Bab 2 Kelompok 6 (Perubahan Keempat (2) )

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

BAB II

PEMBAHA
SAN

2.1 ENTITAS PELAPORAN


Menurut Nordiawan, organisasi pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih unit
akuntansi disebut unit pelaporan. Sesuai peraturan perundang-undangan, wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelapor ini
meliput:
1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah
3. Satuan organisasi pada pemerintah pusat/daerah atau organisasi lain yang menurut
peraturan perundang-undangan unit organisasi tersebut diwajibkan menyampaikan
laporan keuangan
Saat mendirikan entitas pelapor, penting untuk mempertimbangkan bagaimana entitas
pelapor akan mengelola, mengendalikan, dan mengendalikan kas, serta ruang lingkup tugas
dan tanggung jawab spesifiknya. Lebih lanjut, bentuk akuntabilitas dan kewenangan
lembaga pelapor ini harus independen terhadap lembaga pelapor lainnya. Laporan keuangan
pemerintah dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai kelompok pengguna,
antara lain:
1. Masyarakat
2. Wakil Rakyat, Badan Pengawas dan Badan Pemeriksa Keuangan
3. Pihak yang menyediakan atau bertanggung jawab atas proses pinjaman,donasi dan
investasi
4. Pemerintah

2.2 PERANAN LAPORAN KEUANGAN


Selama periode pelaporan,laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan pelapor. Setiap perusahaan pelapor wajib melaporkan secara sistematis dan
sistematis mengenai upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam menjalankan
kegiatannya selama periode pelaporan. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan
akuntabilitas, kontrol, transparansi, dan kesetaraan antargenerasi. (intergenerational equity).
2.3 TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan pemerintah memiliki tujuan khusus yang berbeda dari laporan keuangan
entitas bisnis atau organisasi lainnya. Tujuan utama dari laporan keuangan pemerintah adalah
untuk memberikan informasi transparan dan akurat tentang bagaimana pemerintah mengelola
dan menggunakan dana publik.
Tujuan khusus dari laporan keuangan pemerintah meliputi:
 Akuntabilitas: Laporan keuangan pemerintah bertujuan untuk memastikan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas pengelolaan dana publik. Ini berarti bahwa
pemerintah harus dapat menjelaskan bagaimana dan untuk apa dana publik
digunakan.
 Transparansi: Laporan keuangan pemerintah harus memberikan gambaran yang jelas
dan terperinci tentang pengeluaran, pendapatan, dan posisi keuangan pemerintah. Ini
memungkinkan publik untuk memahami bagaimana dana publik digunakan dan
apakah digunakan secara efisien.
 Pengawasan dan Pengendalian: Laporan keuangan pemerintah dapat digunakan
sebagai alat untuk memantau dan mengendalikan penggunaan dana publik. Ini dapat
membantu mengidentifikasi potensi masalah atau penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan pemerintah.
 Evaluasi Kinerja: Laporan keuangan pemerintah dapat digunakan untuk menilai
kinerja keuangan pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran publik. Misalnya,
apakah pemerintah berhasil mengalokasikan dana untuk sektor-sektor kunci seperti
kesehatan, infrastruktur,pendidikan, dan sebagainya.
 Basis untuk Pengambilan Keputusan: Informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan pemerintah dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
oleh berbagai pihak, termasuk para pemimpin pemerintah, legislator, pemangku
kepentingan, dan masyarakat umum.
 Pembandingan dengan Target dan Standar: Laporan keuangan pemerintah
memungkinkan untuk membandingkan kinerja aktual dengan target, anggaran, atau
standar yang telah ditetapkan. Hal ini membantu menilai sejauh mana pemerintah
telah mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan.
 Memenuhi Kewajiban Pelaporan: Pemerintah memiliki kewajiban hukum dan etika
untuk menyediakan informasi keuangan kepada publik. Laporan keuangan pemerintah
membantu memenuhi kewajiban ini.
 Mengelola Risiko Keuangan: Melalui laporan keuangan, pemerintah dapat
mengidentifikasi dan mengelola risiko keuangan yang mungkin mempengaruhi
stabilitas keuangan dan kesejahteraan masyarakat.
Jadi, laporan keuangan pemerintah bertujuan untuk memberikan gambaran yang
komprehensif tentang bagaimana pemerintah menggunakan dana publik untuk memenuhi
kepentingan masyarakat dan memenuhi kewajiban keuangan mereka dengan transparan dan
akuntabel.Demi mencapai hal ini, laporan keuangan memberikan informasi yang dimana
mengandung tentang berbagai aspek entitas pelaporan, termasuk aset, kewajiban,
kepemilikan dana, pemasukan, pengeluaran, transfer, pendanaan, dan aliran kas.

2.4 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, laporan keuangan utama
pemerintah paling sedikit memuat:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan keuangan yang memberikan
gambaran tentang sejauh mana anggaran suatu organisasi atau entitas telah direalisasikan atau
digunakan selama periode waktu tertentu, seperti satu tahun anggaran.
Laporan ini mencakup informasi tentang pendapatan yang diterima dan pengeluaran yang
dilakukan selama periode waktu tertentu. Secara khusus, Laporan Realisasi Anggaran
membandingkan anggaran awal (anggaran yang direncanakan) dengan anggaran aktual
(anggaran yang sebenarnya terjadi). Dengan demikian, laporan ini membantu manajemen dan
pihak terkait dalam mengukur kinerja organisasi dalam hal pengelolaan sumber daya
keuangan..
LRA setidaknya mencakup unsur-unsur berikut:
 Pendapatan adalah seluruh dana yang diterima dari Rekening Kas Negara atau
Daerah yang menambah modal dana berjalan selama tahun anggaran yang
bersangkutan. Ini hak pemerintah dan tidak perlu dikembalikan.
 Belanja adalah seluruh dana yang dikeluarkan dari Rekening Negara atau Daerah
Perbendaharaan yang mengurangi modal lancar Dana selama tahun anggaran yang
bersangkutan.
 Transfer: Yang dimaksud dengan transfer dana antar unit pelapor, termasuk dana
kompensasi dan dana bagi hasil.
 Surplus atau Defisit: Merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran yang
terjadi selama suatu periode pelaporan tertentu.
 Pembiayaan: Ini mencakup semua pembelian atau pengeluaran yang dilunasi baik
pada tahun keuangan terkait maupun tahun keuangan berikutnya. Pendanaan ini
biasanya ditujukan untuk mengurangi defisit atau menggunakan anggaran yang lebih
besar.
 Kelebihan/kekurangan saldo dana anggaran (SiLPA atau SiKPA): Merupakan selisih
antara penerimaan dan pengeluaran APBN atau APBD pada periode laporan.

2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
tanggal neraca dengan menggambarkan aset, kewajiban, dan modalnya. Baik sistem terpusat
maupun desentralisasi memungkinkan penyusunan neraca secara terpusat oleh departemen
akuntansi perusahaan pelapor. Pada sistem pertama, neraca disiapkan oleh departemen
akuntansi sendiri dan diringkas oleh departemen pelaporan. Salah satu Departemen
Akuntansi Negara Daerah (SKPD) merupakan departemen akuntansi yang bertugas
menyusun laporan keuangan. Laporan-laporan ini disusun menjadi neraca setelah
dijumlahkan pada rekening-rekening di neraca pemerintah daerah dan dibuatkan rekening
bersama. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana (aset bersih) membentuk neracanya. Modal suatu
dana adalah selisih antara asetnya setelah dikurangi kewajibannya dan dapat dirumuskan
dalam persamaan akuntansi sebagai:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

3. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas (LAC) adalah salah satu laporan keuangan yang penting untuk
memahami aktivitas keuangan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya satu
tahun. LAC memberikan gambaran tentang bagaimana uang masuk dan keluar dari
perusahaan selama periode waktu tersebut.PSAP No. 03 tentang Pelaporan Arus Kas
mengatur ketentuan LAK dan pengungkapan terkait arus kas.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan


Bagian penting dari laporan keuangan, Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK),
bertujuan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan
entitas lainnya. CaLK memberikan informasi mengenai penjelasan pos-pos laporan keuangan
dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK setidaknya disajikan dengan cara sebagai
berikut:
 Ikhtisar Kebijakan Akuntansi:Memberikan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah.
 Ikhtisar Entitas:Menyajikan informasi mengenai entitas pemerintah, termasuk nama,
jenis pemerintahan (misalnya, pemerintahan pusat, pemerintahan daerah), dan
informasi dasar lainnya.
 Rencana Anggaran Pemerintah:Memberikan informasi mengenai rencana anggaran
pemerintah untuk periode tertentu dan apakah anggaran tersebut telah dilaksanakan.
 Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan:Menyajikan penjelasan rinci mengenai
setiap pos laporan keuangan, termasuk aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya.
 Transaksi atau Kejadian Penting:Memberikan informasi mengenai transaksi atau
kejadian penting yang terjadi selama periode pelaporan dan dapat mempengaruhi pos
laporan keuangan.
 Informasi Mengenai Rencana dan Program Pemerintah:Menjelaskan mengenai
rencana dan program pemerintah yang mungkin memiliki dampak keuangan.
 Informasi Terkait Risiko dan Ketidakpastian:Memberikan informasi mengenai risiko
dan ketidakpastian yang mungkin mempengaruhi situasi keuangan pemerintah di
masa depan.
 Informasi Lain yang Relevan:Dapat mencakup informasi tambahan yang dianggap
penting untuk memahami laporan keuangan pemerintah.
 Pengungkapan Entitas Terkait:Memberikan informasi mengenai hubungan atau
transaksi dengan entitas lain yang dapat mempengaruhi pos laporan keuangan.
 Komitmen dan Kontinjensi:Menyajikan informasi mengenai komitmen finansial atau
kontinjensi yang dapat mempengaruhi keadaan keuangan pemerintah.
CaLK berisi uraian, daftar atau analisa nilai pos yang tertera pada LRA, neraca dan LAK. Hal
ini mencakup penyajian informasi yang diperlukan dan direkomendasikan oleh SAP serta
informasi lain yang diperlukan untuk penyajian wajar laporan keuangan tahunan, seperti
liabilitas kontinjensi dan kewajiban lainnya. Bagian 'Prinsip Akuntansi CaLK' setidaknya
menjelaskan hal-hal berikut:
 Kebijakan Akuntansi:Penjelasan mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan. Hal ini mencakup metode pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan transaksi dan kejadian.
 Penyusutan dan Amortisasi:Penjelasan mengenai metode dan kebijakan yang
digunakan dalam menghitung penyusutan aset tetap atau amortisasi aset tak berwujud.
 Pengakuan Pendapatan:Penjelasan mengenai kriteria dan metode yang digunakan
untuk mengakui pendapatan entitas.
 Penyusunan Neraca dan Laporan Arus Kas:Penjelasan mengenai kebijakan yang
digunakan dalam menyusun neraca dan laporan arus kas, termasuk klasifikasi aset dan
kewajiban.
 Penilaian Aset dan Kewajiban:Penjelasan mengenai prinsip-prinsip yang digunakan
untuk menilai aset dan kewajiban, termasuk metode pengukuran dan estimasi yang
digunakan.
 Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap:Penjelasan mengenai kebijakan yang
digunakan untuk mengakui dan mengukur aset tetap.
 Penyajian Laba/Rugi:Penjelasan mengenai metode penyajian laba/rugi, termasuk
elemen-elemen yang termasuk dalam laba/rugi.
 Pengukuran Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan:Penjelasan mengenai prinsip-
prinsip yang digunakan untuk mengukur aset keuangan dan kewajiban keuangan,
termasuk klasifikasi dan penilaian.

Manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan kebijakan akuntansi dapat


membantu pelanggan memahami setiap transaksi yang ditunjukkan dalam laporan keuangan
sebelum memutuskan apakah perlu melakukannya. Kebijakan akuntansi yang harus
dipertimbangkan untuk disajikan mencakup, tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
 Metode Pengakuan Pendapatan: Penjelasan tentang kapan dan bagaimana pendapatan
diakui.
 Penyusutan Aset Tetap: Kebijakan tentang bagaimana aset tetap dinilai dan
disusutkan selama umur manfaatnya.
 Penilaian Persediaan: Cara menilai persediaan, seperti FIFO (First-In, First-Out) atau
LIFO (Last-In, First-Out).
 Penilaian Investasi Jangka Panjang: Kebijakan mengenai cara menilai investasi dalam
perusahaan lain.
 Pengakuan Kewajiban dan Beban: Penjelasan tentang kapan dan bagaimana
kewajiban dan beban diakui dalam laporan keuangan.
 Pengukuran Nilai Wajar Aset dan Kewajiban Finansial: Metode pengukuran untuk
aset dan kewajiban finansial yang mungkin diukur dengan nilai wajar.
 Pengakuan Aset dan Kewajiban Pajak Tangguhan: Bagaimana aset dan kewajiban
pajak tangguhan diakui dalam laporan keuangan.
 Kebijakan Akuntansi Terkait Pajak: Penjelasan tentang kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan kewajiban pajak dan pembayaran pajak.
 Metode Penyusutan Aset Tak Berwujud: Cara menghitung penyusutan untuk aset tak
berwujud.
 Pengakuan Kewajiban Kontinjensi: Kebijakan tentang kapan dan bagaimana
kewajiban kontinjensi diakui.
 Metode Pengakuan Kerugian Penurunan Nilai Aset: Kebijakan tentang kapan dan
bagaimana kerugian penurunan nilai aset diakui.
 Pengakuan Pendapatan yang Diterima di Muka: Bagaimana pendapatan yang diterima
di muka diakui dalam laporan keuangan.
 Pengakuan Pendapatan Sewa: Kebijakan mengenai pendapatan dari kontrak sewa.
 Pengakuan Pendapatan Imbalan Pasca-Kerja: Bagaimana imbalan pasca-kerja diakui
dalam laporan keuangan.
 Kebijakan Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi: Bagaimana laporan keuangan
konsolidasi disusun dan disajikan.
Semua informasi ini bertujuan untuk memberikan konteks dan pemahaman yang lebih baik
tentang entitas pelaporan. Rincian lebih lanjut mengenai CaLK dikelola secara terperinci di
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.

2.5 DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN

Landasan hukum pelaporan keuangan pemerintah sangat penting untuk menjamin keteraturan
dan keandalan penyajian informasi keuangan. Dasar hukum pelaporan keuangan pemerintah
adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD RI), khususnya bagian yang
mengatur keuangan negara. Konstitusi Indonesia memberikan landasan
konstitusional bagi seluruh kegiatan keuangan pemerintah.
2) Peraturan perundang-undangan di bidang keuangan, meliputi peraturan mengenai
berbagai aspek keuangan, seperti penatausahaan, pengawasan, dan tanggung jawab
keuangan.
3) Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
Mengatur proses penyusunan, pengesahan, dan pelaksanaan APBN.
4) Undang-undang yang mengatur pemerintahan daerah, terutama yang fokus pada aspek
keuangan daerah.
5) Undang-undang yang mengatur perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah,
termasuk aturan mengenai alokasi dana antara pemerintah pusat dan daerah.
6) Ketentuan hukum pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara atau daerah,
menetapkan pedoman pelaksanaan anggaran menurut aturan yang telah diatur.
7) Peraturan perundang-undangan lain yang mengatur keuangan pusat dan daerah,
termasuk peraturan lain mengenai keuangan pusat dan daerah.
Pentingnya landasan hukum ini adalah untuk memastikan pelaporan keuangan pemerintah
dilakukan sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku dan untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah.pemerintah.

2.6 ASUMSI DASAR

Di lingkungan pemerintahan, tidak diperlukan bukti tambahan untuk membuktikan


penerapan standar akuntansi, dan asumsi keuangan umum diyakini secara umum. Juga ini:
1. Asumsi independensi perusahaan:
Setiap entitas akuntansi dianggap sebagai entitas independen dan harus menyusun
laporan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesimpangsiuran dan
kesimpangsiuran pelaporan keuangan antar instansi pemerintah. Contoh penerapan
asumsi tersebut adalah kewenangan perusahaan untuk membuat dan melaksanakan
anggaran sesuai tugas dan tanggung jawabnya seperti: B. Mengatasi kehilangan
atau kerusakan aset dan menanggapi kewajiban dan klaim yang timbul dari
keputusan perusahaan. Terlepas dari apakah program yang dikonfigurasi telah
dijalankan atau tidak.
2. Asumsi kesinambungan entitas:
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa perusahaan pelapor akan terus
beroperasi dan tidak akan menghentikan kegiatannya di masa mendatang. Artinya,
pemerintah diasumsikan tidak berniat melikuidasi perusahaan pelapor dalam jangka
pendek.
3. Asumsi keterukuran dalam satuan moneter (pengukuran moneter):
Asumsi keterukuran menyiratkan bahwa hanya transaksi atau kejadian ekonomi
yang dapat diukur dengan uang (mata uang suatu negara) yang boleh dicatat dalam
laporan keuangan. Artinya, suatu item atau kejadian harus memiliki nilai moneter
atau dapat diukur dengan cara konversi ke dalam satuan uang untuk dapat dicatat
dalam laporan keuangan..
Asumsi-asumsi ini menjadi dasar pelaporan keuangan pemerintah dan memastikan bahwa
informasi keuangan yang disajikan dipahami dan digunakan secara tepat oleh para
pemangku kepentingan.

2.7 KARAKTERISITK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Karakteristik kualitatif dari laporan keuangan merupakan standar normatif yang harus dilhat dalam
informasi akuntansi untuk mencapai tujuan. Sejumlah persyaratan normatif diperlukan untuk
mencapai kualitas laporan keuangan pemerintah yang diinginkan. Persyaratan normatif meliputi,
antara lain:
1) Relevansi: Informasi dalam laporan keuangan harus relevan bagi pengguna ketika mengambil
keputusan keuangan. Informasi yang relevan adalah informasi yang dapat mempengaruhi
keputusan keuangan.
2) Keandalan: Informasi harus dapat diandalkan dan dapat diverifikasi. Artinya, informasi yang
diberikan harus akurat, dapat diandalkan, dan dapat diverifikasi oleh pihak lain.
3) Kompatibilitas: Informasi yang disajikan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan tandar akuntansi yang berlaku.
4) Ketepatan Waktu: Informasi harus disediakan tepat waktu sehingga pengguna dapat
mengambil keputusan keuangan yang tepat.
5) Keterpahaman: Informasi harus disajikan dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti oleh
pengguna dengan pengetahuan akuntansi yang sesuai.

2.8 UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Setiap satuan kerja baik penyelenggara negara, kementerian negara, lembaga,


pemerintah daerah, maupun satuan kerja pada tingkat pemerintah negara bagian atau daerah
wajib menyampaikan laporan berupa laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/APBD). Menurut Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 dan
Undang-Undang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun 2004, laporan pokok pendanaan
negara sekurang-kurangnya terdiri dari:
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2) Neraca
3) Laporan Arus Kas (LAK)
4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Gubernur,bupati dan walikota harus menyiapkan dan menyerahkan empat laporan keuangan
yang tercantum di atas - laporan pelaksanaan anggaran, neraca, arus kas, dan lampiran
laporan keuangan. Namun hanya entitas yang mempunyai fungsi fiskal seperti Bendahara
Negara/Kuasa Bendahara Negara dan Administrator Daerah/Jaksa Daerah yang dapat
menyampaikan laporan arus kas. Oleh karena itu, pengurus SKPD sebagai akuntan tidak
berkewajiban menyusun dan menyampaikan laporan arus kas.

Selain laporan keuangan utama, pelapor dapat menyajikan laporan laba rugi kumulatif dan
laporan perubahan ekuitas. Laporan laba rugi adalah laporan yang disusun berdasarkan basis
akrual yang mencerminkan pendapatan, pengeluaran, dan surplus atau defisit suatu periode.
Laporan Pergerakan Saham adalah laporan yang menunjukkan bagaimana saldo saham dana
kekayaan negara berfluktuasi dan berfluktuasi selama periode waktu tertentu.

2.9 PERIODE PELAPORAN

Laporan keuangan wajib disampaikan minimal setiap tahun sebagai pertanggungjawaban


pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD). Laporan keuangan
wajib disampaikan setiap periode tahun anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember, dengan neraca dan laporan realisasi anggaran (LRA) tanggal pelaporan
tanggal 31 Desember.

Namun dalam keadaan tertentu, tanggal pelaporan suatu perusahaan dapat berubah dan
laporan keuangan tahunan dapat disajikan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun atau
kurang dari satu tahun. Contoh tipikalnya adalah perubahan tahun fiskal. Misalnya,
perusahaan pelapor dapat mengaktifkan penyusunan laporan keuangan konsolidasi dengan
mengubah tanggal pelaporan akun-akun yang termasuk dalam laporan. Dalam hal ini,
perusahaan pelapor harus mengungkapkan alasan mengapa periode pelaporan yang dipilih
tidak mencakup seluruh tahun. Selain itu, berhati-hatilah dalam membandingkan jumlah
dalam laporan tertentu, seperti: B. Arus kas dan pencatatan terkait tidak dimungkinkan.

Menurut Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, laporan keuangan harus
disampaikan dalam waktu enam bulan setelah akhir tahun anggaran. Oleh karena itu, laporan
keuangan menjadi kurang bermanfaat jika tidak disajikan kepada pengguna dalam jangka
waktu tertentu sejak tanggal pelaporan. Keterlambatan penyampaian laporan tidak dibenarkan
karena alasan seperti rumitnya operasional perusahaan pelapor.

Setiap lembaga pelapor wajib menyampaikan laporan interim sekurang-kurangnya setiap


enam bulan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan pertunjukan. harus diciptakan. dari
lembaga pemerintah. Selain laporan tahunan, perusahaan pelapor juga harus menyiapkan
laporan interim setiap tahunnya.

You might also like