MAKALAH Kelompok 2 Dinamika

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

MAKALAH

Terbentuknya Kelompok dalam Berbagai Perspektif


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dinamika Kelompok
Dosen Pengampu : Inayatul Khafidhoh, M.PD.

Disusun Oleh :
1. Maulida Sofiyani (2211010001)
2. Muhammad Fadhilah Salam (2211010005)
3. Tika Nurjanah (2211010008)
4. Nailah Zerlin Anastasya (2211010011)

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI
BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
(BKPI)
2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai insan yang hidup dalam suatu lingkungan, manusia tidak pernah terlepas
dari kebutuhan akan orang lain, karena adanya keterbatasan dalam dirinya yang harus
ditutupi dengan kehadiran orang lain. Namun, terkadang kebutuhan akan orang lain
lebih disebabkan karena adanya persamaan tujuan maupun motif yang ingin dicapai.
Hal tersebut menyebabkan seseorang berupaya membangun suatu ikatan untuk
menyelesaikan setiap persoalannya dengan cara membangun perkumpulan yang
disebut kelompok. Setiap individu di dalam kelompok akan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian tujuan. Sehingga kelompok berperan besar
dalam memenuhi pencapaian tujuan para anggotanya.
Kelompok adalah sesuatu yang alami, karena manusia sebagai makhluk sosial akan
berinteraksi satu dengan yang lain sehingga membentuk kelompok- kelompok tertentu.
Terdapat banyak definisi dari kelompok, banyak ahli dari disiplin ilmu yang membahas
tentang kelompok.
Dinamika kelompok patut untuk diperhatikan dan dipahami tidak hanya bagi
mahasiswa bimbingan dan konseling. Karena sejatinya di berbagai lini kehidupan, kita
sering menjumpai dinamika kelompok dengan struktur dan dinamika yang berbeda
pada setiap individunya. Tanpa kita memahami dinamika kelompok maka kita akan
sulit untuk menyesuaikan diri dengan kelompok-kelompok yang kita miliki dan
tergabung didalamnya. Dimakalah ini akan kita bahas tentang kelompok, teori, jenis,
proses, dan fungsi dari kelompok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut.
1. Apa devinisi kelompok ?
2. Apa saja teori- teori pembentukan kelompok ?
3. Apa saja jenis- jenis kelompok ?
4. Bagaimana proses pembentukan kelompok ?
5. Apa saja fungsi dari pembentukan kelompok ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui devinisi kelompok
2. Untuk mengetahui teori-teori pembentukan kelompok
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kelompok
4. Untuk mengetahui proses pembentukan kelompok
5. Untuk mengetahui fungsidari pembentukan kelompok

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Devinisi Kelompok
Terbentuknya kelompok adalah ketika terdapat dua orang atau lebih yang berkumpul.
George Homans pada tahun (1950) mengemukakan bahwa kelompok adalah beberapa individu
yang tidak terlalu banyak yang berkomunikasi satu dengan lain dalam jangka waktu tertentu,
dan komunikasi yang terjadi dilakukan antar semua anggota secara langsung.1
Menurut Mills (1967), kelompok adalah dua orang atau lebih yang melakukan kontak dan
kerjasama untuk mencapai tujuan dengan menganggap kerjasama tersebut sebagai sesuatu
yang berarti.
Pada tahun 1979, Baron dan Byrne menyumbang definisi kelompok yaitu memiliki dua
tanda psikologis, yang pertama adanya sense of belonging, dan yang kedua nasib anggota
kelompok yang tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota akan berkaitan dengan
anggota yang lain.
Bales mengemukakan kelompok adalah sebuah individu yang berintraksi dengan
sesamanya secara face to face atau serangkaian pertemuan. Tiap-tiap anggota saling menerima
impresi atau perbedaan persepsi anggota lain dan pada suatu waktu menimbulkan pertanyaan
yang membuat semua anggota bereaksi sebagai reaksi sebuah kelompok.2
Sedangkan Forsyth mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih individu yang saling
berhubungan antara satu dengan lainnya atau suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain
dan berlangsung dalam situasi dan kondisi yang dialami.3
Kelompok merupakan suatu gambaran umum tentang orang-orang dalam satu kesatuan
sosial yang didalamnya terdapat interaksi yang intensif dan memiliki tujuan bersama.4
2. Teori-teori Pembentukan Kelompok
Proses pembentukan kelompok menurut Sudjarwo (2011) dapat dilihat dari sejumlah teori
yang menjelaskan mengapa atau alasan apa seseorang memasuki kelompok. Beberapa teori
berikut tidak dipaparkan secara mendalam karena dipilih teori yang sering dipakai dalam
membahas kasus di lapangan saja.
a. Domisili Theory
Teori ini menyatakan bahwa pada diri manusia terdapat dorongan untuk bergabung
dengan orang lain dalam rangka menemukan atau menampilkan eksistensi dirinya. Adapun
pilihan pertama ialah pada mereka yang secara geografis dekat dengan individu tersebut.
Kedekatan bisa berarti ruang atau bisa juga daerah spatial and geographical proximity).
Teori ini berdasarkan asumi bahwa orang akan memilih teman, dan pilihan pertamanya
ialah orang lain yang secara geografis dekat dengan tempatnya. Misalnya jika seseorang

1
David Ari Setyawan, Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling, ( Pati : Al Qalam Media
Lestari,2022), hlm 13.
2
Abu Huraerah & Purwanto, Dinamika Kelompok ( Bandung : Refika Aditama, 2006 ), hlm, 3.
3
Forsyth, Group Dynamics Fifth Edition. (Belmont : Wadsworth Cengage Learning, 2010), hlm, 7.
4
Rasmini,Hamdi Muhammad, Bimbingan dan Konseling Kelompok, (Jakarta : PT. Bumi Aksars, 2018)

3
berada di tempat yang baru atau asing baginya, maka dalam kesendirian orang tersebut
akan berupaya mengenal orang yang berada di sekitarnya.
b. Similar Attitude Theory
Teori ini merupakan teori kesamaan sikap dari Newcomb (1985) yang memiliki
pendekatan bahwa seseorang akan cenderung tertarik dengan orang lain dan bergabung,
apabila diantara mereka ada kesamaan sikap. Dasar pomikan konsep ini bermula pada
asumsi jika orang berkeinginan untukbelajar, maka dia akan mencari teman yang sama-
sama ingin belajar. Aliran ini dianut Feldman yang mengajukan alasan bahwa kesamaan
sikap membuat orang merasa terikat satu dengan lainnya dan cenderung terjadi
kesamaan perilaku, sehingga mereka lebih mudah untuk berinteraksi dan menyatukan
pendapat.
c. Activity-Interaction-Sentiment Theory
Teori ini disebut sebagai teori AIS dari Homans dengan konsepsi berpijak pada dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Semakin banyak seseorang melakukan kegiatan bersama orang lain, maka
semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.
2. Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering
orang tersebut membagikan perasaan dengan orang lain.
3. Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan semakin
tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas
dilakukan.
Teori ini tampaknya akan mencoba mengembangkan alternatif baru yang mungkin
dapat dikembangkan dari aktivitas yang dilakukan, interaksi yang dikembangkan, dan
perasaan yang ditimbulkan.
d. Practicality Theory
Teori dari Reitz ini menyatakan bahwa orang akan mengelompok apabila ada alasan
praktis. Pada umumnya alasan ekonomi menjadi dominasi utama. walaupun alasan-
alasan lain juga bisa berperan. Kepentingan pribadi muncul menjadi tujuan bersama
karena adanya kepentingan bersama. Sebaga contoh karena merasa tidak mendapatkan
pelayanan yang layak, maka warga perumnas beramai-ramai mendatangi developer.
e. The Principle of Complementary Theory
Pada dasarnya teori dari Winh ini membantah teori kesamaan sikap. Teori ini
mengatakan bahwa daya tarik interaksi itu ditentukan oleh prinsip atau asas saling
melengkapi ketidakadaan pada diri seseorang, guna mendapatkannya dari orang lain.
Teori ini mengungkapkan bahwa manusia pada dasarnya berada pada posisi yang selalu
kurang. Sehingga untuk melengkapi kekurangannya, maka dia memerlukan orang lain
dengan cara berinteraksi dengan orang lain tersebut.
f. Exchange Theory
Teori ini sering diterjemahkan menjadi teori pertukaran. Dasar teori ini ialah,
interaksi itu terjadi karena adanya reward dan cost (imbalan dan pengorbanan). Reward
tidak harus berwujud benda, namun dapat berbentuk tingkat kepuasan atau dalam
bentuk immaterial lainnya. Demikian juga dengan cost yang dapat berupa kepatuhan
akan sesuatu.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Homans yang kemudian dipopulerkan
oleh Thibaut dan Kelly. Terakhir dikembangkan oleh Peter Blaw yang mengemukakan
jika seseorang memasuki kelompok, maka dalam diri mereka akan selalu muncul

4
perhitungan aspek keuntungan dalam setiap alternatif pilihannya (comparison level of
alternative). Sedangkan pengalaman masa lalu selalu dijadikan rujukan untuk
memutuskan apa yang akan diperbuat.
Selanjutnya, seseorang dapat tertarik pada sesuatu kelompok sehingga dia
berkeinginan masuk menjadi anggota kelompok, hal tersebut merupakan sebuah hal
unik. Pada umumnya setelah kelompok terbentuk, maka kelompok akan menampilkan
ciri-ciri tertentu yang membuat orang di luar kelompok tertarik untuk masuk ke dalam
kelompok tersebut. Menurut Cartwright & Zander (1986) hal ini terjadi karena faktor
dari dalam dan luar kelompok. Faktor dari kelompok itu sendiri, yaitu kelompok itu
menarik bagi orang lain di luar kelompok karena dari tujuannya atau aktivitasnya.
Sedangkan faktor dari luar yaitu adanya tekanan agar seseorang harus menjadi anggota.
Kedua hal tersebut merupakan syarat minimal, sebab banyak variabel lain (misalnya
kesamaan karakteristik, motivasi, dan sebagainya) yang saling berpengaruh sehingga
dapat menyebabkan seseorang menjadi terikat pada kelompoknya.5
3. Jenis-jenis Kelompok
a. Kelompok Primer dan Sekunder
Istilah kelompok kecil dan kelompok primer sering dipakai bergantian karena
dianggap bermakna sama, walaupun sebenarnya berbeda (Thoha, 2003). Kelompok
kecil mempunyai batasan ditinjau dari jumlah anggotanya yang tergolong kecil, namun
tidak ada batasan berapa jumlah orang di dalamnya. Asalkan dalam kelompok kecil
tersebut harus ada hubungan/komunikasi antar anggota organisasi. Sedangkan
kelompok primer, disamping jumlah anggotanya kecil, maka terdapat juga kriteria
dimana antar anggotanya memiliki perasaan kebersamaan, loyalitas, keakraban, dan
mempunyai tanggapan yang sama terhadap nilai-nilai yang dianut anggotanya. Contoh
kelompok primer yaitu keluarga dan kolega. Sehingga semua kelompok primer
merupakan kelompok kecil, akan tetapi sebaliknya kelompok kecil belum tentu
kelompok primer.
Anggota dalam kelompok primer saling berhubungan secara langsung, intim, akrab,
dan bersifat lebih personal. Ikatan kelompok primer lebih bersifat emosional dan
pembentukannya dikarenakan bersifat fisik langsung (tatap muka). Sedangkan anggota
dalam kelompok sekunder saling berhubungan lebih secara impersonal (tidak bersifat
pribadi) dengan peran yang jelas dan interaksinya selalu berorientasi pada tujuan
(Sudjarwo, 2011). Sehingga pola hubungan antar anggota dalam kelompok sekunder
menjadi kurang erat dibandingkan kelompok primer. Walaupun kelompok primer
maupun sekunder memiliki kesamaan fungsi yaitu sama-sama mencapai tujuan
bersama.
b. Kelompok Formal dan Informal
Sudut pola interaksi kelompok formal sama dengan kelompok sekunder, yaitu
berdasarkan pada pertimbangan objektif rasional. Kelompok formal sengaja dibentuk
untuk melaksanakan tugas fungsi organisasi sesuai dengan kewenangan masing-
masing, sebagai penerapan prinsip pembagian habis pekerjaan dalam organisasi.
Sehingga kelompok formal bersifat struktural dan hierarkis dengan struktur
kewenangan dan tanggung jawab mengikuti hierarki organisasi.
Kelompok formal dapat bersifat permanen ataupun temporer, bergantung pada
tujuannya. Kelompok formal yang bersifat permanen terbentuk sebagai penerapan dari

5
Zulkanair, Wildan, Dinamika Kelompok (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013 ), hlm, 17-19.

5
prinsip pembagian habis pekerjaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.
Kelompok ini disebut juga sebagai kelompok komando yang tercantum dalam bagan
organisasi sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditetapkan. Misalnya; biro,
bagian, divisi, seksi, atau sub-bagian, sub-divisi, dan seterusnya. Anggota dalam
kelompok ini melapor langsung kepada atasan masing-masing sesuai dengan hierarki
kewenangan di struktur organisasi.
Kelompok formal tidak permanen disebut juga kelompok tugas, yaitu kelompok
formal temporer (semasa) yang sengaja dibentuk oleh pihak berwenang untuk
melaksanakan tugas tertentu dalam waktu tertentu. Contohnya: panitia, komite, satuan
tugas, dan sebagainya. Kelompok ini bersifat temporer karena bekerja dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Setelah menyelesaikan tugas, kelompok kerja ini bubar,
namun dapat juga dibubarkan karena alasan tertentu meskipun belum menyelesaikan
tugasnya. Sehingga kelompok ini lebih fleksibel dibandingkan dengan kelompok
formal permanen.
Selain kelompok formal, dalam organisasi terdapat kelompok informal. Kelompok
ini tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan- kebutuhan seseorang.
Anggota kelompok tidak diangkat, melainkan ditentukan oleh daya tarik bersama
antara individu dan kelompok. Kelompok informal sering berada dalam kelompok
formal, bahkan ada yang keluar dari kelompok formal. Menurut Munandar (2001)
kelompok informal terdiri atas kelompok kepentingan dan persahabatan. Kelompok
kepentingan adalah individu- individu bersatu karena memiliki kepentingan bersama,
sedangkan kelompok persahabatan adalah individu-individu bersatu karena memiliki
kesamaan.
Jika kelompok formal umumnya tampak dalam bagan organisasi, maka kelompok
informal tidak tampak, sekalipun kelompok ini ada dan sangat penting dalam kehidupan
organisasi karena berpotensi dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Contohnya di
suatu sekolah ada Kepala Sekolah yang diangkat, namun kebijakannya sering
berseberangan dengan para guru. Akhirnya ada salah seorang guru yang mempengaruhi
teman-temannya untuk menentang kebijakan Kepala Sekolah dan membentuk
kelompok tersendiri dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Ilustrasi tersebut dapat
dianalisis bahwa sekolah merupakan kelompok formal, dan seorang guru yang
mengkoordinir anggota guru lainnya merupakan kelompok informal yang tumbuh di
dalam kelompok formal.
c. Kelompok Terbuka dan Tertutup
Kelompok terbuka mempunyai rasa tanggap terhadap perubahan dan pembaruan.
Sedangkan kelompok tertutup berusaha tetap menjaga kestabilan, sehingga kecil
kemungkinan dapat menerima perubahan dan pembaruan. Thoha (2003) menjelaskan
perbedaan kelompok terbuka dan kelompok tertutup tersebut dalam empat dimensi
tinjauan.
Pertama, perubahan keanggotaan kelompok. Kelompok terbuka dengan bebas
menerima dan melepas anggotanya. Kelompok tertutup berusaha untuk memelihara
kestabilan keanggotaan kelompok, dengan sedikit sekal dapat menerima dan
melepaskan anggota secara bebas. Hubungan status dan kekuasaan lebih mapan dalam
kelompok tertutup. Kekuasaan anggota baru lebih luas kelompok terbuka dari pada
kelompok tertutup.

6
Kedua, kerangka referensi. Jika kelompok terbuka menerima anggota baru, maka
ide-ide baru yang dibawa oleh anggota baru tersebut umumnya dapat diterima
organisasi. Sedangkan kelompok tertutup cenderung tidak bersedia menerima ide-ide
baru dari anggota baru.
Ketiga, perspektif waktu. Kelompok terbuka banyak berfikir tentang masa sekarang
dan masa depan yang dekat. Karena kelompok terbuka sering menerima ide-ide baru
untuk pengembangan dan perubahan, sehingga perencanaan jangka pendek lebih efektif
untuk dipikirkan karena perencanaan jangka panjang akan menunggu perubahan
inovasi baru yang akan datang. Sebaliknya kelompok tertutup cenderung memikirkan
perencanaan jangka panjang, karena perubahan ide-ide baru relatif tidak dapat diterima
oleh kelompok ini.
Keempat, keseimbangan. Kelompok terbuka cenderung menunjukkan
ketidakseimbangan dibanding kelompok tertutup. Hal ini karena kelompok terbuka
sering mengadakan perubahan dan pengembangan organisasinya.
d. Berdasarkan Produktivitas
Johnson (2012) membagi kelompok berdasarkan tingkat produktivitas:
- Kelompok Pseudo, dimana para anggotanya telah memutuskan untuk bekerja sama
tetapi tidak seorangpun tertarik untuk menjalankannya. karena anggota lebih
produktif jika bekerja sendiri. Contohnya persaingan antar anggota untuk
mendapatkan bonus dalam sebuah tim penjualan.
- Kelompok Tradisional, dimana para anggotanya setuju untuk bekerja sama. Tetapi
ketika mereka melihat hanya sedikit keuntungan jika menjalankannya, maka mereka
menjalankan pekerjaannya sendiri- sendiri walaupun saling berinteraksi. Contoh
kelompok belajar yang dibentuk oleh guru, dimana di dalamnya terdapat beberapa
murid yangaktif menyelesaikan tugas kelompok, dan terdapat juga murid yang tidak
melakukan apapun.
- Kelompok Efektif, dimana para anggotanya bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Para anggota yakin bahwa mereka dapat mencapai tujuan
mereka, jika anggota lainnya juga mencapai tujuan mereka. Sehingga para anggota
kelompok berkomitmen pada tujuan umum untuk memaksimalkan kesuksesan diri
sendiri dan juga kesuksesan anggota lain.
- Kelompok Prestasi Tinggi, merupakan sebuah kelompok efektif dimana telah tercipta
komitmen untuk saling percaya, saling menghargai, dan saling peduli diantara para
anggota dalam rangka mencapai kesuksesan kelompok.
Produktivitas kelompok tergantung pada lima unsur dasar (Johnson, 2012). Unsur
dasar tersebut adalah rasa saling ketergantungan yang positif, pertanggung-jawaban
individu, interaksi yang memajukan kelompok, penggunaan keterampilan kelompok
yang sesuai, dan proses dalam kelompok.6
4. Proses Pembentukan Kelompok
Proses terbentuknya kelompok diawali dengan adanya persepsi yang sama antar individu
tentang pemenuhan kebutuhan yang nantinya akan timbul hasrat untuk memenuhinya,
sehingga ditentukanlah tujuan yang sama yang akhirnya terjadi interaksi antar individu yang

6
Zulkanair, Wildan, Dinamika Kelompok (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013 ), hlm,11-15.

7
akan membentuk sebuah kelompok. Hal-hal yang perlu ditentukan dalam pembentukan
kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan dan peran setiap anggota kelompok (siapa yang menjadi ketua atau anggota).
b. Persiapan diri dan mental setiap anggota dalam menghadapi konflik didalam kelompok.
Interaksi yang terjadi dalam kelompok seringkali menimbulkan perbedaan antara anggota
satu dengan yang lain sehingga rentan terjadi konflik. Namun konflik yang terjadi tidak akan
berlangsung lama, karena adanya kesadaran anggota tentang arti pentingnya kelompok
tersebut, sehingga anggota akan menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Setelah terjadi
penyesuaian maka perubahan dalam kelompok akan mudah terjadi dan anggota akan lebih
dapat memahami satu sama lainnya.
Tahapan dalam pembentukan kelompok merupakan awal terbentuknya sebuah tim
(kelompok yang solid), dalam proses selanjutnya pembentukan didasarkan pada hal-hal
berikut:
a. Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat
dari percapaian akademis.
Misalnya terdapat satu atau lebih anggota yang memiliki kemampuan intelektual,
atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian
diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu dapat menginduksi anggota
lainnya.
b. Motivasi
Pembagian kekuatan yang imbang akan memotivasi anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan
yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat.
Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar
memotivasi diri untuk maju.7
5. Fungsi Pembentukan Kelompok
Secara umum kelompok berfungsi untuk memenuhi kebutuhan angg agar setiap anggota
relatif merasa puas, walau sebenarnya fungsi kelomp tidak hanya sebatas itu saja. Crech dan
Cructhfield (dalam Sudjarwo, 2011) mencoba menguraikan fungsi kelompok dengan lebih
rinci yaitu:
a. Fungsi kelompok sebenarnya unik, artinya ciri sekaligus fungsi dip tergambar pada satu
kelompok tertentu dengan sekaligus. Contoh kelompok pengajian, dimana tampak
antara fungsi dan ciri meleka sekaligus
b. Fungsi kelompok merupakan accessory, artinya kelompok merupakan bingkai dari
sejumlah kegiatan yang ada dalam satu kesatuan. 3. Fungsi kelompok dominance dan
belonginess. Maksudnya sekalipun dalam kelompok terdapat kegiatan sub kelompok,
namun kelompok tetap dapat memelihara rasa kebersamaan dari seluruh anggota
kelompoknya.
Penjelasan di atas tampak hanya melihat fungsi kelompok sebagaimana terlihat dalam arti
hubungan sosial, atau hanya melihat sebagai interaksi simbolik Oleh sebab itu, Kartono (2002)

7
Lumongga Namora Lubbis Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta : KENCANA,2016)

8
justru melihat fungsi kelompok tidak sekedar dari interaksinya saja, akan tetapi lebih dalam
lagi yaitu dengan penjelasan berikut:
a. Kelompok merupakan wadah dan ruang psikologis kepada semua anggotanya, sehingga
para anggota merasa memiliki terhadap kelompoknya.
b. Munculnya kader yang menunjukkan loyalitas dan kesetiakawanan sosial.
c. Memberikan rasa aman kepada semua anggotanya.
d. Adanya penghargaan melalui status dan peran masing-masing anggotanya.
e. Terdapat suatu tujuan ideal tertentu dari kelompok.
f. Kelompok dapat berperan sebagai wahana untuk mencapai tujuan.
g. Anggota kelompok sebagai individu merasa sebagai organ dari kelompok.
Uraian tersebut menekankan fungsi kelompok yang bercorak kondisi Indonesia. Sehingga
definisi tersebut cocok digunakan untuk mengkaji kelompok tani, kelompok pengajian, atau
kelompok pendengar pedesaan karena mendekati sosok realita yang ada di lapangan. Namun,
jika dipakai untuk menganalisis kelompok yang lebih rumit atau kompleks, maka kemungkinan
besar akan sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa dibantu oleh teori lain yang lebih canggih.8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terbentuknya kelompok adalah ketika terdapat dua orang atau lebih yang berkumpul.
kelompok adalah beberapa individu yang tidak terlalu banyak yang berkomunikasi satu dengan
lain dalam jangka waktu tertentu, dan komunikasi yang terjadi dilakukan antar semua anggota
secara langsung. Atau bisa definisikan dua orang atau lebih yang melakukan kontak dan
kerjasama untuk mencapai tujuan dengan menganggap kerjasama tersebut sebagai sesuatu
yang berarti. Dan kelompok itu memiliki dua tanda psikologis, yang pertama adanya sense of
belonging, dan yang kedua nasib anggota kelompok yang tergantung satu sama lain sehingga
hasil setiap anggota akan berkaitan dengan anggota yang lain.
Teori-teori Pembentukan Kelompok ada 6 : 1. Domisili Theory, 2. Similar Attitude Theory,
3. Activity-Interaction-Sentiment Theory, 4. Practicality Theory, 5. The Principle of
Complementary Theory, 6. Exchange Theory.
Jenis-jenis Kelompok ada 4 : 1. Kelompok Primer dan Sekunder, 2. Kelompok Formal dan
Informal, 3. Kelompok Terbuka dan Tertutup, 4. Berdasarkan Produktivitas.
Proses terbentuknya kelompok diawali dengan adanya persepsi yang sama antar individu
tentang pemenuhan kebutuhan yang nantinya akan timbul hasrat untuk memenuhinya,
sehingga ditentukanlah tujuan yang sama yang akhirnya terjadi interaksi antar individu yang
akan membentuk sebuah kelompok.
Fungsi Pembentukan Kelompok, Secara umum kelompok berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan agar setiap anggota relatif merasa puas, walau sebenarnya fungsi kelomp tidak
hanya sebatas itu saja. Crech dan Cructhfield (dalam Sudjarwo, 2011) mencoba menguraikan
fungsi kelompok dengan lebih rinci yaitu: Fungsi kelompok sebenarnya unik, artinya ciri
sekaligus fungsi dapat tergambar pada satu kelompok tertentu dengan sekaligus. Contoh

8
Zulkanair, Wildan, Dinamika Kelompok (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013 ), hlm,8-9.

9
kelompok pengajian, dimana tampak antara fungsi dan ciri melekat sekaligus. Fungsi
kelompok merupakan accessory, artinya kelompok merupakan bingkai dari sejumlah kegiatan
yang ada dalam satu kesatuan. Fungsi kelompok dominance dan belonginess. Maksudnya
sekalipun dalam kelompok terdapat kegiatan sub kelompok, namun kelompok tetap dapat
memelihara rasa kebersamaan dari seluruh anggota kelompoknya.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kekurangan kami mengharapkan saran dan
kritik mengenai pembahasan dalam makalah ini, agar kedepannya kami bisa mengevaluasi
hasil diskusi kami dan menyajikan makalah yang lebih baik lagi sebelumnya.

Daftar Pustaka
Abu huraerah dan Purwanto, 2006, Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi (Bandung: PT
Refika Aditama)
Hurairah Abu, 2006.Dinamika Kelompok. (Bandung : PT. Refika Aditama)
Jurnal Al-Taujih Bingkai Bimbingan dan Konseling Islam
Lumongga Namora Lubbis Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta : KENCANA, 2016)
Rasmini, Hamdi Muhammad, BIMBINGAN dan KONSELING KELOMPOK), (Jakarta, PT.
BUMI AKSARS, 2018)
Setyawan, Ari David, Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling, ( Pati : Al
Qalam Media Lestari,2022)
Zulkanair, Wildan, Dinamika Kelompok, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013 )

10

You might also like