Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

MAKALAH

MULTI DISIPLIN ILMU DALAM SENI RUPA

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Efrizal, M.Pd

DISUSUN OLEH
Anindya Salsabilla

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PROGAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Multi Disiplin
Ilmu Dalam Seni Rupa ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Pengantar Studi Seni Rupa. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang berbagai macam materi atau
pun Ilmu Dalam Seni Rupa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 5 Desember 2020

Anindya Salsabilla

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
a. Latar Belakang………………………………………………............. 1
b. Tujuan Makalah……………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
a. Agama……………………………………………………………….. 3
b. Psikologi…………………………………………………………….. 6
c. Antropologi………………………………………………………….. 9
d. Sejarah………………………………………………………............. 12
e. Pendidikan…………………………………………………………... 15
f. Morfologi…………………………………………………………… 18
BAB II PENUTUP…………………………………………………………. iii
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………... iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Seni rupa adalah cabang seni yang diungkapkan dan diciptakan
melalui media rupa (visual) yang tentunya dapat dilihat oleh mata dan
biasanya dapat pula dirasakan melalui rabaan.
Seni berasal dari bahasa Sanskerta sani yang berarti pemujaan,
pelayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian dengan hormat dan
jujur. Namun dalam versi yang lain seni disebut cilpa yang berarti berwarna
(kata sifat) atau pewarna (kata benda) kemudian berkembang menjadi
cilpasastra yang berarti segala macam kekriyaan hasil keterampilan tangan
yang artistik.
Terdapat banyak sekali jenis media seni yang pada akhirnya
menggabungkan media lain seperti suara dan gerakan dalam seni
performans. Kemudian muncul pula produk visual yang tidak dapat diraba
materialnya seperti karya lukisan digital yang ditampilkan pada layar.
Dalam seni rupa pun memliki ilmu yang harus dipelajari dalam
mendalalami ilmu seni rupa. Disiplin seni rupa memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman untuk menjadikan pelajar memiliki
pengalaman yang luas dan kaya dalam seni rupa dalam empat cara, yaitu:
1. Pembuatan karya seni rupa (produksi seni rupa)
2. Merespon dan memberikan penilaian tentang sifat-sifat dan kualitas yang
terwujud dalam bentuk visual (kritik seni rupa)
3. Memperoleh pengetahuan tentang sumbangan seniman dan penciptaan
karya seni rupa bagi kebudayaan dan masyarakat
4. Bagaimana orang memberikan justifikasi penilaian terhadap karya seni
rupa

1
b. Tujuan Makalah
Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya,
mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian.
Seni hadi di sekitar kita dan tidak mampu dihindarai. Maka itu, mempelajari
seni apalagi yang hidup nya memang di bidang seni, sangatlah penting
mempelajari Disiplin Ilmu dalam Seni Rupa.
Disiplin seni rupa memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman untuk menjadikan pengamat seni memiliki pengalaman yang
luas dan kaya dalam seni rupa.
Dalam proses pembelajaran seni berbasis disiplin ilmu ini,
kemampuan anak dikembangkan untuk mampu menghasilkan karya seni tari
(produksi seni); menganalisis, menafsirkan dan menilai kualitas karya seni
tari (kritik seni); mengetahui dan memahami peran seni tari dalam
masyarakat (sejarah seni) serta memahami keunikan karya seni dan
bagaimana orang memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian
tersebut (estetika).

2
BAB II
PEMBAHASAN

a. Agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya,
dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatana kehidupan.
Banyak agama memiliki mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan
untuk menjelaskan makna hidup yang menjelaskan asal-usul kehidupan atau
alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang
memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.
Menurut Hendro Puspito definisi Agama adalah sistem nilai yang mengatur
hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan.
Kata "Agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti
"tradisi".Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.
Definisi tentang agama di sini sedapat mungkin sederhana dan meliputi.
Definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit maupun terlalu longgar, tetapi dapat
dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan
nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang
mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal
sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan,
definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-
tempat suci, dan kitab suci.

Cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek
moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara
agama tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal
keagamaan yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.
Tradisi adalah budaya yang berbeda beda di tiap kepercayaan.

3
Sama dengan seni, seni dan agama itu termasuk budaya, dan keduanya
seringkali berkaitan. Melalui karya-karyanya dalam bentuk tiga dimensi dan
dua dimensi, seni banyak membantu penyebaran agama, serta memperindah
agama.
Dalam agama Islam, kebanyakan seni yang dipakai adalah seni kaligrafi.
Tapi nggak hanya itu, karena di Islam juga ada seni keramik, seni arsitektur,
dan seni musik. Seni lukis juga sebenarnya ada, tapi lebih banyak berbentuk
geometris atau dalam bentuk arsitektural bangunan karena salah satu
kepercayaan di agama Islam adalah nggak diijinkan untuk membuat gambar
serupa manusia. Tapi sebenarnya, ada beberapa seniman Muslim yang pernah
melukiskan tentang sejarah Islam, seperti misalnya lukisan di atas yang saat ini
berada di Metropolitan Museum of Art di New York. Sedangkan dalam aliran
sufi, juga ada seni tari.
Di beberapa negara barat, seperti Amerika Serikat, seni Islam juga banyak
diajarkan di universitas, karena tanpa belajar seni, orang nggak akan
mendapatkan gambaran lengkap tentang budaya secara global juga sejarah
agama. Sementara penganut agama Islam saat ini jumlahnya sekitar 23% dari
seluruh penduduk dunia, jadi memang mempelajari seni dan budaya Islam itu
penting.
Sementara, dalam ajaran Kristiani, seni lebih berkembang bebas karena tidak
ada peraturan yang mengikat seperti dalam agama Islam. Sejak ratusan tahun
yang lalu, orang sudah banyak membuat lukisan tentang kelahiran Kristus,
proses penciptaan manusia, dan sebagainya, yang sampai sekarang menjadi
karya-karya klasik di banyak gereja, terutama di Eropa.
SEJARAH
Secara umum, agama muncul dari keyakinan yang sudah tertanam
kepada orang-orang terdahulu. Sebagian penganut agama menunjukkan bukti
kebenaran keyakinannya dengan berbagai dokumentasi keagamaan. Sebagian
lainnya hanya meyakininya dalam hati saja.
Terbentuknya 3 agama tua (Kristen, Yahudi, dan Islam) memiliki sejarah
atau asal usul yang sama yaitu dari asal usul Bangsa Semit. Bangsa Semit
berasal dari Jazirah Arab. Kata Arab yang pertama kali muncul pada abad ke-9
sebelum masehi.

4
Kristen, Yahudi, dan Islam mempunyai latar belakang yang sama, dapat
dibuktikan dari adanya Kitab Agama Islam, Kitab Agama Kristen (Perjanjian
lama), ditulis dalam suatu rumpunan yang sama yaitu dari bahasa Semit. Salah
satu isi dari perjanjian lama kata “Tuhan” yang mempunyai arti yang sama
dengan kata “Allah” yang di maksud oleh kaum Muslim (kata “Allah” berarti
Tuhan).
Bangsa Indo – Eropa percaya ada banyak Dewa pada masa itu.
Sementara Bangsa Semit juga menjadikan ciri khas Bangsa Semit disatukan
dengan kepercayaan satu Tuhan (Monoteisme). Agama Islam, Yahudi, dan
Kristen mempunyai gagasan dasar yang sama yaitu percaya kepada satu Tuhan
(Monoteisme).
Bangsa Semit mempunyai pandangan yang Linier terhadap sejarah,
seperti sebuah garis lurus dimana garis itu merupakan lambangan terciptanya
dunia adalah awal dari kehidupan dan kiamat sebagai akhir dari kehidupan.
Sekarang ini, Yerusalem adalah kota yang dianggap penting bagi ketiga
agama tersebut. ini juga merupakan suatu bukti bahwa ketiga agama tersebut
berasal dari satu asal yang sama.
Di kota jerusalem tersebut terdapat berbagai Sinagog (Yahudi), Greja (
Kristen), dan juga Mesjid (Islam) yang terkemuka atau terkenal.

5
b. Psikologi
Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental
manusia melalui prosedur ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik
psikologis disebut sebagai psikolog. Para psikolog berusaha utk
memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui intervensi tertentu baik pada
fungsi mental, perilaku individu maupun kelompok, yang didasari atas
proses fisiologis, neurologis, dan psikososial.
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno:
"ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu),
sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Penyebutan "ilmu psikologi" merupakan sebuah
kekeliruan yang sering muncul karena kata "psikologi" sendiri berarti "ilmu
tentang jiwa".
Menurut Muhibbin Syah, Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.Tingkah
laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Walaupun sejak dulu telah terdapat pemikiran tentang ilmu yang


mempelajari manusia bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu
yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan
manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak
akhir tahun 1800-an yaitu ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium
psikologi pertama di dunia.
Psikologi mempunyai beberapa metologi, seperti Metode Eksperimental,
observasi ilmiah, metode biografi, metode statistik dan juga analisis karya.
Salah satu Metode psikologis yang berhubungan dengan seni adalah metode
analisis karya.
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar-gambar,
buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat
dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang.

6
Hubungan antara ilmu psikologi dan ilmu seni telah memunculkan sebuah
bidang yang disebut ilmu psikologi seni (psychology of art). Bidang ini
membahas konsep konsep ilmu psikologi yang bisa diterapkan dalam ilmu seni,
jadi merupakan sebentuk ilmu terapan (applied science) dari ilmu psikologi
terhadap bidang ilmu seni.
lmu psikologi dan ilmu seni memberikan penjelasan dan pemahaman
tentang fenomena kreativitas , proses mental artis , serta proses berpikir
perseptor. Ilmu seni adalah jelas sebuah proses kreatif dan dengan demikian
proses ilmu psikologis yang mendalam.
ilmu psikologi seorang pelaku ilmu seni atau seniman dapat mempengaruhi
hasil karya dari ilmu seniman tersebut, setiap ilmu seniman atau pelaku ilmu
seni memiliki ciri khas pada setiap karya ilmu seninya, yang berbeda antara ilmu
seniman satu dengan ilmu seniman lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
tipe atau kepribadian tiap ilmu seniman yang berbeda serta proses kreatifnya
yang berbeda.
Pemanfaatan ilmu seni sebagai terapi ini dilatar belakangi oleh semakin
kompleksnya permasalahan manusia moderen. Kehidupan moderen yang
ditandai oleh kompetisi yang terkadang tak mengenal rasa kemanusiaan sering
terjadi dalam kehidupan ini. Karena kerasnya kehidupan itulah, maka
bermunculan berbagai bentuk gangguan psikologi, seperti stres, depresi,
alienasi (keterasingan),
Adanya problem problem manusia moderen itu di satu sisi dan adanya
kemungkinan memanfaatkan karya karya ilmu seni dalam upaya penyembuhan
gangguan psikologi manusia moderen di sisi lain mendorong lahirnya apa yang
disebut sebagai terapi ilmu seni.
Seorang seniman harus benar benar paham dengan objek ilmu seni untuk
memperkaya penciptaannya. Sebagai karya ilmu seni berlangsung selama proses
kreatif, begitu juga Ilmu seniman. Keduanya tumbuh dan berubah untuk
memperoleh makna baru. Jika ilmu seniman terlalu emosional atau kurang
kompatibilitas emosional dengan sebuah karya ilmu seni, maka ini akan
berdampak pada produk jadi negatif.
Dengan demikian, terapi seni dapat dipandang sebagai sebuah alternatif dari
terapi terapi ilmu lain yang telah ada selama ini. Bahkan, terapi seni dapat pula
disebut sebagai bagian dari terapi terapi ilmu psikologi yang telah berkembang
selama ini.

7
SEJARAH
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.
Psikologi memiliki akar dari bidang ilmu filosofi yang diprakarsai sejak
zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa. Yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens
beginsel).
Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala –
gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap – tiap
makhluk hidup mempunyai jiwa.
Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan
intelektual di Eropa. Dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua
Amerika.
Ilmu psikologi mulai dikenal sejak 400-500 tahun sebelum masehi pada
masa Yunani Kuno. Beberapa tokoh yang turut mempengaruhi perkembangan
psikologi adalah Socrates (470 SM - 399 SM), Plato (428/427 SM - 348/347
SM), dan Aristoteles (384 SM - 322 SM).
Para filsuf dahulu membahas banyak topik yang sekarang dipelajari oleh
psikologi modern, seperti ingatan, kehendak bebas vs determinisme, sifat vs
pengasuhan, ketertarikan.

8
c. Antropologi
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata
Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang",
dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau
secara etimologis antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia.[1] Dalam
melakukan kajian terhadap manusia, antropologi mengedepankan dua konsep
penting yaitu: Holistik dan Komparatif. Karena itu kajian antropologi sangat
memperhatikan aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam),
dan juga humaniora.
Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial,
dan ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan
artinya menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari
ilmu alam, termasuk penemuan tentang asal usul dan evolusi Homo sapiens,
ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia, variasi di antara berbagai kelompok
manusia, bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah memengaruhi
organisasi dan budaya sosial.
Menurut William A. Haviland Antropologi adalah studi tentang umat
manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
Ilmu-ilmu sosial, antropologi memelajari organisasi hubungan manusia
sosial dan budaya, sistem keturunan dan hubungan kekerabatan, spiritualitas
dan religi, lembaga, konflik sosial, dan lain-lain. Antropologi awal berasal dari
Yunani klasik dan Persia yang memelajari dan mencoba untuk memahami
keragaman budaya yang dapat diamati. Pada saat ini, antropologi (akhir abad
ke-20) telah menjadi sentral dalam pengembangan beberapa bidang
interdisipliner baru seperti ilmu kognitif, studi globalisasi, genetik, dan berbagai
penelitian etnis.
Secara defenisi, Antropologi adalah cabang ilmu yang mengkaji tradisi
yang lahir di masyarakat.Sedangkan cabang ilmu lain yang erat kaitannya
dengan antropologi disebut dengan sosiologi, dimana kajiannya
mengarah pada suatu disiplin ilmu yang bersifat positif yaitu mempelajari
gejala-gejala dalam masyarakat yang didasarkan pada pemikiran yang bersifat
rasional dan ilmiah.

9
Seni sendiri pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
merupakan sinonim dari ilmu.Seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi
dari kreativitas manusia.Dan Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang
diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.Dengan kaitan antar ilmu
tersebut maka lahirlah satu gabungan cabang ilmu yaitu antropologi seni.
Jadi, Bisa dikatakan seni adalah unsur internal di dalam sebuah
tradisi.Masyarakat menjadikan sebuah seni sebagai nilai-nilai estetik dalam suatu
tradisi.Maka kajian antropologi tentu memiliki hubungan erat dalam kaitan hal
yang demikian.Dengan demikian, seni akan menjadi erat hubungannya dengan
tradisi melalui estetik dan seni akan menentukan ciri khas atau identitas suatu
tadisi(kebudayaan) dengan yang lainnya.
SEJARAH
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan
penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal
perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku
asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau
bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing
tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-
bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian,
pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan
etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar,
sehingga timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan
etnografi tersebut. Oleh sebab itu juga, pada fase pertama ini ilmu antropologi
sangat identik dengan ilmu etnografi.
Negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-
koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta
hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara
Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian
menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi
tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan
kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
10
Sebelum Perang Dunia II, studi antropologi di Indonesia banyak dilakukan
oleh para cendekiawan Belanda di universitas-universitas atau institusi lain.
Beberapa karya yang dihasilkan adalah penelitian hukum adat oleh C. van
Vollenhoven dan J. Prins serta pengembangan materi antropologi Indonesia
oleh R. Kennedy, G.J. Held, A.G. Gerbrands, P.E. de Josselin de Jong,
dan Koentjaraningrat.
Setelah kemerdekaan Indonesia, para antropolog Belanda tidak lagi
melanjutkan studinya di Indonesia. Posisi mereka banyak digantikan oleh
antropolog dari Amerika Serikat. Hal ini umum mengingat tingginya
ketertarikan cendekiawan mereka pada Asia Tenggara pascaperang. Terdapat
setidaknya tiga institusi penting di Amerika Serikat yang menjadi pusat
penelitian antropologi Indonesia, yaitu Universitas Cornell, Institut Teknologi
Massachusetts, dan Universitas Yale.
Universitas Indonesia pertama kali membuka antropologi sebagai mata
kuliah tambahan di Fakultas Hukum dan di Fakultas Sastra pada awal 1950-an.
Semua pengajarnya berkebangsaan Belanda. Pada saat itu, terdapat dua
pandangan di antara para akademisi.
Yang pertama lebih menyukai sosiologi sementara yang lain lebih
menyukai antropologi. Akademisi yang lebih menyukai sosiologi berpendapat
bahwa antropologi tidak sesuai untuk negara berkembang dan didasarkan pada
kepentingan kolonial. Yang menyukai antropologi menganggap antropologi
penting dalam mengamati keragaman kelompok etnik di Indonesia. Pada tahun
1956, dua orang Indonesia yang menimba ilmu antropologi di Belanda dan
Amerika Serikat merencanakan pendirian program studi Antropologi di
Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mulai tahun ajaran 1983-84, Prodi
Antropologi dipindahkan ke Fakultas Ilmu Sosial.
Pada tahun 1962, berdiri Prodi Antropologi di Universitas Gadjah
Mada dan di Universitas Cenderawasih. Menyusul pendirian prodi baru pada
tahun 1964 di Universitas Sam Ratulangie dan tahun 1969 di Universitas
Udayana.

11
d. Sejarah
Sejarah (bahasa Yunani: ἱστορία, historia (artinya "mengusut, pengetahuan yang
diperoleh melalui penelitian"[1]); bahasa Arab: ‫ت اري خ‬, tārīkh; bahasa
Jerman: geschichte) adalah kajian tentang masa lampau, khususnya bagaimana
kaitannya dengan manusia.[2][3]
Dalam bahasa Indonesia ini adalah istilah umum yang berhubungan dengan
peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi, dan
penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Istilah ini mencakup kosmik, geologi,
dan sejarah makhluk hidup, tetapi sering kali secara umum diartikan sebagai sejarah
manusia. Para sarjana yang menulis tentang sejarah disebut ahli sejarah atau
sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis disebut Prasejarah.[5][6]
Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang
menggunakan narasi untuk memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu,
dan secara objektif menentukan pola sebab dan akibat yang menentukan
mereka. Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat sejarah dan kegunaannya
dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu sendiri dan sebagai
cara untuk memberikan "pandangan" pada permasalahan masa kini.
Menurut Roeslan Abdulgani, Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan
perkembangan masyarakat serta kemanusiaan pada masa lampau beserta kejadian-
kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil
penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi
penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
Banyak cara yang bisa digunakan dalam menceritakan kembali peristiwa-
peristiwa dan faka sejarah, salah satunya adalah seni. Dalam menulis sejarah,
sejarawan harus memiliki seninya sendiri dalam menyajikan cerita-cerita
sejarah.
Sejarawan selalu ingin tulisan-tulisan yang ia buat mampu membuat para
pembacanya seakan merasakan langsung peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Membuat para pembaca masuk ke dalam cerita sejarawah adalah seni tersendiri
yang tentunya tidak banyak orang bisa melakukannya. Tidak hanya tulisan,
lukisan, patung, serta panggung pementasan pun menjadi sebagian bentuk seni
dalam merekonstruksi peristiwa sejarah.
Oleh karena sejarah adalah ilmu yang sangat penting bagi manusia, seni
menjadi medium dalam merekosntruksi kembali peristiwa-peristiwa sejarah.
12
Setiap manusia harus mengetahui sejarah dirinya, keluarga, bahkan tempat ia
tinggal. Karena sejarah menjadi sumbel ilmu serta pengetahuan yang sangat
penting bagi manusia dalam menghadapi masa-masa yang akan datang.
Sejarah sebagai seni juga memiliki beberapa fungsi, seperti yang dikatakan
oleh George Macauly Trevelyan, diantaranya:

1. Fungsi Ilmiah: Sebagai pengumpulan ilmiah dan penyayang bukti-bukti


2. Fungsi Imajinatif/spekulatif: Dikarenakan sejarawan harus menyeleksi,
mengklasifikasi data-data, fakta-fakta, kemudian menarik kesimpulan.
3. Fungsi Sastra: Sebagai bentuk penyajian hasil ilmu dan imajinasi dalam
bentuk yang menarik (seni sastra)
SEJARAH
Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan
tertulis atau sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan
jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang
baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi sejarah
baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus
memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah
manusia.
Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini
termasuk dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata
atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah
"prasejarah" digunakan untuk mengelompokan cabang ilmu pengetahuan yang
meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.
Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit
penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dari sekadar narasi
sejarah politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti
menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan
budaya.
Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli
prasejarah seperti [Vere Gordon Childe] menggunakan arkeologi untuk
menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya
termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti
ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang
ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus.
13
Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini,
pemisahan antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.
Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah
diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu
umat manusia (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan
prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah Besar).
Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang
sesuatu yang terjadi pada masa lampau (misalnya: sejarah
penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah
oleh kebanyakan ahli sejarah.

14
e. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di
bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e,
berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi
tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada
tingkat global, Pasal 13 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan.[2] Meskipun
pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk
pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil
orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang
serupa untuk anak-anak mereka.
Menurut M.J. Langeveld, Pendidikan merupakan upaya dalam
membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan
adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas
hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan
juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung
jawab.
Pendidikan adalah pembinaan perkembangan. Selain kematangan fisik,
perkembangan ini hanya nampak dalam ekspresi yang berupa tanda-tanda dan
lambang-lambang visual atau auditif. Oleh karenanya itu pendidikan dapat diartikan
sebagai pembinaan. Cara-cara untuk berekspresi mengajarkan kepada anak-anak
untuk dapat mampu, menghasilkan suara, perwujudan rupa, gerakan dan bentuk-
bentuk wujud lainnya.
Komunikasi antara seni, pendidikan dan aktivitas kegiatan belajar menjadi
mata rantai dalam dari aktivitas kehidupan manusia.

15
Pendidikan kesenian tidak hanya ditilik dari bentuk dan strata formalnya.
Harus dipahami sebagai suatu piranti dasar pemahaman kesenian. Dalam
kegiatan berolah seni mampu mencetuskan segala perasaan dan pengamatan-
nya.
Untuk mewujudkan dalam suatu bentuk ungkapan yang memiliki
pemaknaan rasa sebagai ungkapan ekspresi. Melatih seseorang untuk
menajamkan kepekaan rasa, dengan demikian semakin terasah kepekaan
sosial. Apalagi dimulai dari usia sedini mungkin pada anak-anak. Pada
gilirannya memberi dampak positif dalam memupuk kesadaran dan kepekaan
serta kemandiran dalam mengambil sebuah keputusan. Ini dilakukan anak se-
waktu melakukan pekerjaan melukis - menggambar dalam pemilihan warna.
Dia terbebas sehingga menjadi sikap ini membentuk pada dirinya.

SEJARAH
Pendidikan dunia telah lama sekali adanya. Mulai dari zaman purba dan
zaman yunani purba, kemudian zaman hellenisme tahun 150-500 SM, ke zaman
pertengahan 500-1500-an, zama reformasi dan kontra reformasi pada tahun
1600-an. Sejarah pendidikan pada zaman purba belum banyak memberi
kontrabusinya kepada pendidikan pada zaman sekarang ini.
Pada abad ke-19 penganut aliran developmentailisme memandang proses
pendidikan sebagai suatu perkembangan jiwa yang berlangsung pada setiap
individu
Terdapat banyak sikap hidup yang bisu dan kelu. Kebudayaan bisu dan
budaya padagogi yang hanya mengendalikan memori otaknya sehinga sekolah
hanya dijadikan tempat untuk mendengarkan guru ceramah tanpa siswa
diberikan waktu berfikir. Penduduk di pinggiran kota (di kampung-kampung
kumuh) ternyata belum mampu berkembang dan belum dapat diikut sertakan
dalam proses pendidikan.
Metode sekolah yang mengikuti model barat ternyata belum hilang
dipikiran mayarakat Indonesia. Di sekolah-sekolah bahasa daerah asli diubah
begitu saja menjadi bahasa intelektual dan penguasa dibidang politik. Kaum elit
atau golongan darah biru dan intelektual yang mendapatkan pendidikan dari
luar negri ternyata tidak akrab dengan masyarakat pribumi.

16
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998 dan dapat dikatakan
sebagai era pembangunan nasional. Dalam pengembangan pendidikan,
khususnya pengembangan dasar. Pelaksanaan pendidikan di orde baru ternyata
banyak sekali kendala yang terjadi, karena pendidikan pada masa orde baru
menyngsung ideology “keseragaman” sehingga memapatkan kemajuan dalam
bidang pendidikan. EBTANAS dan UMPTN, menjasi seleksi peserta didik di
Indonesia. Pdada masa ini peserta didik diberikan beben materi pelajaran yang
banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan
dengan factor kurikulum yang lain untuk menjadi peka terhadap lingkungan.
Hal-hal negatif yang tercipta pada masa ini adalah produk-produk
pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Lahirnya kaum terdidik yang
tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya orang muda yang berfikiran
positivistic dan hilangnya kebebasan dalam berpendapat.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah system pendidikan
Indonesia melalui UU No. 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan di indonesia
menjadi sektor pembangunan yang didesentralisasikan.

17
f. Morfologi
Morfologi adalah sala satu konsep pusat dari belajar linguistik. Ini bukan
karena morfologi merupakan sub disiplin ilmu yang dominan di dalam belajar
linguistik, tetapi di dalam belajar morfologi akan di arahkan bagaimana struktur
kata itu sendiri, dan kata merupakan penghubungan antara belajar fonologi,
sintaks, dan semantik.
Secara etimologi istilah morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal
dari gabungan kata morphe yang berarti ‘bentuk’, dan logos yang berarti ilmu.
Di dalam linguistik ilmu morfologi digunakan untuk menganalisis satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi juga mempelajari seluk beluk kata
serta pengaruhnya terhadap perubahan-perubahan bentuk kata pada golongan
dan arti kata.
Menurut Kridalaksana , morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem.
Morfem adalah satuan terkecil bahasa yang memiliki pengertian dalam suatu
ujaran. Seperti yang dikemukakan oleh Hocket (1958, hlm. 123 dalam Tarigan
1987, hlm. 6) morfem adalah unsur terkecil yang secara individual mengandung
pengertian dalam ujaran suatu bahasa.
1. morfem bebas yang dapat langsung membentuk sebuah kalimat atau
morfem yang dapat berdiri sendiri;
2. morfem terikat yang tidak dapat langsung membina sebuah kalimat,
tetapi selalu terikat dengan morfem lain.
Terdapat empat komponen dalam proses pembentukan kata. Komponen
yang pertama adalah bentuk dasar dari kata tersebut, sebagai contoh kata
kumpul, selanjutnya ada komponen alat pembentuk sebagai contoh untuk alat
ini adalah afiksasi dan reduplikasi. Makna gramatikal dan kata atau hasil yang
diperoleh dari proses morfologi adalah komponen lainnya dalam proses
morfologi.

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam Makalah Disiplim Ilmu Dalam Seni Rupa ini, bisa di lihat bahwa
mempelajari Ilmu Seni Rupa pun harus bersungguh sungguh. Semua aspek dan
materi dalam Disiplin Ilmu dalam Seni Rupa ini semua nya penting dan perlu
di ketahui.
Karena Seni pun terdiri dalam berbagai macam aspek, mulai dari Agama
Sampai Morfologi yang penting di ketahui para pengamat seni.

SARAN
Seperti yang kita ketahui, seni itu sangatlah beragam dari berbagai banyak
sudut pandang. Dengan begitu, kita harus tetap menghargai seni apapun dan
dari mana pun aspek nya.
Disiplin Ilmu dalam Seni Rupa perlu di pelajari untuk mahasiswa agar lebih
mendalami Seni Rupa dan bentuk Menghargai Ilmu dalam Seni Rupa.

iv

You might also like