Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Ghostbusters: Afterlife

Ulasan oleh Hymni Fajri Akbar Gani, 01 Desember 2021

Sutradara : Jason Reitman


Penulis Naskah : Gil Kenan dan Jason Reitman
Produser : Ivan Reitman
Pemeran : Mckenna Grace, Finn Wolfhard, Carrie Coon, dan Paul Rudd
Genre : Supernatural, Fiksi Ilmiah, Komedi
Tahun : 2021

Sinopsis
Seorang ibu tunggal bernama Callie Spengler (Carrie Coon) bersama 2 anaknya
bernama Trevor Spengler (Finn Wolfhard) dan Phoebe Spengler (Mckenna Grace) pindah ke
sebuah kota kecil di Oklahoma, di mana mereka telah menemukan sebuah koneksi dengan
kakeknya yang merupakan salah satu pendiri Ghostbusters.
Film ini menceritakan tentang petualangan Phoebe, Trevor, dan beberapa temannya
yang berusaha untuk menangkap serta menghentikan para hantu yang akan menghancurkan
dunia.

Produksi
Ghostbusters: Afterlife merupakan film keempat dari waralaba Ghostbusters dengan
menggunakan latar waktu 32 tahun setelah film Ghostbusters II (1989) dan mengabaikan film
Ghostbusters (2016).
Film ini disutradarai oleh Jason Reitman, yang merupakan anak dari sutradara 2 film
Ghostbusters pertama yaitu Ivan Reitman.

Keunggulan
Film ini memiliki beberapa keunggulan yaitu:
 Konsep film Ghostbusters bertemakan warisan penangkap hantu dengan nuansa yang
lebih sederhana dibandingkan dengan film-film Ghostbusters sebelumnya.
 Efek visual yang sangat bagus.
 Penggunaan kembali properti-properti khas Ghostbusters yang sangat ikonis.
 Beberapa humor datar khas Ghostbusters yang cukup menghibur.
 Terdapat banyak referensi mengenai dunia Ghostbusters yang sangat nostalgia.
 Persembahan kepada aktor Harold Ramis (salah satu penulis naskah dan pemeran karakter
Egon Spengler di kedua film Ghostbusters pertama) yang cukup menyentuh.

Kekurangan
Film ini memiliki banyak kekurangan yaitu:
 Tidak memiliki karakteristik yang spesial karena hanya mengandalkan fan service
nostalgia.
 Konsep cerita yang terlalu menyerupai dan terkesan mengulangi film pertama
Ghostbusters (1984).
 Percepatan cerita yang terburu-buru.
 Narasi cerita yang agak membosankan.
 Lubang cerita mengenai desain mobil Ectomobile yang tidak relevan dengan Ghostbusters
II.
 Pengenalan para karakter baru yang kurang dieksplorasi lebih dalam.
 Pencantuman referensi yang kurang seimbang karena lebih banyak referensi film
Ghostbusters dan terkesan melupakan Ghostbusters II.

Kesimpulan
Ghostbusters: Afterlife cukup sukses dalam menampilkan kenangan yang dapat
memuaskan serta menebus nostalgia para penggemar Ghostbusters dan juga dapat berpotensi
untuk memperkenalkan waralaba Ghostbusters kepada generasi baru.
Namun sangat disayangkan bahwa film ini tidak memiliki karakteristik atau ciri khas
yang spesial karena hanya mengandalkan nostalgia kejayaan film Ghostbusters, berbeda
dengan kedua film Ghostbusters pertama yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.
Bahkan ironinya, film Ghostbusters (2016) yang diabaikan dan dianggap buruk pun masih
memiliki karakteristik yang lebih menarik dibandingkan dengan film ini.
Ghostbusters: Afterlife adalah sebuah nostalgia dalam film yang mudah terlupakan
dan dapat dikatakan sebagai film Ghostbusters terburuk sejauh ini.

You might also like