Professional Documents
Culture Documents
Standar Konservasi Tanah Dan Air Untuk Pengendalian Potensi Banjir Untuk Usahakegiatan Risiko Menengah Rendah
Standar Konservasi Tanah Dan Air Untuk Pengendalian Potensi Banjir Untuk Usahakegiatan Risiko Menengah Rendah
89
Foto: Frans Paginta, BPSILHK Samboja
STANDAR 8. STANDAR KONSERVASI TANAH DAN AIR UNTUK PENGENDALIAN POTENSI
BANJIR UNTUK USAHA/KEGIATAN RISIKO MENENGAH RENDAH
KELAS RISIKO:
Menengah Rendah
REVISI: 0
KELAS PENGGUNA:
Usaha/Kegiatan Risiko Menengah Rendah
TANGGAL BERLAKU:
KLUSTER KEGIATAN: xxx
PRA-KONSTRUKSI, KONSTRUKSI, OPERASIONAL, JUMLAH HALAMAN: 11
PASCA OPERASIONAL
NAMA: KONSERVASI TANAH DAN AIR UNTUK
PENGENDALIAN POTENSI BANJIR
B. URAIAN STANDAR
B.1. BESARAN DAMPAK
Wilayah yang sangat rentan terdampak banjir meliputi daerah sisi kanan kiri sungai
(sempadan sungai), muara sungai dan pesisir pantai yang menjadi daerah hilir DAS di areal IKN.
Wilayah yang juga berisiko banjir secara umum adalah wilayah dataran rendah, kawasan
dengan drainase buruk, dan daerah dengan curah hujan tinggi.
90
B.2. STANDAR PENGELOLAAN & PENGENDALIAN KETAHANAN BENCANA DAN
PERUBAHAN IKLIM
B.2.1. Bentuk Pengelolaan dan Pengendalian
Standar pengelolaan dan pengendalian konservasi tanah dan air untuk pengendalian
potensi banjir harus disesuaikan dengan kondisi tapak di areal IKN sehingga perlu dipastikan
terlebih dahulu bagaimana kondisi biogeofisik dan sosek di areal tersebut.
Ruang lingkup bentuk pengelolaan dan pengendalian yang tercakup dalam standar ini
meliputi:
1. Menyusun perencanaan konservasi tanah dan air
2. Melaksanakan kegiatan penyelenggaraan konservasi tanah dan air
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan konservasi tanah danair
B.2.2. Lokasi
Wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS di areal IKN.
B.3.2. Lokasi
Wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS di areal IKN.
91
LAMPIRAN
STANDAR KONSERVASI TANAH DAN AIR
UNTUK PENGENDALIAN POTENSI BANJIR
Penggunaan tanah dan air yang tidak sesuai dapat berdampak pada terjadinya bencana
hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Bencana banjir
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Penyebab banjir dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu tingginya curah hujan, tidak memadainya salurandrainase, dan daya tampung
sungai yang terbatas. Ketiga penyebab tersebut apabila dikerucutkan akan sangat
tergantung pada kondisi tutupan lahan di wilayah daerah aliran sungai (DAS) terkait.
Penutupan lahan yang didominasi oleh permukiman yang minim ruang terbuka hijau
menjadikan sebagian besar air hujan tidak terserap ke dalam tanah dan menjadi aliran
permukaan yang mengakibatkan meningkatnya risiko terjadinya banjir di daerah hilir.
Karakter lokasi IKN secara alami berada di daerah dataran banjir. Berdasar kewilayahan
DAS terdapat setidaknya 10 sungai yang berhilir di wilayah IKN (Gambar 1). Kondisi
tersebut menjadikan lokasi IKN secara fisiografis alami merupakan daerah yang tidak
terhindar dari potensi banjir. Meskipun curah hujan tahunan sebagai input alami sumber
daya air berada dalam kategori sedang/menengah yakni sekitar 2.666 mm/th atau 222
mm/bln, namun jika tidak dikelola dalam siklus hidrologinya maka dapat berpotensi
menjadi aliran permukaan
92
yang merusak dengan terjadinya banjir (Gambar 2). Oleh karena itu, sebagai bagiandari
upaya pengelolaan lingkungan dalam rencana induk pembangunan dan pengembangannya,
kegiatan konservasi tanah dan air yang ditujukan untuk pengendalian potensi bencana banjir
perlu dilakukan.
Konservasi tanah dan air memiliki ruang lingkup perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan
pengawasan. Oleh karena itu, tahap kluster kegiatan di areal IKN
93
yang tercakup dalam standar ini yakni mulai dari tahap pra-konstruksi yang harus
memperhatikan kegiatan perencanaan konservasi tanah dan air, tahap konstruksi dan
tahap operasional dalam kegiatan penyelenggaraan konservasi tanah dan air, dan tahap
pasca operasional untuk melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan
konservasi tanah dan air.
2. Sumber Dampak
Kawasan yang sangat rentan terdampak banjir tersebut umumnya juga menjadi pusat
aktivitas masyarakat sehingga menimbulkan ancaman terhadap keberlangsungan
kehidupan manusia. Banjir menimbulkan dampak terhadap kesehatan, sosial ekonomi,
transportasi, penyediaan air bersih, kerusakan infrastruktur hingga risiko kematian. Selain
banjir, potensi dampak jika tidak dilakukan konservasi tanah dan air adalah risiko
terjadinya kekeringan pada musim kemarau, intrusi air laut, dan penurunan muka tanah.
94
2. agronomi,
3. sipil teknis pembuatan bangunan konservasi tanah dan air,
4. pengelolaan manajemen, dan/atau
5. metode lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, misalnya memanfaatkan lubang bekas tambang.
Metode vegetatif antara lain dilakukan untuk meningkatkan tutupan lahan DASserta
perlindungan kanan-kiri/tebing sungai berupa penanaman:
1. tanaman kayu-kayuan,
2. perdu,
3. rumput-rumputan, dan/atau
4. tanaman penutup tanah lainnya.
Pelaksanaan metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air mengikuti ketentuan
yang berlaku (PermenLHK No.23/2021; PermenLHK Nomor P.105/
MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018; PermenLHK No.P.2/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/1/2020; SNI 7943:2013).
Metode sipil teknis pembuatan bangunan konservasi tanah dan air berupa:
1. sengkedan,
2. teras guludan,
3. teras bangku,
4. pengendali jurang,
5. sumur resapan,
6. kolam retensi,
7. dam pengendali,
8. dam penahan,
9. saluran buntu atau rorak,
10. saluran pembuangan air,
11. terjunan air, dan/atau
12. beronjong.
Konservasi tanah dan air dengan metode sipil teknis di wilayah hulu khususnyadi
areal hutan atau perkebunan dapat dilakukan melalui pembuatan rorak (jebakan air),
dam pengendali, dan saluran pembuangan air (SPA).
Untuk wilayah tengah yang merupakan areal pertanian dapat menggunakan dam
95
penahan, embung, teras, dan sumur resapan.
Sedangkan untuk wilayah hilir dapat dibuat sumur resapan dan kolam retensi,dan
Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH).
Pemilihan metode sipil teknis dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
antara lain:
1. jenis batuan,
2. jenis tanah,
3. penutupan tanah,
4. kemiringan lereng,
5. curah hujan, dan
6. kedalaman air tanah.
Pembuatan bangunan sipil teknis untuk konservasi tanah dan air mengikuti ketentuan
yang berlaku (PermenLHK Nomor P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/ 12/2018;
PermenLHK No.P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020; Perdirjen PDASHL
No.6/PDASHL/SET/KUM.1/8/2017; SNI 03-2453-2002; SNI 7943:2013).
5. Lokasi Teknis
Daerah hulu, tengah, hilir DAS di areal IKN
6. Periode Pengelolaan
Selama operasional kegiatan
Daftar Pustaka
97
ISTILAH DAN DEFINISI
Tanah dan air : Lapisan permukaan bumi yang terdiri atas zat padat yang berupa
mineral dan bahan organik, zat cair yang berada pada pori-pori
tanah dan yang terikat pada butiran tanah, serta udara sebagai
satu kesatuan yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan
media pengatur air.
Daerah aliran sungai : Satuan wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
(DAS) sungai dan anak-anak sungai yang berfungsi menampung,
penyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang terpengaruh aktivitas daratan.
Pengelolaan DAS : Upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara
sumber daya alam dan manusia di dalam DAS dan segala
aktivitasnya agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem
serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia
secara berkelanjutan.
Metode vegetatif : Upaya penanaman pohon, tanaman perdu, legum penutup tanah,
dan/atau rumput permanen.
Metode sipil teknis : Perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
98