Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 76

STUDI TENTANG URGENSI EVALUASI PENGAJARAN DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2


BONTOHARU KECAMATAN BONTOHARU KABUPATEN
KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

HAMRIANI
28 19 2217

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1434 H / 2013 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : STUDI TENTANG URGENSI EVALUASI


PENGAJARAN DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 2 BONTOHARU KECAMATAN

Nama Mahasiswa : HAMRIANI

Nim : 28 19 2217

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi

ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan

dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4 Ramadhan 1434 H
Makassar, ------------------------------
12 Juli 2013 M

Di setujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. St. Maryam, M.Th.I Dra. Muri Khalid, M. Pd

2
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis/peneliti yang bertanda tangan di

bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis

sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan

duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara langsung orang lain

baik keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal

demi hukum.

4 Ramadhan 1434 H
Makassar, ------------------------------
12 Juli 2013 M

Penulis,

HAMRIANI

3
PRAKATA

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah rabbul alamin atas


segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam
atas junjungan Nabiullah Muhammad Saw.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Studi Tentang Urgensi
Evaluasi Pengajaran Dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan” penulis tidak dapat
menyelesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini,
penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi
dapat penulis selesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua penulis, yaitu ayahanda dan Ibunda yang tercinta,
telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang, dan
tak kenal lelah serta pengorbanan apapun sehingga penulis sampai
kejenjang pendidikan S1 (Strata satu), kepada keduanya penulis
senangtiasa memanjatkan do’a semoga Allah Swt. mengasihi dan
mengampuni dosa-dosa keduanya dan menentramkan kehidupannya
di dunia dan diakhirat.
2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membina universitas ini dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Unismuh Makassar.

4
5. Ibu Dra. Hj. St. Maryam, M.Th.I dan Ibu Dra. Muri Khalid, M. Pd
Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mendidik dan memberikan Ilmu
Pengetahuan selama ini kepada penulis.
7. Bapak Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar beserta seluruh
jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, serta seluruh responden yang telah
memberikan informasinya yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
8. Kepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan
moral maupun materil selama penulis masih dalam jengjang
pendidikan.
9. Dan yang terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
mereka namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi
telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah Swt kami memohon semoga semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa
memperoleh balasan disisi-Nya, Amin.

4 Ramadhan 1434 H
Makassar, ------------------------------
12 Juli 2013 M

Penulis

HAMRIANI

5
ABSTRAK

Hamriani (28 19 2217). “Studi Tentang Urgensi Evaluasi


Pengajaran Dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan” (dibimbing oleh Dra. Hj. St.
Maryam, M.Th.I dan Dra. Muri Khalid, M. Pd).
Penelitian ini bermaksud membahas tentang urgensi evaluasi
pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
faktor-faktor yang menjadi kendala dalam evaluasi pengajaran dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. upaya-
upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala evaluasi
pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian lapangan (Field research), yakni peneliti ke lokasi penelitian
untuk memperoleh data yang akurat yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan dibahas. Metode digunakan adalah analisis kualitatif
deskriptif dimana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan
angket, untuk memperoleh sesuatu informasi yang betul-betul akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi pengajaran urgen
dalam proses belajar mengajar dalam proses belajar mengajar pada
aspek-aspek seperti aspek penilaian kelas, penilaian program,
penghargaan terhadap kinerja individu guru, serta aspek pelaksanaan
fungsi-fungsi hasil evaluasi pembelajaran. Kendala yang dihadapi dalam
Evaluasi pengajaran adalah kurangnya kepedulian sebagian orang tua
terhadap belajar anak mereka, kurangnya sebagian sarana dan prasarana
belajar, kurangnya komunikasi antar guru dalam menangani
permasalahan siswa, serta tidak semua siswa memiliki motivasi belajar
yang sama. Upaya-upaya yang dilakukan untuk evaluasi pengajaran
dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah
sebagai berikut membangun kepedulian orang tua melalui komunikasi
intensif, menambah dan melengkapi sarana dan prasarana belajar yang
masih kurang, mengintensifkan komunikasi antar guru dengan mediasi
kepala sekolah, serta memberikan motivasi kepada siswa lewat
pendekatan individual maupun kolektif.

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Keadaan populasi guru Sekolah Menengah Pertama


Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013 ..................... 28
Tabel 2: Keadaan sampel kepala sekolah, guru dan siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun ajaran
2012 / 2013 ......................................................................... 30
Tabel 3: Keadaan Guru SMP Negeri 2 Bontoharu Tahun Ajaran
2012 / 2013 ......................................................................... 40
Tabel 4: Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran
2012 / 2013 ......................................................................... 41
Tabel 5: Sarana Fasilitas Belajar SMP Negeri 2 Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012 / 2013 . 42
Tabel 6: Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran
dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar ........................................... 43
Tabel 7: Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran
pada aspek penilaian kelas dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar................................................................................ 45
Tabel 8: Pendapat responden tentang urgensi evaluasi
pengajaran pada aspek penilaian program dalam proses
belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar................................................................................ 47
Tabel 9: Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran
pada aspek penghargaan terhadap kinerja individu guru.... 48
Tabel10: Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran
pada aspek pelaksanaan fungsi-fungsi hasil evaluasi
pengajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar................................................................................ 50

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 6


A. Evaluasi Pengajaran ..................................................... 6
1. Pengertian Evaluasi Pengajaran ............................. 6
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi .................................... 8
3. Tipe, Macam dan Ragam Evaluasi.......................... 12
B. Proses Belajar Mengajar............................................... 16
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar ....................... 16
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Belajar Mengajar ..................................................... 17
C. Pendekatan Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar. 21
1. Penilaian Acuan Norma (PAN) ................................ 21
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP) .............................. 22

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 24


A. Jenis Penelitian ............................................................ 24
B. Lokasi dan Objek Penelitian ......................................... 24
C. Variabel Penelitian ....................................................... 25
D. Defenisi Operasional..................................................... 26
E. Populasi dan Sampel ................................................... 26
F. Instrumen Penelitian .................................................... 30
G. Teknik Pengumpulan Data............................................ 35
H. Teknik Analisis Data ..................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 38


A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar. .................................... 38

8
B. Peranan Evaluasi Pembelajaran Dalam Proses
belajar mengajar Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar ..................................... ..43
C. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendorong Dan
Penghambat Peningkatan Kinerja Guru Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar .................... ..52
D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Sekolah Untuk Proses
belajar mengajar Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar ..................................... ..57

BAB V PENUTUP ......................................................................... 63


A. Kesimpulan .................................................................. 63
B. Saran-saran .................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 65

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar di sekolah bukanlah sebuah proses

alamiah yang terjadi begitu saja dalam dunia pendidikan, tetapi sebuah

porses terencana dan direncakan oleh manajemen sekolah bersama-

sama dengan semua unsur tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah.

Untuk mencapai target dan tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran yang

telah direncakan bersama.

Perencaan pembelajaran merupakan satu harapan tertentu dalam

proses belajar mengajar perencanaan menjadi sangat penting karena

dapat berfungsi sebagai dasar, pemandu alat kontrol dan arah

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan

proses pembelajaran yang baik pula.

Kasful Anwar dan Hendra Harni (2011 : 30) mengemukakan bahwa

Perencanaan pembelajaran atau disebut juga desain instruksional


merupakan kegiatan organisasi instruksional yang dimaksud
dengan organisasi instruksional adalah perencanaan pembelajaran
mengkoordinsikan komponen-komponen pembelajaran atau
disebut juga desain instruksional. Komponen organisasi
instruksional yang dimaksud adalah (1) tujuan pembelajaran, (2)
materi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) langkah-
langkah interaksi pembelajaran, (5) sumber belajar yang digunakan
dan (6) evaluasi pembelajaran atau pengajaran.

Dalam beberapa kasus tertentu terdapat semacam kegagalan

dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kegagalan ini apabila dicermati

dengan baik dan seksama, maka yang menjadi faktor utamanya pada

10
umumnya adalah letak ada perencanaan pembelajaran yang tidak jelas.

Mulai dari menentuan tujuan pembelajaran, materi dan metode

pembelajaran, langkah-langkah yang digunakan sampai kepada evaluasi

pembelajaran.

Oleh karena itulah evaluasi pengajaran di sekolah harus diletakkan

dalam konteks yang menyeluruh dan totalitas. Ketika misalnya evaluasi

totalitas. Ketika misalnya, evaluasi pengajaran dalam proses belajar

mengajar itu di pahami secara parsial dan tersendiri maka dia akan

kehilangan urgensinya.

Dalam skala mikro di sekolah semua unsur pendidikan, pengajaran

bahkan tenaga kependidikan dituntut untuk tidak hanya merencanakan

komponen-komponen pembelajaran sebagaimana telah diuraikan di atas

tetapi tidak kalah pentingnya dari semua itu adalah evaluasi pembelajaran

dalam proses belajar mengajar.

Penting ditekankan dalam hal ini sebab beberapa kenyataan

menunjukkan bahwa sebahagian sekolah atau guru hanya mampu

merencanakan membuat program dan peraturan-peraturan sekolah

namun dalam pelaksanaannya, sering kali peraturan-peraturan dan

program itu hanyalah menjadi benda mati yang tidak memiliki arti apa-apa

bagi perubahan baik secara fisik maupun secara mental.

Dalam konteks inilah evaluasi harus diletakkan. Dengan kata lin,

setiap program atau aturan-aturan yang dibuat oleh manajemen sekolah

hendaknya senantiasa dilakukan evaluasi, agar dengan ini diketahui kadar

pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melihat keberanian

11
dan mengangah peserta didik untuk utuk mengingat kembali materi yang

telah diberikan, dan mengetahui yang telah diberikan dan mengetahui

pula tingkat perubbahan perilakunya.

Abudin Nata (2010 : 108) mengemukakan bahwa

Sasaran evaluasi tidak hanya bertujuan mengevaluasi peserta


didik, materi pelajaran, proses penyampaian materi pelajaran dan
berbagai aspek lainnya yang berkaran dengan materi pendidikan
tetapi keseluruhan komponen pendidikan, sebab antara satu
komponen dan komponen lainnya saling berkaitan satu sama lain.
Satu komponen pendidikan yang lemah akan berpengaruh
terhadap komponen pendidikan lainnya. Demikian pula sebaliknya,
jika satu komponen pendidikan kuat maka akan berpengaruh
terhadap hasil pendidikan.

Itulah sebabnya dalam evaluasi juga diperlukan keterlibatan semua

unsur yang terkait dalam manajemen pendidikan, sehingga diperoleh

sebuah kesimpulan hasl evaluasi yang lebih obyektif dan akurat. Akurasi

hasil evaluasi pembelajaran sangat dibutuhkan semua komponen

pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Disinilah letak urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar

mengajar di sekolah termasuk di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam evaluasi

pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah

12
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar ?

3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala-

kendala evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui urgensi evaluasi pengajaran dalam proses

belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam

evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi

kendala-kendala evaluasi pengajaran dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan acuan

dalam mengetahui urgensi evaluasi pengajaran dalam proses

13
belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kedisplinan dalam belajar, merasa

aman, nyaman, dan senang mengikuti pelajaran.

3. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan dapat mengetahui

bagaimana sesungguhnya urgensi evaluasi pengajaran dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Pengajaran

1. Pengertian Evaluasi Pengajaran

Pengajaran adalah upaya guru dalam menjalankan siswa belajar,

baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan berbagai cara termasuk

memanfaatkan keseluruhan media dan instrumen Pengajaran yang ada,

bersifat formal atau non formal demi tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan.

Yatim Riyanto (2010 : 131) mengemukakan bahwa Pengajaran

adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan Pengajaran

akan melibatkan siswa mempelajarai sesuatu dengan cara efektif dan

efisien.

Dalam uraian di atas digambarkan bahwa Pengajaran

mengandung makna upaya yang dilakukan oleh guru di sekolah atau di

luar sekolah dalam membelajarkan siswa tentang materi pelajaran tertentu

serta dilakukan melalui proses yang efektif dan efisien guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yang dapat diketahui setelah dilakukan suatu

evaluasi Pengajaran.

Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis

untuk menentukan nilai-nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan,

unjuk kerja, proses, orang, obyek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria

tertentu melalui penilaian. Untuk dapat menentukan nilai sesuatu,

15
evaluator bisa saja berpatokan pada kriteria dengan cara

membandingkannya, tetapi bisa melakukan pengukuran terhadap sesuatu

yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria.

Sedangkan evaluasi Pengajaran menurut Ahmad Sabri (2010 :

133) adalah proses untuk menentukan nilai belajar dan Pengajaran yang

dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar

dan Pengajaran.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa evaluasi Pengajaran

merupakan proses penentuan nilai belajar. Artinya, nilai belajar dan

Pengajaran siswa harus ditentukan oleh guru melalui proses evaluasi baik

itu dengan cara melakukan kegiatan penilaian maupun dengan cara

pengukuran belajar dan Pengajaran. Penilaian belajar dan Pengajaran

adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan

Pengajaran secara kualitatif, sedangkan pengukuran dalam kegiatan

belajar dan Pengajaran diartikan sebagai proses membandingkan tingkat

keberhasilan belajar dan Pengajaran dengan ukuran keberhasilan belajar

dan Pengajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif.

Uraian di atas menjelaskan tentang tiga hal yang berbeda yakni

evaluasi, pengukuran dan penilaian. Wina Sanjaya (2009 : 335-336)

dalam kaitan ini mengemukakan bahwa:

Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran


(measurement) pada umumnya berkenan dengan masaalah
kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Oleh karena
itu dalam proses pengukuran diperlukan alat bantu tertentu,
sedangkan evaluasi mengacu kepada mengacu kepada suatu
proses untuk menentukan nilai yang dievaluasi apakah sesuatu itu
mempunyai nilai atau tidak secara kualitas. Evaluasi akan lebih

16
tepat mana kala didahului oleh proses pengukuran, sebaliknya hasil
pengukuran tidak akan memiliki arti apa-apa manakala tidak
dikaitkan dengan proses evaluasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi Pengajaran

adalah proses menentukan nilai belajar siswa, yang didahului oleh proses

pengukuran. Dari pengukuran itu dapat diketahui nilai yang diukur secara

kuantitatif, sehingga berdasarkan itu, secara kualitatif nilai evaluasi juga

dapat diketahui.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Evluasi yang berarti pengungkapan hasil belajar itu, pada dasarnya

merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif. Namun kebanyakan pelaksanaan evaluasi cenderung

bersifat kuantitatif, lantaran penggunaan simbol angka atau skor untuk

menentukan kualitas keseluruhan kinerja akademik siswa dianggap

sangat nisbi. Walaupun demikian, guru seharusnya piawai mencari kiat

evaluasi yang lugas, tuntas, dan meliputi seluruh kemampuan ranah cipta,

rasa dan karsa siswa guna mengurangi kenisbian hasilnya. Muhibbin

Syah (2009 : 198-199) mengemukakan paling tidak lima tujuan evaluasi

yaitu:

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa


dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya.
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar.
d. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa tidak
mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan
yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

17
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses
mengombinasikannya dengan metode lain yang serasi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa evaluasi mempunyai tujuan

tertentu yakni untuk mengukur dan mengetahui hal-hal tertentu yang

terkait dengan siswa, setelah melakukan proses belajar dalam kurun

waktu tertentu, mislanya tingkat kemajuan siswa, pada aspek perubahan

tingkahh laku atau posisinya di dalam kelas ditengah-tengah lingkungan

kelompoknya, atau tingkat usaha yang dilkakukan siswa dalam belajar,

atau mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang

digunakan oleh guru.

Pengetahuan tentang hal-hal di atas akan sangat berguna bagi

guru dala posisi apapun dalam proses belajar mengajar. Guru akan lebih

banyak mengambil manfaat dari pengetahuannya tentang keberadaan

siswa. Menentukan dan menetapkan siswa temapt yang tepat sesuai

dengan kapasitasnya, termasuk menentukan metode yang tepat dalam

belajar.

Sementara itu Pupuh Fathurrahman dan M. Sobri Sutikno (2010 :

76) secara lebih terperinci mengemukakan kegunaan evaluasi sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa


dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu;
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya;
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan
proses belajar mengajar;
d. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik;

18
e. Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan
kemampuan peserta didik;
f. Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum;
g. Mengetahui status akademis seseorang murid dalam kelompok;
h. Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan;
i. Memberikan laporan kepada murid dan orang tua;
j. Sebagai alat motivasi belajar mengajar;
k. Mengetahui efektifitas cara belajar dan mengajar, apakah yang
telah dilakukan guru benar-benar tepat atau tidak baik berkenan
dengan sikap guru maupun sikap murid.
l. Merupakan bahan feed back (umpan balik) bagi murid, guru dan
program pengajaran.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dengan evaluasi guru

akan mengetahui banyak hal dalam proses belajar mengajar, misalnya

kelemahan-kelemahan siswa, umpan balik bagi siswa, guru dan program-

program pengajaran berikutnya, apakah akan dilakukan perubahan pada

metode atau tidak, disamping sangat berguna bagi siswa dan orangtua

siswa sebagai bahan laporan.

Adapun fungsi evaluasi dikemukakan oleh Abdul Mujib dan Jusuf

Mudzakkir (2010 : 212) sebagai berikut:

Fungsi evaluasi adalah membantu peserta didik agar ia dapat


mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar,
serta memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila
berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu, fungsi evaluasi
juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan
(cukup memadai) metode pengajaran serta membantu dan
mempertimbangkan administrasinya.

Zaenal Arifin (2011 : 288-289) mengemukakan secara terperinci

dan panjang lebar tentang manfaat evaluasi sebagai berikut:

a. Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

1) Membangkitkan minat dan motivasi belajar.

2) Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan Pengajaran.

19
3) Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik.

4) Membantu peserta didik dalam memilih metode belajar yang baik

dan benar.

5) Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas.

a. Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

1) Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan.

2) Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau

kekurangan, baik secara perseorangan maupun kelompok.

3) Menentukan pengelompokan dan penempatan peserta didik

berdasarkan prestasi masing-masing.

4) Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pem-

belajaran.

5) Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

6) Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan

Pengajaran.

7) Menentukan perlu tidaknya Pengajaran remedial.

c. Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

1) Mengetahui kemajuan belajar peserta didik.

2) Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah.

3) Menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan

kemampuan anaknya.

20
4) Memprakirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut

dalam bidang pekerjaannya.

d. Bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

1) Menentukan penempatan peserta didik

2) Menentukan kenaikan kelas.

3) Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya

fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta

didik pada waktu mendatang.

3. Tipe, Macam dan Ragam Evaluasi

Evaluasi apabila dilihat dari segi konstruksinya dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

a. Tipe evaluasi

Scriven dalam Wina Sanjaya (2009 : 339-340) mengemukakan

paling tidak dua tipe evaluasi yang dikaitkan dengan dua fungsi. Kedua

fungsi tersebut adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi

sebagai fungsi formatif. Fungsi sumatif adalah apabila evaluasi itu

digunakan untuk melihat keberhasilan suau program yang direncanakan.

Oleh karena itu, evaluasi sumatif berhubungan dengan pencapaian suatu

hasil yang dicapai suatu program. Sedangkan evaluasi formatif dilakukan

selama program Pengajaran berlangsung maka sebenarnya evaluasi itu

dapat pula berfungsi untuk memperbaiki proses Pengajaran. Artinya hasil

dari evaluasi formatif dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru

dalam upaya memperbaiki kinerjanya.

21
Uraian di atas menunjukkan bahwa evaluasi mempunyai dua tipe

yang dihubungkan dengan fungsi evaluasi yaitu tipe evaluasi sebagai

fungsi sumatif yakni dengan melihat keberhasilan suatu program yang

telah direncanakan apakah telah berhasil atau belum. Kemudian tipe

evaluasi sebagai fungsi fungsi formatif dimana evaluasi tersebut dilakukan

pada saat Pengajaran sedang berlangsung, sehingga hasilnya. Dapat

pula dijadikan sebagai umpan balik yang bisa dimanfaatkan oleh guru

sebagai dasar bagi perbaikan-perbaikan menyeluruh selanjutnya.

Sementara itu Idris Shaffat (2009 :155) mengemukakan bahwa:

Evaluasi dalam bentuk tes ujian, secara umum terdiri dari dua
macam yakni bentuk tes uraian (essay) dan bentuk obyektif
(obyektive test). Dua bentuk ini, dapat diklasifikasikan bagi
bebeapa tipe, misalnya tes uraian terbatas (restricted essay).
Sedangkan butir tes obyektif dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu
tes benar salah (true-false), menjodohkan (matching) dan pilihan
ganda (multiple choice)

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa tes sebagai instrumen

evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yakni bentuk essay,

baik yang bersifat terbatas maupun bebas (extended essay) dan bentuk

obyektif (obyektive test), baik berupa benar salah (true false)

menjodohkan (matching) maupun pilihan ganda (multiple choice). Hasil

tes yang bersifat beragam di atas menjadi ukuran dalam proses evaluasi

apakah proses Pengajaran telah mencapai keberhasilan atau belum.

Adapun Muhibbin Syah (2009 : 201) dalam kaitan ini

mengemukakan bahwa pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar itu

merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan oleh karena itu

ragamnya pun banyak sebagaimana disebutkan berikut ini:

22
a. Pre-test dan Post-test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan

memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi

taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi

seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrumen

tertulis.

Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi

yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah

untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah

diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan

menggunakan instrumen sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya

sangat terbatas.

b. Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah

untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang

mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh evaluasi penguasaan

penjumlahan bilangan sebelum pelajaran perkalian bilangan, karena

penjumlahan merupakan prasyarat atau dasar perkalian.

c. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian se tuan pelajaran

dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum

dikuasai siswa. Instrumen evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan

tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.

23
d. Evaluasi Formatif

Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai ulangan dilakukan pada

setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk

memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni

untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar

siswa. Hasil diagnostik kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai

bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).

e. Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum

yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar

siswa pada akhir periode pelaksanaan program ajaran. Evaluasi ini lazim

dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya

dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan

bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa evaluasi sebagai usaha untuk

mengetahui ketercapaian evaluasi sebagai usaha untuk mengetahui

ketercapaian hasil dari proses belajar mengajar memiliki banyak tipe dan

ragam yang apabila dicermati masing-masing ragam atau tipe tersebut

mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda-beda, namun

keseluruhannya saling terkait, sehingga suatu proses belajar mengajar

telah dapat dikatakan berhasil atau justru sebaliknya. Apabila dalam

evaluasi itu hasilnya belum ada, maka tindakan selanjutnya adalah

melakukan perubahan-perbaikan-perbaikan seperti remidial, pengayaan

dan seterusnya.

24
B. Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya interaksi antara

guru dengan murid serta semua komponen-komponen pengajaran yang

ada di dalamnya, seperti : bahan pengajaran, alat pengajaran, media

pengajaran, dan sebagainya.

Winkel dalam Riyanto (2009 : 5) mendefinisikan bahwa:

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung


dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konsisten dan berbakat.

Definisi lain dikemukakan Muhibbin Syah (2009 :109) bahwa:

Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku


kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah
yag lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.

Sementara itu Muhammad Uzer Usman (2002 : 78)

mengemukakan pandangannya sebagai berikut :

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang


mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu.

Bila suatu proses belajar mengajar itu cenderung berpusat pada

siswa, maka proses belajar mengajar mewujudkan adanya interaksi guru

25
sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar, sehingga terkadang disebut

interaksi pengajar-pelajar. Dalam hubungan ini terjadi proses saling

mempengaruhi sehingga terjadi perubahan prilaku pada diri pebelajar

dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Dari pernyataan ini ada tiga hal

dalam interaksi pengajar-pelajar ini, yaitu proses belajar, metode

mengajar dipola-pola interaksi. ketiga unsur ini merupakan sesuatu yang

penting dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa proses belajar mengajar

adalah langkah-langkah, atau tahapan-tahapan, atau cara-cara khusus

dalam interaksi edukatif pengajar-pelajar yang dengannya perubahan

ditimbulkan sehingga tercapai hasil, tujuan tertentu.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan dua kegiatan atau dua proses

yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi yaitu proses atau

kegiatan belajar dan proses atau kegiatan mengajar. Kedua proses

tersebut seakan-akan tak terpisahkan satu sama lain padahal keduanya

berbeda satu sama lain yakni proses belajar pada satu sisi dan proses

mengajar disisi lain.

Brata (2008 :232) mengemukakan bahwa belajar itu membawa

perubahan aktual maupun potensial. Perubahan ini terjadi karena adanya

usaha dengan sengaja yang dilakukan oleh guru. Sedangkan mengajar

menurut Sanjaya (2006 : 96) adalah proses penyampaian informasi atau

pengetahuan dari guru kepada siswa.

26
Interaksi dan perpaduan antara keduanya (belajar mengajar)

tersebut itulah yang melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan

media belajar yang ada. Guru sebagai pengajar merupakan unsur yang

menciptakan kondisi belajar siswa dengan sengaja, sistematis dan

berkesinambungan, sedangkan peserta didik sebagai subyek

pembelajaran adalah pihak yang menikmati kondisi belajar yang telah

diciptakan oleh guru. Keduanya saling mempengaruhi dan memberi

masukan sesuai dengan kapasitas masing-masing. Oleh karena itulah

kegiatan proses belajar mengajar harus merupakan kegiatan yang hidup

syarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.

Dalam pendekatan baru proses belajar mengajar adalah milik guru

dan murid dalam posisi dan kedudukan yang setara atau sama, tetapi

keduanya berbeda dari segi fungsi. Peserta didik adalah subyek

pembelajaran sedangkan guru adalah obyek yang mempunyai peran

mengatur keadaan kelas agar tumbuh suasana senang, ceria bagi peserta

didik.

Dalam kegiatan mengajar guru membutuhkan kehadiran peserta

didik, sedangkan peserta didik membutuhkan kehadiran seoarang guru

tetapi dalam pengertian proses pembelajaran tidak selamanya guru dan

murid secara fisik berhadap-hadapan. Mengajar sebagai suatu proses

adalah mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak

didik sehingga anak didik terdorong untuk melakukan proses belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar adalah serangkaian aktivitas yang disepakati oleh guru dan

27
peserta didik untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan

Pendidikan dalam berbagai tingkatannya, tujuan jangka pendek, jangka

menengah maupun jangka panjang. Dengan kesimpulan seperti ini dapat

dipahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

mengajar antara lain:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik baik yang bersifat

sosial maupun non sosial.

Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik

manusia itu ada (hadir) maupun tidak ada (tidak hadir). Dengan kata lain

kehadiran atau ketidakhadiran seseorang di dalam belajar seringkali

mempengaruhi proses belajar mengajar. Sedangkan faktor non sosial

adalah faktor di luar manusia misalnya keadaan udara, suhu udara,

cuaca, alat-alat yang dipakai belajar, seperti alat tulis menulis, buku-buku,

alat-alat peraga dan sebagainya. Faktor-faktor yang disebutkan di atas

dapat mempengaruhi proses belajar mengajar oleh karena itu harus diatur

sedemikian rupa sehingga membantu tercapainya tujuan belajar.

b. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta

didik baik yang bersifat jasmaniyah maupun keadaan fungsi-fungsi

tertentu peserta didik. Keadaan tonus jasmani misalnya kurang segar,

lelah dan hal ini biasanya terkait dengan dua hal yakni kecukupan nutrisi

makanan yang dikonsumsi dan beberapa penyakit kronis misalnya,

influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenisnya, semuanya dapat

mempengaruhi dan mengganggu proses belajar mengajar. Selain

28
daripada itu keadaan panca indera yang terganggu karena penyakit

misalnya buta, tuli dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi proses

belajar mengajar.

Dari beberapa uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar

diantaranya adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik baik

yang bersifat sosial maupun non sosial serta faktor yang berasal dari

dalam diri peserta didik baik yang bersifat jasmaniyah maupun rohaniyah.

Oleh karena itu para pendidik harus mengambil langkah-langkah yang

tepat untuk mengatasi berbagai faktor dalam proses belajar mengajar.

C. Pendekatan Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar

Ada dua macam pendekatan yang amat populer dalam

mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan/prestasi belajar

sebagaimana yang di kemukakan oleh Muhibbin Syah (2009 : 219)

sebagai berikut:

1. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Dalam penilaian yang menggunakan Pendekatan Acuan Norma

(PAN), prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara

membandingkan dengan prestasi belajar yang dicapai teman-teman

sekelas atau sekelompoknya. Jadi pemberian skor atau nilai peserta didik

tersebut merujuk kepada hasil perbandingan antara skor-skornya sendiri.

Prestasi belajar peserta didik didasarkan pada penilaian acuan

norma lebih banyak mendorong kompetensi dari pada membangun

29
semangat kerja sama. Dengan kata lain keberhasilan peserta didik hanya

ditentukan oleh kelompoknya. Penilaian acuan norma biasanya digunakan

pada akhir unit pembelajaran untuk menentukan tingkat hasil belajar

peserta didik

Adapun Keuntungan dan kelemahan PAN adalah sebagai berikut:

Keuntungannya yaitu:

a. Keberhasilan pengajaran bagi siswa diketahui berdasarkan

prestasi kelompok

b. Penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang

kesulitan suatu tes secara teliti

Kemudian Kelemahannya adalah:

a. Kurang meningkatkan kualitas hasil belajar

b. Kurang praktis karena harus menghitung rata-rata

c. Tidak dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan

pengajaran

d. Norma keberhasilan tidak tetap

e. Bisa dianggap tidak adil

f. Membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para

siswa

2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi

prestasi belajar, seorang guru perlu pula mengetahu bagaimana kiat

menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini

penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang

30
dianggap berhasil. Keberhasilan tersebut meliputi ketiga ranah yang telah

diuraikan sebelumnya.

Menurut Zainal Arifin (2011 : 235) penilaian acuan patokan sangat

bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar sebab

peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan,

dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya.

Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada apa yang dapat

dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan

apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian

kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi penelitian acuan patokan

meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, dan bukan

membandingkan seorang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan

membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya,

melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat penelitian lapangan dimana peneliti

langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data akurat melalui

observasi, dokumentasi, wawancara maupun angket mengenai

pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu

sumber dari hasil observasi, dokumentasi, wawancara dan angket guna

memperoleh hasil data yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung

jawabkan.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar karena

judul skripsi ini sangat sesuai dan relevan dengan pengetahuan dan

pengalaman penulis yang banyak berkecimpun pada llingkungan sekolah.

Adapun obyek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, para guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

C. Variabel Penelitian

Menurut Anas Sudijono kata variabel berasal dari bahasa Inggris

variable dengan arti ubahan, faktor tak tetap, atau gejala yang dapat

diubah-ubah.

32
Sementara itu Agung (2010 : 46) mengemukakan bahwa:

Variabel adalah Karakteristik yang akan diobservasi dari satuan


pengamatan dengan kata lain variabel adalah faktor yang apabila
diukur akan memberikan nilai yang bervariasi dan menjadi sesuatu
yang menjadi penentu.

Definisi lain dikemukakan oleh Setyosari (2010 : 109-110) yang

menyebutkan macam-macam variabel ada delapan, dua diantaranya

variabel bebas dan variabel terikat. Menurutnya:

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau


mempengaruhi yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau
dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena
yang diobservasi atau diamati. Sedangkan variabel terikat atau
tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang
muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti ini.

Sugiono (2009 : 38) mengemukakan bahwa variabel adalah suatu

atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam

penelitian ini adalah evaluasi pengajaran. Sedangkan variabel terikat

dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar.

D. Definisi Operasional

1. Evaluasi pengajaran adalah proses menentukan nilai belajar siswa,

yang didahului oleh proses pengukuran, dari pengukuran itu dapat

diketahui nilai yang diukur secara kuantitatif, sehingga berdasarkan

itu, secara kualitatif nilai evaluasi juga dapat diketahui.

33
2. Proses belajar mengajar adalah langkah-langkah, atau tahapan-

tahapan, atau cara-cara khusus dalam interaksi edukatif pengajar-

pelajar yang dengannya perubahan ditimbulkan sehingga tercapai

hasil, tujuan tertentu.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan yang menjadi sumber data dan

informasi agar penelitian lebih terarah. mengenai sesuatu yang ada

hubungannya dengan penelitian yang dibutuhkan.

Menurut Mardalis (2009 : 53) “populasi adalah semua individu yang

menjadi sumber pengambilan sampel”. Definisi lain dikemukakan oleh

Sugiyono (2009 : 80) bahwa “populasi adalah generalisasi yang terdiri

atas, objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpuannya”.

Sementara itu Suharsimi Arikunto (2004: 102) mendefinisikan

populasi adalah:

Keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti


semua elemen yang ada dalam wilayah peneliti maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi kasus.

Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2009 : 152):

Populasi didefinisikan sebagai sekelompok subyek yang hendak


dikenai generaslisasi hasil penelitian. Sekelompok subyek ini harus
memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakanya
dari kelompok subyek lainnya. Ciri yang dimaksud tidak terbatas
hanya sebagai ciri lokasi, akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-
karakteristik individu.

34
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruhan obyek yang akan diteliti yang dapat memberikan informasi

baik itu mencakup benda, manusia, kejadian, atau hal-hal yang ada

kaitannya dengan pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam kaitannya dengan penelitian ini

yang menjadi populasi adalah kepala sekolah, guru dan siswa di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dengan demikian jumlah populasi dari kepala sekolah dan guru

yaitu 23 orang sedangkan populasi dari siswa di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar 102 orang.

Untuk lebih jelasnya keadaan populasi guru dan siswa Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1
Keadaan populasi guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu tahun ajaran 2012 / 2013
Jenis kelamin
No Guru dan siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Guru 8 14 22
2 Kelas VII 25 30 55
3 Kelas VIII 29 29 58
4 Kelas IX 21 20 41
Jumlah 83 93 176
Sumber data : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar
tahun ajaran 2012 / 2013

35
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah populasi kepala

sekolah, guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun

ajaran 2012 / 2013 adalah 176 orang.

2. Sampel

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009 : 740) disebutkan

bahwa sampel merupakan sesuatu yang dipergunakan untuk

menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, sampel juga

diartikan sebagai bagian dari populasi statistik yang cirinya dipelajari

untuk memperoleh informasi tentang seluruhnya.

Sedangkan Sugiyono (2009 : 215) berpendapat bahwa:

Sampel adalah Sebagian dari Populasi itu. Pengambilan


sebahagian dari keseluruhan individu atau populasi yang menjadi
obyek penelitian itu, karena mengingat biaya, waktu dan pikiran
yang begitu banyak diperlukan jika harus diteliti secara
keseluruhan.

Adapun Beni Ahmad Saebani (2008 : 169-170) menguraikan cara-

cara penarikan sampel adalah sebagai berikut tentukan batasan yang

tegas tentang sifat-sifat populasi kemudian tetapkan sampelnya, tentukan

sumber-sumber informasi tentang populasi, tetapkan besar kecilnya

sampel.

Mardalis (2009 : 55), mendefinisikan “sampel sebagai contoh, yaitu

sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian”. Sementara

itu Ahmad (2003 : 104-105) mengemukakan tentang teknik pengambilan

sampel dalam penelitian kualitatif deskriptif tidak ditekankan pada

36
penarikan besarnya jumlah yang mewakilli populasi melainkan

keterwakilan berdasarkan karakteristik populasi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa jumlah populasi tersebut lebih

dari 100 maka peneliti mengambil sampel 25% dari jumlah populasi yang

ada. Untuk lebih jelasnya keadaan sampel dari kepala sekolah, guru dan

siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat dalam tabel berikut

ini:

Tabel 2
Keadaan sampel kepala sekolah, guru dan siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar Tahun ajaran 2012 / 2013
Jenis Kelamin
No Guru Siswa Jumlah Sampel
Laki-laki Perempuan
1 Guru 8 14 22 4
2 Kelas VII 25 30 55 11
3 Kelas VIII 29 29 58 12
Kelas IX 21 20 41 8
Jumlah 83 93 176 35
Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar
Tahun ajaran 2012 / 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel secara keseluruhan

dari kepala sekolah, guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

berjumlah.35 orang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat

penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana

37
pengumpulan data. Karena itu dalam menentukan instrumen atau alat

penelitiannya, harus relevan dengan masalah dan aspek yang diteliti agar

dapat memperoleh data yang akurat. Adapun instrumen penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung ke

objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.

Menurut Zaenal Arifin (2011 : 153):

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara


sistematis , logis, obyektif dan rasional mengenai berbagai
fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan Wirawan (2010 : 253) mengemukakan bahwa:

Observasi adalah proses untuk menjaring data dengan


menggunakan peneliti sebagai instrumennya. Peneliti menjaring
data melalui pancaindera dengan melihat, mendengar, dan
merasakan sendiri proses terjadinya suatu fenomena ilmu
pengetahuan.

Sementara itu Margono (2005 : 159) membagi jenis observasi yaitu

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan secara


sistematis terhadap segala yang banyak pada objek penelitian,
pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap objek
tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi
berada bersama obyek yang di selidiki, sedangkan observasi tidak
langsung adalah pengamatan yang di lakukan tidak pada saat
berlangsungnya peristiwa yang akan di selidiki, misalnya di amati
melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto.

Dalam arti luas Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009 : 145)

menjelaskan bahwa observasi merupakan proses yang kompleks, suatu

proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah

proses pengamatan dan ingatan.

38
Dari uraian di atas maka observasi bertujuan untuk mengumpulkan

data dan informasi mengenai suatu fenomena baik yang berupa persitiwa,

maupun tindakan serta untuk mengukur perilaku kelas baik perilaku guru

maupun perilaku peserta didik.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan secara

langsung tentang kondisi objektif siswa sebagai obyek, guru sebagai

pendidik sekaligus motivator meliputi jenis kelamin pendidikan dan jabatan

serta guru bidang studi.

Teknik tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang

akurat terhadap obyek penelitian khususnya yang berkaitan dengan

urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Pedoman Wawancara

Moh. Nasir (2006 : 159) mendefinisikan bahwa:

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan


penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
sipenanya atau pewawancara dengan si pengaruh atau responden
yang menggunakan alat paduan wawancara

Sementara itu menurut Moleong Lexi (2010 : 186) :


wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
menyadarkan wawancara disini yaitu antara lain untuk
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Lebih jauh Beni Ahmad Saebani (2008 : 191) mengemukakan

bahwa ada dua macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, dan tidak

terstruktur.

39
a. Wawancara terstruktur (Structured Interview)

Dalam melakukan wawancara pengumpul data telah menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah dipersiapkan. Dalam wawancara terstuktur ini

pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai

pengumpul data. Agar setiap pewawancara mempunyai keterampilan

yang sama, diperlukan training kepada calon pewawancara.

b. Wawancara tidak terstuktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas yaitu

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam hal ini peneliti akan melakukan percakapan langsung

dengan Kepala Pesantren untuk melengkapi data-data yang diperlukan

dalam penelitian dan dialog dengan para guru mata pelajaran untuk

mengetahui kinerja mereka selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar untuk kemudian

direkonstruksi menjadi data penelitian yang akurat.

3. Pedoman Angket

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner

sebagai metode untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket

40
memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul

data.

Wirawan (2010 : 251) mengemukakan bahwa:

Kuesioner atau angket adalah instrumen untuk menjaring persepsi


dan pendapat responden mengenai data kuantitatif (kuesioner
terstruktur) dan kualitatif (kuesioner tidak terstruktur). Untuk
mengembangkan kuesioner penelitian dimulai denga
mengumpulkan teori-teori mengenai variabel yang akan diteliti.

Menurut Natsir (2006 : 246):

Angket adalah kuesioner atau tidak lain dari sebuah pertanyaan


yang secara logis berhubungan dengan masaalah penelitian dan
pertanyaannya merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai
makna dan menguji hipotesa.

Dari angket ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data

yang dibutuhkan berhubungan dengan urgensi evaluasi pengajaran dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dan

pertanyaannya merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna

dan menguji hipotesa.

4. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui bahan-

bahan tertulis baik berupa buku, majalah, jurnal yang dianggap penting.

Menurut Moleong (2010 : 216-217) dokumen adalah setiap bahan tertulis

maupun film yang bersifat dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Dari

dokumen ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang yang

ada hubungannya dengan urgensi evaluasi pengajaran dalam proses

41
belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yaitu dengan

metode penelitian lapangan (Field Research) yang mengharuskan peneliti

untuk terjun langsung ke lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Oleh karena itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris Adapun

metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Instrumen observasi dilakukan dengan mengamati langsung dan

mencatat gejala-gejala yang diselidiki terhadap obyek penelitian utamanya

mengamati urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar. Kemudian peneliti melakukan pencatatan

terhadap hasil pengamatan untuk dijadikan data-data penelitian yang

akurat.

2. Wawancara

Instrumen wawancara mengharuskan peneliti melakukan

wawancara secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara lisan kepada informan yang ditetapkan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dengan responden yang dipilih yaitu guru

42
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Angket

Instrumen angket megharuskan peneliti melakukan pengumpulan

data dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada

responden terpilih untuk dijawab tentang urgensi evaluasi pengajaran

dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Dokumentasi

Instrumen dokumentasi mengharuskan penulis mengumpulkan

data melalui bahan tertulis berupa buku-buku, majalah-majalah, jurnal-

jurnal penting yang terdapat di kantor atau di instansi pemerintah tentang

urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data-data seluruhnya terkumpul, penulis kemudian

mengolah data-data tersebut dengan menggunakan teknik sebagai

berikut:

1. Kuantitatif yakni, bentuk analisis dengan menggunakan angka-

angka yang disajikan dalam bentuk tabel. Adapun data-data yang

dianalisis secara kuantitatif adalah data-data tentang urgensi

evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah

43
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Kualitatif yakni, bentuk analisis yang menginterpretasi data-data

yang diperoleh. Dalam kaitan ini peneliti akan menganalisis

tentang urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Deduktif yaitu metode pengolahan data yang berangkat dari hal-

hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus atau

kesimpulan.

4. Metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat yang

satu dengan pendapat yang lainnya, kemudian mengambil suatu

kesimpulan dengan argumentasi penulis sendiri.

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2


Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar didirikan oleh pemerintah Daerah pada tahun 2001

dan mendapat perubahan pada tahun 2004 terletak di Desa Bontoharu

kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dengan kepala

sekolah sekarang Amiruddin, S. Pd.

Adapun visi dan misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu:

a. Visi sekolah : unggul dalam mutu, berpijak pada iman dan taqwa

serta berwawasan bahari

b. Misi sekolah : 1. Melaksanakan pembelajadan dan bimbingan

serta efektif sehinga setiap siswa berkembang

secara optimal,sesuai dengan potensi yang

dimiliki.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan serta

intensif kepada seluruh warga sekolah

3. Menyediakan dan menfaatkan sarana dan

prasarana secara maksimal sehingga tercipta

pembelajaran yang cerdas dan menyenangkan

45
4. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan

dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni

5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran

agama yang diikuti dan budaya bangsa sehingga

terbangun siswa yang kompeten berakhlak mulia

6. Mendorong lulusan yang berkualitas,

berprestasi, berakhlak tinggi dan bertaqwa pada

Tuhan Yang Maha Esa.

a. Keadaan guru

Guru adalah merupakan salah satu faktor pendukung dalam

meningkatkan kualitas para peserta didik, oleh karena itu profesionalisme

guru sangatlah diperlukan oleh setiap sekolah terutama Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar.

Kemampuan guru dalam menguasai materi serta metode mengajar

sangatlah penting untuk mewujudkan tercapainya tujuan. Dan untuk

mengetahui keadaan guru SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel berikut:

46
Tabel 3
Keadaan Guru SMP Negeri 2 Bontoharu Tahun Ajaran 2012 / 2013

Bidang studi yang


No Nama Status / Jabatan
diajarkan
1 Amiruddin, S. Pd Kepala sekolah Matematika
2 Jalaluddin Guru IPS
3 H.Solihing, S. Pd Guru Bhs. Inggris
4 Abd. Rahman Guru IPA
5 A.Rukma, A. Md, Pd Guru Kertakes
6 Nurhayati Guru Kertakes
7 Julia Intang, S. Pd Guru IPA
8 Mei Asti Adam, S. Pd Guru PKN
9 Bunga Daeng, S. Pd Guru IPS
10 Kartia, S. Ag Guru IPA
11 A.Rusnawati, S.Pd Guru Mulok
12 Sucitrawati, S. Pd Guru Bhs.Indonesia
13 Ali Nur, S. Pd Guru TIK
14 Nur Huda, S. Pd Guru Pend.Al Quran
15 Karmila Guru Bhs. Indonsia
16 Abd.Haling Guru TIK
17 Roswanti Guru Pend.Al Quran
18 Ahmad Rifai, A. Ma Guru Mulok
19 Puspa Julia, S. Pd Guru Bhs.Inggris
20 Muhadi, A. Md.Pd. OR Guru Penjas
21 Andi Sulaeha, S. Pd.I Guru Pendais
22 Nur Fitriani Nasir, S. Pd Guru Bhs. Inggris
Sumber Data: SMP Negeri 2 Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar 2012 / 2013

b. Keadaan Siswa.

Keadaan siswa yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah

mengenai banyaknya siswa sebagai responden. Untuk lebih jelasnya

keadaan siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013, dapat dilihat

pada tabel berikut:

47
Tabel 4
Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012 / 2013

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah


Laki-laki Perempuan
1 Kelas VII 25 30 55
2 Kelas VIII 29 29 58
3 Kelas IX 21 20 41
Jumlah 75 79 154
Sumber Data: SMP Negeri 1 Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar 2012 / 2013

Tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah siswa SMP Negeri 2

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dalam tahun ajaran 2012 / 2013

sebanyak 154 orang.

c. Keadaan sarana dan fasilitas belajar.

Kelangsungan pendidikan formal tidak hanya didukung oleh tenaga

pengajar dan siswa, tetapi harus didukung pula oleh sarana dan

prasarana, misalnya fasilitas gedung sekolah dan alat-alat pengajaran

yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar serta lingkungan

yang dapat memberi suasana edukatif. Karena itu, masalah sarana dan

fasilitas ini, tetap menjadi bagian dari objek penelitian dalam setiap

kegiatan meneliti.

Keadaan sarana pendidikan dan fasilitas belajar SMP Negeri 2

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar, dapat dilihat pada tabel di

bawah:

48
Tabel 5
Sarana Fasilitas Belajar SMP Negeri 1 Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar Tahun Ajaran 2012 / 2013

No. Sarana / Fasilitas Belajar Jumlah


1 Ruang Kepala Sekolah 1 buah
2 Ruang Guru 1 buah
3 Ruang Kelas Belajar 6 buah
4 Ruang BP / BK -
5 Perpustakaan 1 buah
6 Sekretariat OSIS -
7 Toilet 4 buah
8 Komputer 1 buah
9 Printer 2 buah
10 Kursi Guru 24 buah
11 Meja Guru 24 buah
12 Kursi Siswa 154 buah
13 Meja Siswa 154 buah
14 Brankas 1 buah
15 Filling Cabinet / Lemari 5 buah
16 Lapangan basket 1 buah
17 Lapangan voli -
18 Lapangan tenis meja 2 buah
19 Musholla 1 buah
Sumber Data : SMP Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar
2013

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa

keadaan sarana dan prasarana pada Sekolah Menengah Pertama Negeri

2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar sudah cukup menunjang

dalam proses pembelajaran. Namun masih dirasakan berbagai

kekurangan seperti alat dan media masih terbatas. Dengan keterbatasan

media pembelajaran maka guru diharapkan dapat lebih profesional serta

terus meningkatkan kreatifitasnya dalam mengajar sehingga prestasi

belajar siswa dapat meningkat

49
B. Urgensi Evaluasi Pengajaran Dalam Proses belajar mengajar di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

Kinerja guru adalah salah satu kunci dari pada keberhasilan

sebuah sekolah. Oleh karena itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan

melalui cara-cara evaluasi, sehingga dapat diketahui sejauh mana urgensi

yang telah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar sebagaimana dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 6
Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran dalam proses
belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase


a. Sangat urgen 8 orang 24%
B. Urgen 21 orang 62%
c. Kurang urgen 5 orang 14%
d. Tidak urgen - 0%
Jumlah 34 orang 100%
Sumber data: Hasil olah angket item 1

Hasil olah angket di atas memperlihatkan bahwa 21 responden

atau 62% memilih urgen, 8 responden atau 24% memilih sangat urgen, 5

responden atau 14% memilih kurang urgendan tidak satupun dari

responden atau 0% yang memilih tidak urgen.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran

berperan dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

50
dengan jumlah responden yang memilih berperan sebanyak 21 responden

atau 62%.

Urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar dikuatkan pula oleh Jalaluddin guru

Sejarah dalam wawancara berikut ini.

Untuk proses belajar mengajar pembelajaran di Sekolah Menengah


Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar selalu di evaluasi karena dengan evaluasi itu
dapat diketahui guru yang memiliki kinerja rendah maupun kinerja
tinggi, sehingga urgensinya dalam hal ini, sebagaimana yang dapat
dilihat menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ketahun.
(Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran

memiliki urgensi dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar. Perannya tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

proses belajar mengajar yang di tunjukkan selama ini dari tahun ketahun,

sebagai buah dari evaluasi pengajaran yang diadakan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

Adapun faktor-faktor yang dievaluasi dalam pengajaran untuk

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Antara

lain adalah penilai kelas . penilaian kelas sebagai bagian dari evaluasi

pengajaran berperan untuk meningkatkan kinerja di Sekolah Menengah

51
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 7
Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran pada aspek
penilaian kelas dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar.

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase


a. Sangat urgen 9 orang 26
B. Urgen 19 orang 56
c. Kurang urgen 6 orang 18
d. Tidak urgen - 0
Jumlah 34 orang 100%
Sumber data: Hasil olah angket item 2

Hasil olah angket di atas memperlihatkan bahwa 19 responden

atau 56% memilih urgen, 9 responden atau 26% memilih sangat urgen, 6

responden atau 18% memilih kurang urgendan tidak satupun dari

responden atau 0% yang memilih tidak urgen.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

pengajaran pada aspek penilaian kelas urgen dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dimana 19 responden atau 56%

memilih berperan. Hal ini dikuatkan pula dengan hasil wawancara dengan

Abdul Rahman guru IPA berikut ini.

Dengan adanya penilaian kelas oleh evaluasi pengajaran, kinerja


guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar mengalami
peningkatan. Terjadinya peningkatan kinerja tersebut oleh karena
hal-hal yang dianggap sebagai kelemahan atau kekurangan yang
ditemukan dalam evaluasi, langsung disosialisasikan kepada guru
yang mengajar sehingga kinerjanya dapat di tingkatkan terus

52
menerus terutama dalam proses pembelajaran di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar. (Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran

pada aspek penilaian kelas berperan dalam proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

Proses belajar mengajar pada aspek ini lebih disebabkan karena

hal-hal yang dianggap sebagai sebuah kekurangan atau kelemahan yang

ditemukan dalam proses evaluasi, disampaikan langsung kepada guru

sehingga guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan untuk

kemudian mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang bersifat

kekurangan atau kelebihan. Selain dari pada itu adalah aspek penilaian

program.

Penilaian program sebagai bagian dari evaluasi pengajaran juga

berperan dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 8
Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran pada aspek
penilaian program dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase


a. Sangat berperan 10 orang 29%
B. Berperan 15 orang 45%
c. Kurang berperan 9 orang 26%
d. Tidak berperan - 0%
Jumlah 34 orang 100%
Sumber data: Hasil olah angket item 3

53
Hasil olah angket di atas memperlihatkan bahwa 15 responden

atau 45% memilih berperan, 10 responden atau 29% memilih sangat

berperan, 9 responden atau 26% memilih kurang berperan dan tidak

satupun dari responden atau 0% yang memilih tidak berperan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian program

sebagai bagian dari evaluasi pengajaran berperan dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dimana 15 responden atau 45%

memilih berperan. Hal ini diperkuat pula dengan hasil wawancara oleh

Andi Rukma, S. Pd berikut ini

Sebagai guru yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar siswa


sudah seharusnya memiliki program pembelajaran yang dimulai
oleh evaluator. Dengan penilaian, program ini dapat dikaitkan
program-program yang masih kurang baik yang belum terlaksana
maupun yang masih kurang dapat disosialisasikan langsung
kepada guru sehingga kinerjanya diperbaiki dan
ditingkatkan.(Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran

pada aspek penilaian program berperan dalam proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

Proses belajar mengajar sebagai hasil dari evaluasi pengajaran

pada aspek penilaian program tersebut karena evaluator selalu

mensosialisasikan hasil-hasil evaluasinya baik dalam kaitanya dengan

program yang masih kurang maupun yang belum terlaksana, sehingga

guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik

lagi.

54
Selanjutnya, evaluasi pelajaran juga dilakukan pada aspek

penghargaan terhadap kinerja individu guru. Penghargaan kinerja individu

guru yang dimulai sebagai bagian dari evaluasi pengajaran juga berperan

dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Kabupaten Kepulauan Selayar sebagaimana dapat dilihat dalam tabel

berikut

Tabel 9
Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran pada aspek
penghargaan terhadap kinerja individu guru

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase


a. Sangat urgen 9 orang 26%
B. urgen 17 orang 50%
c. Kurang urgen 8 orang 24%
d. Tidak urgen - 0%
Jumlah 34 orang 100%
Sumber data: Hasil olah angket item 4

Hasil olah angket di atas memperlihatkan bahwa 17 responden

atau 50% memilih urgen, 9 responden atau 26% memilih sangat urgen, 8

responden atau 24% memilih kurang urgendan tidak satupun dari

responden atau 0% yang memilih tidak urgen.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penghargaan terhadap

kinerja individu guru sebagai bagian dari evaluasi pengajaran berperan

dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

sebagaimana yang terlihat dalam uraian tabel diatas dimana 17

responden atau 50%memilih urgen. Hal ini dibuktikan pula dengan

hasil wawancara dengan H. Solihin, S. Pd guru Bhs. Inggris berikut ini.

55
Dengan adanya penghargaan terhadap kinerja individu guru, guru-
guru disekolah ini pada umumnya merasa senang, sehingga kinerja
mereka pun mengalami peningkatan. Misalnya lebih bersemangat
dan disiplin dalam mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri
2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
(Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari petikan wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

evaluasi pengajaran pada aspek penghargaan terhadap kinerja individu

guru berperan dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar, proses belajar mengajar tersebut lebih disebabkan

oleh karena dengan adanya evaluasi pengajaran pada aspek ini, serta

penghargaan yang diberikan kepada mereka berdasarkan prestasinya,

maka guru-guru lebih semangat dan berdisiplin dalam mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar, kemudian dari pada itu, evaluasi

pengajaran juga dilakukan pada aspek pelaksanaan fungsi-fungsi hasil

evaluasi pengajaran.

Pelaksanaan fungsi-fungsi hasil evaluasi pengajaran ini pun sebagai

bagian dari evaluasi pengajaran juga berperan dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar, sebagaimana dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

56
Tabel 10
Pendapat responden tentang urgensi evaluasi pengajaran pada aspek
pelaksanaan fungsi-fungsi hasil evaluasi pengajaran di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar.

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase


a. Sangat urgen 13 orang 38%
B. urgen 17 orang 50%
c. Kurang urgen 4 orang 12%
d. Tidak urgen - 0%
Jumlah 34 orang 100%
Sumber data: Hasil olah angket item 5

Hasil olah angket di atas memperlihatkan bahwa 17 responden

atau 50% memilih urgen, 13 responden atau 38% memilih sangat urgen, 4

responden atau 12% memilih kurang urgendan tidak satupun dari

responden atau 0% yang memilih tidak urgen.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa evaluasi pengajaran

pada aspek pelaksanaan fungsi-fungsi hasil evaluasi pengajaran berperan

dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

sebagaimana dapat dilihat dalam uraian tabel di atas dimana 17

resporden atau 50%, memilih urgen. Hal ini dikuatkan pula Nurhayati guru

Kertakes berikut ini.

Evaluasi pengajaran memiliki banyak fungsi yang selalu di


laksanakan untuk proses belajar mengajar. Pelaksanaan fungsi-
fungsi evaluasi ini merupakan salah satu program yang harus
dilaksanakan sebagai upaya proses belajar mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar. (Wawancara, 20 Juli 2013)

57
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

fungsi-fungsi evaluasi pengajaran berperan terhadap proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Hal ini disebabkan karena pelaksanaan fungsi-fungsi evaluasi

disekolah merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan dalam

upaya pengikatan kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dari keseluruhan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

evaluasi pengajaran berperan dalam proses belajar mengajar dalam

proses belajar mengajar pada aspek-aspek seperti aspek penilaian kelas,

penilaian program, penghargaan terhadap kinerja individu guru , serta

aspek pelaksanaan fungsi-fungsi hasil evaluasi pengajaran.

C. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Evaluasi Pengajaran Dalam


Proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

Proses belajar mengajar dalam proses pembelajaran secara umum

tidak terlepas dari kendala yang menyulitkan proses pembelajaran sampai

kepada tujuan yang digariskannya.

Berikut dijelaskan kendala yang dihadapi dalam evaluasi

pengajaran proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

sebagai berikut :

58
a. Kurangnya kepedulian sebagian orang tua terhadap belajar anak

mereka.

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar siswa, orang tua

hendaknya senantiasa memberikan perhatian besar terhadap proses

belajar mengajar dari pada anak mereka. Penyebabnya adalah kedua

orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagia anak-anaknya

yang bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan mereka dalam

belajar. Ketidak pedulian orang tua dalam hal ini tidak hanya merugikan

anak atau mengorbankan anak itu sendiri, tetapi juga akan mengganggu

kinerja guru dalam mengajar sebagaimana terungkap pada wawancara

dengan Kartia,S . Ag guru IPA berikut ini,

Ada sebagian orang tua siswa yang cenderung tidak peduli


terhadap anak mereka khususnya belajar. Dengan kata lain orang
tidak melakukan fungsi kontrol terhadap perkembangan belajar
anak-anaknya. Akibatnya tidak hanya berdampak pada anak,
misalnya tidak terarah belajarnya, malas, dan sifat-sifat buruk
lainnya. Tetapi juga menggangu atau menghambat kinerja guru
dalam menjalankan tugasnya. (Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu

penghambat proses belajar mengajar adalah kurangnya kepedulian orang

tua terhadap belajar anak mereka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Perhatian atau kepedulian yang kurang dari orang tua siswa

tersebut tidak hanya menjadi siswa tidak terarah dalam belajarnya akan

tetapi juga telah menjadi penghambat bagi proses belajar mengajar dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

59
b. Kurangnya sebagian sarana dan prasarana belajar.

Di samping kepedulian orang tua yang dapat menjadi penghambat

dan prasarana yang masih kurang juga dapat menjadi penghambat bagi

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar, sebab

efektifitas kerja, motivasi dan inovasi kerja hanya dapat terlaksana dengan

baik, bilamana ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang

memadai di sekolah. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan Andi

Rukma, S..Pd guru Kertakes berikut ini.

Di antara faktor penghambat bagi proses belajar mengajar di


sekolah adalah kurangnya ketersediaan sebagian sarana dan
prasarana belajar yang ada sehingga efektifitas, inovasi dan
motivasi kerja tidak terlaksana dengan baik. (Wawancara 20 Juli
2013)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor kedua yang

menjadi penghambat kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah

kurangnya sebagian sarana dan prasarana belajar siswa. Kekurangan

sebagian sarana dan prasarana belajar tersebut setidaknya telah menjadi

penghambat pula bagi efektivitas, motivasi dan inovasi kerja guru,

sehingga keharusan upaya proses belajar mengajar tersebut tidak

terlaksana secara maksimal dan tuntas walaupun terdapat faktor-faktor

pendorong sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

c. Kurangnya komunikasi antar guru dalam menangani permasalahan

siswa.

60
Siswa sebagai manusia yang tumbuh dan berkembang dalam

proses pendidikan dan pengajaran, tidak akan pernah terlepas dari

permasalahan. Penanganan setiap masalah yang dihadapi oleh siswa

membutuhkan strategi tersendiri dari guru sehingga efektif dan

mengandung unsur perubahan dalam diri siswa itu sendiri, misalnya

komunikasi antar guru. Kurangnya komunikasi antar guru dalam

menangani permasalahan siswa dapat menjadi salah satu penghambat

bagi proses belajar mengajar sebagaimana terungkap dalam wawancara

dengan Jalaluddin guru Sejarah berikut ini.

Dalam menangani berbagi persoalan yang dihadapi siswa sebagian


guru kurang berkomunikasi dengan sesame guru lainnya sehingga
penanganan kasus tertentu kurang maksimal. Selain daripada itu,
terkadang pula muncul sikap apriori dari sebagian guru yang
terkadang menambah ruwetnya persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh siswa. Faktor ini sedikit banyak telah menjadi penghambat
bagi proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar. (Wawacara, 20 Juli 2013)

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor ketiga

yang menjadi penghambat proses belajar mengajar di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar adalah kurangnya komunikasi antara guru dalam

menanganbi permasalahan-permasalahan siswa di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar pengaruhnya adalah tidak maksimalnya penanganan

permasalahan tertentu yang dihadapi oleh siswa. Hal ini diperburuk pula

dengan sikap apriori dari sebagian guru yang hanya memiliki tipe pengajar

ketimbang sebagai seorang pendidik yang proaktif dalam menangani

61
masalah siswa yang muncul dalam proses belajar mengajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

d. Tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang sama.

Idealnya dalam satu kelas sama siswa memiliki motivasi belajar

yang sama, namun dalam kenyataannya ada saja sebaliknya siswa yang

tidak sepenuhnya memiliki motivasi belajar yang sama dengan teman-

temannya siswa yang lain. Siswa semacam ini, tidak jarang telah menjadi

faktor penghambat tersendiri bagi proses belajar mengajar. Betapa tidak,

guru yang seharusnya dapat mengajar dengan efektif dan efisien namun

efektifitas dan efisiensi tersebut menjadi berkurang ketika dia harus fokus

menghadapi siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang baik. Hal ini

terungkap dengan wawancara dengan Bunga Daeng, S. Pd guru IPS

berikut ini.

Hal lain yang juga menjadi faktor penghambat proses belajar


mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah
adanya perbedaan motivasi belajar siswa dalam kelompok atau
rombongan belajar tertentu. Di sekolah dengan kata lain, tidak
semua siswa memiliki motivasi belajar yang sama. (Wawancara, 20
Juli 2013)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor keempat yang

menjadi faktor penghambat bagi proses belajar mengajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah adanya perbedaan motivasi belajar

yang dimiliki oleh siswa atau dengan kata lain tidak seluruh siswa memiliki

62
motivasi yang sama dalam belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri

2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kendala

yang dihadapi dalam evaluasi pengajaran di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

adalah sebagai berikut. kurangnya kepedulian sebagian orang tua

terhadap belajar anak mereka, kurangnya sebagian sarana dan prasarana

belajar, kurangnya komunikasi antar guru dalam menangani

permasalahan siswa, serta tidak semua siswa memiliki motivasi belajar

yang sama

D. Upaya-Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-Kendala


Evaluasi Pengajaran Dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar

Untuk proses belajar mengajar maka dilakukanlah upaya-upaya.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk proses belajar

mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebagai berikut:

1. Membangun kepedulian orang tua melalui komunikasi intensif.

Ada dua hal yang memang tidak dapat dipisahkan dalam proses

belajar mengajar untuk mengantarkan siswa kepada keberhasilan yaitu

kepedulian orangtua dikomunikasikan dengan pihak sekolah. Hal ini tidak

berlebihan karena siswa adalah anak dari keduanya. Dalam pengertian

biologis dan spiritual siswa adalah anak dari orang tuanya secara biologis

karena dia yang melahirkannya, namun di sekolah siswa adalah anak dari

63
gurunya di sekolah secara spiritual karena gurunya lah yang mengajarkan

tentang nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai ketuhanan, sehingga dengan

demikian, membangun komunikasi untuk menjadikannya peduli terhadap

siswa adalah salah satu upaya yang mesti dilakukan sebagaimana

terungkap dalam wawancara dengan Roswanti guru Bhs. Indonesia

sebagai berikut:

Pihak sekolah, baik itu tenaga pendidikan maupun kependidikan


selalu berupaya dengan berbagai cara untuk membangun
kepedulian orang tua melalui komunikasi intensif dengan demikian
semua persoalan atau kasus yang muncul dalam proses belajar
mengajar dapat diselesaikan dengan baik dan tuntas. Di sisi lain,
penanganan masalah siswa melalui komunikasi dua arah pihak
sekolah dan orang tua siswa tentu akan lebih terarah dan lebih baik
lagi. (Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya pertama yang

harus dilakukan oleh sekolah untuk proses belajar mengajar adalah

membangun kepedulian orang tua melalui komunikasi intensif. Dengan

terbangunnya komunikasi dua arah antara orang tua dan pihak sekolah

diharapkan semua masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar

dapat tertangani dengan tuntas dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

2. Menambah dan melengkapi sarana dan prasarana belajar yang


masih kurang.

Di samping komunikasi dengan orang tua yang harus dibangun,

upaya lain yang juga dilakukan sekolah untuk meningkatakan kinerja guru

di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan menambah dan

melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang sebab saran dan

prasarana memiliki urgensi dalam hal memudahkan guru dalam

64
menjalankan tugas-tugas profesional keguruannya, sehingga

kekurangannya dalam hal ini terungkap dalam wawancara dengan Abd.

Rahman guru IPA berikut ini.

Untuk proses belajar mengajar di sekolah selalu berupaya untuk


menambah sarana dan prasaran yang masih kurang. Biasanya
penambahan sarana dan prasarana tersebut dilakukan sesuai
kebutuhan dan berkala. Terkadang pula berdasarkan pada
perunitan dari para guru sesuai dengan kebutuhan di bidang studi
masing-masing. (Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari petikan wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

upaya kedua yang dilakukan sekolah untuk proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan menambah dan

melengkapi sarana dan prasarana belajar yang dianggap masih kurang.

Penambahan sarana dan prasarana tersebut dilakukan secara berkala

sesuai kebutuhan dan berdasarkan atas permintaan dari masing-masing

guru bidang studi. Dengan menambah dan melengkapi sarana dan

prasarana belajar tersebut, diharapkan kinerja guru di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten

Kepulauan Selayar dapat mengalami peningkatan secara terus menerus.

3. Mengintensifkan komunikasi antar guru dengan mediasi kepala


sekolah.

Intensifikasi komunikasi antar guru di sekolah lebih bersifat

mendalam atau pembenahan secara ke dalam. Di lihat dari sudut

pandang manajemen dan administrasi sekolah pembenahan ke dalam

seperti intensifikasi komunikasi antar guru di sekolah harus lebih

diutamakan sebab bagaimana mungkin komunikasi secara eksternal

65
dapat terbangun dengan baik, dengan orang tua misalnya bilamana

komunikasi internal dengan sesame guru saja belum sepenuhnya

terbangun dengan baik dalam menangani berbagai masalah yang muncul.

Di sinilah perlunya upaya-upaya sebagaimana terungkap dalam

wawancara dengan Andi Rukma, S.Pd guru Kertakes berikut ini:

Kami dari pihak sekolah selalu menghimbau dan mengajarkan


kepada guru baik secara umum dan langsung baik secara khusus
yang dimediasi oleh kepala sekolah, untuk menjaga dan
mengintensifkan komunikasi dengan sesama guru utamanya dalam
menangani masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. (Wawacara,
20 Juli 2013)

Dari petikan wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

upaya ketiga yang dilakukan sekolah untuk proses belajar mengajar

adalah dengan mengintensifkan komunikasi antar guru baik melalui

himbauan secara umum dan langsung maupun secara khusus dengan

dimediasi oleh kepala sekolah. Upaya ini lebih bersifat pembenahan ke

dalam dan penting bagi penyelesaian berbagai masalah yang muncul

dalam proses belajar mengajar sebelum upaya-upaya yang bersifat

eksternal dilakukan. Dengan upaya ini diharapkan dapat menjadi

pendorong bagi proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Memberikan motivasi kepada siswa lewat pendekatan individual


maupun kolektif.

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh antara lain

motivasinya dalam belajar, sehingga motivasi dalam belajar harus

senantiasa dijaga dan dipelihara, walaupun pada kenyataannya dalam

66
setiap rombongan belajar di kelas atau di sekolah selalu ada motivasi

belajar yang berbeda-beda dikalangan para siswa. Ada siswa yang

motivasi belajarnya tinggi, ada pula siswa yang motivasi belajarnya

sedang, atau kurang dan bahkan ada siswa yang memiliki motivasi belajar

sama sekali, sehingga tidak jarang kondisi semacam ini telah menjadi

faktor penghambat bagi proses belajar mengajar. Untuk itulah salah satu

upaya yang dilakukan sekolah untuk proses belajar mengajar adalah

dengan memberikan motivasi kepada siswa baik melalui pendekatan

individual maupun kolektif sebagaimana terungkap dalam wawancara

dengan Julia Intang, S. Pd guru IPS berikut ini.

Ada dua pendekatan yang dilakukan oleh sekolah untuk


membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu pendekatan individual
di mana guru berupaya mencari dan memahami faktor-faktor apa
yang menjadikan siswa kurang atau tidak termotivasi untuk belajar
untuk kemudian diberikan solusinya dan pendekatan kolektif yaitu
guru berupaya mencari dan menemukan aspek-aspek apa yang
dialami siswa sehingga tidak termotivasi belajar untuk kemudian
diberikan solusinya dalam bentuk himbauan-himbauan secara
umum. (Wawancara, 20 Juli 2013)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya keempat yang

dilakukan sekolah untuk proses belajar mengajar adalah dengan

memberikan motivasi kepada siswa lewat pendekatan individual maupun

kolektif.

Pendekatan individual adalah sebuah pendekatan, pemberian,

motivasi kepada siswa yang kurang bahkan tidak termotivasi untuk belajar

sama sekali, yang harus dilakukan oleh guru dengan cara menggali faktor-

faktor yang menjadi penyebab kurang atau tidak adanya motivasi belajar

dalam dirinya tersebut, untuk kemudian dicarikan solusi atau jalan

67
keluarnya. Sedangkan pendekatan kolektif adalah sebuah pendekatan

pemberian motivasi kepada siswa yang sebenarnya telah memiliki

motivasi belajar namun terkadang masih belum stabil sehingga perlu

dijaga dan distabilkan dengan melakukan himbauan-himbauan motivasi

secara terus menerus, secara umum dan kolektif.

Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya-

upaya yang dilakukan sekolah untuk evaluasi pengajaran dalam proses

belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah membangun

kepedulian orang tua melalui komunikasi intensif, menambah dan

melengkapi sarana dan prasarana belajar yang masih kurang,

mengintensifkan komunikasi antar guru dengan mediasi kepala sekolah,

serta memberikan motivasi kepada siswa lewat pendekatan individual

maupun kolektif.

68
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Evaluasi pengajaran urgen dalam proses belajar mengajar dalam

proses belajar mengajar pada aspek-aspek seperti aspek penilaian

kelas, penilaian program, penghargaan terhadap kinerja individu

guru , serta aspek pelaksanaan fungsi-fungsi hasil evaluasi

pembelajaran.

2. Kendala yang dihadapi dalam Evaluasi pengajaran adalah

kurangnya kepedulian sebagian orang tua terhadap belajar anak

mereka, kurangnya sebagian sarana dan prasarana belajar,

kurangnya komunikasi antar guru dalam menangani permasalahan

siswa, serta tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang

sama

3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk evaluasi pengajaran dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

adalah sebagai berikut membangun kepedulian orang tua melalui

komunikasi intensif, menambah dan melengkapi sarana dan

prasarana belajar yang masih kurang, mengintensifkan komunikasi

antar guru dengan mediasi kepala sekolah, serta memberikan

69
motivasi kepada siswa lewat pendekatan individual maupun

kolektif.

B. Saran

1. Kepada para guru dan orangtua siswa diharapkan membangun

komunikasi yang baik agar siswa bisa lebih termotivasi lagi dalam

belajar baik itu di sekolah maupun di rumah.

2. Kepada pihak sekolah untuk memberi perhatian dalam mendukung

usaha yang dilakukan oleh semua pihak untuk meningkatkan untuk

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar

70
DAFTAR PUSTAKA

Al quran

Agung, Wahyu. 2010. Panduan SPSS 17.0 Untuk Mengolah Penelitian


Kuantitatif. Cet. I. Yogakarta; Gara Ilmu,

Ahmad. A. Kadir. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi I. Makassar;


CV. INDOBIS Media Centre.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


Cet.XI. Jakarta; PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Cet. XIII. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anwar, Kasful dan Hendra Harni. 2011. Perencanaan Sistem


Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Bandung; Alfabeta.

Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Prinsip, Teknik, Prosedur.


Cet.III. Bandung. Remaja Rosdakarya Offset.

Fathurrahman, Pupuh dan Sobary M. Sutikno. 2010. Strategi Belajar


Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam.
Cet. IV. Bandung; PT. Refika Aditama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2009. Edisi baru. Jakarta; Tim Pustaka
Poenix.

Lexy J. Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. XXVIII.


Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.

Mardalis, 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Cet. IX.


Jakarta; PT. Bumi Aksara,

Masyuri dan M. Zainuddin. 2009. Metodologi Penelitian, Pendekatan


Praktis dan Aplikatif. Cet.II. Bandung; Refika Aditama.

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian. Cet. I. Jakarta: PT Bineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. XXVIII.


Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.

Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Edisi I.
Cet. III. Jakarta; Kencana Prenada Media

71
Nata, Abudina. 2010. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.
Edisi I. Cet. I. Jakarta: Kencana Prenada Media Goup.

Natsir Mohammad, 2006. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi.


Bandung: Angkasa.

Riyanto, Yatim, 2010, Paradigma Baru Pembelajaran, Cet ke-II, Kencana


Prenada Media Group, Jakarta.

Syah, Muhibbin, 2009, Psikologi Belajar, ed. Revisi ke-VIII. Jakarta:


Rajawali Pres,

Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan


Pengembangan. Cet. I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saebani, Ahmad, Beni. 2008. Metode Penelitian. Cet.I. Bandung: CV.


Pustaka Setia.

Sugiono. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Cet.VIII,


Alfabeta, Bandung

Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching.


Cet.III. Ciputat: Quantum Teaching.

Sanjaya, Wina. 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Kencana. Jakarta

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Edisi. XVI. Jakarta PT.


Raja Grafindo Persada.

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi dan


Penelitian. Jakarta; Salemba Humanika.

72
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU

STUDI TENTANG URGENSI EVALUASI PENGAJARAN DALAM


PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEG. 2 BONTOHARU
KECAMATAN BONTOHARU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

HAMRIANI (NIM: 28 19 2217)

I. Petunjuk Wawancara
1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan,
terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah tersedia.
2. Jawablah tes wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian
karena jawaban Bapak/Ibu akan sangat membantu kelengkapan
data yang penulis butuhkan. Dan sebelumnya tak lupa kami
ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.
Jazakumullah Khairan Katsiran

II. Identitas Guru


Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Bid. Studi yang diajarkan :
Hari / Tanggal wawancara :

III. Daftar pertanyaan


1. Bagaimana urgensi evaluasi pengajaran dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ? Jelaskan !
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam evaluasi
pengajaran dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah

73
Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar ? Sebutkan minimal 5 !
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala-
kendala evaluasi pengajaran dalam proses belajar mengajar di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ? Sebutkan minimal 5 !
4. Sebutkan inidkatornya minimal 5 yang menunjukkan bahwa
evaluasi pengajran urgen dalam proses belajar mengajar di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar !
5. Sebutkan 5 indikator hal-hal yang urgen dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar !

74
PEDOMAN ANGKET UNTUK GURU DAN SISWA

STUDI TENTANG URGENSI EVALUASI PENGAJARAN DALAM


PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEG. 2 BONTOHARU
KECAMATAN BONTOHARU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

HAMRIANI (NIM: 28 19 2217)

I. Keterangan Angket
1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data obyektif dari guru
dan siswa dalam rangka penyusunan skripsi.
2. Dengan mengisi angket ini, berarti telah ikut serta membantu kami
dalam penyelesaian studi.

II. Petunjuk Pengisiaan Angket


1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan,
terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah tersedia.
2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang
(x) pada jawaban yang dianggap paling tepat.
3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua
soal dapat dijawab. Dan sebelumnya tak lupa kami ucapkan banyak
terima kasih atas segala bantuannya.

Jazakumullah Khairan Katsiran.

III. Identitas Siswa


1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Hari/Tgl wawanara :

75
IV. Daftar Pertanyaan
1. Apakah evaluasi pengajaran urgen dalam proses belajar
mengajardi Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?
a. Sangat urgen c. Kurang urgen
b. Urgen d. Tidak urgen
2. Apakah penilaian kelas sebagai bagian dari evaluasi hasil
pembelajaran, urgen dalam proses belajar mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar ?
a. Sangat urgen c. Kurang urgen
b. Urgen d. Tidak urgen
3. Apakah penilaian program sebagai bagian dari evaluasi hasil
pembelajaran, urgen dalam proses belajar mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar ?
a. Sangat urgen c. Kurang urgen
b. Urgen d. Tidak urgen
4. Apakah penghargaan terhadap kinerja individu guru urgen dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?
a. Sangat urgen c. Kurang urgen
b. Urgen d. Tidak urgen
5. Apakah pelaksanaan fungsi-fungsi evaluasi urgen dalam proses
belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontoharu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar ?
a. Sangat urgen c. Kurang urgen
b. Urgen d. Tidak urgen

76

You might also like