Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

EVALUASI WASTE MATERIAL DAN PENERAPAN LEAN

CONTRUCTION
Fujianti Lussy1, Safaruddin M. Nuh2, Rafie2.
1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Tanjungpura Pontianak
2)
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRAK

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam dunia kontruksi selalu berkembang. Namun, dunia kontruksi masih
berusaha untuk menghadapi masalah-masalah yang di akibatkan oleh waste dengan jumlah yang sangat besar. Waste
merupakan bentuk ketidakefisenan dalam pemborosan yang di timbulkan dari bahan material, SDM, dan waktu. Waste
dapat berupa segala bentuk kegiatan yang menggunakan sumber daya namun tidak menambah nilai, hal ini disebut
dengan Non-value Adding Activity (NVA). Bidang kontruksi sudah mengadopsi dan belajar dari industri manufaktur,
dikenal dengan istilah Lean Contruction. Lean Contruction di terapkan di industri kontruksi memiliki 2 tujuan yang
sangat fundamental yaitu meningkatkan value dan mengurangi waste. Dari hasil perhitungan dan analisa menghasilkan
presentase sisa material besi D10 0,027%, besi D16 0,111%, besi D-19 0,013%, wiremesh 0,014%, dan beton ready
mix 0,012%. Hasil identifikasi proses yg menghasilkan limbah dengan lean contruction adalah over production , over
processing, inventory.

Kata Kunci: Metode Pelaksanaan, lean contruction, Waste Level

ABSTRACT

The Implementation Method used in the construction world is always developing. However, the construction world
still needs to deal with problems related to waste with a very large amount. Waste is a form of inefficiency in waste
generated from materials, human resources, and time. Waste can contain all forms of activities that use resources but
do not add value, this is called Non-value Adding Activity (NVA). The field of construction has been approved and
studied from the manufacturing industry, known as the Lean Construction. Lean construction in the industry using
construction has two very basic objectives, namely to increase value and reduce waste. From the results of calculations
and analysis produces iron residual materials D10 0.027%, D16 iron 0.111%, D-19 0.013% iron, wiremesh 0.014%,
and ready mix concrete 0.012%. The results obtained by processes that produce waste with lean construction are more
than production, more than processing, inventory.

Keywords: Implementation Method, lean construction, waste level

I. Pendahuluan daya namun tidak menambah nilai, hal ini disebut


dengan Non-value Adding Activity (NVA). Bidang
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kontruksi sudah mengadopsi dan belajar dari
dunia kontruksi selalu berkembang. Namun, dunia industri manufaktur, dikenal dengan istilah Lean
kontruksi masih berusaha untuk menghadapi Contruction. Lean Contruction di terapkan di
masalah-masalah yang di akibatkan oleh waste industri kontruksi memiliki 2 tujuan yang sangat
dengan jumlah yang sangat besar. Waste fundamental yaitu meningkatkan value dan
merupakan bentuk ketidakefisenan dalam mengurangi waste.
pemborosan yang di timbulkan dari bahan
material, SDM, dan waktu. Waste dapat berupa Kontruksi di Indonesia pada saat ini terdapat
segala bentuk kegiatan yang menggunakan sumber banyak permasalahan mengenai ketidakefisenan
dalam pelaksanaan kontruksinya. Penyebab dari langsung maupun tidak langsung tetapi tidak
ketidakefisenan ini seperti kinerja yang buruk, menambah nilai kepada produk akhir bagi pihak
terjadinya pemborosan (waste) sumber daya yang pengguna jasa konstruksi (Formoso et al, 2002).
dipakai selama proses kontruksi, namun tidak
menambah nilai dari fungsi sumber daya yang Waste dapat juga digambarkan sebagai
dipakai. Berdasarkan data yang disampaikan oleh segala aktifitas manusia yang menyerap sumber
Lean Contruction Institute (LCI), waste pada daya dalam jumlah tertentu tetapi tidak
industri konstruksi sebesar 57% dankegiatan yang menghasilkan nilai tambah, seperti kesalahan yang
memberikan nilai tambah hanya sebesar 10% membutuhkan pembetulan, hasil produksi yang
(Abduh,2007). Dampak dari industri konstruksi tidak diinginkan oleh pengguna, proses atau
yang tidak efisen yaitu sering terjadi peningkatan pengolahan yang tidak perlu, pergerakan tenaga
biaya pelaksanaan, keterlambatan, dan kerja yang tidak berguna dan menunggu hasil akhir
perselisihan. dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Womack and
Jones, 1996 dalam Formoso et al, 2002).
Pada penelitian ini berdasarkan latar belakang Begitu juga dengan kosela (1992) telah
permasalahan yang dapat diambil ialah
mengindetifikasi tipe pemborosan dalam proses
menghindari pemborosan karena kesalahan teknis
kontruksi cacat, pengerjaan ulang, kesalahan
tersebut maka diperlukan adanya evaluasi terhadap
desain, perubahaan permintaan, biaya keselamatan,
sistem pelaksanaan proyek konstruksi.
kelebihan penggunaan material. Lebih lanjut,
Alarco (1995) telah mengenali beberapa
pemborosan yang berkaitan dengan metode kerja,
II. Tinjauan Pustaka material, waktu. pekeria perencanaan operasi dan
Material Kontruksi perlatan. Serpell et al (1995) telah mengindetifikasi
Material merupakan salah satu komponen bahwa waktu produktif diboroskan dengan
yang penting dalam menentukan besarnya biaya pekerjaan tanpa aktifitas dan pekerjaan tidak
proyek. Material mempunyai kontribusi 40-60% efektif.
sehingga secara tidak langsug memegang peranan
penting dalam menunjang keberhasilan proyek. Waste Level
Material digunakan dalam kontruksi dapat Waste level dihitung untuk mengetahui volume
digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan dan waste dari masing-masing material yang sudah
ditentukan melalui analisa Pareto. Waste level ini
Bemold, 1994), yaitu : dihitung menggunakan metode pendekatan engan
rumus :
1. Consumable material, merupakan 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑤𝑎𝑠𝑡𝑒
material yang pada akhirnya akan menjadi Waste Level = (1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
bagian struktur fisik bangunan. Misalnya:
Dimana :
semen, pasir, kerikil, batu bata, besi,
tulangan, baja, dan lain-lain. Volume waste = volume material kepakai
2. Unconsumable material, merupakan – volume material terpasang
material penunjang dalam proses Volume kebutuhan material = volume
kontruksi dan bukan merupakan bagian kebutuhan material yang ditinjau.
fisik dari bangunan setelah bangunan
selesai. Misalnya: perancah,
beksiting, dan dinding penahan Definisi Lean Contruction
sementara. Koskelat.al (Abdelhamid, 2005), lean
construction adalah suatu cara untuk
mendesain sistem produksi untuk
Waste(Pemborosan) memperkecil pemborosan (waste), waktu dan
Waste dapat diartikan sebagai kehilangan atau usaha untuk menghasilkan nilai yang
kerugian berbagai sumber daya, yaitu material, maksimum.
waktu (yang berkaitan dengan tenaga kerja dan
peralatan) dan modal, yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan yang membutuhkan biaya secara
Prinsip-prinsip Lean Contruction berhubungan dengan penelitian ini,
Prinsip-prinsip Lean menurut konsultan perencana, konsultan
Womack dan Jones (1996): pengawas, kontraktor dan owner serta
dokumen-dokumen terkait dengan
1. Value pengembangan proyek tersebut.
Pendifinisian nilai harus sangat
spesifik da dilakukan ileh Analisa dan Pengolahan
custumer akhir. 1. Identifikasi material yang
2. The Value Stream berpotensi menimbulkan waste
Harus didesain sedemikian rupa Identifikasi material bertujuan
sehingga terdapat perpindahan untuk mengetahui material apa saja
nilai yang terdefinisi dari suatu yang dipakai pada proyek dan untuk
kegiatan ke kegiatan yang lain, mengetahui dimana material akan
mulai dari kegiatan problem- digunakan. Pada analisa ini, peneliti
solving di awal, kemudian ke mengumpulkan data material
kegiatan pengelolaan proyek melalui observasi langsung,
informasi, dan kepada kegiatan dan gambar kerja proyek.
transformasidari material
mentah hingga produk akhir. 2. Menghitung material yang
3. Flow terpasang
Perpinahan nilai tersebut harus Menghitung volume ini
dilakukan secara mengalir, dilakukan untuk mendapatkan
tidak ada hambatan. volume material yang telah
4. Pull terpasang setelah proses konstruksi
Untuk menghindari produk telah selesai. Hasil dari perhitungan
yang tidak terpakai dan volume ini akan digunakan untuk
mengurangi waste, maka menghitung waste level. Volume
produk sebaiknya diproduksi terpasang akan dihitung
ketika diminta oleh pengguna. berdasarkan As Built Drawing.
5. Perfection
Kegitana memperbaiki semua 3. Analisa waste level
proses dengan terus menerus Waste level dihitung untuk
harus dilakukan untuk mengetahui volume waste dari
mencapai kesempurnaan. massing-masing material yang
sudah diperoleh dari hasil
III. Metodologi Penelitian identifikasi material. Pada analisa
Pengumpulan Data ini, kita dapat mengetahui material
Pengumpulan data merupakan proses yang berpotensi menimbulkan
intuk melakukan penelitian. Sesuai waste.
dengan rumusan masalah yang ingin
dicapai maka dibutuhkan data primer 4. Identifikasi Proses yang
yaitu data yang didapat dilapagan dan data Menghasilkan Limbah Dengan
sekunder sebagai data pendukung yang Lean Construction
berkaitan dengan penelitian ini: Mengidentifikasi proses
1. Data primer: data yang diperoleh konstruksi yang ada pada Proyek
melalui peninjauan langsung di Pembangunan Gedung Rumah Sakit
lapangan dan wawancara dengan Bersalin Jeumpa Pontianak
responden atau informan kunci (key Kalimantan Barat yang mempunyai
informan), yang dianggap mengetahui kemungkinan menghasilkan
tentang faktor-faktor waste pada limbah. Jenis limbah (waste) yang
Proyek Pembangunan Gedung Rumah akan diteliti aldalah limbah
Sakit Bersalin Jeumpa. konstruksi dengan lean construction
2. Data sekunder: data yang yaitu:
dikumpulkan dari instansi terkait yang
a. Defects IV. Analisa Data dan Hasil
b. Overproduction
c. Waiting Deskripsi Proyek
d. Over Processing
e. Motion Penulis mengambil lokasi penelitian
f. Transportation sebagai studi kasus yaitu Proyek
g. Invetory Pembangunan Gedung Rumah Sakit Bersalin
Jeumpa Pontianak. Data administrasi proyek
antara lain sebagai berikut:

Mulai 1. Nama proyek: Gedung Rumah Sakit


Bersalin Jeumpa Pontianak
2. Lokasi : Jl. Sultan Syahrir Abdurahman
3. Luas Bangunan : 3496 m2
Studi Literatur 4. Pemilik Proyek : PT. Kanza Medika
Sejahtera
5. Kontraktor Pelaksana: PT. Kita Jaya
Survey Pedahuluan Penelitian Kontraktor
6. Nilai Kontrak: ± Rp.43.000.000.000

Penelitian ini merupakan suatu analisis


Pengumpulan Data untuk mengevaluasi sisa material pada
pelaksanaan proyek konstruksi. Untuk
mendukung analisis diperlukan data teknis
Data Sekunder yang berkaitan langsung dengan proyek
Data Primer
tersebut. Data penelitian yang diperlukan
- Identifikasi waste dan -Data berupa literatur antara lain: Gambar kerja (as buwilt drawing).
lean construction teori yang diperoleh
melalui peninjauan dari buku-buku,
langsung. referensi, jurnal- Metode Pelaksanaan
- Identifikasi waste dan jurnal, serta
lean construction penetilian terdahulu. 1. Pekerjaan kolom
Pelaksanaan dilapangan:
melalui wawancara
- As Built Drawing a. Menyiapkan papan bekisting, besi
atau interview.
beton, dan job mix design dan job
mix formula untuk pekerjaan kolom
beton
b. Penentuan as kolom
Pengolahan Data dan Analisa Titik as kolom diperoleh darii hasil
pengukuran dan pematokan. Hal ini
disesuaikan dengan gambar yang
telah direncanakan. Cara menentukan
Pembahasan Hasil Penelitian as kolom membutuhkan alat-alat
seperti : meteran, tali, paku.
c. Pembesian kolom
Kesimpulan dan Saran 1. Pemebesian atau perakitan
tulangan kolom adalah dilakukan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian (Sumber: dilokasi kegiatan pembangunan.
Diagram Alir Penelitian Skripsi, 2020) 2. Perakitan tulangan kolom harus
sesuai dengan gambar kerja.
3. Selanjutnya adalah pemasangan
tulangan utama. Sebelum
pemasangan sengkang, terlebih
dahulu dibuat tulangan utama.
4. Selanjutnya adalah pemasangan 2. Pekerjaan Balok
sengkang, setiap pertemuan
Pekerjaan balok dilakukan setelah
dengan tulangan utama dan
pekerjaan kolom telah selesai dikerjakan,
sengkang diikat oleh kawat
balok yang digunakan memiliki tipe yang
dengan sistem silang.
berbeda-beda. Balok yang dibuat hanyalah
5. Setelah besi terpasang pada
balok induk. Semua pekerjaan balok dan pelat
posisinya dan cukup kaku, laluu
dilakukan langsung di lokasi yang
dipasang bekisting untuk
direncanakan, mulai dari pembesian,
selanjutnya dilakukan proses
pemasangan bekisting, pengecoran sampai
pengecoran.
perawatan. Pada proyek pembangunan gedung
d. Pemasanagan Bekisting kolom
rumah sakit bersalin jeumpa balok yang
Pemasangan bekisting kolom
digunakan memiliki tipe yang berbeda-beda.
dilaksanakan apabila pelaksanaan
Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama
pembesian tulangan telah selesai
( balok induk) dan balok anak.
dilaksanakan. Berikut ini adalah
a. Tahapan pekerjaan bekisting balok dan
uraian proses pembuatan bekisting
pelat sebagai berikut:
kolom:
1. Pekerjaan pengukuran dan
1. Bersihkan area kolom dan
pengecekan.
marking posisi bekisting kolom
Pengukuran ini bertujuan untuk
2. Membuat bekisting dengan
mengatur/memastikan kerataan
multiplek sesuai ukuran kolom.
ketinggian balok dan pelat. Pada
3. Dirikan bekisting di atas
pekerjaan ini digunakan selang
marking kolom.
waterpass.
e. Pengecoran kolom
2. Pembesian Balok
Langkah kerja pengecoran kolom
Proses pekerjaan pembesian dalam
adalah sebagai berikut :
kegiatan pembangunan ini adalah
1. Persiapan pengecoran Sebelum
sebagai berikut:
dilaksanakan pengecoran, kolom
a. Pembesian atau perakitan
yang akan dicor harus benar-
tulangan balok adalah dilakukan
benar bersih dari kotoran agar
dilokasi kegitan pembangunan.
tidak membahayakan kontruksi
b. Perakitan tulangan balok harus
dan menghindari kerusakan
sesuai dengan gambar kerja.
beton.
c. Selanjutnya adalah pemasangan
2. Pelaksanaan pengecoran
tulangan utama. Sebelum
Pengecoran dilakukan dengan
pemasangan sengkang, terlebih
menggunakan readymix dan
dahulu dibuat tanda di tulnagan
diangkut menggunakan concrete
utama dengan kapur.
pump menuju ke tempat
d. Selanjutnya adalah pemasangan
pengecoran, kemudian
sengkang setiap pertemuan
dimasukan kedlam bekisting
antara tulangan utama dan
kolom hingga kolom tersebut
sengkang diikat oleh kawat
penuh oleh beton. .
dengan system silang.
3. Penuangan beton dilakukan
e. Setelah besi terpasang pada
secara bertahap, hal ini
posisinya dan cukup kaku, lalu
dilakukan untuk menghindari
dipasang bekisting untuk
terjadinya segregasi yaitu
selanjutnya dilakukan proses
pemisahan agregat yang dapat
pengecoran.
mengurangi mutu beton. Selama
proses pengecoran berlangsung,
pemadatan beton menggunakan
vibrator. Hal tersebut untuk
menghilangkan rongga-rongga
udara serta untuk mencapai
pemadatan yang maksimal.
Pengerjaan balok daan pelat dilakukan secara pipa pengecoran yang di sambung-
bersamaan pada dasar : sambung.
2. Alirkan beton ready mix sampai ke
a. Pembekistingan balok lokasi pengecoran, lalu padatkan
Tahap pembekistingan balok adalah dengan menggunakan vibrator.
sebagai berikut: 3. Setelah beton dipadatkan maka
1. Scaffolding dengan masing-masing dilakukan perataan permukaan coran
jarang 50-100cm disusun bejajar dengan menggunakan alat-alat
sesuai dengan kebutuhan dilapangan, manual.
baik untuk bekisting balok maupun 4. Setelah proses pengecoran selesai
pelat. sampai batas pengecoran, maka
2. setelah itu, dipasang dinding bekisting dilakukan finishing.
balok dan kunci dengan paku.
b. Pembekistingan pelat
Tahap pembekistingan pelat adalah Berdasarkan hasil perhitungan as built
sebagai berikut: drawing yang telah diberikan , maka waste
1. Scaffolding disusun bejajar level yang didapat adalah sebagai berikut :
bersamaan dengan scaffolding balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi Tabel 1. Hasil perhitungan waste level (Sumber:
daaripada balok maka scaffolding
Hasil Analisa Perhitungan, 2020)
untuk pelat lebih tinggi daripada
balok.
2. Kemudian dipasang multiplex sebagai No Material Total Total Volume Persentase
alas pelat. Multiplex dipasang serapat yang volume volume sisa sisa
mungkin, sehingga tidak terdapat Digunakan material pembelian material material
rongga yang dapat menyebabkan yang Material material (%)
kebocoran pada saat pengecoran. dibutuhkan di (kg)
3. Semua bekisting rapat terpasang, (kg/m) lapangan
sebaikna dipasang plastic cor agar (kg/m)
dapat mempermudah pembongkaran
saat sudah selesai dilakukan
pengecoran. 1 Besi D-10 5099,84 5235,98 136,14 0,027
c. Tahap pengecoran balok dan pelat 2 Besi D-16 1258,65 1397,86 139,21 0,111
Setelah pekerjaan pembesian balok dan 3 Besi D19 10681,93 10817,33 135,40 0,013
pelat selesai, maka dapat dilakukan 4 Wiremesh 2433,20 2607,00 173,80 0,071
pengecoran. Pengecoran balok dan pelat 5 Beton
dilakukan bersamaan. Pengecoran balok 210,56 216,00 5,44 0,026
Ready
dan pelat dengan menggunakan concrete Mix
pump dengan menggunakan beton ready
mix. Sebelum proses pengecoran
dilaksanakan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan bekisting meliputi:
1. Posisi bekistng haru di cek lagi V. Kesimpulan
apakah sudah sesuai dengan yang Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi
direncanakan. yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
2. Bekisting harus lurus, tegak, tidak sebagai berikut :
bocor, dan kuat. 1. Berdasarkan identifikasi dan
Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat evaluasi,material yang berpotensi besar
adalah sebagai berikut menghasilkan waste yaitu wiremesh
1. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dengan volume waste sebesar 139,21 kg.
dan pelat lantai, digunakan concrete 2. Berdasarkan proses yang menyebabkan
pump yang menyalurkan beton waste pada lean construction, waste
readymix dari truk mixer ke lokasi material terjadi disebabkan oleh oleh over
pengecoran, dengan menggunakan production, waste material terjadi
dikarenakan kurangnya optimasi material Zulaida, C. P., & Yuwono, B. E. (2019,
di proyek oleh pelaksana sehingga September). Analisis Pengelolaan
pemesanan material yang berlebihan. Limbah Konstruksi dengan
Sedangkan over procecessing, waste Metode Lean Constuction.
material yang terjadi karena lambatnya In Prosiding Seminar Intelektual
proses kerja sehingga penggunaan Muda (Vol. 1, No. 2).
material yang ada seperti beton ready mix
K 300 mengalami cacat atau pengerasan.
Sedangkan pada inventory, waste
material terjadi karena tempat
penyimpanan material yang masih kurang
baik. Inventory yang kurang baik ini
menyebabkan material yang rusak
diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa
material, dan terhambatnya pengambilan
material. Sedangkan pada waiting, waste
in time terjadi dikarenakan adanya waktu
tunggu yang terjadi pada logistik
material, sehingga menyebabkan
3. penurunan efektifitas kerja.
4. Material yang memiliki volume waste
tinggi tidak selalu memiliki waste level
yang tinggi juga karena waste level
dipengaruhi bukan hanya oleh volume
waste tetapi rasio volume waste dengan
volume yang direncanakan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
untuk mengurangi waste pada Proyek
Pembangunan Gedung Rumah Sakit
Bersalin Jeumpa Pontianak.

Referensi
Ismail. 2010. Penyebab Waste Material Pada
Saat Pelaksanaan Pembangunan
Konstruksi Bangunan Gedung.

Mudzakir, A. C., Setiawan, A., Wibowo, M.


A., & Khasani, R. R. (2017).
Evaluasi Waste Dan Implementasi
Lean Construction (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Gedung
Serbaguna Taruna Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang). Jurnal
Karya Teknik Sipil, 6(2), 145-158.

Valentino Arya Kusuma, 2010. Evaluasi Sisa


Material Pada Proyek Gedung
Pendidikan dan Laboratorium 8
Lantai Fakultas Kedokteran UNS
Tahap 1. Skripsi Karya Teknik
Sipil Universitas Sebelas Maret.

You might also like