Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Contents list avaliable at Google Scholar

Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran


ISSN: (Online)
Journal Homepage: https://tarbiyah.jurnalikhac.ac.id/index.php/andragogi/index

Penerapan Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran


Fiqih Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’sum1, Zakariyah2,
DOI:

Info Artikel Abstract

Keywords: The article aims to describe the planning and implementation of authentic
Authentic Assessment, assessment, as well as the obstacles faced by teachers in authentic assessment.
Fiqh Lessons, Islamic This article uses a qualitative approach. The method of data collection is through
Elementary School document study, observation, and interviews. Data were analyzed by descriptive
analysis. The subject of this research is the fifth grade fiqh teacher at (Islamic
Eelemtary School/Madrasah Ibtidaiyah) MI Hidayatus Shibyan Kemuning
Menunggal Kedamean Gresik. The research object is the planning,
Kata kunci: implementation, and obstacles experienced by the fifth grade fiqh teacher in
Penilaian Autentik, authentic assessment. The results of the study on the application of authentic
Pelajaran Fiqih, assessment on fiqh subjects for class V showed that; First, planning the
Madrasah Ibtidaiyah. assessment is done by making a syllabus, compiling indicators of achievement,
and a Learning Implementation Plan. Second, the assessment is carried out in
accordance with competency standards, lesson plans and existing teacher
manuals, and finally the assessment reporting process by calculating daily grades
and student assignments is then written in student report cards. Third, the
obstacles for class V fiqh teachers in carrying out authentic assessments are the
large number of students, the number of assessments that must be carried out,
and the availability of time in conducting the assessment.

Abstrak
Artikel bertujuan untuk mendiskripsikan perencanaan dan pelaksanaan
penilaian autentik, serta kendala yang dihadapi guru dalam penilaian autentik.
Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data
melalui studi dokumen, observasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan
analisis deskriptif. Subjek penelitian ini yaitu guru fiqih kelas V MI Hidayatus
Shibyan Kemuning Menunggal Kedamean Gresik. Obyek penelitian adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan hambatan yang dialami guru fiqih kelas V dalam
penilaian autentik. Hasil penelitian penerapan penilaian autentik pada mata
pelajaran fiqih kelas V menunjukkan bahwa; Pertama, perencanaan penilaian
dilakukan dengan membuat silabus, menyusun indikator pencapaian, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran. Kedua, pelaksanaan penilaian dilakukan
sesuai dengan mengacu pada standar kompetensi, RPP dan buku panduan guru
yang telah ada, dan terakhir proses pelaporan penilaian dengan mengkalkulasi
nilai harian dan tugas-tugas siswa kemudian di tulis dalam rapor siswa. Ketiga,
hambatan guru fiqih kelas V dalam pelaksanaan penilaian autentik adalah
banyaknya jumlah peserta didik, banyaknya penilaian yang harus dilakukan, dan
ketersediaan waktu dalam melakukan penilaian.

1Institut Pesantren Kh. Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Indonesia


Email: Masumshinho1976@gmail.com
2 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia
Email: anasdt16@gmail.com
Volume 1 ;issue 2; 2021
Received 2/8/2021; Received in revised form 30/8/2021; Accepted 5/9/2021
This is an open access article under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License,
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1 ( 1), Pages 40-51

Ma`sum, Zakariyah
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai aspek dari upaya untuk peningkatan mutu sumber daya manusia.
Pendidikan juga menjadi perangkat terpenting dan efektif guna mentransformasi kemajuan dalam
suatu bangsa (Ilmi et al., 2021; Wahyuni & Bhattacharya, 2021). Berlandaskan pemikiran seperti ini,
pendidikan mempunyai pengaruh dalam rangka membentuk pribadi manusia dan jati diri suatu
bangsa. Karena, membangun diri, komunitas, dan alam semesta menjadi harapan yang diperoleh dari
pendidikan manusia. Pendidikan ialah sebagai media untuk membentuk insan kamil (manusia
seutuhnya), baik untuk meningkatkan pengetahuan (kognitif), dan sikap (afektif), ataupun
keterampilan (psikomotorik)(Nata, 2016).
Arti pendidikan memberikan gambaran bahwa pendidikan dilaksanakan dengan kesadaran
untuk memberikan bekal kepada peserta didik dengan bermacam-macam kemampuan dan skill serta
membentuk pribadi yang baik supaya dapat menjadi orang yang memiliki keimanan dan ketaqwaan
guna menghadapi masa depan yang memiliki manfaat untuk agama, bangsa, ataupun Negara
(Ridwan, 2018). Banyak unsur yang berperan dalam menumbuhkembangkan potensi siswa supaya
dapat menggapai tujuan pendidikan misalnya pendidik, fasilitas yang memadai, prasarana dan
sarana, gedung yang menunjang tetapi kurikulum merupakan unsur yang paling utama (Muslimin &
Kartiko, 2020).
Kurikulum menjadi bagian dari daya pendidikan yang dapat berkontribusi yang signifikan
dalam proses menumbuhkembangkan kualitas potensi siswa (Agustinus, 2014). Kurikulum secara
konseptual ialah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa untuk
pembangunan generasi muda bangsa (Bahrissalim & Fauzan, 2018). Kurikulum, secara pedagogis
adalah rancangan pendidikan yang memberikan kesempatan siswa menumbuhkembangkan
potensinya pada suasana pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya agar mempunyai kualitas yang sesuai dengan keinginan masyarakatnya dan bangsa
(Mania, 2014).
Proses belajar mengajar sebagai usaha yang dilakukan untuk mencapai Kompetensi Dasar yang
ditetapkan kurikulum. Sementara, aktifitas penilaian dilaksanakan untuk pengukuran dan penilaian
tingkat capaian KD (Jeprianto et al., 2021). Selain itu penilaian dimanfaatkan untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan proses belajar mengajar, sebagai dasar untuk mengambil keputusan dan
selanjutnya digunakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran (Indana, 2018). Karenanya
kurikulum dan proses pembelajaran membutuhkan dukungan sistem penilaian yang baik,
direncanakan dan berkelanjutan. Proses pendidikan berhasil atau tidak salah satunya ditentukan
dengan sistem penilaian yang dipakai sehingga dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan
dibutuhkan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan (Winkel, 1984).
Penilaian ialah usaha untuk mengoreksi dirinya atau hal lain yang dikerjakan. Begitu juga
dalam pendidikan, penilaian adalah suatu alat untuk ukur keberhasilan dalam sebuah pendidikan
(Ramayulis & Nizar, 2009). Penilaian merupakan istilah yang digunakan oleh pendidik untuk menilai
siswa dalam proses pembelajaran. Tahap paling urgen dalam menilai yakni mengumpulkan data atau
informasi (Waizah & Herwani, 2021). Mengumpulkan informasi inilah yang dapat dijadikan oleh
seorang pendidik dalam menilai peserta didik sebagai pengukuran. Dalam menilai, hasil informasi
yang terkumpul dijadikan sebagai hasil belajar siswa bidang sikap spiritual dan sosial, pengetahuan
dan keterampilan (Ashaari et al., 2012).
Dasar hukum penilaian adalah Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian
pendidikan yaitu kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah (RI, 2016). Standar penilaian
pada kurikulum 2013 ini mempunyai tujuan menjamin dalam merencanakan penilaian sesuai dengan
KI dan KD yang akan diraih siswa dengan menggunakan prinsip-prinsip yang mendidik, efektif, dan

42
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1( 1), Pages 40-51

Implementasi Kurikulum Diniah Pada Masa Pandemi Covid-19


berdaya guna, serta menjadi laporan hasil belajar kepada siswa dilaksanakan secara independen,
terbuka dan memberi informasi. Perubahan paradigma dari behavioristik ke kontruktivisme
memunculkan masalah baru bagi pendidik dalam proses belajar mengajar dan penilaian. Dalam
paradigma kontruktivisme, penilaian harus memberikan gambaran seutuhnya tentang sikap spiritul,
sikap sosial, aspek pengetahuan dan keterampilan siswa yang dihubungkan dengan kehidupan
peserta didik diluar sekolah serta cara membuat format penilaiannya (Kusaeri & Suprananto, 2012).
Pada kurikulum 2013 penekanan penilaian ialah penilaian autentik yang menuntut pendidik
saat melaksanakan penilaian dalam pembelajaran harus dengan mencermati ketentuan-ketentuan
yang berlaku pada penilaian autentik. Dengan penilaian autentik keberhasilan siswa dapat diketahui
pada penguasaan kompetensi inti dan dasar maupun materi yang sudah diajarkan pendidik. Apabila
dalam menilai terjadi kesalahan maka akan terjadi kesalahan pula dalam informasi kualitas
pembelajaran dan ketercapaian tujuan pendidikan (Mariana & Permadi, 2020).
Penilaian autentik ialah penilaian dari pendidik yang dilaksanakan secara langsung, pendidik
memberikan nilai pada hal-hal yang dikerjakan siswa pada kehidupan kesehariannya. Kinerja peserta
didik menjadi pusat dalam penilaian autentik. Karena itu pendidik dituntut selalu memberikan nilai
berdasarkan kenerja siswa pada waktu masih didalam kelas. Guru dapat memakai teknik penilaian
yang bermacam-macam sesuai karakter materi yang akan dinilai dan dalam implementasinya
pendidik melakukannya mengikuti prosedur penilaian (Atikah et al., 2013).
Penilaian autentik tidak hanya mengukur pengetahuan siswa, namun lebih ditekankan untuk
mengukur apa yang dapat dilaksanakan siswa. Guru dalam penilaian autentik harus mempunyai
pengetahuan yang luas mengenai pengalaman ataupun masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari (FADLILLAH, 2014). Dengan pengalaman dan persoalan kehidupan nyata pendidik mampu
memberikan contoh-contoh yang mungkin bisa dipecahkan oleh siswa. Apa yang dapat dilaksanakan
siswa, itulah yang menjadi dasar pijakan dalam penilaian autentik.
Pendidik di MI Hidayatus Shibyan dalam mengimplementasikan penilaian autentik banyak
mengalami permasalahan pada penilaian autentik. Ini berarti bahwa guru-guru atau pendidik
mempunyai kesulitan dalam menerapkan penilaian autentik, padahal penilaian autentik adalah hal
wajib dalam kurikulum 2013. Penilaian kompetensi sikap, pendidik mengalami kesulitan pada
penilaian diri, apabila terdapat peserta didik yang tidak jujur dalam menilai dirinya. Penilain diri
ialah cara menilai dengan menyuruh peserta didik menyampaikan kelebihan dan kekurangannya
pada pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial (Kunandar, 2013). Pelaksanaan
penilaian diri terdapat kelemahan yakni peserta didik lebih cenderung subjektif, dengan skor tinggi
menilai dirinya sendiri, membutuhkan persiapan yang matang dan menggunakan alat ukur yang
sesuai, siswa dalam menilai dirinya terkadang tidak konsisten, hasil penilaian diri kurang akurat, dan
peserta didik tidak memahami kemampuannya sendiri.
Sebenarnya penilaian autentik sudah diterapkan oleh guru Agama dan pendidikan
kewarganegaraan pada aspek sikap dengan memakai penilaian diri. Namun pada pelaksanaanya,
pendidik memberikan nilai sikap peserta didik tidak berlangsung secara keseluruhan, tetapi pendidik
melakukannya pada tiap bab yang dipelajarinya. Bila seperti itu dimungkinkan hanya sebagian dan
satu kompetensi yang dinilai, spiritual saja atau sikap sosial saja.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilakukan di MI Hidayatus Shibyan. Penelitian ini mempunyai fokus pada
pemahaman guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengidentifikasi faktor pendukung dan
penghambat dalam penerapan penilaian autentik. Subjek dalam penelitian ini diantaranya Wakil
Kepala Madrasah bagian Kurikulum, Guru mata pelajaran fiqih Kelas V. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian yakni lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar dokumentasi. Dalam

43
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1 ( 1), Pages 40-51

Ma`sum, Zakariyah
penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan sebelum, selama dan setelah melakukan penelitian
di lapangan. Pada saat berada di lapangan atau melakukan penelitian analisis data dengan
mengumpulkan data, kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), penarikan
kesimpulan (conclusion drawing). Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan langkah
triangulasi. Triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi sumber dan metode. Menggali satu sumber
yang sama dengan metode yang berbeda.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tahapan dalam penelitian dilakukan pada 22 Maret 2021 sampai dengan tanggal 8 Mei 2021
mendapatkan berbagai macam data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan study dokumentasi
tentang penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran fiqih kelas V di MI Hidayatus Shibyan
Kemuning Menunggal Kedamean Gresik.
Menurut hasil observasi yang dilaksanakan di kelas V mata pelajaran fiqih peneliti
mendapatkan informasi bahwa pendidik sudah mempersiapkan instrumen dan rubrik penilaian
untuk menilai sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan peserta didik sebagaimana
dengan teknik yang ditetapkan dengan didukung oleh kelengkapan dokumen pendidik yang
berbentuk administrasi pembelajaran yang meliputi; analisis alokasi waktu atau rencana pekan
efektif, program tahunan, program semester, pemetaan SK KD, kriteria ketuntasan minimal, dan
instrumen penilaian.
Studi dokumentasi menghasilkan pengamatan terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang dibuat oleh guru fiqih menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat guru pada penilaian
kompetensi sikap sosial, ialah sikap peduli dan rela berkorban pada materi kurban dan sikap sabar,
disiplin, dan tanggung jawab pada materi haji dan umroh dengan menggunakan rubrik penilaian dan
rating scale (skala penilaian) memakai kriteria penilaian 4 berarti sudah membudaya, mulai
berkembang dinilai 3, 2 berarti mulai terlihat, dan sikap belum terlihat dinilai 1. Guru
mengembangkan instrumen penilaian tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan essai untuk menilai
kompetensi pengetahuan.
Penerapan Penilaian Autentik. Salah satu komponen dari kurikulum 2013 adalah penilaian
autentik yang harus dilakukan oleh pendidik pada waktu proses belaja mengajar. Penilaian autentik
mempunyai tujuan utama yaitu guna mendapatkan pengetahuan mengenai aspek-aspek penting yang
dipunyai peserta didik guna membantu untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang sudah
ditentukan. MI Hidayatus Shibyan Kemuning sudah menerapkan kurikulum 2013 mulai tahun
pelajaran 2014/2015 sampai saat ini yakni tahun pelajaran 2020/2021. MI Hidayatus Shibyan dalam
melaksanakan kurikulum 2013 dengan tahap 2 kelas setiap tahun pelajarannya. Para guru secara
umum sudah mengetahui penilaian autentik pada kurikulum 2013 melalui aktifitas rapat yang
diselenggarakan madrasah, pelatihan yang diadakan oleh KKG/MGMP atau oleh pemerintah.
Hasil wawancara terhadap wakil kepala madrasah dan salah satu guru diperoleh sebagian guru
mengikuti kegiatan pelatihan, diharapkan hasil pelatihan menjadi bekal pengetahuan mengenai
Kurikulum 2013, dan pendidik dapat menerapkan penilaian autentik yang menjadi salah satu aspek
dalam Kurikulum 2013. Walaupun pada waktu mengikuti pelatihan tidak dibahas secara khusus
aspek-aspek penting dalam mata pelajaran tertentu, akan tetapi dengan adanya pelatihan diharapkan
dapat memberi gambaran umum mengenai kurikulum 2013, sehingga keefektifan dalam
melaksanaannya diserahkan pada masing-masing guru, untuk menerapkannya aspek-aspek yang ada
pada kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran.
Madrasah juga melakukan kegiatan pelatihan secara khusus untuk semua guru untuk
menindaklanjuti kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten tentang
Kurikulum 2013. Materi yang disampaikan banyak mengarah pada kompetensi inti dan model

44
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1( 1), Pages 40-51

Implementasi Kurikulum Diniah Pada Masa Pandemi Covid-19


pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013. Berlandaskan hasil wawancara didapatkan
informasi semua guru mata pelajaran di MI Hidayatus Shibyan sudah menerima bekal pemahaman
dan pengetahuan mengenai cara menerapkan kurikulum 2013. Syarat umum dalam penilaian
autentik kurikulum 2013 adalah guru tidak hanya mampu dalam menilai aspek pengetahuan atau
kognitif sebagaiman yang sudah dijalankan dan dikembangkan selama ini, tetapi guru dituntut
memiliki kapasitas untuk memberikan penilaian pada aspek lainnya yakni aspek afektif (sikap) dan
psikomotorik (keterampilan). Pendidik mutlak mempunyai kemampuan dalam penerapan penilaian
pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada saat proses pembelajaran dilangsungkan
ataupun pada saat sudah melaksanakan pembelajaran (output).
Kemampuan guru dalam penerapan semua bentuk penilaian yang ada dalam kurikulum 2013
pada waktu pembelajaran menjadi hal yang penting dalam pelaksanakan penilaian autentik di
madrasah (Ashaari et al., 2012). Meskipun yang dinilai adalah kompetensi yang mempunyai sifat
terpadu dan mendapatkan dukungan dari bentuk penilaian yang komprehensif, namun dalam
penerapannya di MI Hidayatus Shibyan, tidak semua bentuk penilaian untuk mengukur kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat diterapkan oleh semua guru mata pelajaran
dalam pembelajaran. Penyebab dari hal tersebut adalah kemampuan yang dimiliki guru mata
pelajaran dalam menerapkan penilaian autentik dan memahami karakteristik, strategi, dan
menerapkan metode serta kendala yang dihadapi terhadap teknis penilaian berbeda.
Dalam penerapan penilaian autentik, ketika melaksanakan penilaian dalam kegiatan
pembelajaran ada hal penting yang menjadi perhatian yakni penilaian dilakukan secara
komprehensip mencakup aspek afektif kognitif dan psikomotorik pada penilaian (Kunandar, 2013).
Pada aspek afektif atau sikap bentuk penilaian yang dipergunakan dengan teknik penilaian
diri, observasi, jurnal, dan penilaian antar teman (Drugan, 2013). Sangat ideal apabila seluruh bentuk
penilaian bisa dilakukan seluruhnya, akan tetapi guru masih belum mampu memaksimalkan dalam
pelaksanaannya sebagaimana dengan tahapan dan bentuk penilaian yang sudah ditentukan. Bentuk
penilaian sikap secara umum semua guru di MI Hidayatus Shibyan sudah mengetahuinya, akan tetapi
dalam penerapannya ada beberapa pendidik yang belum melakukannya semaksimal mungkin dari
segi mekanisme melaksanakan penilaian ataupun dalam menyediakan instrumen penilaiannya.
Penilaian autentik adalah menjadi bagian penting pada kurikulum 2013, sebab bagi pendidik
diharapkan dapat menerapkan penilaian autentik pada waktu pembelajaran dilangsungkan. Khusus
bagi pendidik mata pelajaran fikih, karena melalui penilain yang dilaksanakan, pendidik bisa
mengukur keberhasilan pembelajaran dan perkembangan sikap dan perilaku siswa. Analisa peneliti
berlandaskan hasil observasi dan wawancara maka bentuk penilaian yang paling sering dipergunakan
pendidik pada aspek afektif ialah teknik observasi yakni dengan didapatkannya ketersediaan
pedoman observasi sebagai penilaian yang disiapkan pendidik setiap melakukan pembelajaran.
Pendidik melaksanakan observasi dengan peran menjadi penilaian individu melalui pengamatan
terhadap siswa pada waktu berlangsungnya pembelajaran atau di luar pembelajaran. Pengamatan
terhadap siswa pada waktu berlangsungnya pembelajaran atau di luar pembelajaran dilakukan
supaya pendidik tidak terjadi kesalahan dalam memberi penilaian pada aspek sikap.
Aspek kognitif atau pengetahuan. Kurikulum 2013 mengamanatkan aspek pengetahuan yang
terdapat pada Kompetensi Inti 3. Penilaian aspek kognitif dapat berbentuk tes lisan, tes tertulis, atau
memberikan tugas. Penerapan penilaian autentik aspek kognitif di MI Hidayatus Shibyan seluruhnya
bisa dilakukan pendidik untuk memperoleh pengetahuan tentang perkembangan pengetahuan
peserta didik, pendidik melaksanakan penilaian pengetahuan dengan penilaian harian, menghafalkan
atau penugasan lainnya, PTS, dan PAS. Pelaksanaan penilaian aspek pengetahuan ini pada waktu
pembelajaran disebabkan bentuk penilaian ini lebih mudah dilakukan pendidik.
Walaupun pada waktu melakukan observasi peneliti tidak melihat kegitan tes pengetahuan
yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik, namun dokumentasi menemukan adanya daftar nilai

45
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1 ( 1), Pages 40-51

Ma`sum, Zakariyah
dan raport yang dipergunakan pendidik untuk mendokumentasikan hasil hafalan, tugas harian, PTS,
dan PAS, dari tes yang dilaksanakan guru.
Analisa peneliti berlandaskan hasil observasi dan wawancara, bentuk penilaian tes tertulis
mendominasi penilaian ranah kognitif yang dipergunakan oleh guru. Tes tulis sudah dipergunakan
sejak dahulu menjadi bentuk penilaian untuk siswa, yang meliputi memilih (pilihan benar atau salah,
pilihan ganda, menjodohkan, sebab akibat dan ya atau tidak), mensuplai jawaban, dan uraian (singkat
atau essay). Mensuplai jawaban dapat berbentuk melengkapi atau isian singkat, jawaban pendek, dan
uraian. Tes tulis yang menggunakan bentuk uraian menuntut siswa untuk dapat memahami,
mengingat, menerapkan, menganalisis, mengorganisasikan, mensintesis dan lainnya sedangkan tes
tulis dengan bentuk esai, siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan sendiri jawaban yang
tidak sama dengan teman sekelasnya.
Aspek keterampilan merupakan penjabaran KI-4 pada kurikulum 2013. Penilaian pada aspek
keterampilan meliputi penilaian proyek, kinerja, dan portofolio. Penerapan penilaian autentik pada
ranah psikomotorik di MI Hidayatus Shibyan dapat diketahui bahwa penilaian keterampilan pada
mata pelajaran fikih dapat dilaksanakan pada waktu siswa mempraktekkan contohnya
mempraktekkan pengalaman menerapkan tata cara haji. Saya dapat melaksanakan penilaian kinerja
(praktek) dengan menyediakan pedoman penilaian mulai dari cara siswa melafalkan setiap do’a
dalam haji sampai kepada gerakan yang dikerjakan mulai ihrom, wuquf, jumrah, sa’i, sampai thawaf.
Penilaian dengan kategori baik, sedang dan cukup pada kefasihan bacaan dan kebenaran dalam
melaksanakan gerakan.
Disamping penilaian autentik dilakukan pada aspek keterampilan dengan mempraktekkan
haji, dapat juga pada ibadah lainnya seperti shalat, wudlu, dan lai-lain. Penilaian praktek pada aspek
keterampilan, kita dapat menggunakan penilaian dengan produk berupa karya tulis dengan
penugasan pada peserta didik pokok bahasan ketentuan berqurban. Tujuannya ialah supaya siswa
lebih memperhatikan secara seksama hal-hal yang sudah dipraktekkan ketika membuat laporan pada
kegiatan praktek berlangsung. Laporan yang baik tergantung dari tingkat keseriusan mereka dalam
bekerja dan menuangkan ide yang telah mereka praktekkan kedalam sebuah laporan tertulis.
Hasil wawancara membuktikan dengan adanya penilaian produk dan tugas praktek pada
daftar cek ketersediaan dokumen. Walaupun dalam melaksanakan penilaian portofolio belum
maksimal, hasil wawancara bisa dipahami bahwa dalam melaksanakan penilaian, guru fikih di MI
Hidayatus Shibyan tidak hanya menitikberatkan pada aspek pengetahuan saja melainkan juga aspek
keterampilan yang mempunyai fungsi sebagai penunjang pengetahuan siswa.
Penulis menganalisis berlandaskan hasil observasi dan wawancara ialah pada ranah
psikomotorik guru menggunakan bentuk penilaian yang dominan yaitu penilaian praktek. Penilaian
praktek ialah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan mengerjakan sesuatu kegiatan
yang sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. Penilaian praktek menjadi bentuk penilaian yang
paling dominan dipergunakan sebab pada waktu peneliti melaksanakan penelitian, penilaian praktek
menjadi indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Bentuk penilaian yang dipergunakan pada
aspek ini sebetulnya bergantung pada indikator pembelajaran yang hendak dicapai.
Mengamati daftar cek ketersediaan dokumen pada observasi, penilaian proyek yang
dilaksanakan pendidik belum maksimal sebab memerlukan waktu cukup lama padahal penilaian
proyek seyogyanya dilaksanakan 2-3 kali dalam satu semester. Pendidik mata pelajaran fikih
beranggapan penilaian autentik terlalu banyak dan item sedikit rumit yang perlu dinilai. Hasil
observasi dan wawancara tersebut, peneliti bisa mendeskripsikan bahwa faktor penghambat
penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran fikih yakni, kurangnya ketersediaan buku paket
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, banyaknya jumlah peserta didik, beragamnya jenis
penilaian, dan kesulitan dalam penyesuaian antara jenis penilaian dengan karakter siswa.

46
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1( 1), Pages 40-51

Implementasi Kurikulum Diniah Pada Masa Pandemi Covid-19


Menilik dari sebagian hambatan yang ditemui pendidik dalam menerapkan penilaian autentik
pada mata pelajaran fikih bisa diambil kesimpulan bahwa hambatan yang paling banyak ada pada
individu pendidik yakni kemampuan pendidik dalam menerapkan penilaian autentik, pengasahan
kemampuan dan memperluas wawasan dalam penerapan penilaian autentik dengan baik sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013.
Diskusi
Penulis harus mendiskusikan hasil penelitian dan dapat diinterpretasikan dalam perspektif
studi sebelumnya. Temuan dan implikasinya harus didiskusikan dalam konteks seluas mungkin. Arah
penelitian di masa depan juga dapat disorot. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilaksanakan
secara menyeluruh untuk menilai mulai dari input (masukan), proses dan keluaran (output)
pembelajaran yang bisa dilaksanakan untuk semua ranah penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (Mania, 2014). Penilaian autentik memiki
relevansi kuat kepada pendekatan ilmiah dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Penilaian autentik dapat memberikan gambaran peningkatan hasil belajar siswa,
baik dalam rangka mengobservasi, mencoba, menalar, membangun jejaring, dan sebagainya
(Kunandar, 2013).
Penilaian autentik harus dapat memberikan gambaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang telah dan belum dipunyai siswa, bagaimana peserta didik menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya menjadi sikap, perilaku dan keterampilan dalam kegiatan kesehariannya. Berdasarkan hal
tersebut, pendidik bisa melakukan identifikasi pada materi yang akan diberikan pengayaan dan
remedial (Tamrin et al., 2021).
Pada aspek perencanaan penilaian autentik Kurikulum 2013 sudah dilakukan masing-masing
pendidik. Sebagai bukti kesiapan guru dalam melaksanakan penilaian autentik adalah guru sudah
mempersiapkan instrumen dan rubrik penilaian yang akan digunakan untuk setiap teknik penilaian.
Penyusunan instrumen dan rubrik penilaian untuk menilai sikap (religius dan sosial), menilai
pengetahuan dan menilai keterampilan. Penilaian pembelajaran dalam Kurikulum 2013
menggunakan penilaian autentik (Cahyani & Satriyani, 2020). Hasil penemuan penelitian tersebut
senada dengan Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 mengenai penilaian hasil
belajar oleh guru pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang menjelaskan Kurikulum 2013
memberikan persyaratan untuk menggunakan penilaian autentik dalam penilaian. Standar penilaian
dalam Permendikbud nomor 66 tahun 2013, mengamanatkan dalam merencanakan penilaian
autentik pada pembelajaran, guru merencanakan program penilaian dengan membuat format yang
disesuaikan dengan standar yang ditetapkan secara Nasional, sehingga diharapkan dapat memenuhi
dengan apa yang sudah menjadi standar.
Penjelasan guru mata pelajaran fiqih tersebut didukung dengan hasil observasi melihat
instrumen dan rubrik penilaian, peneliti bisa menyimpulkan bahwa penilaian autentik mata pelajaran
fikih mempunyai persepsi yang hampir sama dengan penilaian autentik pada mata pelajaran lain
dalam pembelajaran, yakni penilaian yang dilaksanakan secara langsung dalam aktifitas proses
belajar mengajar, penilaian dilaksanakan tidak membuat penilaian terhadap hasil akhir saja, tetapi
menilai seluruh aspek dan semua proses dalam pencapaian proses belajar mengajar. Pada kurikulum
2013 prinsip penilaian ialah yang dinilai tidak hanya aspek pengetahuan saja, melainkan
keterampilan dalam mempraktikkan pengetahuan dan sikap juga dinilai. Guru merancang dan
menyusun penilaian yang disesuaikan dengan program pembelajaran. Guru sebelum menyusun
rencana penilaian, ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki seperti penjelasan guru mata
pelajaran fikih.
Dengan demikian pendidik dalam melakukan penilaian harus disesuaikan dengan perencanaan
penilaian yang dibuat pada program penilaian yang merupakan penjabaran dari program tahunan
dijabarkan kembali pada program semester yang sudah disesuaikan dengan program penilaian dalam

47
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1 ( 1), Pages 40-51

Ma`sum, Zakariyah
silabus, dari silabus diuraikan secara lebih jelas pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Merancang program penilaian dibuat dalam merencanakan satu tahun dalam program pembelajaran.
Program tahunan adalah program berisi garis-garis besar yang hendak dicapai untuk setiap mata
pelajaran dan kelas, dalam satu tahun dan guru mata pelajaran yang bersangkutan yang
mengembangkannya. Guru memiliki kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran
dalam satu tahun yang akan dilaksanakannya. Sebelum menyusun program tahunan guru terlebih
dahulu menentukan jumlah minggu efektif, minggu tidak efektif dalam satu tahun pelajaran. Program
tahunan berisi kegiatan pembelajaran, penilaian harian, penilaian tengah semester dan penilaian
akhir semester. Senada dengan hal tersebut, maka semua pendidik yang menjadi sumber data pada
penelitian ini sudah mempunyai program tahunan dijabarkan pada program semester yang
disesuaikan dengan silabus, dan kemudian diuraikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru fikih kelas V di MI Hidayatus Shibyan sudah
mempersiapkan dengan sebaik-baiknya untuk melakukan penilaian pembelajaran. Penilaian autentik
pada tahap perencanaan, pendidik mempersiapkan instrumen dan rubrik penilaian guna memberikan
penilaian dalam proses dan menilai hasil pembelajaran peserta didik yang mencakup 3 aspek yakni
aspek sikap spiritual, sikap sosial aspek pengetahuan dan keterampilan. Penemuan penelitian diatas
sejalan dengan pendapat (Kurniasih & Sani, 2014) yang mengatakan penilaian autentik peserta didik
meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilaksanakan secara seimbang.
Berlandaskan hasil penelitian menjelaskan bahwa penerapan penilaian autentik pada mata
pelajaran fikih kelas V di MI Hidayatus Shibyan sudah dilakukan pada tiga aspek yakni aspek afektif
(sikap), aspek kognitif (pengetahuan) dan aspek psikomotorik (keterampilan). Penilaian pada aspek
sikap menurut hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa pendidik melakukan dan
memahami bentuk penilaian autentik aspek sikap dengan kegiatan penilaian diri, observasi, penilaian
antar teman, dan jurnal. Walaupun keempat bentuk penilaian tersebut sudah dipergunakan pendidik
tetapi dalam melaksanakannya belum berjalan secara maksimal. Namun dibalik kesulitan yang
dialami pendidik dalam melakukan semua bentuk penilaian, para guru tetap berupaya untuk dapat
melakukannya sesuai dengan tuntutan penilaian.
Berdasarkan hasil dari pedoman dokumentasi yakni daftar cek ketersediaan dokumen,
memberikan bukti bahwa guru menyiapkan instrumen penilaian sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran dan sudah disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai dalam mata pelajaran.
Observasi dilakukan pendidik melalui pengamatan terhadap sikap, kegiatan, keterampilan siswa pada
waktu pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
Menurut hasil wawancara dan observasi memperlihatkan pendidik sudah memahami dan
melaksanakan bentuk-bentuk penilaian autentik pada ranah sikap yakni penilaian diri, observasi,
penilaian antar teman sejawat, dan jurnal. Walaupun semua bentuk penilaian sudah dipergunakan
pendidik namun dalam melaksanakannya belum berjalan secara maksimal. Namun ketika pendidik
melakukan segala bentuk penilaian ada kesulitan, guru tetap melakukan upaya untuk melakukan
amanat penilaian dalam kurikulum 2013.
Adapun hasil daftar cek ketersediaan dokumen, menunjukkan ketersedian instrumen-
instrumen penilaian yang sudah disiapkan pendidik setiap ketika akan melakukan proses belajar
mengajar dan sudah sesuai dengan kompetensi yang akan diraih pada mata pelajaran yang
diampunya. Penilaian observasi dilakukan pendidik dengan melakukan pengamatan terhadap sikap
atau perilaku siswa pada waktu proses belajar mengajar sedang dilakukan maupun di luar proses
belajar mengajar. Selain itu, penulis juga memperoleh adanya jurnal yang dipergunakan untuk
mencatat kejadian penting yang terjadi pada peserta didik, baik yang berbentuk permasalahan
ataupun prestasi yang dilakukan siswa, walaupun dalam melaksanakannya belum maksimal.

48
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1( 1), Pages 40-51

Implementasi Kurikulum Diniah Pada Masa Pandemi Covid-19


Aspek pengetahuan meliputi tes tulis, tes lisan dan penugasan sudah dilakukan dengan baik.
Pendapat guru fiqih yang menjadi nara sumber waktu wawancara, menjelaskan diantara semua aspek
penilaian yang paling mudah untuk menilai ialah aspek kognitif sebab bentuk penilaiannya tidak jauh
berbeda dengan penggunaan KTSP 2006. Teknik penilaian pada aspek kognitif adalah hal lazim
dipergunakan dalam pembelajaran.
Pada aspek keterampilan, bentuk penilaiannya mencakup penilaian kinerja, proyek, dan
portofolio. Untuk penilaian kinerja dan penilaian proyek sudah dilakukan oleh guru fikih walaupun
belum maksimal pada penggunaan penilaian portofolio dalam pelaksanaan penilaian autentik. Hal ini
menunjukkan bahwa guru fikih di MI Hidayatus Shibyan dalam melaksanakan penilaian, tidak hanya
menitikberatkan pada pencapaian pengetahuan melainkan juga aspek keterampilan yang mempunyai
fungsi menjadi penunjang pengetahuan peserta didik. Bentuk laporan hasil penilaian berupa buku
laporan hasil belajar siswa, pada kurikulum 2013 disampaikan secara komprehensif mencakup semua
aspek pencapain kompetensi yakni sikap spiritual atau Kompetensi Inti (KI-1), sikap sosial atau
Kompetensi Inti (KI-2), penilaian pengetahuan atau Kompetensi Inti (KI-3), dan keterampilan
Kompetensi Inti (KI-4).
Walaupun secara umum penerapan penilaian autentik sudah dilakukan, tetapi dalam
melaksanakannya masih terdapat beberapa hambatan yang dialami. Menurut hasil penelitian,
kesimpulan yang menjadi faktor penghambat penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran fikih
yakni, masih kurangnya ketersediaan buku paket mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
banyaknya jumlah siswa, dan beragamnya jenis penilaian, serta kesulitan dalam penyesuaian
beragamnya jenis penilaian dengan karakteristik siswa.
Solusi yang diberikan guru fikih untuk mengatasi faktor penghambat penilaian autentik pada
mata pelajaran fikih di MI Hidayatus Shibyan. Menurut hasil penelitian solusi yang ditawarkan guru
fiqih untuk menangani hambatan dalam mengimplementasikan penilaian autentik ialah intensitas
dalam mengadakan pelatihan, disamping yang diselenggarakan kementerian agama, menyediakan
buku Pendidikan Agama Islam dengan jumlah yang sesuai kebutuhan, kemampuan pendidik dalam
penerapan penilaian autentik, kemampuan guru dalam menyesuaikan keberagaman jenis penilaian
dengan jumlah siswa, maka dibutuhkan pemahaman pendidik dalam memahami karakteristik siswa
supaya mampu menilai dengan lebih nyata.

SIMPULAN
Perencanaan penilaian autentik pada mata pelajaran fikih di Mi Hidayatus Shibyan dengan
dilaksanakan dengan membuat program tahunan, silabus, menyusun pencapaian indikator, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran. Penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran fikih di Mi
Hidayatus Shibyan sudah dilakukan pada tiga aspek yakni kompetensi sikap (afektif), kompetensi
pengetahuan (kognitif), dan kompetensi keterampilan (psikomotorik). Pelaksanaan penilaian
autentik sudah berjalan dengan baik, dengan dibuktikan penilaian autentik sesuai dengan standar
kompetensi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran, buku pedoman penilaian, dan adanya proses
pelaporan penilaian yang mengakumulasikan penilaian harian dan penugasan peserta didik melalui
buku laporan hasil belajar siswa. Semua bentuk penilaian ranah kognitif sudah dilakukan dengan
optimal, sedangkan ranah sikap dan keterampilan juga sudah dilakukan seluruhnya walaupun
sebagian bentuk penilaiannya belum dilakukan secara optimal namun secara keseluruhan, penerapan
penilaian autentik sudah berjalan dengan baik. Faktor yang menghambat mencakup kurangnya
ketersediaan buku paket Pendidikan Agama Islam, banyaknya jumlah peserta didik, dan
keberagaman jenis penilaian, dan kesulitan dalam penyesuaian antara keberagaman jenis penilaian
dengan karakteristik siswa. Solusi yang ditawarkan ialah intensitas dalam mengadakan pelatihan,
penyediaan buku Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan kebutuhan, dan kemampuan pendidik
dalam menerapkan penilaian autentik.

49
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1 ( 1), Pages 40-51

Ma`sum, Zakariyah
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, H. (2014). Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter: Konsep, Pendekatan dan Aplikasi.
Alfabeta.
Ashaari, M. F., Ismail, Z., Puteh, A., Samsudin, M. A., Ismail, M., Kawangit, R., Zainal, H., Nasir, B.
M., & Ramzi, M. I. (2012). An Assessment of Teaching and Learning Methodology in Islamic
Studies. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 59, 618–626.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.322
Atikah, A., Setyanto, N. W., & Mada Tantrika, C. F. (2013). Perancangan penilaian kinerja guru
berdasarkan standar kualifikasi akademik kompetensi guru dan kompetensi gomes sebagai
acuan pemberian insentif (studi kasus sma brawijaya smart school, malang). Jurnal Rekayasa
Dan Manajemen Sistem Industri, 1(3), p464-475.
http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/view/53
Bahrissalim, B., & Fauzan, F. (2018). Evaluasi Kurikulum Pelatihan Dalam Meningkatkan Kompetensi
Pedagogik Guru Pai Di Balai Diklat Keagamaan Jakarta. Edukasia : Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 13(1), 25–52. https://doi.org/10.21043/edukasia.v13i1.2779
Cahyani, S. A., & Satriyani, F. Y. (2020). Penerapan Kurikulum 2013 Di Sdsn Kalibata 11 Pagi.
PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 7(2), 348–376. https://doi.org/10.33650/pjp.v7i2.1273
Drugan, J. (2013). Quality In Professional Translation: Assessment and Improvement. A&C
Black.
FADLILLAH, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA (1st ed.). Ar-Ruzz Media.
Ilmi, M. U., Setiawan, F., Hikmah, M. N., Kharisma, A., Feryawan, D., & Hanafie, A. A. (2021). The
Basic Concepts of Evaluation and Its Implementation in IRE Lessons in The Pandemic Era.
Tafkir: Interdisciplinary Journal of Islamic Education, 2(2), 175–190.
https://doi.org/10.31538/tijie.v2i2.50
Indana, N. (2018). Penerapan Kurikulum Terintegrasi Dalam Mengembangkan Mutu Belajar Siswa
(Studi Kasus Di Sma Darul ‘Ulum 1 Unggulan Bppt Jombang). Nidhomul Haq : Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 3(2), 121–147. https://doi.org/10.31538/ndh.v3i2.80
Jeprianto, J., Ubabuddin, U., & Herwani, H. (2021). Penilaian Pengetahuan Penugasan Dalam
Pembelajaran di Sekolah. Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 16–20.
https://pasca.jurnalikhac.ac.id/index.php/munaddhomah/article/view/55
Kunandar, K. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013), Suatu Pendekatan Praktis | Perpustakaan FIS. Raja Grafindo Persada.
//library.fis.uny.ac.id%2Fopac%2Findex.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D6258
Kurniasih, I., & Sani, B. (2014). Implementasi kurikulum 2013: Konsep & penerapan. Kata Pena.
Kusaeri, & Suprananto. (2012). Pengukuran dan penilaian pendidikan. Graha Ilmu.
Mania, S. (2014). Asesmen autentik untuk pembelajaran aktif dan kreatif implementasi kurikulum
2013. Alauddin University Press.
Mariana, W., & Permadi, B. A. (2020). Pengembangan Buku Ajar Berbasis HOTS Dimensi Taksonomi
Bloom Tema 8 Subtema 1 Kelas 4. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
3(2), 9–18. http://www.jurnal.staidagresik.ac.id/index.php/attadrib/article/view/105
Muslimin, T. A., & Kartiko, A. (2020). Pengaruh Sarana dan Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan di
Madrasah Bertaraf Internasional Nurul Ummah Pacet Mojokerto. Munaddhomah: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), 75–87.
https://pasca.jurnalikhac.ac.id/index.php/munaddhomah/article/view/30
Nata, A. (2016). Ilmu Pendidikan Islam (3rd ed.). Prenada Media Grup.

50
Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2021, vol 1( 1), Pages 40-51

Implementasi Kurikulum Diniah Pada Masa Pandemi Covid-19


Ramayulis, & Nizar, S. (2009). Filsafat pendidikan Islam: Telaah sistem pendidikan dan pemikiran
para tokohnya. Kalam Mulia.
RI, P. (2016). Peraturan Menteri Penddikan dan Kebudayaan Republish Indonesia Tahun 2016,
Standar Penilaian Pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ridwan, M. (2018). Konsep Tarbiyah, Ta’lim Dan Ta’dib Dalam Al-Qur’an. Nazhruna: Jurnal
Pendidikan Islam, 1(1), 35–57. https://doi.org/10.31538/nzh.v1i1.41
Tamrin, M., Lubis, R. R., Aufa, A., & Harahap, S. A. (2021). Penilaian Autentik pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Pematangsiantar. Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, 15(2),
127–142.
Wahyuni, S., & Bhattacharya, S. (2021). Strategy of Islamic Religious Education Teachers in
Increasing Student Learning Motivation. Tafkir: Interdisciplinary Journal of Islamic
Education, 2(2), 229–249. https://doi.org/10.31538/tijie.v2i2.22
Waizah, N., & Herwani, H. (2021). Penilaian Pengetahuan Tertulis Dalam Kurikulum 2013. Tafkir:
Interdisciplinary Journal of Islamic Education, 2(2), 207–228.
https://doi.org/10.31538/tijie.v2i2.54
Winkel, W. S. (1984). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia.

51

You might also like