Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sangat memperhatikan kebutuhan
hamba-Nya. Sebagai makhluk sosial tentu manusia memerlukan interaksi sosial (Mu’amalah)
dalam memenuhi kebutuhannya seperti makanan, minum, pakaian dan lain-lain. Dala Kitab-Nya
dan Sunnah Rasul-Nya telah ditetapkan hukum-hukum mu’amalah, salah satunya jual beli adalah
hal yang dibolehkan menurut Syara’.Jual beli adalah bentuk interaksi sosial dengan syarat dan
rukun yang telah ditentukan. Karena manusia juga merupakan makhluk memilih maka dalam jual
beli dibolehkan adanya Khiyar (memilih) untuk melanjutkan jual beli atau membatalkannya, hal
ini memberi kebebasan kepada manusia dalam melakukan jual beli sehingga tidak ada unsur
paksaan dalam jual beli.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian jual beli?
2. Bagaimana landasan hukum jual beli?
3. Apa syarat dan rukun jual beli?
4. Hukum jual beli yang diharamkan
5. macam — macam jual beli
6. Apa hikmah dari jual beli
7. Bagaimana ketentuan jual beli online?
8. Apa pengertian khiyar?
9. Apa saja macam — macam khiyar?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah diatas maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk:l
1. Mendeskripsikan,. Apa pengertian jual beli?
2. Mendeskripsikan Bagaimana landasan hukum jual beli?
3. Mendeskripsikan Apa syarat dan rukun jual beli?
4. Mendeskripsikan Hukum jual beli yang diharamkan
5. Mendeskripsikan macam — macam jual beli
6. Mendeskripsikan Apa hikmah dari jual beli
7. Mendeskripsikan Bagaimana ketentuan jual beli online?
8. Mendeskripsikan Apa pengertian khiyar?

1
9. Mendeskripsikan Apa saja macam — macam khiyar?

BAB II
PEMBAHASAN
21 PENGERTIAN JUAL BELI
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu ( yang lain ).
Kata lain dari jual beli adalah al-ba'l, asy-syira', al-mubadah, dan at-tijarah. Menurut
terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain:
➢ » Ulama Hanafiyah Jual beli adalah pertukaran hara ( benda ) dengan harta berdasarkan cara
khusus ( yang dibolehkan ).
➢ » Imam Nawawi dalam AlMajmu' Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan
➢ » Ibnu Audamah dalam kitab AlMugni Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk
saling menjadikan milik
Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan milik Pengertian
lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual ( yakni pihak yang
menyerahkan / menjual barang ) dan pembeli ( sebagai pihak yang membayar / membeli barang
yang dijual). Pada masa Rasullallah SAW harga barang Itu dibayar dengan mata uang yang
terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak (dirham).

2.2 LANDASAN HUKUM JUAL BELI


Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an,
hadist Nabi, dan Ijma’, yakni :
1.Al-qur’an, yang mana Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah, 2:198
‫ّٰللا ِّع ْندَ ْال َم ْشعَ ِّر ْال َح َر ِّام ۖ َواذْكُ ُر ْوهُ َك َما‬ ٍ ‫ع َر ٰف‬
َ ‫ت فَاذْكُ ُروا ه‬ ْ َ‫ح اَ ْن تَ ْبتَغُ ْوا فَض اًْل ِّ ِّم ْن َّربِِّّكُ ْم ۗ فَ ِّاذَآ اَف‬
َ ‫ضت ُ ْم ِّ ِّم ْن‬ ٌ ‫علَ ْيكُ ْم ُجنَا‬ َ ‫ْس‬ َ ‫لَي‬
َ‫هَ ٰدىكُ ْم ۚ َوا ِّْن كُ ْنت ُ ْم ِّ ِّم ْن قَ ْبل ِّٖه لَمِّنَ الض َّۤا ِِّّليْن‬
Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah
kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu,
sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.
2.Sunnah Nabi, yang mengatakan: Suatu ketika Nabi SAW ditanya tentang mata pencarian yang
paling baik. Beliau menjawab, “ Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang
mabrur”. (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkan dari Rifa’ah Ibn Rafi’).
Maksud mabrur dalam hadist di Atas adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu menipu dan
merugikan orang lain.
3.Ijma’

2
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak
akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan
atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai. Mengacu kepada ayat– ayat Al-Qur’an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah ( boleh
). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram,
dan makruh. Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadi sunnah,
wajib, haram, atau makruh : Jual beli hukumnya sunnah, misalnya dalam jual beli barang yang
hukumnya menggunakan barang yang diperjualbelikan itu sunnah seperti minyak wangi
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para pedagang menimbun beras,
sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya pun melambung tinggi. Maka
pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk menjual beras yang ditimbunnya dengan
harga sebelum terjadi pelonjakan harga. Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib
menjual beras yang ditimbun sesuai dengan ketentuan pemerintah. Jual beli hukumnya haram,
misalnya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam juga
mengandung unsur penipuan.
2.3 SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
1 SYARAT JUAL BELI
Berikut ini adalah 9 syarat jual beli dalam islam:
1) Berakal,pihak yang bertransaksi haruslah telah baligh, memiliki kemampuan mengatur
uang dan kompeten dalam melakukan jual beli.
2) Kehendak sendiri, para pihak yang terlibat melakukan transaksi dengan ridha dan
sukarela, karena jika dilakukan dengan paksaan, termasuk transaksi yang bathil (Q.S An-
Nissa:9).
3) Mengetahui,para pihak telah mengetahui barang dan harga jualnya, tidak boleh ada
ketidakjelasan (ghoror) seperti membeli susu yang masih belum diperah.
4) Suci barangnya, barang yang diperjualbelikan bukan benda najis atau yang barang
haram.
5) Barang bermanfaat,barang pada transaksi jual beli memiliki manfaat sehingga tidak
mubazir.
6) Barang sudah dimiliki, penjual telah memiliki hak untuk menjual barang tersebut, baik
itu dengan telah membeli terlebih dahulu dari supplier/produsen, atau telah memperoleh
izin untuk menjual dari pemilik barang ( kecuali jika melakukan jual beli salam ).
7) Barang yang dapat diserahterimakan, barang yang tidak dapat diserahkan, seperti jual
beli burung yang sedang terbang, berpotensi besar tidak terealisasi, sehingga
menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.

3
8) Ijab dan qabul transaksi harus berhubungan (tidak ada pemisah) meskipun berbeda
tempat (mazhab hanafi).
9) Lafadz dan perbuatan jelas – pengucapan menjual dan membeli oleh para pihak harus
jelas dan saling berkait, selain itu ijab qabul juga dapat dilakukan sesuai kebiasan
perdagangan setempat, seperti menyerahkan uang dan penjual menyerahkan barang.
2 RUKUN JUAL BELI
• Pihak yang bertransaksi,penjual dan pembeli
• Barang,barang dapat berupa benda maupun jasa
• Harga,kesepakatan nilai barang yang dipertukarkan
• Serah terima,menggunakan ucapan serah terima transaksi dari penjual dan pembeli ( ijab
Kabul).
Jika salah satu dari empat rukun jual beli ini tidak terpenuhi, maka transaksinya tidak
dapat dilakukan. Atau jika transaksi sudah dilakukan transaksinya menjadi batal.
2.4 HUKUM JUAL BELI YANG DIHARAMKAN
1. Jika akad jual beli itu menyulitkan ibadah, misalnya mengambil waktu shalat.Allah
berfirman:

َ‫ّٰللا َوذَ ُروا ا ْلبَ ْي َۗ َع ٰذ ِلكُ ْم َخي ٌْر لَّكُ ْم اِنْ كُ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
ِ ‫سعَ ْوا ا ِٰلى ِذك ِْر ه‬
ْ ‫ِي لِلص َّٰلو ِة مِ نْ ي َّْو ِم ا ْل ُج ُمعَ ِة فَا‬
َ ‫ٰيٰٓاَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا نُ ْود‬
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari
Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Qs Al- Jumah:9)

َ ‫ّٰللا َواذْك ُُروا ه‬


َ‫ّٰللا َك ِثي ًْرا لَّ َعلَّكُ ْم ت ُ ْف ِلح ُْون‬ ْ َ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا مِ نْ ف‬
ِ ‫ض ِل ه‬ َ ْ ‫ت الص َّٰلوةُ فَا ْنتَش ُِر ْوا فِى‬
ِ ‫اْل ْر‬ ِ ‫فَ ِاذَا قُ ِض َي‬
Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.(Qs. Al- Jumah:10)

2. Jual beli yang dilarang dalam Islam, yaitu menjual barang yang diharamkan.
Begitu juga hukum menjual khamr. Khamer, maksudnya segala yang bisa memabukkan
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam :
ْ ‫ َوكُ ُّل ُم‬،‫سك ٍِر َخ ْم ٌر‬
‫سك ٍِر ح ََرا ٌم‬ ْ ‫كُ ُّل ُم‬
“Semua yang memabukkan itu adalah khamr, dan semua khamr itu haram.”
3.Menjual alat music
4.Menjual gambar
5.Menjual kaset cabul dan suara penyanyi diiringi music

4
6.Menjual barang yang dimanfaatkan pembeli untuk sesuatu yang haram
Allah Azza wa Jalla berfirman :

ِ‫“ وَ ت َ ع َ ا وَ ن ُ ْو ا ع َ ل َ ى ا ل ْ ب ِ ر ِ وَ ا ل ت َّ ق ْ وٰ ى وَ َْل ت َع َ ا وَ ن ُ ْو ا ع َ ل َ ى ا ْْل ِ ث ْ مِ وَ ا ل ْ ع ُ د ْ وَ ا ن‬


Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” [Al Maidah :2]
7.Menjual barang yang tidak dimiliki

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:


Jangan menjual suatu yang tidak ada padamu”. [HR Tirmidzi]
2.5MACAM - MACAM JUAL BELI
1.Ditinjau dari objeknyaa.rupia:
a.Ba’I Al- Mutlaq, tukar menukar suatu benda dengan mata uang. Missalseperti dirham, rupiah,
atau dolar.
b.Ba’I Al- Salam atau Salaf, tukar menukar atau menjual barang yangpenyerahannya ditunda
dengan pembayaran modal terlebih dahulu
c.Ba’I Al- Sharf, tukar menukar tsaman dengan tsaman lainnya. Misalnyamata uang dengan mata
uang, emas dengan emas, atau perak denganperak .
dengan adanya syarat yakni:
• Saling serah terima sebelum berpisah badan antara kedua belahpihak
• Sama jenisnya barang yang dipertukarkan
• Tidak dapat khiyar syarat didalamnya
• Penyerahan barangnya tidak ditunda

d.Ba’I Al- Muqayadhah ( barter ), adalah tukar menukar harta dengan hartaselain emas dan perak,
jual beli ini disyaratkan harus sama dalam jumlahdan kadarnya. Misalnya tukar menukar kurma
dan gandum.
2.Ditinjau dari subjectnyaa.
a.Dengan lisan
b.Dengan perantara, penyampaian akad jual beli melalui wakala ( utusan ),perantara, tulisan, atau
surat menyurat sama halnya dengan ucapan.Penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam satu
majelis akad.
c.Dengan perbuatan ( saling memberikan atau mu’athah ) yaitu mengambil
dan membelikan barang tanpa ijab qabul secara lisan
3.Ditinjau dari hukumnya

5
a. Ba’i Al-Mun’aqid lawan dari Ba’I Al-Bathil, yaitu jual beli yang disyariatkan ( diperbolehkan
oleh syara’ )
b.Ba’I Al –shahih lawan dari Ba’i Al- Fasid, yaitu jual beli yang terpenuhisyarat sahnya
c.Ba’I Al-Nafidz lawan dari Ba’I Al – Mauquf, yaitu jual beli shahih yangdilakukan oleh orang
yang cakap melaksanakannya seperti baligh danberakal
d.Ba’i Al-Lazim lawan dari Ba’IGhair Al – Lazim, yaitu jual beli shahih yangsempurna dan tidak
ada hak khiyar di dalamnya.
2.6 HIKMAH JUAL BELI
Allah mensyariatkan jual beli sebagai bagian dari bentuk ta’awun ( saling tolong
menolong ) antar sesame manusia, juga sebagai pemberian keleluasaan, karena manusiasecara
pribadi mempunyai kebutuhan seperti sandang, pangan, papan, dan sebagainya.Hikmah jual beli
antara lain:
➢ Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat
➢ Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhan atas dasar kerelaan
➢ Masing–masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barangdagangannya dengan
imbalan, maupun pembeli membayar dan menerima barang.
➢ Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau secarabathil.
➢ Penjual dan pembeli mendapat rahmat dari Allah SWT
➢ Dapat menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan

2.7 JUAL BELI ONLINE


Jual beli online adalah persetujuan saling mengikat melalui internet antara penjualsebagai
pihak yang menjual barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barangyang
dijual.Dasar hukum jual beli online:
a) Undang undang Inormasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) menurut pasal 1 ayat 2UU ITE,
transaksi elektronik, yaitu:Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan
dengan menggunakancomputer, jaringan computer, dan media elektronik lainnya.
b) .Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa; Pemanfaatan teknologi informasi
dantransaksi elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat,kehati–
hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih, teknologi atau netral teknologic.
c) Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi elektronik
yaitu:pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengantujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakatinformasi dunia.
Syarat jual beli online:

6
Sama halnya dengan jual beli konvensional syarat dan rukun jual beli online adalahsama dengan
jual beli offline , namun terdapat syarat tambahan dalam transaksi jual belionline. Diantaranya
adalah:

a) Tidak melanggar hukum agama, seperti misalnya jual beli barang haram,penipuan,dan
kecurangan.
b) .Ada akad jual beli, kesepakatan antar penjual dan pembelic.
c) Adanya control, sanksi dan aturan hukum yang tegas dan jelas dari pemerintah.
Syarat barang yang diperjualbelikan:Dalam kitab Syarh al- Yaqut an- Nafis karya Muhammad
bin Ahmad al-Syatirimenjelaskan:
“ Yang diperhitungkan dalam akad – akad adalah substansinya, bukan bentuk lafalnya dan jual
beli via telepon,sms, WhatsApp, dll telah menjadi alternative utama yang dipraktikan”.
Apabila sebelum transaksi kedua belah pihak sudah melihat barang yang diperjualbelikanatau
telah dijelaskan baik siat maupun jenisnya, maka sudah memenuhi syarat– syarat dan rukun –
rukun jual beli lainnya. Kemudian dalam Nihayah al- Muhtaj ila Syarh al– Minhajkarya
Syihabuddin Ar- Ramli juga menjelaskan:
“ Dan menurut qaul al- Azhar, sungguh tidak sah selain dalam masalah fuqa sari anggur
yangdijual dalam kemasan rapat/tidak terlihat jual beli barang ghaib, yakni barang yang
tidakterlihat oleh dua orang yang bertransaksi, atau salah satunya. Baik berstatus sebagai alat
pembayar maupun dibayari.”
2.8 PENGERTIAN KHIYAR
Secara etimologi, khiyar artinya: Memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara umum
artinya adalah menentukan yang terbaik dari dua hal (atau lebih) untuk dijadikan orientasi.
Secara terminologis dalam ilmu fiqih artinya: Hak yang dimiliki orang yang melakukan
perjanjian usaha untuk memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan perjanjian tersebut
atau membatalkannya.
Khiyar artinya “boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurugkan
(menarik kembali, tidak jadi dijula beli)”. Diadakan khiyar oleh syara’ agar kedua orang tadi yang
berjual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan tejadi
penyesalan dikemudaian hari lantaran merasa tertipu.
Khiyar yaitu pemilihan di dalam melakukan akad jual beli apakah mau meneruskan akad
jual beli atau mengurungkan/ menarik kembali kehendak untuk melakukan jual beli.
2.9 MACAM – MACAM KHIYAR
Salah satu prinsip dalam jual beli menurut syari’at Islam adalah adanya hak kedua belah
pihak yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau membatalkan transaksi, hak tersebut

7
dinamakan khiyar. Hikmahnya adalah untuk kemaslahatan bagi pihak – pihak yangmelakukan
transaksi itu sendiri, memelihara kerukunan, hubungan baik serta menjalin cintakasih di antara
sesama manusia.
Adapun macam - macam khiyar, di Antaranya :
a. Khiyar Majelis
Majlis secara bahasa adalah bentuk masdar mimi dari julus yang berarti tempat duduk,
dan maksud dari majlis akad menurut kalangan ahli figih adalah tempat kedua orang yang berakad
berada dari sejak mulai berakad sampai sempurna, berlaku dan wajibnya akad. Dengan begitu
majlis akad merupakan tempat berkumpul dan terjadinya akad apapun keadaan pihak yang
berakad! Adapun menurut istilah khiyar majelis adalah khiyar yang ditetapkan oleh syara" bagi
setiap pihak yang melakukan transaksi, selama para pihak masih berada di tempat transaksi.
Khiyar majelis berlaku dalam berbagai macam jual beli, seperti jual beli makanan dengan
makanan, akad pemesanan barang (salam), syirkah.
b. Khiyar Syarat

Menurut Sayyid Sabig khiyar syarat adalah suatu khiyar dimana seseorang membeli
sesuatu dari pihak lain dengan ketentuan dia boleh melakukan khiyar pada masa atau waktu
tertentu, walaupun waktu tersebut lama, apabila ia menghendaki maka ia bisa melangsungkan jual
beli dan apabila ia mengendaki ia bisa membatalkannya. Dari definisi tersebut dapat dipahami
bahwa khiyar syarat adalah suatu bentuk khiyar dimana para pihak yang melakukan akad jual beli
memberikan persyaratan bahwa dalam waktu tertentu mereka berdua atau salah satunya boleh
memilih antara meneruskan jual beli atau membatalkannya.
c. Khiyar Aib,
Khiyar aib termasuk dalam jenis khiyar naqishah (berkurangnya nilai penawaran
barang).Khiyar aib berhubungan dengan ketiadaan kriteria yang diduga sebelumnya. Khiyar
aibmerupakan hak pembatalan jual beli dan pengembalian barang akibat adanya cacat dalamsuatu
barang yang belum diketahui, baik aib itu ada pada waktu transaksi atau baru terlihatsetelah
transaksi selesai disepakati sebelum serah terima barang. Yang mengakibatkanterjadinya khiyar
disini adalah aib yang mengakibatkan berkurangnya harga dan nilai bagipara pedagang dan orang-
orang yang ahli dibidangnya.
d. Khiyar Ru"yah Khiyar ru'yah
Adalah hak pembeli untuk membatalkan akad atau tetap melangsungkannya ketika ia
melihat obyek akad dengan syarat ia belum melihatnya ketika berlangsung akad atau sebelumnya
ia pernah melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah jadi batas perubahan atasnya.
Konsep khiyar ini disampaikan oleh fugoha Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah dan Dhahiriyah

8
dalam kasus jual beli benda yang ghaib (tidak ada ditempat) atau benda yang belum pernah
diperiksa. Sedangkan menurut Imam Syafi'i khiyar ru'yah ini tidak sah dalam proses jual beli
karena menurutnya jual beli terhadap barang yang ghaib (tidak ada ditempat) sejak semula
dianggap tidak sah. Syarat Khiyar Ru'yah bagi yang membolehkannya antara lain: 1. Barang yang
akan ditransaksikan berupa barang yang secara fisik ada dan dapat dilihat berupa harta tetap atau
harta bergerak. 2. Barang dagangan yang ditransaksikan dapat dibatalkan dengan mengembalikan
saat transaksi. 3. Tidak melihat barang dagangan ketika terjadi transaksi atau sebelumnya,
sedangkan barang dagangan tersebut tidak berubah.26

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu diperbolehkan
dalam Islam. Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia dalam mencukupi kebutuhan
mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka. Namun demikian, tidak semua jual beli
diperbolehkan. Ada juga jual beli yang dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual
beli yang sudah disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan itu semua telah
dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama dalam menentukan
rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah
perumusannya saja, tetapi inti dari rukun dan syaratnya hampir sama. Dalam jual beli juga dikenal
istilah khiyar, yaitu hak memilih yang diberikan kepada pembeli untuk meneruskan atau
membatalkannya karena suatu hal. Hal ini dilakukan untuk kemaslahatan masing-masing pihak
yang melakukan transaksi, dan inipun diperbolehkan dalam Islam.

3.2 SARAN

9
Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk Allah SWT. Yang tidak luput dari
kesalahan dan khilaf. Maka besar kemungkinan dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan kata ataupun karangnya referensi yang dimiliki
oleh penulis. Maka dari itu saranataupun kritik sangatlah diperlukan untuk dapat membangun
kreativitas dalam penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Syafe'i MA, Prof., Dr., 2004, Figih Muamalah, Pustaka Setia,Bandung.
Wahbah Al-Juhaili, 1989, Al-figh Al-Islami wa Adillatuhu,Dar Al-Fikr.
Rambe, Nawawiah, Drs, 1994, Figih Islam, Duta Pahala, Jakarta. Syamsuri, Drs, H., 2005,
Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI, Erlangga, Jakarta.

10

You might also like