Fiqih Kontemporer

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

KELUARGA BERENCANA

Makalah ini dipresentasikan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

“Fiqih Kontemporer”

Disusun oleh Kelompok 1 :

1. Aisyah Amini Nur : 2020.2555


2. Anisa Cahyani : 2020.2557
3. Zahratul Jannah : 2020.2631

Dosen Pengampu:

Dr. Elfia, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI PENGEMBANGAN

ILMU AL-QUR’AN (STAI PIQ)

SUMATERA BARAT

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang


telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya, untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi


Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin, terima kasih
kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan mengarahkan
kami dalam membuat karya ilmiah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami
berharap makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya kami yang
membuat makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita,
Aamiin.

Padang, 27 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

1. Pengertian KB .................................................................................... 2
2. Macam-macam KB ............................................................................ 3
3. Alasan Melakukan KB ....................................................................... 4
4. Hukum Melakukan KB ...................................................................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................... 12

A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah program pemerintah yang bertujuan
untuk membantu pasangan suami-istri dalam mengatur jumlah anak yang
mereka inginkan serta jarak antara kelahiran anak-anak mereka. Program ini
dirancang untuk memberikan informasi, layanan, dan dukungan yang berkaitan
dengan perencanaan keluarga, kesehatan reproduksi, dan pengendalian
kelahiran.
Ada banyak alasan mengapa seseorang harus melakukan KB, di antaranya
adalah menjaga kesehatan ibu dan bayi, mendorong kecukupan ASI dan pola
asuh yang baik bagi anak, mencegah kehamilan yang tidak direncanakan,
menekan kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah gangguan kesehatan
mental keluarga, menurunkan angka kematian maternal serta peningkatan IPM,
menurunkan risiko terjangkitnya kanker rahim dan kanker servik,
mengoptimalkan perencanaan keuangan, meminimalkan risiko gangguan
kesehatan, dan memiliki banyak variasi selain kontrasepsi.
Dengan melakukan KB, keluarga dapat fokus pada pemenuhan kebutuhan
dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya. Selain itu,
KB juga membantu mengendalikan pertumbuhan penduduk, yang dapat
mencegah tekanan berlebihan pada sumber daya alam, lingkungan, dan
ekonomi negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian KB?
2. Apa saja macam macam KB?
3. Apa alasan melakukan KB?
4. Bagaimana hukum melakukan KB?
C. Tujuan Makalah
Menjelaskan definisi KB, macam macam KB, alasan melakukan KB serta
bagaimana hukum melakukan KB dalam Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian KB

Pengertian KB (keluarga berencana) menurut UU No. 10 tahun


1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera), adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.1

Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk


mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan
mengatur waktu, jarak, jumlah kehamilan, sehingga dapat mencegah atau
memperkecil kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa atau janin (Kemenkes RI, 2014).2 Keluarga
berencana adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui
promosi, perlindungan dan bantuan dalam hak-hak reproduksi untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah,
jarak kehamilan, membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN,
2015).3

Menurut World Health Organization (2016), Keluarga Berencana


(Family Planning) dapat memungkinkan pasangan usia subur (PUS) untuk
mengantisipasi kelahiran, mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan

1
Halodoc, Dalam https://www.halodoc.com, Diakses Pada 27 Septerber 2023
2
Kemenkes RI, 2014, Situasi dan Analisis Keluarga Berencana, Jakarta : Pusat Data dan
Informasi
3
BKKBN, 2015, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta : BKKBN

2
mengatur jarak serta waktu kelahiran. Hal ini dapat dicapai melalui
penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.4

Menurut pemakalah, keluarga Berencana (Family Planning) adalah


suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia sejahtera.

B. Macam-macam KB
1. Metode kontrasepsi sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode Amenore Laktasi (MAL),
senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal dan metode
kontrasepsi dengan alat seperti kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida.
2. Metode kontrasepsi modern
Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, alat kontrasepsi bawah
kulit (AKBK), alat kontrasepsi bawah rahim (AKDR), metode operatif
wanita (MOW) dan metode operatif pria / MOP.5
Berdasarkan lama efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi
dua yaitu :
1. MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah jenis susuk/implan, MOW, IUD dan
MOP.
2. Non MKJP (non metode kontrasepsi jangka panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan
metode-metode lain selain metode MKJP.

4
Insani, S. D, Nasution, N, & Siregar, R, (2023), Edukasi Pentingnya Penggunaan Kb
Pada Pasangan Usia Subur Di Dusun Iv Cinta Adil Desa Selamat, Jurnal Pengabdian Masyarakat
Putri Hijau, 3(3), 1-6
5
Sari, S. K, Suryani, E & Handayani, R, (2010), Hubungan konseling keluarga berencana
(KB) dengan pengambilan keputusan pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat
kontrasepsi, Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1), 37-47

3
C. Alasan Melakukan KB
Ada banyak alasan mengapa sepasang suami istri melakukan KB,
antara lain sebagai berikut :6
1. Mendorong kecukupan asi dan pola asuh anak yang baik.
Apabila anak yang belum berusia satu tahun sudah
memiliki adik, maka tumbuh kembangnya berisiko terganggu.
Normalnya, jarak anak pertama dan kedua antara 3 hingga 5 tahun.
Jika anak yang belum berusia 2 tahun sudah memiliki adik, maka
ASI untuk anak pertama tidak bisa penuh 2 tahun. Hal tersebut
memungkinkan anak mengalami gangguan kesehatan. Sementara
itu, orang tua yang memiliki dua anak akan mengalami kesulitan
membagi waktu. Akibatnya, anak yang lebih besar akan kurang
perhatian. Padahal, anak masih membutuhkan perhatian penuh dari
kedua orang tuanya.

2. Mencegah gangguan kesehatan mental.

Sebagian wanita berisiko mengalami depresi setelah


melahirkan. Depresi biasanya hilang jika ibu mendapatkan
dukungan dari pasangan. Jika terjadi kelahiran anak dengan jarak
dekat, maka risiko depresi akan meningkat. Depresi juga dapat
terjadi pada ayah, jika belum siap secara fisik dan mental. Kedua
kondisi tersebut dapat dicegah dengan melakukan program KB.
Jika kehamilan diatur sedemikian rupa, pasangan suami istri bisa
hidup lebih sehat dan sejahtera. Sementara itu anak dapat tumbuh
secara maksimal dan perencanaan kehamilan akan berjalan matang.

3. Mengurangi angka kematian bayi dan ibu.

6
Halodoc, Dalam https://www.halodoc.com/kesehatan/kb-keluarga-berencana, Diakses
Pada 28 September 2023

4
Perlu dipahami, keluarga berencana dapat mencegah
kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat dan tidak diinginkan.
Dengan begitu angka kematian bayi juga dapat berkurang. Ibu
meninggal akibat melahirkan dan disertai kesehatan yang buruk
juga dapat dihindari.

4. Mencegah gangguan kesehatan reproduksi.

Hamil di usia terlalu muda, terlalu tua, atau kehamilan yang


berjarak terlalu dekat dapat menimbulkan risiko. Ibu hamil dapat
mengalami masalah selama kehamilan, seperti hipertensi,
preeklamsia, persalinan prematur, dan sebagainya. Adanya
program KB, kehamilan dapat direncanakan dengan lebih baik,
sehingga risiko gangguan kesehatan reproduksi dapat dicegah.

5. Mencegah terjadinya penyakit menular seksual.

Hubungan seksual tidak terlepas dari risiko terjadinya


penyakit menular seksual, meskipun dilakukan antara suami
istri. Penyakit menular seksual (PMS) ini yaitu sifilis, gonore,
hingga HIV/AIDS. PMS dalam dicegah dengan penggunaan alat
kontrasepsi seperti kondom.

D. Hukum Melakukan KB

Berikut ini beberapa pandangan ulama berkaitan dengan keluarga


berencana, terbagi kepada ulama yang membolehkan dan ulama yang
melarang. Diantara ulama yang membolehkan adalah:

1. Imam Ghazali. KB dibolehkan dengan motif yang dibenarkan, seperti:


untuk menjaga kesehatan si ibu, untuk menghindari kesulitan hidup,
karena banyak anak dan untuk menjaga kecantikan si ibu.

5
2. Syekh al-Hariri (Mufti besar Mesir). Sama halnya dengan Imam
Ghazali, Syekh al-Hariri juga membolehkan KB, yaitu: untuk
menjarangkan anak, untuk menghindari suatu penyakit bila ia
mengandung, untuk menghindari kemudharatan bila ia mengandung
dan melahirkan, untuk menjaga kesehatan si ibu.
3. Syekh Mahmud Syaltut, dibolehkan KB dengan motif bukan
pembatasan kelahiran tetapi untuk mengatur kelahiran.7
Adapun dasar dibolehkannya KB dalam Islam menurut dalil aqli
adalah karena pertimbangan kesejahteraan penduduk yang di idam-
idamkan oleh bangsa dan negara. Sebab kalau pemerintah tidak
melaksanakannya, maka keadaan rakyat di masa datang dapat menderita.
Oleh karena itu, pemerintah menempuh suatu cara untuk mengatasi
ledakan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan
perekonomian nasional, dengan mengadakan program KB, untuk
mencapai kemaslahatan seluruh rakyat.

Pertimbangan kemaslahatan ummat (rakyat) dapat dijadikan dasar


pertimbangan untuk menetapkan hukum Islam menurut Madzhab Maliki
yang disebutnya sebagai Mashlahah Mursalah. Tentu saja di Negara
Indonesia yang tercinta ini, pemerintah sebagai pelaksana amanah rakyat,
berkewajiban untuk melaksanakan program KB, sesuai dengan petunjuk
GBHN, maka program tersebut hukumnya boleh dalam Islam, karena
pertimbangan kemaslahatan ummat (rakyat)8

Sedangkan ulama-ulama yang mengharamkan KB adalah:

1. Abu Ala al-Maududi Menurut pendapatnya. pada hakikatnya KB


adalah untuk menghindari dari ketentuan kahamilan dan kelahiran

7
Maslani, Hasbiyallah, Masail Fiqhiyah Al-Hadisyah, h. 66
8
Mahjuddin, Masail al-Fiqhiyah, Berbagai Kasus yang dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 65

6
seorang anak manusia. Larangan ini didasarkan kepada firman Allah
SWT:

َ ‫قُ ْل ت َ َعالَ ْوا اَتْ ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ا َ ََّّل ت ُ ْش ِر ُك ْوا ِب ٖه‬
‫شيْـًٔا‬
‫ق ن َْح ُن ن َْر ُزقُ ُك ْم‬ ٍ ٍۗ ‫سانً ۚا َو ََّل ت َ ْقتُلُ ْْٓوا ا َ ْو ََّل َد ُك ْم ِ ّم ْن ا ِْم ََل‬
َ ‫َّو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن ا ِْح‬
‫َ ۚنَ َو ََّل ت َ ْقتُلُوا‬َ َ‫َ ََ َر ِم ْن ََا َو َما ب‬ َ ‫َ َما‬ َ ‫اح‬ ِ ‫َواِيَّا ُه ْم َۚو ََّل ت َ ْق َربُوا ْالََ َو‬
‫ق ٰذ ِل ُك ْم َو ه‬
َ‫صى ُك ْم بِ ٖه لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْع ِقلُ ْون‬ ِ ّ ٍۗ ‫ّٰللاُ ا ََِّّل بِ ْال َح‬
‫س الَّتِ ْي َح َّر َم ه‬
َ َْ َّ‫الن‬
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-
Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak,
janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah
yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;
janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang
terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu
membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan
alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan
kepadamu agar kamu mengerti.(QS. AL-An‟am:151)9

2. Prof. Dr. M.S. Madkour Guru Besar Hukum Islam pada Fakultas
Hukum, dalam tulisannya antara lain: "bahwa beliau tidak menyetujui
KB jika tidak ada alasan yang membenarkan perbuatan itu, beliau
berpegang kepada prinsip: "hal-hal yang mendesak membenarkan
perbuatan terlarang" 10
Menentukan halal dan haram dalam Islam harus berdasarkan
keterangan yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika dilihat tujuannya, KB

9
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an Departemen Agama RI, AlQur‟an dan
Terjemahnya, h. 148
10
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Hadisyah, pada Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 37

7
memiliki orientasi yang berbeda-beda. Ini juga dapat menentukan hukum
KB menurut Islam dilihat dari peruntukannya.
1. Hukum KB Dianggap Haram
Dalam sebuah hadis, Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda:

‫تزوجوا الدولة الكون ي ك اثر بالضم القيم‬


Artinya: "Nikahilah perempuan yang penyayang dan banyak anak
karena aku akan berlomba dalam banyak jumlahnya umat,"
(HR Abu Daud).

Para ulama memiliki pandangan bahwa hukum KB menurut Islam


adalah haram jika tujuannya untuk membatasi kelahiran. Allah SWT
memberikan perintah agar para perempuan dan keluarganya bisa
memiliki keturunan yang banyak dan kuat untuk Islam

2. Hukum KB Diperbolehkan dalam Islam


Hal ini berbeda jika tujuannya untuk kesehatan. Membatasi
kelahiran demi kesehatan tentu bisa berefek kepada kesehatan seorang
istri atau ibu. Di mana jika terjadi kehamilan dapat mengganggu
kesehatan rahim dan juga berdampak pada aspek-aspek organ tubuh
lainnya. Tapi jangan sampai alasan membatasi kelahiran disebabkan
alasan ekonomi.

Jika dilihat dari dua tujuan tersebut, hukum KB menurut Islam bisa
menjadi haram jika orientasinya bukan untuk kemaslahatan dan
menyelamatkan.

Namun secara fiqhiyah, pada dasarnya KB diqiyaskan dengan apa


yang dinamakan „azl yaitu mengeluarkan air mani di luar vagina. Pada
zaman dulu, „azl dijadikan sarana untuk mencegah kehamilan. Sedangkan
KB juga sama-sama untuk mencegah kehamilan, bedanya „azl tanpa alat
sedangkan KB dengan alat bantu seperti kondom dan spiral. Dan keduanya

8
dipertemukan karena sama-sama untuk mencegah kehamilan, dan sama
sekali tidak memutuskan kehamilan.

Berangkat dari penjelasan ini, maka ketika membahas KB terlebih


dahulu yang harus diketahui adalah bagaimana hukumnya „azl. Dan jika
sudah diketahui kedudukan hukum „azl maka kita tinggal menyamakan
hukumnya saja. Terdapat hadits yang memperbolehkan „azl, diantaranya
adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir ra :

‫سلَّ َم فَبَلَ َغ‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫ّٰللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َع ْن َجا ِب ٍر قَا َل ُكنَّا نَ ْع ِز ُل َعلَى َع َْ ِد َر‬
ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫ّٰللا‬
‫رواه مسلم‬--‫سلَّ َم فَلَ ْم يَ ْن ََنَا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّٰللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫ّٰللا‬
َّ ‫ي‬َّ ِ‫َذ ِل َك نَب‬

Artinya : “Dari Jabir ia berkata, kita melakukan „azl pada masa Rasulullah saw
kemudian hal itu sampai kepada Nabi saw tetapi beliau tidak melarang
kami” (H.R. Muslim).

Namun ada juga hadits yang melarang „azl, di antaranya adalah


hadits yang diriwayatkan Judamah binti Wahb:

َّ ‫صلَّى‬
ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ّٰللا‬ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ض ْرتُ َر‬ َ ‫ت َح‬ ْ َ‫شةَ قَال‬ َ ‫ع َّكا‬ُ ‫ت‬ ِ ‫ب أ ُ ْخ‬ٍ ‫ت َو ْه‬ِ ‫َع ْن ُج َدا َمةَ ِب ْن‬
َ َ‫َاس َو ُه َو يَقُو ُل لَقَ ْد َه َم ْمتُ أ َ ْن أ َ ْن ََى َع ْن ْال ِغيلَ ِة فَن‬
ُ‫َ ْرت‬ ٍ ‫سلَّ َم فِي أُن‬َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
‫ش ْيئًا ث ُ َّم‬َ ‫ض ُّر أ َ ْو ََّل َد ُه ْم َذ ِل َك‬
ُ َ‫س فَإ ِ َذا ُه ْم يُ ِغيلُون أ َ ْو ََّل َد ُه ْم فَ ََل ي‬ ِ َ‫وم َوف‬
َ ‫ار‬ ِ ‫الر‬
ُّ ‫فِي‬
ُّ َِ ‫سلَّ َم َذ ِل َك ْال َوأْ ُد ْال َخ‬
‫ي‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّٰللاُ َع َليْه َو‬ َ ‫ّٰللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫ال َر‬ َ َ‫سأَلُوهُ َع ْن ْال َع ْز ِل فَق‬
َ
‫رواه مسلم‬--
Artinya : “Dari Judamah bin Wahb saudara perempuan „Ukkasyah ia berkata,
saya hadir pada saat Rasulullah saw bersama orang-orang, beliau
berkata, sungguh aku ingin melarang ghilah (menggauli istri pada

9
masa menyusui) kemudian aku memperhatikan orang-orang romawi
dan parsi ternyata mereka melakukan ghilah tetapi sama sekali tidak
membahayakan anak-anak mereka. Kemudian mereka bertanya
tentang „azl, lantas Rasulullah saw berkata, itu adalah pembunuhan
yang terselubung”. (HR. Muslim)

Menanggapi dua hadits yang seakan saling bertentangan tersebut,


maka Imam Nawawi mengajukan jalan tengah dengan cara
mengkompromikan keduanya. Menurutnya, hadits yang melarang „azl
harus dipahami bahwa larangan tersebut adalah sebatas makruh tanzih atau
diperbolehkan, sedang hadits yang memperbolehkan „azl menunjukkan
ketidakharamannya „azl. Tetapi ketidakharaman ini tidak menafikan
kemakruhan „azl.

‫ِيث َم َع َغي ِْرهَا يُ ْج َم ُع بَ ْينَ ََا ِبأ َ َّن َما َو َر َد فِي النَّ َْي ِ َم ْح ُمو ٌل‬
ُ ‫ث ُ َّم َه ِذ ِه ْاْل َ َحاد‬

َ ‫اْل ْذ ِن فِي ذَ ِل َك َم ْح ُمو ٌل َعلَى أَنَّهُ لَي‬


‫ْس‬ ِ ْ ‫َعلَى َك َرا َه ِة الت َّ ْن ِزي ِه َو َم َو َر َد فِي‬
‫ي ْال َك َرا َه ِة‬
ُ َْ َ‫ْس َم ْعنَاهُ ن‬
َ ‫بِ َح َر ٍام َولَي‬
“Kemudian hadits-hadits ini yang saling bertetangan harus
dikompromikan dengan pemahaman bahwa hadits yang melarang „azl itu
menunjukkan makruh tanzih. Sedang hadits yang memperbolehkan „azl itu
menunjukkan bahwa „azl tidaklah haram. Dan pemahaman ini tidak serta-
merta menafikan kemakruhan „azl”.11

Karena itulah maka Imam Nawawi dengan tegas menyatakan


bahwa hukum „azl adalah makruh (diperbolehkan walau tidak disarankan)
meskipun pihak istri menyetujuinya. Alasannya adalah „azl merupakan
salah satu sarana untuk menghindari kehamilan.

11
Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, Bairut-
Dar Ihya` at-Turats, cet ke-2, 1329 H, juz, 10, h. 9

10
Penjelasan singkat di atas setidaknya bisa dijadikan sebagai
rujukan mengenai kebolehan KB. Bahkan NU pada tepatnya tanggal 21-25
Syawal 1379 H/ 18-22 April 1960 dalam Konbes Pengurus Besar Syuriyah
NU ke-1 telah membahas mengenai Family Planing (Perencanaan
Keluarga). Dan pada Muktamar ke-28 di Ponpes Al-Munawwir Krapyak
26-28 Rabiul Akhir 1410 H/ 25-28 Nopember 1989 M juga telah
memutuskan kebolehan menggunakan spiral sama dengan „azl¸ atau alat
kontrasepsi yang lain.12

12
Ahkamul Fuqaha, Surabaya-Khalista bekerjasama dengan LTN PBNU, cet ke-1, 2011,
h, 302 dan 450-452

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga Berencana (Family Planning) adalah suatu usaha untuk


menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia sejahtera. Ada dua macam KB yaitu dengan metode
kontrasepsi sederhana dan metode kontrasepsi modern. Adapun alasan
melakukan KB diantaranya sebagai berikut

1. Mendorong kecukupan asi dan pola asuh anak yang baik.

2. Mencegah gangguan kesehatan mental.

3. Mengurangi angka kematian bayi dan ibu.

4. Mencegah gangguan kesehatan reproduksi.

5. Mencegah terjadinya penyakit menular seksual.

Hukum KB menurut Islam diperbolehkan namun bisa menjadi haram


jika orientasinya bukan untuk kemaslahatan dan menyelamatkan.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan karena kami sadar ini merupakan
keterbatasan dari kami. Kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2015, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta : BKKBN

Halodoc, Dalam https://www.halodoc.com, Diakses Pada 27 Septerber 2023

Halodoc, Dalam https://www.halodoc.com/kesehatan/kb-keluarga-berencana,


Diakses Pada 28 September 2023

Insani, S. D, Nasution, N, & Siregar, R, (2023), Edukasi Pentingnya Penggunaan


Kb Pada Pasangan Usia Subur Di Dusun Iv Cinta Adil Desa
Selamat, Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 3(3), 1-6

Kemenkes RI, 2014, Situasi dan Analisis Keluarga Berencana, Jakarta : Pusat
Data dan Informasi

M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Hadisyah, pada Masalah-Masalah Kontemporer


Hukum Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 37
Mahjuddin, Masail al-Fiqhiyah, Berbagai Kasus yang dihadapi Hukum Islam
Masa Kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 65

Maslani, Hasbiyallah, Masail Fiqhiyah Al-Hadisyah, h. 66

Sari, S. K, Suryani, E & Handayani, R, (2010), Hubungan konseling keluarga


berencana (KB) dengan pengambilan keputusan pasangan usia subur
(PUS) dalam penggunaan alat kontrasepsi, Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1),
37-47

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an Departemen Agama RI,


AlQur‟an dan Terjemahnya, h. 148

You might also like