Professional Documents
Culture Documents
Jabal Syukur 1211060041 Ilha 4a Uts Kti
Jabal Syukur 1211060041 Ilha 4a Uts Kti
Jabal Syukur 1211060041 Ilha 4a Uts Kti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada zaman Rasulullah SAW, jual beli merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat Arab. Dalam konteks ini, sumpah merupakan
salah satu bentuk bukti yang digunakan dalam pelaksanaan jual beli. Namun, seiring
perkembangan zaman, praktik jual beli telah mengalami perubahan dan berkembang secara
signifikan, sehingga diperlukan pengaturan hukum yang tepat untuk memastikan keadilan dan
keamanan dalam pelaksanaannya.
Dalam bermuamalah masalah jual beli merupakan kegiatan sentral dalam dunia bisnis atau
aktivitas pokok dalam perekonomian suatu negara. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
akan lepas Dalam dengan kegiatan yang namanya jual beli suatu barang atau jasa, kegiatan ini
sangat sering kita lakukan dan bahkan telah menjadi rutinitas sehari hari seorang manusia.
Demi mendapatkan kepercayaan, seorang penjual kerap mengumbar sumpah, entah itu sumpah
karena memang ia jujur atau sumpah palsu yang ditujukan untuk melariskan dagangannya.
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana pihak yang satu menerima benda-benda
dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan secara
syara’ dan disepakati. Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya ialah memenuhi persyaratan,
rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada kaitanya dengan jual beli, sehingga bila syarat-syarat
dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.
Jual beli merupakan akad yang sangat umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam
setiap pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling untuk
meninggalkan akad ini. Dari akad jual beli ini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari seperti kebutuhan pokok (primer), kebutuhan tambahan (sekunder) dan kebutuhan
tersier.
Ini sangat penting bagi kita terutama kita sebagai umat Islam perkara sumpah dalam hal
jual beli. Karena seseorang akan terus bertindak menjadikan sumpah itu sebagai sarana untuk
meyakinkan atau mempengaruhi orang lain, dan juga menjadikan sumpah dengan Nama-Nya
sebagai tameng untuk melariskan dagangan atau membuat orang lain tertarik melakukan
transaksi.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah : 224, bahwasanya "janganlah
kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmi sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan,
bertakwa dan mengadakan ishlah diantara manusia dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui". Artinya dianjurkan untuk menghindari sumpah dengan nama Allah SWT dalam
jual beli.
Berharap kedepannya orang orang sadar (penjual dan pembeli) dalam Melakukan jual beli
hendaknya berlaku jujur terus terang mengatakan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, jangan berdusta dan janganbersumpah apalagi sumpah palsu dalam jual
beli. Sebab sumpah dan dusta itu menghilangkan keberkahan dalam jual beli.
Dalam karya tulis ilmiah ini, akan dibahas tentang hukum pelaksanaan jual beli
menggunakan sumpah perspektif hadis ahkam. Hadis merupakan salah satu sumber utama
hukum Islam, yang berisi ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW tentang berbagai aspek
kehidupan, termasuk hukum pelaksanaan jual beli.
Melalui kajian terhadap hadis-hadis ahkam yang berkaitan dengan pelaksanaan jual beli
menggunakan sumpah, diharapkan dapat diketahui secara jelas mengenai pengaturan hukum
yang berlaku dalam praktik ini. Selain itu, dengan mempertimbangkan aspek teologis dan
praktis dari pelaksanaan jual beli menggunakan sumpah, akan dapat dikembangkan
pemahaman yang lebih holistik mengenai hukum Islam dalam konteks jual beli.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
D. Penelitian Terdahulu
Sri Septiani, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, ETIKA JUAL BELI DALAM
PERSPEKTIF HADIS DAN IMPLEMENTASINYA DI LINGKUNGAN PASAR
TRADISIONAL RAU SERANG. Penelitian ini membahas hadis tentang etika jual beli yang
menjadi dasar penelitian dalam skripsi ini, di antaranya hadis tentang kejujuran, hadis tentang
larangan bersumpah palsu, hadis tentang larangan menyembunyikan cacat, hadis tentang
larangan curang dalam takaran, dan hadis tentang larangan menjual barang haram.
Dan juga hadis-hadis terkait etika jual beli belum sepenuhnya diamalakan oleh para
penjual di pasar Rau, adapun hadis yang belum sepenuhnya diamalkan yaitu hadis terkait
larangan bersumpah palsu, hal ini terlihat dari beberapa pengakuan pembeli yang sering
menjumpai penjual yang mengobral sumpah demi meyakinkan pembeli. Sedangkan untuk
etika jual beli terkait kejujuran, larangan menyembunyikan cacat, larangan curang dalam
timbangan, dan larangan menjual barang haram, kebanyakan dari penjual di pasar Rau sudah
mengamalkannya, hal ini terbukti dari pernyataan para penjual dan pengakuan para pembeli
yang merasa selalu puas.
Shofya Humaira Siti Salma Program Studi Magister Hukum Ekonomi Syari’ah UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung, Indonesia, LARANGAN BERSUMPAH PALSU DALAM JUAL
BELI PERSPEKTIF HADSI AHKAM. Penelitian ini membahas hadis hadis yang berkaitan
dengan jual beli menggunakan sumpah palsu dan berusaha untuk memastikan hukum hadits
Ahkam tentang sumpah dalam jual beli
Dalam karya tulis ilmiah ini, akan dibahas mengenai konsep dasar sumpah dalam hukum
Islam, pengaturan hukum pelaksanaan jual beli menggunakan sumpah, serta implikasi teologis
dan praktis dari pelaksanaan praktik ini. Diharapkan kajian ini dapat memberikan kontribusi
yang bermanfaat bagi pengembangan hukum Islam, terutama dalam konteks praktik jual beli
yang semakin kompleks dan dinamis.
BAB II
KERANGKA TEORI
Jual-beli atau perdagangan dalam bahasa arab sering disebut dengan kata al-bay'u البيعal-
tijarah التجارةatau al-mubadalah المبادلة. Sebagaimana firman Allah SWT : “Mereka
mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi” (QS. Fathir : 29)
Dr. Wahbah Az-Zuhaili di dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu mendefinisikan al-
bay'u sebagai Menukar sesuatu dengan sesuatu.
Dalam Kitab Kifayatul Ahyar disebutkan Definisi Jual beli berdasarkan pendapat bahasa
ialah: “memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan tertentu)”.1
jual beli اليعmemiliki tiga pengertian secara bahasa yaitu menukar satu hal dengan yang
lain atau menukar harta properti untuk barang berharga lainnya, membayar ganti rugi, dan
mengambil sesuatu yang telah dijadikan menjadi sesuatu lain yang berarti membeli, menjual,
dan memperdagangkan sesuatu untuk barang lain.2
Berdasarkan pendapat Syeh Zakaria al-Anshari jual beli ialah: “Tukar menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Sayyid sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah menerangkan jual beli secara
etimologi bahwa jual beli berdasarkan pendapat Definisi lughawiyah ialah saling menukar
(pertukaran)”.3
Sedangkan berdasarkan pendapat Hamzah Ya’qub dalam bukunya ‚Kode Etik Dagang
Berdasarkan pendapat Islam menjelaskan: “jual beli berdasarkan pendapat bahasa yakni
‚menukar sesuatu dengan sesuatu”.
1
Moh Rifa’i, Terj Khulasoh Kifayatu al-Ahyar, (Semarang: CV. Toha Putra, tt), hlm 183.
2
Panji Adam, Fikih Muamalah Adabiyah, ed. by Anna, Kesatu (Bandung: PT Refika Aditama, 2018
3
Sayyid Sabiq, Terj. H. Kamaluddin, A. Marzuki, Fiqh al-Sunnah, Jilid 12 (Bandung, AlMa’arif, t.th), hlm 47
Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa inti jual beli merupakan suatu perjanjian
tukar menukar benda atau barang yang memiliki nilai secara sukarela diantara kedua belah
pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian
atau peraturan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.
Jual beli sebagai sarana saling membantu antara sesama Insan mempunyai landasan yang
kuat dalam Al quran dan Hadist . Terdapat dalam beberapa ayat al quran dan Hadist yang
membahas tentang jual beli , antara lain : Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 275
ۘ الر ٰب
وا َواَ َح َّل ِ س ٰذلِكَ ِباَنَّ ُه ْم قَالُ ْْٓوا اِنَّ َما ْال َب ْي ُع مِ ثْ ُل ِّۗ ِ شي ْٰط ُن مِ نَ ْال َمَّ طهُ ال ْ الر ٰبوا ََل َيقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّ ِذ
ُ َّي َيتَ َخب ِ َاَلَّ ِذيْنَ َيأ ْ ُكلُ ْون
ٰۤ ُ َ وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِعِّۗ الر ٰب
ار ۚ هُ ْم ِ َّصحٰ بُ الن
ْ َ ولىِٕكَ ا عا َد فَاَ ّٰللا ِّۗ َو َم ْن ِ ف َوا َ ْم ُر ٗ ْٓه اِلَى ه َ ظةٌ ِم ْن َّر ِب ٖه فَا ْنتَهٰ ى فَلَهٗ َما
َ ِّۗ َسل ِ ّٰللا ْال َب ْي َع َو َح َّر َم
ُه
َفِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون
Artinya: “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, ialah: disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
ialah: penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS Al Baqarah: 275 )
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah ialah:
Maha Penyayang kepadamu”. ( QS An-Nisa’: 29)
4
Abdurahman, dkk, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm 70
5
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, 10th edn (Bandung: Pustaka Setia, 2001).
1. Salam (pesanan), yaitu tindakan jual beli dengan melakukan pemesanan dan membayar
terlebih dahulu sebelum produk diantarkan.
2. Muqayadhah (barter), atau jual beli dengan memperdagangkan satu barang dengan
barang lainnya.
3. Jual beli muthlaq, yaitu menukarkan barangbarang dengan alat perdagangan yang
disepakati seperti uang.
4. Pertukaran alat tukar lainnya, serta produk perdagangan ini biasanya digunakan untuk
memperdagangkan satu bentuk uang tunai dengan mata uang yang lain, seperti
pertukaran mata uang perak dengan mata uang emas, adalah contoh perdagangan.
Selain itu, ada empat kategori yang berdasarkan harga, yaitu jual beli dapat
menguntungkan (murabahah), merugikan (menjual dengan harga asal/at-tauliyah), merugi (al-
khasarah), atau al-Musawah (bila penjual menyembunyikan harga asal tetapi para pihak yang
bertransaksi setuju).
6
Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal wal haram fil Islam. Terj. Mu’ammal Hamidy. Halal dan Haram dalam
Islam. ( Surabaya: PT BINA ILMU, 1980 ) hlm. 182
7
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung :LPPM Univ. Islam Bandung, 1995),hlm. 113
a) Benar: Benar ialah merupakan ciri utama orang mukmin, bahkan ciri pada Nabi.
Tanpa kebenaran, agama tidak bakal tegak dan tidak bakal stabil. Bencana
terbesar di dalam pasar saat ini ialah meluasnya tindakan dusta dan bathil,
misalnya berdusta dalam mempromosikan barang dan menetapkan harga, oleh
sebab itu salah satu karakter pedagang yang urgen dan diridhai oleh Allah ialah
kebenaran. Karena kebenaran menyebabkan berkah bagi penjual maupun
pembeli, andai keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan kelemehan
barang yang diperdagangkan maka dua-duanya mendapatkan berkah dari jual
belinya. Namun andai keduanya saling menutupi aib barang dagangan itu dan
berbohong, maka andai mereka mendapat laba, hilanglah berkah jual beli itu”8
b) Amanah: Maksud amanat ialah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya,
tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak meminimalisir hak orang
lain, baik berupa harga atau upah Dalam berniaga dikenal dengan istilah”
memasarkan dengan “amanat” seperti menjual murabaha “ maksudnya, penjual
menjelaskan ciri-ciri, kualitas,dan harga barang dagangan kepada pembeli tanpa
melehi-lebihkannya. Di dalam hadist Qutdsi, Allah berfirman: “ Aku ialah yang
ketiga dari dua orang berserikat, selama salah satu dari keduanya tidak
menghianati temannya. Apabila salah satu dari keduanya berkhianat, aku keluar
dari mereka”.
c) Jujur (setia): disamping benar dan amanat, seorang pedagang harus berlaku
jujur, dilandasi suapaya orang lain mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan
sebagaimana ia menginginkannya dengan menjelaskan cacat barang dagangnya
yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh pembeli. Salah satu sifat curang
ialah melipatkan gandakan hargaterhadap orang yang tidak mengetahui harga
pasaran. Pedagang mengelabui pembeli dengan memutuskan harga diatas harga
pasaran.
4. Tidak mubazir (boros): Islam mengharuskan setiap orang membelanjakan harta
miliknya untuk memenuhi keperluan diri pribadinya dan keluarganya serta
menafkahkannya dijalan Allah dengan kata lain, Islam ialah agama yang memerangi
kekikiran dan kebatilan. Islam tidak mengizinkan tindakan mubazir sebab Islam
mengajarkan agar konsumen bersikap sederhana
8
Qardhawi, Halal wal haram fil Islam,.....hlm 177
5. Kasih Sayang: Kasih sayang dijadikan lambang dari risalah Muhammad SAW, dan
Nabi sendiri menyikapi dirinya dengan kasih sayang beliau bersabda “Saya ialah
seorang yang pengasih dan mendapat petunjuk”. Islam mewajibkan mengasih
sayangi manusia dan seorang pedagang jangan hendaknya perhatian umatnya dan
tujuan usahanya untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya Islam ingin
mengatakan dibawah naungan norma pasar, kemanusiaan yang besar menghormati
yang kecil, yang kuat membantu yang lemah, yang bodoh belajar dari yang pintar,
dan manusia menentang kezaliman”.
BAB III
PEMBAHASAN
“Pada hari kiamat, Allah Ta'ala tidak akan berbicara kepada atau melihat tiga orang:
pendusta yang bersumpah atas barangnya dan mengaku telah memberi lebih banyak
kepada pembeli daripada yang dia berikan kepada orang lain; pendusta yang berbohong
setelah Ashar dengan sumpahnya bahwa dia memiliki keinginan untuk mengambil
kekayaan umat Islam; dan orang-orang yang menolak untuk berbagi kelebihan air,
sehingga Allah berfirman pada hari kebangkitan, “Aku tidak akan memberimu rahmat-
Ku karena kamu telah menghambat sesuatu yang bukan kamu lakukan”. “Ali mengklaim
9
Sukma Sari Dewi Chan, ‘Etika Penawaran Jual Beli Dalam Telaah Hadits Ahkam’, Adzkiya : Jurnal Hukum Dan
Ekonomi Syariah, 6.2 (2019) . <https://doi.org/10.32332/adzkiya.v6i2.1282>
10
Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Jual Beli , Bab Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran (Surat Al-Baqarah: 276), Hadits Nomor
1945.
11
Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab AlMusaqah (mengairi tanaman), Bab Pendapat yang mengatakan
pemilik telaga dan bejana lebih berhak untuk mendapatkan air yang ada di dalamnya, Hadits Nomor 2196.
bahwa dia telah sering memberi tahu kami tentang Sufyan dari 'Amru tentang
mendengar Abu Salih, yang dia klaim telah diperoleh dari Nabi.”
3. Hadits Riwayat Muslim No 301412
“Aku mendengar Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sumpah itu bisa melariskan barang
dan menghilangkan barakah keuntungan.”
• Kajian konfirmatif dari ayat Al-Qur’an
Firman Allah Swt dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 77:
ٰۤ ُ ً
ظ ُر اِلَ ْي ِه ْم يَ ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة
ُ ّٰللا َو ََل يَ ْن ٰ ْ ولىِٕكَ ََل خ ًََلقَ لَ ُه ْم فِى
ُ اَلخِ َرةِ َو ََل يُك َِل ُم ُه ُم ه ِ ا َِّن الَّ ِذيْنَ يَ ْشت َُر ْونَ بِعَ ْه ِد ه
ّٰللا َوا َ ْي َمانِ ِه ْم ث َ َمنًا قَ ِليًْل ا
َ َو ََل يُزَ ِك ْي ِه ْم ۖ َولَ ُه ْم
عذَابٌ ا َ ِل ْي ٌم
“Sesungguhnya, orang-orang yang menukar sumpah dan nazarnya dengan Allah
dengan jumlah yang dapat diabaikan tidak akan mendapat bagian di masa depan, dan Allah
tidak akan berbicara dengan mereka, dan Allah juga tidak akan melihat mereka pada hari
kiamat nanti, serta tidak akan pula menyucikan mereka. Itu adalah siksaan yang menyiksa
bagi mereka”.
Firman Allah Swt dalam Qur’an surat AlBaqarah ayat 224:
ع ِل ْي ٌم
َ سمِ ْي ٌع
َ ّٰللا
ُ اس َو ه َ ِ ً ضة
ْ ُ َل ْي َمانِ ُك ْم ا َ ْن ت َ َب ُّر ْوا َوتَتَّقُ ْوا َوت
ِّۗ ِ َّص ِل ُح ْوا َبيْنَ الن َ َو ََل ت َ ْج َعلُوا ه
َ ّٰللا ع ُْر
“Dan janganlah kamu menjadikan sumpah dengan nama Allah sebagai penghalang
untuk berbuat baik, bertaqwa, atau membina perdamaian di antara manusia. Allah Yang
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”
Firman Allah Swt dalam Qur’an surat AlMaidah ayat 89:
ُ َ… ِّۗۗ َوا ْحف
… ِّۗ ظ ْْٓوا ا َ ْي َمانَ ُك ْم
“…dan jagalah sumpahmu…”
M. Quraish Shihab menafsirkan surat AlBaqarah ayat 224 sebagai larangan bersumpah
berlebihan. Hal ini karena penyebutan nama Allah secara tidak sengaja dapat menyebabkan
seseorang menjadi terbiasa dengannya, yang dapat menyebabkan dia berdosa atau bahkan
menyebabkan orang kehilangan iman kepadanya, yang akan menghambatnya untuk maju
ke arah ishlah.13
12
Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Pengairan, Bab Larangan bersumpah dalam jual beli, Hadits Nomor
3014.
13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati, 2012).
Sumpah merupakan pernyataan khidmat yang diucapkan atas nama Allah Swt dengan
menggunakan huruf Qasam (sumpah), seperti "Wallahi", "Billahi", atau "Tallahi". Sumpah
bisa dibagi menjadi dua kategori: bersumpah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu, dan bersumpah untuk memberikan bukti untuk mendukung kebenaran atau
kesalahan suatu pernyataan.14 Sumpah palsu mengacu pada pernyataan yang dibuat oleh
seseorang yang tidak jujur untuk mendukung pernyataan lain. Pentingnya untuk berkata
jujur saat menawarkan produk dalam pembelian dan penjualan. Pedagang tidak boleh
menyesatkan atau menipu pelanggan dengan membuat sumpah, dan tidak boleh
menggunakan bahasa yang dibesar-besarkan atau dibuat-buat yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang membuat pelanggan ingin membeli padahal itu hanyalah "pernyataan
kosong". Kejujuran sebagai prioritas utama dalam transaksi jual beli yang akan
menghasilkan keberkahan. Di sisi lain, meskipun akan mendapat untung besar, keberkahan
akan hilang jika kita berperilaku tidak jujur atau berbohong dengan bersumpah palsu.
Seorang pedagang tidak boleh menggunakan ikrar atau nazar sebagai taktik untuk
memanipulasi orang lain guna menimbulkan kekesalan, sesuai dengan makna beberapa
hadits tersebut di atas.
Sumpah dalam jual beli itu secara mutlak makruh, baik pelakunya seorang pendusta
maupun orang yang jujur. Jika pelakunya seorang yang suka berdusta dalam sumpahnya,
maka sumpahnya menjadi makruh yang mengarah kepada haram, dosanya lebih besar dan
adzabnya sangat pedih, dan itulah yang disebut dengan sumpah dusta. Jika sumpah itu
menajdi salah satu sarana melariskan barang dagangan, maka ia akan menghilangkan berkah
jual beli.
Hal tersebut ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallohu
anhu berkata: “Aku pernah mendengar Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda
ِف َم ْنفَقَةٌ لِل ِس ْلعَ ِة َم ْم َحقَةٌ ل ِْلبَ َر َك ِة
ُ ْال َحل
Sumpah itu dapat melariskan dagangan dan menghilangkan berkah.” (HR. Ahmad, Al-
(Bukhari, Muslim dan lainnya)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih milik keduanya. Dan
lafazh di atas milik al-Bukhari. Silahkan lihat kitab Fat-hul Baari, jilid IV, hal. 315. Juga
14
M. Abdul Mujieb, Syafiah AM, and Mabruri Tholhah, Kamus Istilah Fiqih (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994).
didasarkan pada apa yang diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Saw ,
beliau bersabda :
عذَابٌ أَلِي ٌم ُ ّٰللا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َوَلَ يَ ْن
َ ظ ُر إِلَ ْي ِه ْم َوَلَ يُزَ ِكي ِه ْم َولَ ُه ْم ُ َّ ثًَلَثَةٌ َلَ يُ َك ِل ُم ُه ُم
“ Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat kelak
Dia tidak melihat mereka, dan Dia juga tidak akan menyucikan mereka, serta bagi mereka
adzab yang pedih”
Dia mengatakan : “Hal itu dibacakan oleh Rasulullah Saw sebanyak 3 kali”. Abu Dzarr
mengatakan : “Meraka benar-benar gagal dan merugi, siapakah orang-orang itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab :
َو ْال ُمنَ ِف ُق س ِْل َعتَهُ ِب ْال َحلِفِ ْال َكذِب، ُْال ُم ْس ِب ْل َو ْال َمنَّان
“ Orang yang memanjangkan pakaiannya dibawah mata kaki, dan orang yang
menyebut-nyebut pemberiannya, serta orang yang melariskan dagangannya dengan
menggunakan sumpah palsu”
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya (jilid I hal.102).
Tetapi jika sumpah dalam jual beli itu dilakukan dengan penuh kejujuran, maka
sumphanya tetap makruh, tetapi makruh dengan pengertian tanzih (sebaiknya dihindari)
karena yang demikian itu sebagai upaya melariskan dagangan sekaligus sebagai upaya
mencari daya tarik pembeli dengan banyak mengumbar sumpah.
Seseorang jika menjual sebuah barang lalu dia menutupi kekurangan barangnya agar
mendapatkan harga jual yang tinggi maka perbuatan tersebut bisa menghilangkan
keberkahan transaksinya. Namun jika ia jujur dan menjelaskan kekurangan barang tersebut
meskipun harganya turun akan tetapi hal tersebut akan diberkahi oleh Allah ﷻ. Oleh
karenanya seseorang jangan terpedaya dengan banyaknya keuntungan, akan tetapi
hendaknya dia memperhatikan keberkahan dari jual belinya. Keberkahan sesuatu bukan
karena banyaknya, terkenalnya, dan lakunya, melainkan karena faedah dan manfaatnya.
Akibatnya, segala cara mereka lakukan untuk melariskan dagangan mereka, walaupun
cara tersebut diharamkan Allah subhanahu wa ta’ala, seperti dusta, penipuan, dan
menyembunyikan keadaan barang. Sementara itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
telah bersabda,
“Penjual dan pembeli itu diberi pilihan (antara meneruskan jual beli atau
membatalkannya,) selama keduanya belum berpisah atau beliau berkata, ‘Sampai keduanya
berpisah’. Apabila keduanya jujur dan menjelaskan (keadaan barang,), keduanya jual beli
keduanya diberkahi. Namun, apabila keduanya menyembunyikan dan berdusta, akan
dihilangkan keberkahan jual beli keduanya.” (HR. al-Bukhari, no. 2079, dan Muslim, no.
3836)
• Anjuran meninggalkan sumpah dalam berjual beli karena perbuatan tersebut mengandung
banyak mudharat (bahaya) antara lain :
a) Menjadikan Asma Allah Ta’ala sebagai alat untuk melariskan barang dagangan serta
meraup harta dunia yang akan musnah dan tidak abadi. Perbuatan ini merupakan bentuk
penghinaan terhadap Asma’ Allah Ta’ala.
b) Banyak bersumpah berpotensi menipu pembeli, atau mendatangkan masalah,
sedangkan dia sendiri tidak menyadarinya.
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari uraian yang penulis paparkan dalam pembahasan karya tulis ilmiah ini, bisa ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Praktik jual beli menggunakan kata sumpah seperti “Demi Allah” masih banyak
dilakukan oleh para penjual sebagai alat sarana untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih dan untuk menarik minat pembli untuk membeli barang dagangannya
walaupun sebagian keterangan dan penjelasan yang dilontarkan oleh si penjual itu
bohong serta tidak sesuai kenyataan.
2. Sumpah dalam jual beli itu secara mutlak makruh, baik pelakunya seorang
pendusta maupun orang yang jujur. Jika pelakunya seorang yang suka berdusta
dalam sumpahnya, maka sumpahnya menjadi makruh yang mengarah kepada
haram, dan itulah yang disebut dengan sumpah palsu. Tetapi jika sumpah dalam
jual beli itu dilakukan dengan penuh kejujuran, maka sumphnya tetap makruh,
tetapi makruh dengan pengertian tanzih (sebaiknya dihindari) karena yang
demikian itu sebagai upaya melariskan dagangan sekaligus sebagai upaya mencari
daya tarik pembeli dengan banyak mengumbar sumpah.
Disamping itu, sumpah menjadi salah satu sarana melariskan barang dagangan,
tetapi akan menghilangkan berkah jual beli.
REFERENSI
Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Ahmad bin 2005 ‘Fatwa-fatwa jual Beli Bogor: Pustaka Imam Syafi’i
Farroh Hasan Akhmad, Fiqh Muammalah dari Klasik hingga Kontemporer (Teori dan Praktek), ©
UIN-Maliki Press, 2018
Al-Qur’an
Ensiklopedia Hadis
Siti Salam, Shofya Humaira, Jurnal Larangan Bersumpah Palsu Dalam Jual Beli Perspektif Hadits
Ahkam, Program Studi Magister Hukum Ekonomi Syari’ah UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Juli
2023
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati, 2012)
Syafe’i, Rachmat, Fiqh Muamalah, 10th edn (Bandung: Pustaka Setia, 2001)
Ika Yuliana Dewi (2018) Skripsi Tinjauan Hukum Ekonomi Syai’ah Terhadap Pelaksanaan Jual Beli
Yang Menggunakan Sumpah Untuk Meyakinkan Pembeli Di pasar Azhar Kenten Laut. Palembang,
2018