Professional Documents
Culture Documents
Chapter 2
Chapter 2
Chapter 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
dalam wicara atau bunyi bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi
bantu dengar disebut dengan orang yang kurang dengar atau a hard of
9
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
10
2. Etiologi
oleh:
4) Penyakit Meniere.
2) Infeksi;
karena:
1) Gondongan,
3) Meningitis,
a. Masa Pranatal
1) Genetik herediter
b. Masa Perinatal
menangis)
c. Masa Postnatal
konduktif.
menjadi 2, yaitu:
sebagai berikut.
4. Patofisiologis
transmisi suara di dalam serta melalui telinga luar dan telinga tengah.
jernih akan tetapi suara dipersepsikan lemah atau berasal dari tempat
penyakit pada organ Corti atau jaras saraf auditori pada telinga dalam
Gangguan Pendengaran
Infeksi sekunder
Tuli sensorineural Sumbatan oleh Serumen (ISPA Bakteri
Trauma,benda asing streptococcus
koklea
Kelainan masa Hemophylus
Penyebab lain: influenza dll)
kehamilan peningkatan produksi cairan
Tuli mendadak Aplasia (kongenital), labirintis(oleh Ruptur gendang telinga
infeksi viru,bakteri), intoksikasi obat serosa
(sterptomisin, kanamisin, garamisin,
Perubahan struktur
Penyebab tertentu neomisin, kina, asetosal, alkohol), Invasi bakteri
koklea&nervus akustik
trauma kapitis, trauma akustik akumulasi cairan mukus dan
serosa
Iskemia koklea
Kurang pendengaran, tinitus, infeksi telinga tengah (kavum
Atrofi & perubahan sel-sel
sukar menangkap percakapan timpani, tuba eustachius)
rambut getar koklea, perubahan Tuli timbul mendadak ruptur membran timpani
vaskularis, jumlah&ukuran sel
karena desakan
gangliion saraf menurun tekanan udara pada telinga
Tuli unilateral, bilateral Kesulitan berkomukasi tengah
Pendengaran berkurang terutama grup sekret keluar dan berbau
secara perlahan, tidak enak (otorrhoe)
Tinitus,
progresif&simetris pada
gagal retraksi membran timpani
kedua telinga Perubahan status
menjalani Mk : Harga
kesehatan
hubungan Diri Rendah
MK: nyeri
Sensasi pendengaran personal hantaran suara/udara yang Kongenital
dengan intensitas yang diterima menurun
rendah Mk : Isolasi Sosial
MK: Gangguan
Komunikasi Verbal
16
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
(Anggaresta, 2017)
17
6. Manifestasi Klinis
keras
indra penglihatannya.
mengalami gangguan.
suaranya sendiri.
7. Perkembangan Wicara
bermula sejak awal lahir dan berkembang sesuai umur (Bashirudin, dkk,
2012).
2013).
8. Pemeriksaan Pendengaran
a. Tes Weber
tulang yang sakit dengan tulang yang sehat (Bhasirudin, dkk, 2012).
di garis tengah kepala (dahi, pangkal hidung, tengah gigi seri, atau
sebagai berikut:
1) Getarkan garputala
tulang hidung
Interpretasi:
yang sehat
b. Tes Rinne
cm. apabila masih terdengar disebut Rinne positif (+), jika tidak
dilakukan adalah
telinga.
Interpretasi:
c. Tes Schwabach
bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, maka telinga
1) Tes Audiografi
2) Timpanometri
(a) Tujuan :
telinga tengah
menghilangnya
(b) Prosedur:
(timpanogram).
(c) Interpretasi
4) Elektrokokleografi
pendengaran.
f. Tes Keseimbangan
1) Tes Romberg
atau jatuh.
2) Tes Nistagmus
Hawks, 2014).
permainan.
2) Timpanometri
ini dapat dilakukan pada anak usia lebih dari 4 tahun yang
250, 500, 1000, 2000, 4000, dan 8000 Hz. Hantaran udara
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier
rehabilitasi
1. Pengkajian
Menurut Badi’ah dan Suryani (2017) beberapa hal yang perlu dikaji
adalah
4) Perubahan pendengaran
renang?
melakukan percakapan?
tersebut bekerja?
a. Riwayat
jelas.
3) Keluhan Utama
kemungkinan penyebab.
gizi ibu hamil pada sebelum terjadi kehamilan dan saat terjadi
5) Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu
Badi’ah, 2017).
keluarga.
8) Riwayat Imunisasi
9) Riwayat Pembedahan
komplikasi.
10) Alergi
musiman.
11) Medikasi
b. Pemeriksaan Fisik
1) Telinga Luar
2) Liang Telinga
2. Diagnosa Keperawatan
pendengaran
3. Intervensi Keperawatan
pendengaran
sebagai berikut
berbicara
2) Terapi Seni
digunakan
karya seni
perkembangan
(Atmaja, 2018).
5) Terapi bermain
kehilangan
harga diri
tanda-tandanya
lain
(SLKI, 2019).
lain
hubungan
komunikasi
4. Implementasi Keperawatan
maupun tidak langsung (Potter dan Perry, 2010). Seorang perawat harus
5. Evaluasi Keperawatan