR'AN
ISLAM: KAJIAN KITAB
SHAHIH AL-BUKHÂRÎ

Peneliti Nurhayati M.ASYARI

Nama Ahkam Al Qalam


Jurnal

Vol Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016 Vol. 22 No. 3 (September-Desember
2005)

A. Abstrak

Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam: Kajian Kitab Shahih Al-Bukhârî.
Tujuan utama sistem medis dalam Islam adalah untuk mempertahankan kesehatan
ketimbang menyembuhkan penyakit. Artikel ini khusus membahas pandangan Imam
Bukhari tentang cakupan kesehatan dan perobatan dalam Islam yang tertuang dalam
kitabnya Shahîh al-Bukhârî. Kitab Shahîh al-Bukhârî merupakan salah satu kumpulan
Hadis Rasulullah Saw. yang paling utama dan otentik dari Hadis Rasulullah Saw.
Uraian tentang kesehatan dan pengobatan dalam Shahîh alBukhârî dibahas dalam Kitâb
al-Tibb. Kebanyakan dari Hadis yang terhimpun dalam kitab tersebut lebih terkait
dengan pengobatan pencegahan (preventive medicine) dari pada pengobatan
penyembuhan (therapeutic medicine).

Tak ada yang dapat menyangkal bahwa kesehatan merupakan masalah yang sangat
penting pada kehidupan manusia. Tak ada arlif!Ya harta yang melimpah, pangkat dan
jabatan tinggi, istri cantik, jika tidak sehat. Sehat mencakup jasmani dan ruhani,
kedua'!Ya sating mempengaruhi, dan memerlukan perhatian secukupnya. A/Qur'an dan
sunnah Nabi yang merupakan sumber utama qjaran Islam tidak sedikit mengungkap
hal-hal yang berkenaan dengan kesehatan kedua'!Ya. Dari kedua sumber tersebut
terungkap penting'!Ya me'!faga kebersihan/ kesucian diri dan lingkungan. Di samping
itu banyak sekali penyakit yang disebabkan okh makanan dan minuman. Berdasarkan
kedua sumber tersebut kita diingatkan untuk memilih makanan dan minuman yang
sehat (halal µyyibJ bagi jasmani dan rohani, dan dilarang (b.aram) memakan dan
meminum yang dapat mengganggu kesehatan jasmani dan ruhani. T ulisan berikut
berupqya mengungkap berdasarkan sumbernya yaitu Al-Quran dan sunnah.
B. Pembahasan

Islam sebagai sebuah ajaran tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, tetapi juga juga mengatur bagaimana hubungan manusia dengan sesama
manusia yang mencakup pelbagai aspek kehidupan yang termasuk di dalamnya
permasalahan kesehatan. Dalam doktrin Islam, menjaga kesehatan lebih baik daripada
menanggulangi penyakit. Penelusuran literatur dipermudah dengan tersedianya banyak
situs terkait. Yang terutama adalah situs yang diprakarsai oleh Kementerian Agama
dan Wakaf Saudi Arabia1 dan himpunan literatur rujukan yang dikelola oleh
University of Southern California-MSA Compendium of Muslim Texts , di samping
beberapa situs lain. Agama Islam berdasarkan pada dua sumber utama, yaitu Alquran
dan Sunah atau Hadis. Yang pertama adalah himpunan wahyu Allah Swt. kepada
Rasulullah Saw., sedangkan yang kedua adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad Saw. dalam bentuk perkataan, perbuatan, dan pengakuan (iqrâr)
beliau.4Sesuai dengan perintah Alquran untuk menjadikan Nabi Muhammad sebagai
uswah hasanah (teladan yang baik)5 dan mematuhi panduannya, maka sejak masa awal
Islam, umat Islam telah terbiasa menyimak, menghapal, mengamalkan, meneruskan,
dan melestarikan pelbagai riwayat terkait Nabi Muhammad Saw. Sejalan dengan
uraian di atas, maka yang dimaksud dengan thibb al-nabawî yang beredar luas di
kalangan umat Islam sejak masa awal merujuk pada perkataan, perbuatan, dan
pengakuan Nabi Muhammad Saw. yang ada kaitannya dengan kesehatan, penyakit,
perawatan penyakit, perobatan, dan pertolongan pada mereka yang menderita sakit. Ini
berarti segala ucapan beliau terkait persoalan medis, perlakukan medis yang dilakukan
Sahabat terhadap Nabi, perilaku medis yang diamati oleh Nabi tanpa ada bantahan,
prosedur medis yang didengar atau diketahui beliau dan tidak melarangnya hingga
tradisi kesehatan dan penanganan penyakit yahg berkembang pada masa itu yang
sewajarnya diketahui oleh Nabi Muhammad Saw. Kitâb al-Tibb (kitab perobatan)
dalam Shahîh alBukhârî merefeksikan padangan Imâm al-Bukhârî tentang cakupan
kesehatan dan perobatan dalam Islam. Cakupan perobatan telah dijelaskan oleh al-
‘Asqalanî yang menyusun penjelasan dan komentar yang sering menjadi rujukan para
peneliti dan ulama, Fath al-Bârî. Penjelasan juga ditemukan dalam buku penjelasan al-
‘Aynî. Kedua tokoh ulama terkenal ini hidup pada abad IX Hijriah atau V Miladiah
dalam era ketika ilmu dan literatur kesehatan serta kedokteran telah berkembang,
bahkan cukup melimpah, dari pelbagai jenis disiplin kesehatan, bukan saja yang
dikembangkan dalam tradisi Arab, tetapi juga yang berasal dari peradaban Yunani-
Romawi serta India-Persia, bahkan masukan dari budaya Cina. Pada masa itu ilmu dan
sistem medis diperkenalkan dan dikembangkan secara luas oleh umat Islam, Ibn Hajar
al-‘Asqallani dan Ibn Ahmad al-‘Ayni tertarik untuk memberi penjelasan dan komentar
terhadap koleksi Hadis Nabi terkait kesehatan dan perobatan dalam cakupan dan
wawasan yang lebih luas dan mendalam dengan mencermati perkembangan kemajuan
ilmu kesehatan dan kedokteran pada waktu itu. Imâm al-Bukhârî menyadari
sepenuhnya bahwa tugas kedokteran yang hampir disepakati semua pihak dapat dipilah
kepada tiga bidang besar, yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pemulihan kesehatan. Terkait dengan yang pertama, Imam Bukhârî terkait dengan
promosi kesehatan dan langkah-langkah pencegahan terhadap penyakit. Sebagai
diketahui kebanyakan Hadis medis Islam di masa awal merupakan kedokteran
preventif (al-thibb alwiqâ’i) ketimbang kedokteran penyembuhan (al-thibb al-‘ilaji),
yang tidak diragukan lagi dianggap sebagai suatu konsep maju mempertimbangkan
tingkat pengetahuan ilmiah pada saat itu. Bahkan Imam Bukhârî tidak memberikan bab
khusus tentang pencegahan penyakit, meskipun demikian, ia menghimpun langkah-
langkah pencegahan terhadap penyakit yang menyebar dalam beberapa bagian dari
Shahih al-Bukhârî seumpama kebersihan, penggunaan pembersih gigi (siwak),
makanan, mandi dan olahraga. Langkah pencegahan lain dalam Shahih al-Bukhârî
termasuk karantina wabah epidemik, pencegahan terhadap al-judzam (leprosy = lepra),
pencegahan terhadap penyakit yang mungkin terjadi akibat jatuhnya lalat ke dalam
cairan, pelarangan minuman memabukkan, pengharaman bunuh diri hingga
kehatihatian terhadap api dalam rumah. Pelestarian kesehatan harus menjadi tujuan
utama kedokteran yang diemban oleh tabib-dokter dan semua petugas dan pelayan
kesehatan. Sepanjang sejarah peradaban Islam, tugas utama sistem medis adalah untuk
mempertahankan kesehatan ketimbang menyembuhkan penyakit atau memulihkan
kesehatan. Ini sejalan dengan tujuan hukum Islam yang menyatakan bahwa menjaga
kesehatan lebih baik daripada menanggulangi penyakit. Dengan kata lain tujuan
penting ilmu kedokteran adalah untuk menyelamatkan hidup manusia dan mengurangi
penderitaan makhluk hidup. Peringatan dan kehati-hatian terhadap penyakit lepra
(leprosy) juga dikenal luas pada masa hidup Nabi Muhammad Saw. Rasulullah
menasihati masyarakat agar menghindari penyakit lepra sebagaimana mereka
melarikan diri dari singa (farra min al-judzam kamâ tafarra min al-asad).

Agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. bersumber dari wahyu Al-
Qur'an, Haclis Nabi clan Ijtihad atau akal. Al-Qur'an diyakini oleh umat Islam sebagai
muj"izatdan bukti kenabian Muhammad, sebagai nabi terakhir. Kemukjizatan Al-
Qur'an dapat dilihat dari berbagai segi, termasuk bahasa clan isinya.1 Dari segi isi, Al-
Qur'an mengandung ajaran yang realistis clan logis bagi kesejahteraan hidup manusia
di dunia ini dan di akhirat nanti. Perintah dalam Al-Qur'an berisi hal-hal yang baik bagi
manusia seperti: bersuci, beribadah, menuntut ilmu, bekerja keras, beriman, berzikir,
berbudi mulia, bertolong-tolongan clan lain-lain. Larangan dalam Al-Qur'an berisi hal-
hal yang tidak baik bagi manusia clan mencegah hal-hal yang akan berakibat buruk
seperti syirik, kufur, aniaya, khianat, membunuh, berdusta, pemborosan, makan
berlebihan, makanan yang diharamkan, minum berlebihan, rmnuman yang
memabukkan, tamak, congkak clan sebagainya. Tetapi kadang-kadang perintah clan
larangan itu belum jelas bagi manusia. Oleh karena itu Allah mengutus Rasulnya yang
bertugas menjelaskan dan memberikan himbingan, contoh dan tauladan kepada
manusia. Muhammad sebagai penerima wahyu tentu yang paling berhak memberikan
penjelasan. Karena itu hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-
Qur'an. Tetapi kenyataan dalam sejarah menunjukan bahwa telah terjadi pemalsuan
hadis untuk kepentingan tertentu. Syukurlah telah banyak para cendekiawan muslim
berhasil menyeleksi dan mengoreksi hadis seperti Bukhari, Muslim clan sebagainya. Di
antara bukti kelemahan hadis ialah jika isinya · bertentangan dengan Al-Qur'an atau
bertentangan dengan akal sehat, di samping kriteria-kriteria lainnya. Kehidupan
manusia yang terus berkembang dan amat luas, mengakibatkan banyak masalah baru
yang belum dijawab oleh Al-Qur'an atau haclis secara rind. Namun Islam sebagai
agama terakhir sangat menghargai akal manusia agar dikembangkan sehingga mampu
memecahkan berbagai masalah kehidupan manusia yang belwn dijelaskan oleh Al-
Qur'an dan hadis, seperti masalah donor darah, cangkok organ tubuh manusia dan
masalah-maslah yang ada kaitannya dengan teknologi dan ilmu pengetahuan. Karena
itu hal-hal yang belwn ditentukan hukwnnya dalam Al-Qur'an atau hadis, dapat
ditentukan berdasarkan ijtihad (akal). Berdasarkan satu hadis · clinyatakan bahwa
benar atau salah bagi yang mau berijtihad tetap ·mendapit pahala. · Karena itulah wnat
Islam masa lalu telah banyak menghasilkan ilrrmwan kaliber dunia dalam berbagai
bidang ilmu pengetahua·n.2 Seorang dokter bµgsa Perancis temyata telah bersusah
payah menguraikan dan membuktikan bahwa Al-Qur'an tidak bertentangan dengan
sains modern.

C. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan :

1. Pendekatan Holistik: Jurnal ini mencoba memahami kesehatan dan gizi dalam
Islam dari pendekatan holistik yang mencakup aspek-aspek fisik, mental, sosial,
dan spiritual. Ini memungkinkan pembaca untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih komprehensif tentang pandangan Islam terhadap kesehatan.
2. Pendekatan Ilmiah: Jurnal ini mencoba untuk memadukan ajaran agama dengan
ilmu pengetahuan modern, terutama dalam konteks gizi dan kesehatan. Ini dapat
membantu individu yang ingin memahami bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang lebih modern.

Kekurangan :

1. Keterbatasan dalam Sumber Data: Jika jurnal tersebut hanya mengandalkan satu
atau beberapa sumber primer tertentu, maka ada risiko bias yang signifikan.
Informasi yang berasal dari sumber yang terbatas atau tidak beragam dapat
menghasilkan pemahaman yang tidak lengkap atau miring terhadap topik yang
dibahas.

2. Keterbatasan Ruang Lingkup: Jika jurnal ini memiliki fokus yang terlalu sempit
dalam topiknya, ini dapat mengakibatkan kurangnya keberagaman dalam
penelitian dan pandangan yang disajikan. Pengembangan ruang lingkup yang lebih
luas atau pembandingan dengan pandangan dari latar belakang agama lain
mungkin dapat memberikan konteks yang lebih baik.

D. Kesimpulan

Kajian di atas telah menunjukkan betapa pentingnya Kitâb al-Tibb dalam Shahih al-
Bukhârî. Kumpulan Hadis ini utamanya memberikan gambaran tentang kondisi umat
Islam pada masa hidup Nabi Muhammad Saw., bagaimana mereka mencegah dan
menyembuhkan penyakit. Uraian di atas menunjukkan bahwa kebanyakan dari Hadis
yang terhimpun lebih terkait dengan yang dikenal sebagai preventive medicine,
pengobatan pencegahan, atau althibb al-wiqâ’i, ketimbang pengobatan penyembuhan,
therapeutic medicine, atau al-thibb al-‘ilaji. Metode pencegahannya ternyata cukup
maju, melihat tingkat pengetahuan ilmiah yang ada pada saat itu. Sejauh terkait dengan
perawatan terhadap penyakit, Hadis-hadis yang tercantum memberikan gambaran
tentang bagaimana perilaku dan upaya penyembuhan kepada penderita penyakit.
Terungkap dari Hadis-hadis tersebut bahwa penanggulangan penyakit didasarkan,
utamanya, pada penyebab penyakit tersebut. Kenyataan ini melandasi penyimpulan
bahwa umat Islam tidak serta-merta menerapkan apa yang dipraktikkan tersebut tanpa
melalui penelitian empirik karena perubahan terhadap bahan-bahan obat dan
lingkungan, di samping juga makna dari peristilahan bahasa yang digunakan. Yang
jelas, keadaan manusia dan alam pada masa hidup Nabi Muhammad Saw. tentu telah
banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Namun, gagasan dan prinsip dasar
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. tetap berlaku hingga kini, termasuk
keimanan bahwa Allah Mahakuasa dan Maha Pencipta yang menciptakan sehat dan
sakit serta obat penyembuhannya serta mewajibkan manusia untuk hidup sehat dan
berobat ketika jatuh sakit. Nabi mewajibkan semua umat Islam untuk menuntut ilmu
pengetahuan, termasuk ilmu kesehatan, dari semua sumber. Inilah kesimpulan pokok
dari hasil kajian ini, yaitu bahwa Nabi Muhammad Saw. telah memanfaatkan dan
berusaha menyempurnakan pelbagai pengetahuan dan tradisi untuk hidup sehat dan
penyembuhan penyakit, hingga semangat dan gagasan inilah yang harus terus
ditingkatkan dengan menuntut ilmu kesehatan dan kedokteran dengan semua cabang
terkait serta mengembangkan dan menyempurnakannya untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.

Dengan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber ajaran Islam ialah Al-
quran, Hadis dan Ijtihad banyak menyinggung tentang makanan dan kesehatan. ·Ketiga
sumber ajaran di atas saling melengkapi sehingga ajaran Islam mampu menghadapi
kemajuan masyarakat. Sumber ajaran tersebut bertujuan pokok kesejahteraan rohani
dan jasmani di dunia dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut Islam sangat
memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani Untuk itu Islam menanamkan keimanan
yang kokoh, membina budi pekerti luhur dan perlunya manusia menjalin hubungan
dengan Tuhannya dalam bentuk ibadah, doa, dzikir dan lain-lain demi kesehatan
rohani. Islam juga menekankan pentingnya masalah kebersihan diri dan lingkungan
serta masalah makanan yang erat kaitannya dengan kesehatan agar manusia hidup
berkualitas. Untuk itu Islam melarang makanan dan minuman yang tidak sehat bagi
jasmani dan rohani. Islam juga melarang makan minum yan berlebihan dan
sebagainya. Untuk kesehatan jasmani Islam menentukan makanan dan minuman yang
pantas dimakan dan yang harus dihindari. Ajaran kebersihan juga mendapat perhatian
dalam Islam dalam berbagai bentuknya.

You might also like