Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Urgensi dan Lingkup Dakwah Muslimah

Sebenarnya apa urgensi dakwah muslimah dan sejauh mana ruang lingkupnya ? apakah perlu ada bidang
khusus yang menangani permasalahan muslimah di sebuah lembaga dakwah ?

Sejujurnya jika ditanya pertanyaan ini, saya khawatir tidak dapat menjawab dengan baik, akan tetapi
pertanyaan ini beberapa kali ditanyakan kepada saya. Walau memang sebetulnya ada yang lebih berhak untuk
menjawab pertanyaan ini, yakni kepala sektor Annisaa GAMAIS ITB, Agtriana Leandini, saya akan mencoba
menjawab sejauh pemahaman dan pengalaman serta panduan dari pedoman dakwah GAMAIS 2008-2013.

Sesuai yang disabdakan Muhammad Rasulullah bahwa “Wanita adalah tiang Negara !”. Hancur atau majunya
suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Seorang penyair bahkan
mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila kamu siapkan dengan baik. Berarti kamu menyiapkan
satu bangsa yang harum namanya. Begitu juga, orang-orang bijak banyak yang mengaitkan keberhasilan para
tokoh dan pemimpin dengan peran dan bantuan kaum wanita lewat ungkapan “Dibalik keberhasilan setiap
pembesar, ada wanita!” Tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya yang
akan meneruskan tongkat estafet peradaban ini. Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan
seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya.
Namun, kesadaran akan hal tersebut belum dimiliki oleh para perempuan secara umum dan para muslimah
pada khususnya. Untuk itu, da’wah muslimah sebagai bagian dari da’wah semesta memiliki arti penting
mengembalikan pemahaman yang benar tentang peran wanita yang sesuai fitrah dan posisinya dalam Islam.
Proses perubahan tak akan terjadi seketika tapi dibutuhkan studi yang mapan, terencana, sistematis,
terorganisir secara rapi yang direalisasikan melalui gerakan dakwah yang solid. Karena itu, da’wah muslimah
juga harus ditata, dikelola dan diorganisir secara baik dan teratur dengan kepemimpinan yang kokoh dan
manajemen yang baik, yang tertuang dalam suatu wadah pergerakan.

Urgensi dari dakwah muslimah sangat diyakini menjadi salah satu bagian penting dalam dakwah, bahkan
seorang bijak mengatakan pembagian porsi dakwah muslimah dengan dakwah keseluruhan, adalah jika
dakwah itu adalah lingkaran, maka dakwah muslimah sebesar setengah lingkaran. Pergerakan dakwah
muslimah seperti yang kita ketahui telah bergulir sejak zaman Nabi Muhammad, dimana Nabi menempatkan
Istrinya sebagai pemimpin para muslimah. Peran sentral dari muslimah yang juga telah dijelaskan pada
paragraf sebelumnya merupakan urgensi yang saya nilai sebagai landasan mendasar mengapa kita perlu
menjalankan dakwah khusus muslimah di kampus.Terkait apa peran dari bidang muslimah dan secara khusus
kepala kemuslimahan di sebuah lembaga dakwah, Saya mengamati terdapat tiga peran utama yang bisa
dijalankan oleh seorang kepala kemuslimahan.

Wakil ketua lembaga untuk seluruh muslimah. Dimana ia menjadi tangan kanan seorang ketua lembaga.
Ketika zaman Rasul, siti Aisyah memerankan peran ini dengan baik. Ia yang memberikan arahan untuk para
muslimah, memberikan pembinaan, menyampaikan aspirasi muslimah di syuro, dan sebagai panglima dakwah
untuk para muslimah itu sendiri. Saya sangat sepakat jika, posisi seorang kepala muslimah hanya satu tingkat
di bawah seorang kepala lembaga dakwah.

Pemimpin untuk seluruh koordinator akhwat. Jika seorang kepala lembaga mengkoordinir, membina, dan
memimpin langsung kepala departemen di bawahnya. Maka sosok kepala muslimah ini berperan sebagai
pengkoordinir, pembina dan pemimpin bagai para koordinator akhwat seluruh departemen. Peran ini
diharapkan dapat membuat daya rangkul antara kader pria dan perempuan seimbang.

Sebagai pelakasna bidang dakwah muslimah. Fungsi mendasarnya yang ketiga adalah menjalankan dakwah
muslimah itu sendiri, baik itu agenda kaderisasi, syiar maupun jaringan muslimah.

Secara lingkup dakwah muslimah itu sendiri, menurut kepala sektor Annisaa GAMAIS ITB sangat luas dan
meliputi seluruh aspek dakwah kampus. Akan tetapi saya mencoba menyederhanakannya dalam tiga bidang
utama, yakni :

Kaderisasi¸ yang dilakukan khusus untuk para muslimah. Berbagai agenda kaderisasi butuh
ditambahkan kepada para muslimah agar dapat menjadi sosok muslimah ideal. Penambahan agenda kaderisasi
ini diharapkan dapat membuat para muslimah ini dapat memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu,
dan da’iyah. Tuntutan peran dalam berbagai bidang kehidupan, baik kehidupan rumah tangga, sosial
kemasyarakatan, ekonomi, politik dan pemerintahan, dalam rangka mengemban amanah da’wah, amar ma’ruf
nahi mungkar, membutuhkan bekal yang cukup bagi akhwat muslimah untuk menjalankan peran multi dimensi
yang di pikul. Sehingga Kampus memiliki tanggung jawab dalam berpartisipasi dalam membentuk muslimah
shalehah yang syamil dengan kehadiran bidang muslimah lembaga dakwah yang melakukan program berupa
Pembinaan dan Pengembangan Potensi Muslimah.

Syiar, secara metode variasi syiar muslimah tidak berbeda jauh dengan dakwah pada umumnya. Akan
tetapi syiar muslimah ini mempunyai kekhususan di bidang materi yang akan disampaikan. Karena syiar
merupakan bagian dari kaderisasi massal, maka akan tetap mengacu pada pembentukan karakter muslimah
yang memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu, dan da’iyah. Contoh beberapa materi yang bisa
disampaikan antara lain ; konsep diri muslimah, kewajiban seorang muslimah, fiqih darah wanita, fiqih
thaharah, figur muslimah teladan, urgensi dan peran muslimah dalam dakwah, etika interaksi perempuan dan
pria, akhlak seorang muslimah, perawatan diri seorang wanita, career planning, dakwah dan rumah tangga,
basic lifeskill bagi muslimah, dan muslimah pembelajar.

Jaringan, dalam membangun dakwah kita perlu juga untuk mengembangkan jaringan agar dakwah
yang dilakukan akan lebih kuat dan bermanfaat. Bidang kemuslimahan yang ada diharapkan pula dapat
meluaskan jaringannya ke sesama lembaga dakwah lain. Selama lembaga dakwah tersebut masih bertujuan
untuk menegakkan Islam, cobalah untuk membangun komunikasi dengan mereka. Untuk lingkup dakwah
kampus, saat ini ada jaringan muslimah ( JARMUS ) FSLDK. Dimana seluruh bidang kemuslimahan di seluruh
kampus di Indonesia yang berada dalam naungan FSLDK terkoordinir dalam Jarmus Nasional.
Untuk mewujudkan dakwah muslimah yang baik dan tepat sasaran diperlukan langkah yang bisa ditempuh
dalam dakwah muslimah ini sendiri. Bidang muslimah disebuah lembaga dakwah dapat melakukan tiga hal
utama sebagai langkah awal. Langkah awal ini diharapkan dapat dijalankan untuk menetralisir segala
paradigma tentang muslimah yang salah.

a. Meluruskan paradigma muslimah agar sesuai dengan fitrahnya. Saat ini banyak pandangan yang
salah tentang sebenarnya bagaimana seorang muslimah itu. Atau bahkan paradigma tentang
perempuan itu sendiri. Ada sebuah pandangan emansipasi wanita secara berlebihan yang membuat
peran sebagai penopan rumah tangga menjadi lemah. Ada pandangan feminisme yang perlu
diluruskan dengan koridor Islam. Perlu dijelaskan pula kepada objek dakwah, bahwa Islam tidak
memandang perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi ada peran perempuan yang
sangat besar.
b. Membudayakan gaya hidup islami kepada para muslimah , gaya hidup atau lifestyle dari seorang
muslimah yang baik. Gaya hidup ini bisa dalam dua pendekatan, yakni simbolik dan kebiasaan. Secara
simbolik yakni dengan membudayakan penggunan jilbab, dan terkait kebiasaan seperti tutur kata,
cara tertawa, atau kebiasaan pulang tidak larut malam.
c. Membentuk karakter muslimah yang tawazun, menyeimbangkan secara individu yakni
keseimbangan antara fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah. Serta keseimbangan perannya sebagai ibu, istri
dan anak. Sehingga terbentuk sosok muslimah yang memiliki pemahaman yang komprehensif
terhadap perannya.

You might also like