Professional Documents
Culture Documents
1321 3931 1 PB
1321 3931 1 PB
ABSTRACT
Quality control is very important applied in business to maintain quality and quantity. In the
community, trades are often carried out for convenience without knowing whether the trade,
in terms of physical control or quality, is in accordance with predetermined standards. In
practice, the physical sale and purchase of coffee beans does not know the object being traded
in terms of shape, quality, taste and price so that control is needed in order to detect fraud
(tadlis) that was carried out. This research uses descriptive analysis method which aims to
analyze and solve problems that occur in the present based on the images seen and heard from
the results of research both in the field or theories in the form of data and books related to the
topic of discussion. Furthermore, the results show that: 1) The quality control system used
includes field supervisors (Internal Control Systems) and technology supervisors, 2) Mixing of
products (tadlis) carried out by collectors greatly affects the selling price of farmers, because
it reduces quality and satisfaction. customers, 3) In the perspective of Islamic law, trading
coffee beans through three marketing networks does not have a problem when viewed from the
object of the contract and the principles of the contract.
Keywords: quality control, transactions, buying and selling, tadlis, islamic law
ABSTRAK
Quality control sangat penting diterapkan dalam bisnis untuk mempertahankan kualitas dan
kuantitas. Di masyarakat sering terjadi perdagangan yang dilakukan untuk memperoleh
kemudahan tanpa mengetahui apakah perdagangan tersebut dalam hal pengawasan fisik
maupun kualitas sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Prakteknya pada jual beli
biji kopi secara fisik tidak mengetahui obyek yang diperjualbelikan dalam hal bentuk, kualitas,
cita rasa dan harga sehingga sangat dibutuhkan pengontrolan guna untuk mengetahui
kecurangan (tadlis) yang dilakukan. Adapun penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analisis yang bertujuan untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang terjadi pada masa
sekarang berdasarkan gambar yang dilihat dan didengar dari hasil penelitian baik dilapangan
atau teori-teori berupa data-data dan buku-buku yang berkaitan dengan topik pembahasan.
Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sistem quality control yang digunakan
mencakup pengawas lapangan (Internal Control Sistem) dan pengawas teknologi, 2)
Percampuran produk (tadlis) yang dilakukan oleh pihak pengumpul sangat berpengaruh pada
harga jual beli petani, dikarenakan mengurangi kualitas dan kepuasan pelanggan, 3) Dalam
perspektif hukum Islam perdagangan biji kopi melalui tiga jaringan pemasaran tidak terdapat
masalah jika dilihat dari objek akad dan asas-asas akad.
Kata Kunci : quality control, transaksi, jual beli, tadlis, hukum islam
393
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
1 2
Murdifin Haming & Mahfud Murdifin Haming & Mahfud
Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern Nurnajamuddin, manajemen Produksi Modern
Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2, (Jakarta: Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2, (Jakarta:
Bumi Aksara,2007), hlm.105. Bumi Aksara, 2007), hlm. 102-103
394
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
kualitas produk kopi merupakan suatu kolektor dengan dilakukannya jual beli biji
bentuk komunikasi secara langsung bagi kopi dari petani kepada kolektor dengan
produsen dan konsumen untuk mengukur harga yang ditentukan oleh kolektor.
sejauh mana kepuasan pelanggan terhadap Selanjutnya kolektor sebagai pengumpul
produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kopi milik petani yang telah dipilih oleh
dengan memiliki produk yang berkualitas koperasi tersebut mengolah kopi menjadi
akan mendorong pelanggan untuk tetap barang setengah jadi dan menjual kembali
membeli dan mengkonsumsi produk produk kopi kepada koperasi. Selanjutnya
tersebut, karena mereka dapat merasakan koperasi melakukan quality control atau
kepuasan terhadap produk yang dibelinya yang sering di sebut dengan uji mutu
dan tentu saja bertambah rasa percaya terhadap objek yang diperjualbelikan di
terhadap produk yang dibelinya.3 mana jika produk kopi yang diuji cocok
Koperasi Baitul Qiradh maka dilanjutkan kepada penggilingan
Baburayyan (KBQB) yang terletak di Aceh (huller), kemudian setelah itu baru terdapat
tengah merupakan sebuah lembaga yang administrasi faktur berupa bon dalam
bergerak di bidang manufaktur dengan bentuk rekapan dari kolektor yang
kegiatan usahanya memperdagangkan biji ditujukan kepada koperasi sesuai saran
kopi yang sudah mencapai tingkat ataupun volume kopi yang disetor.
internasional dengan memberlakukan tiga Transaksi pembayaran tersebut dilakukan
jaringan pemasaran yang mencakup; dengan cek atau transfer langsung ke
petani, pengumpul dan koperasi. Serta rekening kolektor dan dikenakan pajak pph
membina sejumlah petani sebagai (pajak penghasilan) 0,25% jika kolektor
penghasil kopi dengan mutu organik memiliki NPWP (nomor pokok wajib
terbaik. Adapun mekanisme yang terjadi pajak) dan jika kolektor tidak memiliki
terhadap tiga jaringan pemasaran, yaitu NPWP (nomor pokok wajib pajak) maka
petani sebagai penghasil awal produk kopi dikenakan pajak pph (pajak penghasilan)
yang terus menerus diawasi oleh pihak 0,50% untuk perkilo gram kopi labu yang
koperasi yang bertanggung jawab dalam dijual. Kemudian produk kopi yang telah
hal kualitas organik serta diberikan diolah serta telah diuji kesempurnaan mutu
peralatan dan pelajaran untuk menjamin dan kualitasnya oleh Koperasi yang
kualitas. Kemudian kopi beralih kepada bertanggung jawab, maka kopi tersebut
3
Robert Pius Perdede dan Asep Hasil Produksi, Jurnal Ilmiah kesatuan, Vol 7 No 1,
Firmansyah, Analisis Total Quality control pada 2005. Di akses pada Hari Senin, Tanggal 23 April
Sub Divisi Painting terhadap Tingkat Kerusakan 2018, pukul 20.13 WIB.
395
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
dijual kepada eksportir dengan adanya sering terjadi tadlis (penipuan) di mana
sertifikasi fairtrade4 perkilogram pada menampakkan barang yang buruk dalam
setiap produk. bentuk yang nampaknya bagus sehingga
Dalam hal ini terdapat Peraturan memperoleh keuntungan yang besar.
Pemerintah mengenai pengawasan biji Dalam memproduksi suatu barang untuk
kopi akan tetapi hanya sampai pada tahap meningkatkan kemaslahatan, namun juga
petani kopi saja, sedangkan pengawasan yang utama adalah meningkatkan kualitas
pada tahap kolektor dan Koperasi tidak dan kuantitas pada setiap produk yang akan
terdapat Peraturan Pemerintah yang diciptakan guna untuk mencapai produk
mengaturnya melainkan diatur oleh yang memiliki kualitas tinggi (High
masing-masing Koperasi yang bergerak di Quality) yang berdampak baik bagi suatu
bidang manufaktur biji kopi. Sehingga perusahaan. Pada prinsipnya dalam Islam
pada masing-masing koperasi terdapat mengajarkan bahwa dalam menciptakan
perbedaan Standar Operasional Prosedur suatu produk yang berkualitas baik
(SOP) terhadap pengawasan pada kolektor tentunya harus menggunakan pengawasan,
dikarenakan tidak ada Peraturan kejujuran, dan keberkahan sehingga dalam
Pemerintah yang mengaturnya. menjalankan suatu proses produksi dengan
Berdasarkan perspektif Islam, menerapkan prinsip dan nilai syariat Islam.
Kualitas terbagi atas dua yaitu kualitas dari Maka tidak akan ada kejanggalan pada
segi konvensional dan kualitas dari segi produk yang akan dipasarkan dan tentunya
syariah, di mana perbedaannya ditinjau akan berdampak baik bagi perusahaan dan
dari praktiknya. Seperti kualitas produk para konsumennya.5 Kemudian kualitas
dari konvensional dilihat dari transaksi jual dilihat dari ekonomi Islam, kualitas tidak
belinya terdapat penekanan kualitas hanya berpatokan pada tujuan materi
produk hanya semata-mata untuk semata namun sebagai tuntutan Islam
merealisasikan tujuan materi dengan dalam seluruh bidang kehidupan.6
membeli produksi menggunakan biaya HASIL PEMBAHASAN
serendah mungkin dan menjualnya
kembali dengan harga yang mahal dan juga
4
http://www.sadakoffie.com/apa-itu- Umroh di Kawasan Religi Sunan Ampel Surabaya.s
sertifikasi-fair-trade/,di Akses Pada Tanggal 13 (Surabaya: 2018), hlm.2.
6
Oktober 2018. Jaribah Bin Ahmad Al-haritsi, Fikih
5
Venty Putri Damayanti, Quality Control Ekonomi Umar Bin Al-Khattab, (Jakarta : Pustaka
Dalam Meningkatkan Kualitas Produk Perusahaan Al-Kautsar, 2015), hlm.79.
pada Perusahaan Pusat Oleh-Oleh Haji dan
396
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
1 Konsep Hukum Islam Tentang Objek dalam akad ijarah (sewa).9 Terdapat pula
Transaksi Jual Beli dan Kualitas hal-hal yang tidak boleh dijadikan sebagai
Produksi objek akad secara syariat atau ‘urf
Makna objek secara umum yaitu (kebiasaan), seperti khamr yang tidak
hal perkara atau orang yang menjadi pokok boleh menjadi objek akad sesama kaum
pembicaraan, sasaran, tujuan, pelengkap muslimin, wanita yang diharamkan
dan tujuan penderita, sehingga yang menikahinya karena ada hubungan nasab
dimaksud objek transaksi adalah suatu atau sepersusuan tidak boleh menjadi istri
benda maupun manfaat yang dilakukannya untuk kerabatnya, dan sebagainya.
tukar menukar antara kedua belah pihak Persoalan objek transaksi dalam
atau lebih.7 Sementara itu arti transaksi hukum Islam menjadi pembahasan yang
adalah persetujuan jual beli (dalam urgen. Sebab kerelaan pelaku transaksi
perdagangan) antara dua belah pihak, yang tidak dapat dilepaskan dari eksistensi objek
dilakukan dengan cara pelunasan dan transaksi. Objek transaksi yang
pembayaran.8 dimaksudkan untuk membentuk suatu akad
Suatu benda yang dikenai dan berlaku akibat-akibat hukum akad.
pekerjaan disebut dengan objek. Objek Objek yang dimaksudkan dapat berupa
dalam jual beli merupakan hal terpenting benda, manfaat benda, jasa atau pekerjaan,
yang harus ada dalam transaksi jual beli, atau suatu yang lain yang tidak
karena objek tersebut termasuk ke dalam bertentangan dengan syariah. Benda
rukun jual beli yang keempat. Objek jual meliputi benda bergerak dan benda tidak
beli disebut juga dengan ma’qud ‘alaih, di bergerak maupun benda berbadan dan
mana suatu transaksi dilakukan di atasnya, tidak berbadan.10
sehingga akan terdapat implikasi hukum Objek transaksi atau Ma’qud ‘alaih
tertentu. Ma’qud ‘alaih bisa berupa aset- dapat juga diartikan sebagai benda-benda
aset finansial (sesuatu yang bernilai yang diakadkan, seperti benda yang dijual
ekonomis) ataupun aset non finansial, dalam akad jual beli, dalam akad hibbah,
seperti wanita dalam akad pernikahan, dalam akad gadai, utang yang dijamin
ataupun bisa berupa manfaat seperti halnya seseorang dalam akad kafalah.11 Dimana
7 10
Tri Kurnia Nurhayati, Kamus Lengkap Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Eska Media,2003), Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
hlm. 481. hlm.190.
8 11
Ibid., hlm.852. Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,
9
Dimyauddin Djuwaini. Pengantar Fiqh; (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm.47
Ma’qud ‘Alaih (objek transaksi). 2008. hlm. 57-58
397
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
objek akad termasuk kedalam rukun jual bukan harta, seperti akad dalam pernikahan
beli pada pembagian ketiga dan jumhur dan dapat pula berbentuk suatu
ulama menyebutkan bahwa yang termasuk kemanfaatan seperti dalam masalah upah-
ke dalam objek akad adalah barang yang mengupah, dan lain-lain.13
diakadkan dan harga. Dari uraian di atas maka dapat
Objek transaksi dalam jual beli disimpulkan bahwa ma’qud alaih adalah
juga dapat dimaknakan sebagai suatu harta yang dijadikan alat pertukaran oleh
benda atau manfaat yang dibutuhkan oleh orang yang berakad, yang biasa disebut
satu orang atau lebih yang dilakukannya dengan barang jualan atau harga. Dimana
tukar menukar harta benda secara sukarela jual beli dianggap sah apabila ma’qud
atau proses mengalihkan hak kepemilikan alaih adalah barang yang tetap atau
kepada orang lain dengan adanya bermanfaat, berbentuk, dapat diserahkan,
kompensasi tertentu dan dilakukan dalam dapat dilihat oleh orang-orang yang
koridor syariat terutama pada praktek jual berakad, tidak bersangkutan dengan milik
beli yang dipenuhi berbagai unsur orang lain, dan tidak ada larangan dari
penipuan, keculasaan dan kedzaliman. syara’.
Oleh karena itu dengan merealisasikan Pada objek transaksi terdapat
keinginan seseorang yang terkadang tidak beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
mampu diperolehnya, maka dengan dapat melakukan transaksi yakni sebagai
adanya jual beli dia mampu untuk berikut:14
memperoleh sesuatu yang diinginkannya, 1. Objek akad ada ketika akad dilakukan
karena pada umumnya kebutuhan Akad tidak sah dilakukan terhadap
seseorang sangat terkait dengan sesuatu sesuatu yang ma’dum (tidak ada) seperti
yang dimiliki saudaranya. Adapun benda- menjual tanaman yang belum tampak
benda yang dijadikan akad tersebut adalah hasilnya, karena ada kemungkinan ia tidak
benda yang bentuknya tampak dan tumbuh. Tidak boleh juga dilakukan akad
membekas.12 Objek transaksi yang berupa terhadap sesuatu yang mengandung risiko
barang tersebut dapat berbentuk harta untuk tidak ada, seperti menjual hewan
benda, seperti barang dagangan, benda yang masih dalam kandungan karena ada
12 13
Abdul Rahman Ghazaly,Fiqh Rahmat Syafei, Fiqih
Muamalah,(Jakarta: Kencana, 2010),hlm.75. Muamalah,(Bandung: Pustaka Setia, 2000),
hlm,61.
14
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa
Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 493.
398
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
kemungkinan ia lahir dalam keadaan mati. Barang yang dijadikan objek akad harus
Tidak sah juga mengadakan akad untuk berbentuk harta yang dimiliki atau
sesuatu yang mustahil ada di masa yang mutaqawwim (dikuasai atau digenggam).
akan datang seperti akad dengan seorang Jika tidak demikian maka akad menjadi
dokter untuk menyembuhkan penyakit batal. Maka, menjual sesuatu yang tidak
orang yang sudah mati, karena mayat tidak dianggap harta secara syariat seperti
bisa menjadi objek pengobatan, atau akad bangkai dan darah atau
dengan seorang pekerja untuk memanen menghibbahkannya, menjadikannya
tanaman yang sudah terbakar. Semua akad sebagai jaminan, mewaqafkannya atau
tersebut adalah batal. mewasiatkannya adalah batal, karena
Objek akad sudah harus ada secara sesuatu yang bukan harta tidak sah untuk
konkret ketika kontrak dilangsungkan atau dimiliki sama sekali.
diperkirakan akan ada pada masa akan 3. Barang tersebut dapat diserahkan pada
datang dalam kontrak-kontrak tertentu waktu proses akad
seperti dalam kontrak salam, istishna’, Atas kesepakatan para fuqaha,
ijarah, dan mudharabah. Dalam penentuan disyaratkan adanya kemampuan untuk
objek akad pada transaksi yang tertentu menyerahkan barang saat akad terjadi.
terdapat perbedaan pendapat dari para Maka, sebuah akad tidak sah apabila si
ulama. Maka dari itu dapat didefenisikan pengakad tidak mampu menyerahkan
bahwa setiap objek akad yang tidak ada objek yang diakadkan, meskipun barang
saat akad boleh dijadikan objek transaksi tersebut ada dan milik pengakad. Dalm
dengan syarat objek tersebut dipastikan kondisi ini akad menjadi batal.
tersedia pada waktu penyerahannya. Syarat ini sangat penting dalam
Pendapat ini sesuai dengan kaidah al-ashlu muawadhah maliyyah (kepemilikan dalam
fil mu;amalat al-ibahah (hukum asal yang Islam) berdasarkan kesepakatan para
berlaku dalam muamalah adalah boleh), ulama dan juga dalam hal-hal yang bersifat
juga berdasarkan maslahat masyarakat tabarru’at, tidak sah menjual suatu barang
pelaku pasar dengan banyaknya inovasi yang tidak dapat diserahkan kepada yang
produk pasar dan ragam kebutuhan membeli, seperti ikan dalam laut, barang
masyarakat terhadap produk-produk pasar rampasan yang masih berada di tangan
tersebut. yang merampasnya, barang yang sedang
2. Objek yang diakadkan dibolehkan dijaminkan, hal tersebut disebabkan
secara syariat mengandung tipu daya. Sebagaimana
sabda Rasulullah Saw, yang berbunyi:
399
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
15
Imam Malik bin Anas, Al Muwaththa’ Abdullah, jilid II,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2010),
Imam Malik, Takhij: Muhammad Ridwan, Syarif hlm. 72.
400
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
16
https://harumanw.wordpress.com/2012/
03/12/azas-azas-transaksi-dalam-ekonomi-islam/
di akses hari rabu tanggal 20 jam 13.30 WIB.
401
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
maupun pembeli. Dalam konteks ini dan barang yakni dengan dilakukannya
hak memilih, jujur, dan amanah sangat tawar menawar antara kedua belah pihak
berperan penting oleh kedua belah yang bertransaksi guna untuk menghindari
pihak agar dapat saling kecenderungan yang berlawanan antara
menguntungkan. pihak jual dan pihak beli dan tidak keluar
5. Asas saling menolong dan saling dari ruang lingkup syariat.
membantu. Syarat-syarat transaksi
dirancang dan dilaksanakan secara 3 Konsep Kualitas Produksi
bebas tetapi penuh tanggung jawab, Konsep produksi adalah salah satu
tidak menyimpang dari hukum syara’ di antara konsep-konsep paling tua yang
dan adab sopan santun. Islam menuntut para penjual. Dimana konsep
mewajibkan agar setiap transaksi, produksi berpendapat bahwa para
dilandasi dengan niat yang baik dan pelanggan akan menyukai produk-produk
ikhlas karena Allah SWT, sehingga yang tersedia secara luas dan harganya
terhindar dari segala bentuk penipuan, murah. Manajemen dalam organisasi yang
dan sebagainya. berorientasi pada produksi mengerahkan
6. Adat kebiasaan atau ‘urf yang tidak segenap upayanya untuk mencapai
menyimpang dari syara’, boleh efisiensi produksi yang tinggi dan liputan
digunakan untuk menentukan batasan distribusi yang luas.17
atau kriteria-kriteria dalam transaksi. Konsep kualitas dapat
Seperti dalam akad sewa-menyewa didefenisiskan dengan penggambaran
rumah. karakteristik langsung dari suatu produk,
Dari uraian di atas dapat seperti performansi, keandalan,
disimpulkan bahwa dalam menentukan kemudahan dalam penggunaan, estetika
harga terhadap barang yang dan sebagainya. Dalam era globalisasi
diperjualbelikan yaitu dengan melihat secara trategik, kualitas didefenisikan
harga pasaran yang sedang terjadi, akan sebagai segala sesuatu yang mampu
tetapi harga juga ditentukan berdasarkan memenuhi keinginan atau kebutuhan
keadaan barang yang akan dijual sehingga pelanggan (meeting the needs of customer).
tercapainya keseimbangan. Agar dapat Keunggulan suatu produk terukur melalui
terwujudnya keseimbangan antara harga tingkat kepuasan pelanggan.
17
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran,
Analisis, Perencanaan dan Pengendalian Edisi
Kelima,(Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 24.
402
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
18
http://repository.ut.ac.id/4792/1/EKMA
4265-M1.pdf, diakses pada tanggal 30 Januari 2019.
403
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
19
Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih
Ekonomi Umab Bin Al-Khattab, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), hlm. 37-38.
404
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
pemasaran, kebijaksanaan finansial, dan pandangan ini, kualitas adalah proses dan
kebijaksanaan sumber daya manusia.20 bukan hasil akhir. Adapun pembeli suatu
Dari uraian di atas dapat produk bukan hanya sekedar ingin
disimpulkan bahwa kualitas produksi dapat memiliki produk tersebut karena
diartikan sebagai salah satu kebijakan kualitasnya. Para pembeli membeli barang
penting dalam mengukur baik buruknya dan jasa, karena barang atau jasa tersebut
sesuatu yang dihasilkan, baik berupa dapat digunakan sebagai alat untuk
produk maupun jasa. Dalam meningkatkan memuaskan kebutuhan dan keinginan.
daya saing produk dan jasa yang harus Dengan kata lain seseorang membeli
memberi kepuasan kepada konsumen yang produk bukan karena fisik produk semata-
melebihi atau paling tidak sama dengan mata, akan tetapi karena manfaat yang
kualitas produk dari pesaing. Kualitas ditimbulkan dari produk yang dibelinya
produk sebagai suatu usaha untuk tersebut.21
memenuhi atau melebihi harapan Kualitas berkaitan erat dengan
pelanggan, dimana suatu produk tersebut kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan
memiliki kualitas yang sesuai dengan dorongan khusus bagi para pelanggan
standar kualitas yang telah ditentukan, dan untuk menjalin ikatan relasi saling
kualitas merupakan kondisi yang selalu menguntungkan dalam jangka panjang
berubah karena selera atau harapan dengan perusahaan. Ikatan emosional
konsumen pada suatu produk selalu semacam ini memungkinkan perusahaan
berubah. untuk memahami dengan seksama harapan
dan kebutuhan spesifik pelanggan.
4 Implementasi Kualitas Terhadap Garvin mengemukakan delapan
Objek Transaksi dan Harga dimensi kualitas yang bisa digunakan
Pada dasarnya kualitas adalah sebagai kerangka perencanaan dan analisis
tujuan yang sulit di pahami, karena strategik, yaitu:
harapan para konsumen akan selalu 1. Kinerja (performance) karakteristik
berubah. Setiap standar baru ditemukan, dari operasi pokok dari produk inti
maka konsumen akan menuntut lebih (core product) yang dibeli.
untuk mendapatkan standar baru lain yang 2. Fitur atau ciri-ciri tambahan yaitu
lebih baru dan lebih baik. Dalam karakteristik sekunder atau pelengkap.
20 21
Farid, Kewirausahaan Syariah, (Jakarta: Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran:
Kencana, 2017), hlm. 261-262. Dasar, Konsep, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 202.
405
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
22
Fandi Tjiptono, Service, Quality dan
Satisfaction Edisi ke Empat, (Yogyakarta: C.V
Ando Offset, 2016), hlm. 134-135.
406
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
23
IkaYuniaFauzia, Etika Bisnis dalam
Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.103.
407
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
ini bagian upaya membuka jalan penaikan harga barang yang melebihi
kemaksiatan (saddudz dzariah).24 harga pasar, di mana kenaikan tersebut
Sebagaimana hadits Rasululullah SAW tidak diketahui oleh pembeli atau disebut
yang berbunyi: ghaban. Akan halnya tadlis dilihat dari
،طعَا ًما َ سو َل هللااِ ﷺ َم َّر بِ َر ُج ٍل بَ ْي ُع ُ أَ َّن َر، َ ع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ waktu penyerahan berkenaan dengan
،ِي ِإلَ ْي ِه أَ ْن أَدْخِ ْل َيدَكَ ِف ْيه و ُ أ َ ف ، هلر ب ْ
خ َ أ َ ف ؟ ْع
ي بَ ت ْف يكَ :ُ ه َ لَ أ َ َف
س
َ َِ َ ُ ْ ح ِ َ perjanjian atas sesuatu yang pada saat
َ لَي:س ْو ُل هللااِ ﷺ
ْس ُ فَقَ َل َر، فَإِذَا ه َُو َم ْبل ْول،ِفَأَدْ َخ َل يَدَهُ فِ ْيه
ُ
َّ مِ نَّا َم ْن غ
.َش kontraknya memang dimilikinya, tetapi
pihak tersebut mengetahui bahwa ia tidak
Artinya: “Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu bahwasanya sanggup untuk melaksanakan pekerjaan
Rasululullah Saw pernah melewati
tersebut sesuai dengan kontraknya pada
seorang lelaki yang menjual makanan.
Kemudian Rasulullah mennyainya, saat kontrak tersebut berakhir.26
“bagaimana kamu menjual?” lelaki
Adapun ghisy dalam bisnis adalah
tersebut memberitahu bagaimana caranya
dia menjual. Rasulullah SAW mendapat menyembunyikan cacat barang dan
wahyu agar beliau memerintahkan kepada
mencampur dengan barang-barang baik
lelaki itu untuk memasukkan tangannya ke
dalam makanan. Lelaki tersebut dengan yang jelek. Hal tersebut juga
memasukkan tangannya ke dalam
termasuk penipuan dalam perdagangan.
makanan. Setelah dimasukkan tangannya
itu menjadi basah. Lalu Rasulullah SAW Terdapat beberapa bentuk penipuan yang
bersabda, “tidak termasuk umatku orang
dilarang keras di dalam Al-Qur’an yaitu:27
yang menipu”.25
Prilaku tadlis dapat berlaku dalam a. Tathfif (Curang dalam timbangan)
empat kategori berikut: kuantitas, kualitas, Secara kebahasaan tahfif berarti
harga dan waktu penyerahan. Tadlis secara berdikit-dikit, berhemat-hemat, pelit. Al-
kuantitas dapat terjadi karena adanya Mutahaffif orang yang mengurangi bagian
pedagang yang mengurangi takaran atau orang lain tatkala dia melakukan
timbangan atas barang yang dijualnya. timbangan/takaran untuk orang lain.
Sementara tadlis secara kualitas terjadi Beberapa ulama juga mendefinisikan yang
dikarenakan adanya ketidakjujuran yang labih luas dari tahfif yaitu termasuk orang
menyembunyikan cacat barang yang yang menerima gaji secara penuh namun
ditawarkan. Adapun tadlis yang dapat dia tidak menunaikan tugas-tugasnya
terjadi dalam kategori harga, adanya secara jujur dan efesien.
24 26
Farid, Kewirausahaan Syariah,(Jakarta: Husni Mubarrak A. Latief, Fiqih Islam
Kencana, 2017), hlm. 169. dan Problematika Kontemporer, (Banda Aceh,
25
Nashiruddin Muhammad, Al-Albani, ArraniryPress dan Lembaga Naskan Aceh (NASA),
Shahih Sunan Abu Daud (Seleksi Hadits Shahih 2012), hlm. 143.
27
dari Kitab Sunan Abu Daud) Buku II, (Jakarta: Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam
Pustaka Azzam, 2006), hlm. 582. Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm.
136-139.
408
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
409
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
28
Ridwan Nurdin dan Azmil Umur, Universitas Islam Negeri Ar-raniry Darussalam
Hukum Islam Kontemporer (praktek masyarakat Banda Aceh), hlm. 265-267.
29
Malaysia dan Indonesia), (Banda Aceh: Abul Futuh Shabri, Sukses Bisnis Berkat
Diterbitkan atas Kerjasama Universiti Tekhnologi Wasiat Nabi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007),
Mara Melaka dan Fakultas Syariah dan Hukum hlm. 196.
410
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
30
Ibid., hlm. 200.
411
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
412
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
413
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.1321 E-ISSN: 2581-2556
414