Riview Jurnal Rio Setiawan 1

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Riview Jurnal

Nama : Rio Setiawan

NPM: 2321020277

MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA

PENULIS:
Jurnal 1: PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN
LITERASI ANAK TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.
Nurbaeti, Annisa Mayasari, Opan Arifudin
Jurnal 2: PERSPEKTIF MAHASISWA TERHADAP LITERASI DIGITAL DI
APLIKASI INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA.Muhammad Wahyu Nugroho

Tahun: 2022
PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara di Negara Kesatuan Republik
Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam segala aspek di dalam kehidupan
bermasyarakat. Bahasa Indonesia harus dipelajari, dikembangkan, dan dioptimalkan
penggunaannya maupun fungsinya. Melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan tumbuh
sikap bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia sehingga akan tumbuh juga kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah mata
pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal
itu dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa Negara di
Indonesia. Menurut Oka (dalam Muslich, 2009: 108), menyatakan bahwa sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai : lambang kebanggaan nasional, lambang identitas
nasional, alat pemersatu bangsa, dan sebagai alat perhubungan antar budaya atau daerah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional di Indonesia memiliki fungsi yang beragam, diantaranya adalah sebagai lambang
kebanggaan nasional karena dipakai secara luas dan sangat djunjung tinggi, sebagai lambang
identitas nasional, alat untuk mempersatukan seluruh 2 bangsa, dan sebagai alat perhubungan
antar budaya atau daerah karena bahasa Indonesia dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang
berbeda bahsanya sehingga mereka dapat saling berhubungan. Untuk mewujudkan fungsi bahasa
Indonesia, perlu diadakannya suatu pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dengan
harapan bahasa Indonesia bisa diakui oleh setiap warga negara Indonesia. Pengembangan bahasa
Indonesia dapat dilakukan dengan upaya yang strategis melalui pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pembinaan dan pengembangan yang berhasil akan memberikan suatu dampak yang positif bagi
kemajuan berbagai aspek bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan mutu dalam penggunaan
bahasa Indonesia, pengajarannya dilakukan mulai sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang
nantinya digunakan sebagai landasan atau dasar pendidikan ke dalam jenjang yang lebih tinggi.
Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan berbahasa
yang terdiri dari ketrampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (Muslich,
2009:109). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan yang dimiliki seseorang dalam
aspek membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Setiap ketrampilan dalam bahasa
mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Kerangka teori

-JURNAL 1
Di era globlasasi saat ini, perkembangan teknologi dan komunikasi berkembang secara
cepat. Menurut data yang dirilis oleh layanan manajemen HootSuite (dalam Riyanto, 2021) pada
awal 2021 pengguna internet yang ada di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah tersebut
meningkat sejumlah 15,5 persen atau 27 juta jiwa. Menurut data tersebut juga, perangkat yang
paling popular digunakan adalah smartphone atau telepon genggam dengan persentase 98,3
persen (rentang usia 16 hingga 64 tahun). Dengan berkembangnya teknologi, berbagai macam
kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari menjadi mudah untuk dilakukan, dari
mulai berkomunikasi, mendapatkan pendidikan dari jauh, dan mengakses berbagai macam
informasi secara cepat. Dari fakta tersebut, dibutuhkan sebuah kemampuan yang dapat
menunjang seseorang dalam menggunakan dan mengoperasikan perangkat digital secara efektif,
percaya diri, dan juga aman. Literasi digital menjadi salah satu kemampuan yang penting untuk
ditingkatkan. Peningkatan pengetahuan literasi digital tidak hanya sebatas mengoperasikan
komputer (hardware). Akan tetapi, dibutuhkan kemampuan lain dalam menggunakan perangkat
lunak (software). Kemampuan dalam pengoperasian perangkat lunak ini antara lain adalah
mengedit audio, video, maupun gambar dan juga mampu mengoperasikan berbagai macam fitur
serta alat pencarian yang ada di internet (Anggeraini et al., 2019). Oleh karena itu, sangat penting
bagi setiap orang untuk memiliki pengetahuan terkait literasi digiatal Saat ini, kemampuan
literasi digital seseorang bisa dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk di dalam bidang
pendidikan. Salah satu komponen penting di dalam kegiatan pendidikan adalah media
pembelajaran. Menurut (Hargita, 2019) sangat berpotensi untuk mengembangkan media
pembelajaran berbasis interner agar menjadi sebuah inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
Teknologi yang sangat saat ini sedang mendapat perhatian masyarakat adalah Twitter, Facebook,
Line, dan Instagram. Instagram adalah salah satu aplikasi yang paling banyak digemari anak
muda. Menurut data yang dirilis Instagram (dalam Hargita, 2019) menyebutkan bahwa pengguna
Instagram sampai saat ini adalah 400 jutta jiwa dan bisa bertambah seiring berjalannya waktu.
Oleh karena itu, aplikasi ini lebih berpotensi dikembangkan menjadi media pembelajaran.

-JURNAL 2
Literasi merupakan issue yang sangat penting khususnya di era revolusi industry 4.0
sekarang ini karena letak kesuksesan suatu masyarakat bergantung pada kemampuan generasi
nya menciptakan inovasi. Bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukka kemampuan bangsa
tersebut dalam berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi
persaingan global (Laksmi., 2020). Namun, jangankan kemampuan literasi, minat baca anak
Indonesia saja masih tergolong rendah. Menurut survey UNESCO tahun 2014 dalam
(Permatasari, 2017), anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam setahun dan dominan
lama baca sekitar 0-2 jam per hari nya adalah sebanyak 63%, sementara lama baca lebih dari 6
jam per hari nya hanya sebanyak 2%. Sementara itu, (Tahmidaten, 2020) menyebutkan hasil
asesmen yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan
& Kebudayaan mengungkap data bahwa rata-rata nasional distribusi literasi pada kemampuan
membaca pelajar di Indonesia adalah 46,83% berada pada kategori Kurang, hanya 6,06% berada
pada kategori Baik, dan 47,11 berada pada kategori Cukup. Sementara itu, (BPS., 2019)
mencatat sekitar 71,48% siswa berusia 5-24 tahun menggunakan telepon seluler. Kemudahan
teknologi untuk mengakses informasi, sosial media, dan hiburan, secara praktis menyebabkan
tingginya persentase penggunaan telepon seluler tsb. Menurut (MF AK, 2021) bahwa anak-anak
yang memiliki minat baca yang rendah dapat dengan mudah mengakses informasi adalah hal
yang cukup mengkhawatirkan karena kemampuan untuk memilah mana informasi yang positif
atau negative, serta kemampuan untuk menelusuri keakuratan informasi nya diperkirakan lemah.
Berdasarkan survei TIK Kominfo tahun 2017, bahwa hal seperti ini lah yang diduga menjadi
salah satu factor penyebab penyebaran informasi hoax atau konten negative lainnya seperti judi,
pornografi, radikalisme, terorisme dll. Yang kemudian pada akhirnya mengganggu kesejahteraan
masyarakat. Akhir-akhir ini upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia banyak
menitikberatkan pada peningkatan kemampuan literasi sebagai salah satu upaya yang krusial dan
urgent untuk didesiminasikan ke institusi pendidikan khususnya pendidikan dasar. Hal ini dapat
dilihat dari upaya pemerintah yang merumuskan kurikulum yang memuat program-program
dengan memberdayakan insan akademik pendidikan tinggi sebagai mitra pemerintah dalam
mengaselerasikan pencapaian target pemerintah di tingkat dasar seperti program Kampus
Mengajar dan program KKN Tematik dalam kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM). Upaya seperti ini merupakan salah satu bentuk inisiatif pemerintah membuat generasi
muda cakap, kompeten dan adaptif mengikuti perkembangan zaman yang semakin sangat cepat
terasa seiring dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kemajuan TIK
yang pesat membuat seolah dunia ini tidak lagi mengenal batas wilayah negara, jarak dan ruang
lagi, siapa saja dari belahan dunia manapun dapat dengan mudah mengakses, terhubung,
berinteraksi dan mendapat informasi yang sama tanpa adanya jeda waktu. Di satu sisi,
kemudahan ini memperluas peluang, koneksi dan potensi yang lebih besar kepada individu yang
cakap dan kompeten dalam meresponi informasi untuk beradu atau bersaing secara global.
Namun, di sisi lain, kemudahan ini malah menjadi ancaman bagi individu yang tidak cakap dan
kompeten untuk bersaing dan pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan hidupnya. Menurut
KBBI menyebutkan bahwa literasi adalah (1) kemampuan menulis dan membaca, (2)
pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, (3) kemampuan individu
dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Ini artinya bahwa literasi
mempunya cakupan yang luas, tidak hanya berbicara tentang membaca dan menulis huruf,
melainkan kemampuan menangkap informasi dengan pemikiran logis dan kritis dan akhirnya
mampu memanfaatkannya secara efektif mencapai tujuan tertentu

PEMBAHSAN

 Pokok Materi

Literasi Digital Sudah banyak definisi yang menjelaskan makna dari “literasi digital”.
Menurut Gilster (dalam Harjono, 2019:3), literasi digital diartikan sebagai kemampuan
untuk memahami serta menggunakan informasi dengan berbagai format yang berasal
dari sumber yang disajikan melalui komputer. Definisi tersebut lalu melalui perluasan
makna. Definisi terbaru dikemukakakn oleh Hobbs (dalam Harjono, 2019), yang
menjelaskan bahwa literasi digital adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemapuan-
kemampuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah budaya yang didominasi
oleh teknologi. Sementara itu, menurut (Nasrullah et al., 2017), Literasi digital
merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam menemukan, mengevaluasi, membuat
informasi, menggunakan, dan memanfaatkan secara sehat, bijak, cerdas, tepat, cermat,
serta taat hukum dalam berkomunikasi dan berinteraksi di kehidupan sehari-hari. Dari
pengertian tadi, literasi digital menjadi penting untuk dikuasai di era sekarang. Hasil
penelitian terhadap responden menunjukkan 96,9% tahu mengenai apa itu literasi digital
sedangkan 3,1 persen responden tidak mengetahui pengertian literasi digital. Jumlah ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah tahu apa itu literasi digital dan
diharapkan bisa juga menerapkan kemampuan ini di kehidupan sehari-harinya.

Instagram merupakan Aplikasi yang dikembangkan oleh Kevyn Sistrom dan Mike
Kriger di bawah perusahaan yang mereka rintis sendiri, yakni Burbn.Inc. Namun,
Instagram akhirnya diakuisisi oleh Facebook pada tahun 2012. Instagram merupakan
aplikasi yang digunakan untuk berbagi berbagai momen seseorang, baik dalam bentuk
foto maupun video. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Instagram berkembang
menjadi sebuah media untuk menyebarkan informasi yang ada di masyarakat secara
cepat (Nasrulloh dalam Hargita, 2019).

Media pembelajaran adalah segala bentuk alat yang sengaja dirancang agar peserta didik
mudah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Alat yang dimaksud juga dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif dan juga menjadi mudah menyerap segala
pemahaman yang didapatkan dari materi pembelajaran yang disampaikan (Hargita,
2019). Menurut Isroqm (dalam Aji, 2018), media pembeljaran adalah satu kesatuan
dalam kegiatan pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya media
pembelajaran, proses pembelajaran mustahil untuk dilaksanakan. Paling tidak ada satu
media yang disampaikan sebagai bahan ajar. Beberapa hal yang harus diperhatikan di
dalam memilih media diantaranya adalah menggunakan media yang memicu ketertarikan
siswa terhadap media dan juga memilih media yang dapat mewakilkan pesan guru.
Menurut Aji (2018), Media yang dipilih hendaknya memiliki tiga fungsi yang bergerak
bersama. Fungsi pertama adalah stimulasi, yaitu menimbulkan ketertarikan dalam
mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala komponen yang ada di dalam media.
Kedua, fungsi mediasi atau perantara anatara siswa dan guru. Hal ini berfungsi sebagai
penghubung antara siswa dan guru. Ketiga, fungsi informasional yaitu memberikan
informasi atau penjelasan dari apa yang akan disampaikan oleh guru. Selanjutnya, media
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan interaksi
guru dan peserta didik dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik
baik dari segi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, serta
menumbuhkan rasa apresiatif dan kritis terhadap kesusastraan Indoesia sesuai dengan
kurikulum, kompetensi, dan indikator yang sudah ditetapkan (Hargita, 2019)

Isi pembahasan ini difokuskan pada hasil observasi terhadap kegiatan literasi “metode bercerita”
yang diadakan di SD plus Babussalam pada hari rabu bulan September 2022 selama 1 hari.
Dengan kata lain, merupakan hasil observasi terhadap “penerapan metode bercerita dalam
meningkatkan literasi terhadap siswa SD Babussalam. Pembahasan akan dibagi ke dalam 2
bagian, yaitu pertama berisi tentang sesuai atau tidaknya jawaban siswa terhadap pertanyaan
yang diajukan dan disajikan dengan angka dalam tabel; dan kedua berisi observasi terhadap
sikap atau prilaku siswa sebagai reaksi dari pertanyaan yang diajukan dan disajikan dalam
bentuk uraian narasi. Pada awal pelaksanaan kegiatan ini banyak siswa yang tidak terrtarik
karena mereka terbiasa bermain dengan temannya dibandingkan membaca buku. Butuh watu
yang cukup lama bagi guru untuk membiasakan siswa melaksanakan kegiatan tersebut. Guru
menugaskan setiap siswa untuk membawa satu buku cerita maupun buku lain yang relevan untuk
dibaca dan dikumpulkan di sekolah. Buku disusun rapi dalam sebuah rak dan di atur sedemikian
rupa sehingga terbentuk sebuah sudut baca. Sudut baca merupakan sudut yang ada di kelas dan
dilengkapi dengan koleksi buku untuk menarik dan menumbuhkan minat membaca siswa
(Yunita, 2017). Sudut baca ini dimaksudkan agar menjadi tempat yang mampu menarik siswa
sebagai tempat berkumpul dan saling bertukar buku bacaan yang dibawa oleh masing-masing
siswa. Dengan demikian diharapkan minat membaca siswa dapat meningkat. Menurut (Hanafiah,
2022) bahwa peran guru sangatlah penting dalam meningkatkan minat membaca siswa. Guru
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan siswanya dalam meningkatkan minat baca.
Sedangkan menurut (Arifudin, 2022) bahwa guru harus bisa menyesuaikan diri menjadi berbagai
macam karakter yang mampu mendorong siswa untuk lebih semangat dalam proses
meningkatkan minat baca. Dalam pelaksanaannya, pembiasaan literasi dilaksanakan setiap hari
sebelum pembelajaran dimulai. Perpustakaan dengan kondisi yang bersih, rapi dan berisi
bukubuku menarik juga mampu meningkatkan minat membaca siswa. Selain kegiatan tersebut,
perpustakaan juga menjadi alternatif lain dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan literasi di
sekolah. Adapun dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran, menurut Anita
sebagaimana dikutip (Ulfah, 2021) bahwa terdapat beberapa prinsip yang berkaitan dengan
faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya: a) Metode mengajar harus memungkinkan
dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pembelajaran (curiosity),
b) Metode mengajar 104 | Jurnal Tahsinia | Vol. 3, No. 2, Oktober 2022, hal. 98-106 harus
memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni, c)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah, d) Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu, e) Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (inkuiri) terhadap suatu topic
permasalahan, f) Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak, g) Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study) dan
bekerjasama (cooperative learning), serta h) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
lebih termotivasi dalam belajarnya

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

KELEBIHAN

 Pembahasannya sangat detail dan terperinci.


 Menyajikan abstrak dan kesimpulan.
 Disusun dengan menggunakan prosedur atau tahapan tertentu.
 Menggunakan bahasa yang lugas

KEKURANGAN

Terdapat beberapa bahasa yang sulit dimengerti khususnya bagi pembaca kalangan umum.
Terdapat beberapa singkatan yang tidak memiliki penjelasan sehingga pembaca akan mengalami
kesulitan dalam mengartikan singkatan tersebut
Kesimpuan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa meskipun kegiatan literasi
ini dilaksanakan secara singkat. Kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan antusias siswapun
malah termasuk tinggi, di luar dugaan. Namun yang menjadi issue adalah bagaimana
keberlanjutan kegiatan ini. Adalah pemikiran yang salah bila kegiatan literasi ini hanya bisa
dilaksanakan di sekolah SD Babussalam karena sebenarnya kegiatan literasi harus dimulai dari
dalam keluarga. Dari hasil survei PISA tahun 2012 diketahui bahwa anak-anak yang sering
membahas hal-hal yang berhubungan dengan sosial atau budaya lebih sering dengan orang
tuanya menunjukkan kemampuan literasi lebih tinggi dibanding yang tidak. Artinya, bila orang
tua mengalami kesulitan dalam membacakan atau menceritakan sebuah cerita, orang tua dapat
mengatasinya dengan mengupayakan untuk menciptakan komunikasi atau interaksi dengan
mengangkat topik tentang sosial budaya dan menjadikannya kebiasaan yang bermula dari rumah
sendiri. Namun, metode seperti yang telah dibahas dalam penelitian ini juga lah tidak terlalu
sulit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal
yakni orang tua perlu memperhatikan media yang dipakai agar menarik dan metode bercerita
serta menyiapkan beberapa butir pertanyaan untuk mengasah berpikir kritis dan logis anak-anak.
Penelitian ini diselenggarakan dalam waktu yang singkat sehingga masih belum dikatakan telah
mencapai target yang maksimal. Pelaksanaan kegiatan literasi yang dilakukan dari keluarga
sendiri dalam waktu lebih lama mungkin akan 105 membuahkan hasil yang lebih maksimal,
yang sangat perlu untuk dipertimbangkan bagi peneliti-peneliti selanjutnya

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perspektif mahasiswa menunjukkan


hasil yang positif terhadap literasi digital di aplikasi Instagram sebagai media pembelajaran
bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,5% responden merasa aplikasi
Instagram efektif sampai sangat efektif sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia. Hal
tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian terhadap responden mengenai penggunaan beberapa
fitur tertentu yang ada di aplikasi Instagram sebagai media dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Mahasiswa juga sudah mampu membedakan penggunaan fitur yang cocok untuk
setiap keterampilan berbahasa. Selain itu, media sosial instagram bisa menjadi media yang
menarik untuk mengedukasi peserta didik bahkan masyarakat luas mengenai keterampilan
berbahasa. Mengingat dari hasil analisis, banyak manfaat yang bisa didapatkan ketika
memanfaatkan media sosial secara baik dan bijak. Sudah saatnya masyarakat Indonesia bisa
mengoptimalkan literasi digital yang ada di sekitarnya. Tidak hanya sebagai media yang
rekreatif, tetapi media yang edukatif sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia dan
kecakapan hidup lainnya.

You might also like