Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

STANDAR 8.

STANDAR KONSERVASI TANAH DAN AIR UNTUK


PENGENDALIAN POTENSI BANJIR UNTUK
USAHA/KEGIATAN RISIKO MENENGAH RENDAH

89
Foto: Frans Paginta, BPSILHK Samboja
STANDAR 8. STANDAR KONSERVASI TANAH DAN AIR UNTUK PENGENDALIAN POTENSI
BANJIR UNTUK USAHA/KEGIATAN RISIKO MENENGAH RENDAH

Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencanadan


Perubahan Iklim
Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
TINGKAT INSTRUMEN: Standar [SBSI] NOMOR DOKUMEN:
SBSI.Pustandpi.2022-xxx
KATEGORI INSTRUMEN:
Pengelolaan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim

KELAS RISIKO:
Menengah Rendah
REVISI: 0
KELAS PENGGUNA:
Usaha/Kegiatan Risiko Menengah Rendah
TANGGAL BERLAKU:
KLUSTER KEGIATAN: xxx
PRA-KONSTRUKSI, KONSTRUKSI, OPERASIONAL, JUMLAH HALAMAN: 11
PASCA OPERASIONAL
NAMA: KONSERVASI TANAH DAN AIR UNTUK
PENGENDALIAN POTENSI BANJIR

A. URAIAN KEGIATAN STANDARDISASI


Standar konservasi tanah dan air untuk pengendalian potensi banjir bertujuan menjadi
panduan dalam perencanaan, penyelenggaraan serta pembinaan dan pengawasankonservasi
tanah dan air agar potensi banjir di suatu kawasan dapat dikendalikan dan diminimalisir. Selain
itu, standar ini juga dapat menjadi media pengatur tata air yang mendukung kelestarian sumber
daya air termasuk mengurangi risiko kekeringan.
Agar lebih efektif, standar ini diterapkan dalam satuan pengelolaan daerah aliran sungai
(DAS) terpadu dengan keterlibatan multipihak. Memperhatikan bahwa areal IKN memilikibanyak
sungai kecil sehingga terdapat banyak DAS kecil maka satuan pengelolaan DAS terpadu ini
semakin penting. Hal ini juga akan menunjang upaya mewujudkan Ibu Kota Negara (IKN)
sebagai sponge city.

B. URAIAN STANDAR
B.1. BESARAN DAMPAK
Wilayah yang sangat rentan terdampak banjir meliputi daerah sisi kanan kiri sungai
(sempadan sungai), muara sungai dan pesisir pantai yang menjadi daerah hilir DAS di areal IKN.
Wilayah yang juga berisiko banjir secara umum adalah wilayah dataran rendah, kawasan
dengan drainase buruk, dan daerah dengan curah hujan tinggi.

90
B.2. STANDAR PENGELOLAAN & PENGENDALIAN KETAHANAN BENCANA DAN
PERUBAHAN IKLIM
B.2.1. Bentuk Pengelolaan dan Pengendalian
Standar pengelolaan dan pengendalian konservasi tanah dan air untuk pengendalian
potensi banjir harus disesuaikan dengan kondisi tapak di areal IKN sehingga perlu dipastikan
terlebih dahulu bagaimana kondisi biogeofisik dan sosek di areal tersebut.
Ruang lingkup bentuk pengelolaan dan pengendalian yang tercakup dalam standar ini
meliputi:
1. Menyusun perencanaan konservasi tanah dan air
2. Melaksanakan kegiatan penyelenggaraan konservasi tanah dan air
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan konservasi tanah danair

B.2.2. Lokasi
Wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS di areal IKN.

B.2.3. Periode Pengelolaan


Selama operasional kegiatan.

B.3. STANDAR PEMANTAUAN KETAHANAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM


B.3.1. Bentuk Pemantauan
1. Pemantauan ketersediaan dokumen perencanaan konservasi tanah dan air
2. Pemantauan kegiatan konservasi tanah dan air vegetatif dan perkembangantanaman
yang ditujukan untuk konservasi tanah dan air
3. Pemantauan keberadaan dan fungsi bangunan konservasi tanah dan air
4. Pengukuran kuantitas, kualitas, dan kontinuitas aliran air sesuai ketentuan yangberlaku
(antara lain PP Nomor 22 tahun 2021, petunjuk teknis, SNI, SPAS, dll)
5. Pemantauan curah hujan menggunakan data dari stasiun klimatologi
6. Pemantauan wilayah berpotensi banjir dan kekeringan
7. Pelaksanaan survei dampak sebelum dan sesudah dilaksanakannya konservasitanah dan
air
8. Pemantauan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sebelum, selama, dansetelah
proses pelaksanaan kegiatan konservasi tanah dan air

B.3.2. Lokasi
Wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS di areal IKN.

B.3.3. Periode Pemantauan


Dilaksanakan secara berkala sesuai dengan kebutuhan masing-masing bentuk
pemantauan. Hasil dari masing-masing bentuk pemantuan tersebut selanjutnya diakumulasi
dalam laporan tahunan perkembangan penyelenggaraan konservasi tanah dan air.

91
LAMPIRAN
STANDAR KONSERVASI TANAH DAN AIR
UNTUK PENGENDALIAN POTENSI BANJIR

1. Dampak Lingkungan yang Dikelola


Tanah dan air merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan yang merupakansatu
kesatuan sistem pendukung kehidupan. Namun demikian, tanah dan air merupakan
sumber daya alam yang mudah terdegradasi karena kondisi geografis dan penggunaan
yang tidak sesuai fungsi, peruntukan, dan kemampuannya. Konservasi tanah dan air
merupakan upaya perlindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan fungsi tanah
pada lahan yang sesuai dengan kemampuan dan peruntukan lahan untuk melindungi
pembangunan berkelanjutan dan kehidupan yang lestari.

Penyelenggaraan konservasi tanah dan air harus dilaksanakan secara terencana,


komprehensif, terpadu dan berkelanjutan pada setiap jenis penggunaan lahan di
kawasan lindung dan kawasan budidaya melalui perlindungan, pemulihan, peningkatan
dan pemeliharaan fungsi tanah pada lahan. Hal ini untuk mewujudkan pemanfaatan dan
penggunaan tanah pada lahan yang tepat guna,

Penggunaan tanah dan air yang tidak sesuai dapat berdampak pada terjadinya bencana
hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Bencana banjir
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Penyebab banjir dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu tingginya curah hujan, tidak memadainya salurandrainase, dan daya tampung
sungai yang terbatas. Ketiga penyebab tersebut apabila dikerucutkan akan sangat
tergantung pada kondisi tutupan lahan di wilayah daerah aliran sungai (DAS) terkait.
Penutupan lahan yang didominasi oleh permukiman yang minim ruang terbuka hijau
menjadikan sebagian besar air hujan tidak terserap ke dalam tanah dan menjadi aliran
permukaan yang mengakibatkan meningkatnya risiko terjadinya banjir di daerah hilir.

Pembangunan dan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mengedepankan


beberapa prinsip antara lain menjaga keseimbangan ekologis, keberlanjutan
pembangunan, dan kelayakan hidup. IKN Nusantara, selain diarahkanmenjadi smart city,
ditetapkan sebagai forest city dan sponge city. Oleh karena itu, rencana induk
pembangunan dan pengembangannya menerapkan berbagai kegiatan yang
menyeimbangkan ekologi alam, kawasan terbangun, dan sistem sosialyang ada secara
harmonis, sehingga perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi perhatian
penting karena juga menjadi sarana mengurangi risiko terjadinya bencana.

Karakter lokasi IKN secara alami berada di daerah dataran banjir. Berdasar kewilayahan
DAS terdapat setidaknya 10 sungai yang berhilir di wilayah IKN (Gambar 1). Kondisi
tersebut menjadikan lokasi IKN secara fisiografis alami merupakan daerah yang tidak
terhindar dari potensi banjir. Meskipun curah hujan tahunan sebagai input alami sumber
daya air berada dalam kategori sedang/menengah yakni sekitar 2.666 mm/th atau 222
mm/bln, namun jika tidak dikelola dalam siklus hidrologinya maka dapat berpotensi
menjadi aliran permukaan

92
yang merusak dengan terjadinya banjir (Gambar 2). Oleh karena itu, sebagai bagiandari
upaya pengelolaan lingkungan dalam rencana induk pembangunan dan pengembangannya,
kegiatan konservasi tanah dan air yang ditujukan untuk pengendalian potensi bencana banjir
perlu dilakukan.

Gambar 1. Peta DAS di Areal IKN

Gambar 2. Peta Kerentanan Kebanjiran di Areal IKN

Konservasi tanah dan air memiliki ruang lingkup perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan
pengawasan. Oleh karena itu, tahap kluster kegiatan di areal IKN

93
yang tercakup dalam standar ini yakni mulai dari tahap pra-konstruksi yang harus
memperhatikan kegiatan perencanaan konservasi tanah dan air, tahap konstruksi dan
tahap operasional dalam kegiatan penyelenggaraan konservasi tanah dan air, dan tahap
pasca operasional untuk melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan
konservasi tanah dan air.

2. Sumber Dampak
Kawasan yang sangat rentan terdampak banjir tersebut umumnya juga menjadi pusat
aktivitas masyarakat sehingga menimbulkan ancaman terhadap keberlangsungan
kehidupan manusia. Banjir menimbulkan dampak terhadap kesehatan, sosial ekonomi,
transportasi, penyediaan air bersih, kerusakan infrastruktur hingga risiko kematian. Selain
banjir, potensi dampak jika tidak dilakukan konservasi tanah dan air adalah risiko
terjadinya kekeringan pada musim kemarau, intrusi air laut, dan penurunan muka tanah.

3. Indikator Keberhasilan Teknis


Dengan dilaksanakannya standar konservasi tanah dan air maka areal IKN akanterhindar
dari bencana banjir.
Secara khusus dampak lain yang juga akan diperoleh:
i. wilayah hulu DAS terhindar dari degradasi lahan dengan peningkatan tutupan
lahan,
ii. wilayah tengah DAS berupa tersedianya air sepanjang tahun dan terhindar dari
degradasi lahan, dan
iii. wilayah hilir DAS terhindar dari bencana banjir, kekeringan, intrusi air laut, dan
penurunan muka tanah.

4. Bentuk Teknis Pengelolaan


I. Perencanaan konservasi tanah dan air
Perencanaan konservasi tanah dan air harus memperhatikan rencana tata ruang
wilayah dan rencana pembangunan nasional dan daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Perencanaan konservasi tanah dan air terdiri dari:
1. perencanaan jangka pendek,
2. perencanaan jangka menengah, dan
3. perencanaan jangka panjang.
Perencanaan konservasi tanah dan air meliputi kegiatan:
1. inventarisasi,
2. penyusunan rencana, dan
3. penetapan rencana.
Perencanaan disusun dalam satuan pengelolaan DAS dengan keterlibatanmultipihak.

II. Penyelenggaraan konservasi tanah dan air


Penyelenggaraan konservasi tanah dan air meliputi upaya pelindungan, pemulihan,
peningkatan, dan/atau pemeliharaan fungsi tanah pada lahan yang dilaksanakan
menggunakan pendekatan pengelolaan DAS secara terpadu. Penyelenggaraan
konservasi tanah dan air dilakukan dengan metode:
1. vegetatif,

94
2. agronomi,
3. sipil teknis pembuatan bangunan konservasi tanah dan air,
4. pengelolaan manajemen, dan/atau
5. metode lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, misalnya memanfaatkan lubang bekas tambang.

Metode vegetatif antara lain dilakukan untuk meningkatkan tutupan lahan DASserta
perlindungan kanan-kiri/tebing sungai berupa penanaman:
1. tanaman kayu-kayuan,
2. perdu,
3. rumput-rumputan, dan/atau
4. tanaman penutup tanah lainnya.

Pelaksanaan metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air mengikuti ketentuan
yang berlaku (PermenLHK No.23/2021; PermenLHK Nomor P.105/
MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018; PermenLHK No.P.2/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/1/2020; SNI 7943:2013).

Metode agronomi berupa:


1. pemberian mulsa,
2. pengaturaan pola tanam,
3. pemberian amelioran,
4. pengayaan tanaman,
5. pengolahan tanah konservasi,
6. penanaman mengikuti kontur,
7. pemupukan,
8. pemanenan, dan/atau
9. kegiatan lain sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan metode agronomi untuk konservasi tanah dan air mengikutiketentuan
yang berlaku (SNI 7943:2013).

Metode sipil teknis pembuatan bangunan konservasi tanah dan air berupa:
1. sengkedan,
2. teras guludan,
3. teras bangku,
4. pengendali jurang,
5. sumur resapan,
6. kolam retensi,
7. dam pengendali,
8. dam penahan,
9. saluran buntu atau rorak,
10. saluran pembuangan air,
11. terjunan air, dan/atau
12. beronjong.
Konservasi tanah dan air dengan metode sipil teknis di wilayah hulu khususnyadi
areal hutan atau perkebunan dapat dilakukan melalui pembuatan rorak (jebakan air),
dam pengendali, dan saluran pembuangan air (SPA).
Untuk wilayah tengah yang merupakan areal pertanian dapat menggunakan dam

95
penahan, embung, teras, dan sumur resapan.
Sedangkan untuk wilayah hilir dapat dibuat sumur resapan dan kolam retensi,dan
Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH).
Pemilihan metode sipil teknis dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
antara lain:
1. jenis batuan,
2. jenis tanah,
3. penutupan tanah,
4. kemiringan lereng,
5. curah hujan, dan
6. kedalaman air tanah.
Pembuatan bangunan sipil teknis untuk konservasi tanah dan air mengikuti ketentuan
yang berlaku (PermenLHK Nomor P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/ 12/2018;
PermenLHK No.P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020; Perdirjen PDASHL
No.6/PDASHL/SET/KUM.1/8/2017; SNI 03-2453-2002; SNI 7943:2013).

III. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan konservasi tanah dan air


Pembinaan dan pengawasan konservasi tanah dan air dilaksanakan oleh
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah/badan otorita dengan melibatkan
masyarakat luas.
Pembinaan dilaksanakan melalui:
1. sosialisasi,
2. pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan,
3. advokasi, dan atau
4. supervisi.
Pengawasan dilakukan melalui:
1. pemantauan,
2. evaluasi, dan/atau
3. pelaporan.
Dalam kerangka pembinaan dan pengawasan ini dilaksanakan kegiatan evaluasi dan
monitoring atas pelaksanaan dan capaian hasil penyelenggaraankonservasi tanah
dan air.
Keterlibatan masyarakat sangat menunjang keberhasilan dan keberlanjutan
konservasi tanah dan air. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen
masyarakat dalam melindungi dan melestarikan sumber daya alam dan lingkungan.

5. Lokasi Teknis
Daerah hulu, tengah, hilir DAS di areal IKN

6. Periode Pengelolaan
Selama operasional kegiatan

7. Institusi Pengelolaan (pelaksana, pengawas, pelaporan)


a. Pemerintah pusat (Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian PUPR,Kementerian
LHK, Kementerian ATR/BPN, Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri)
b. Badan Otorita IKN
c. Pemerintah daerah (provinsi, kota/kabupaten)
96
d. Badan usaha
e. Komunitas
f. Masyarakat

Daftar Pustaka

• UU Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air


• UU Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
• UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara
• PP Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
• PP Nomor 26 Tahun 2020 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
• PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
danPengelolaan Lingkungan Hidup
• PP Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
• Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
• Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman
Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan.
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 01/PRT/M/2016
tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air danPenggunaan Sumber
Daya Air
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.105/MENLHK/
SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung,
Pemberian Insentif, serta Pembinaan dan Pengendalian Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.2/MENLHK/
SETJEN/KUM.1/1/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tata Cara
Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung, Pemberian Insentif, serta Pembinaan dan
Pengendalian Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
• Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Nomor P.6/PDASHL/SET/KUM.1/8/2017 tentang Petunjuk Teknis Bangunan Konservasi
Tanah dan Air
• SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan
• SNI 7943:2013 tentang Panduan Konservasi Tanah dan Air untuk Penanggulangan
Degradasi Lahan.
• Pramono, I.B., Savitri, E., Donie, S., Basuki, T.M., Supangat, A.B., Cahyono, S.A.,WMP,
R.B. (2016) Restorasi DAS Ciliwung. Surakarta: UNS Press.
• Pramono, I.B. (2013) Sumur Resapan: Salah satu teknologi yang paling memungkinkan
dalam penanggulangan banjir di DAS Ciliwung. Policy Brief Vol.7No.14 Tahun 2013.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklimdan Kebijakan.
• Pramono, I.B. (2022) Analisis Neraca Air dan Volume Banjir Lokasi Calon IbukotaNegara.
Makalah tidak diterbitkan.

97
ISTILAH DAN DEFINISI

Tanah dan air : Lapisan permukaan bumi yang terdiri atas zat padat yang berupa
mineral dan bahan organik, zat cair yang berada pada pori-pori
tanah dan yang terikat pada butiran tanah, serta udara sebagai
satu kesatuan yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan
media pengatur air.

Konservasi tanah dan : Upaya pelindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan


air fungsi tanah pada lahan sesuai dengan kemampuan dan
peruntukan lahan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan dan kehidupan yang lestari.

Daerah aliran sungai : Satuan wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
(DAS) sungai dan anak-anak sungai yang berfungsi menampung,
penyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang terpengaruh aktivitas daratan.

Pengelolaan DAS : Upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara
sumber daya alam dan manusia di dalam DAS dan segala
aktivitasnya agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem
serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia
secara berkelanjutan.

Metode vegetatif : Upaya penanaman pohon, tanaman perdu, legum penutup tanah,
dan/atau rumput permanen.

Metode agronomi : Berfokus pada peningkatan produksi, antara lain melalui


pemeliharaan jenis tanaman, pemupukan, serta pemberian
pembenahan fisik tanah (soil conditioner) dan pembenahan kimia
tanah (soil ameliorant).

Metode sipil teknis : Perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.

Metode pengelolaan : Upaya perlindungan dan pengamanan lahan prima serta


manajemen pengendalian konversi, pengaturan penggunaan lahan, dan
pengaturan pemanenan kayu.

98

You might also like